Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Frekuensi dan Awal Pemberian Pakan terhadap

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

BAB III MATERI DAN METODE. Pertanian, Universitas Diponegoro pada tanggal 22 Oktober 31 Desember 2013.

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di

BAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang

BAB III MATERI DAN METODE. Kampung Super dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016 dikandang

Efisiensi penggunaan protein pada puyuh periode produksi yang diberi ransum mengandung tepung daun Kayambang (Salvinia molesta)

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS AWAL PENELURAN BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kadar Kolesterol, Trigliserida, HDL dan LDL

MATERI DAN METODE. Materi

III. MATERI DAN METODE

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Ransum terhadap Sifat Fisik Daging Puyuh Jantan dilaksanakan bulan Juni

BAB III METODE PENELITIAN. selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Tingkat Protein Ransum dan

PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 5 minggu pada tanggal 25 Oktober 2016

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium. Research and Development Station (UARDS) Universitas Islam Negeri Sultan

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November - Desember 2014 di

BAB III MATERI DAN METODE

Sumber : 1) Hartadi et al. (2005)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 Mei 24 Juli 2014 di kandang

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. jenis sentul dengan umur 1 hari (day old chick) yang diperoleh dari Balai

MATERI. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Materi

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Gathot (Ketela

PENGARUH PENAMBAHAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL

BAB III MATERI DAN METODE. November 2015 di Kandang Ayam Fakultas Peternakan dan Pertanian,

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

MATERI DAN METODE. Materi

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juli - Agustus 2012 di Desa. Alam Panjang Kecamatan Rumbio Jaya Kabupaten Kampar.

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

I. MATERI DAN METODE. Pelaksanaan penelitian ini bertempat di Laboratarium UIN Agriculture Research and

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. minggu dengan bobot badan rata-rata gram dan koefisien variasi 9.05%

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Nopember sampai dengan

Pengaruh Pemeraman Ransum dengan Sari Daun Pepaya terhadap Kecernaan Lemak dan Energi Metabolis Ayam Broiler

Pengaruh Penggunaan Rumput Kebar (Biophytum petsianum Clotzch) dalam Konsentrat Berdasarkan Kandungan Protein Kasar 19% terhadap Penampilan Kelinci

BAB III MATERI DAN METODE. ransum terhadap profil kolesterol darah ayam broiler dilaksanakan pada bulan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian Pengaruh Frekuensi dan Periode Pemberian Pakan yang Berbeda

MATERI DAN METODE. Materi

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

MATERI DAN METODE. Materi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 9 17 Online at :

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p Online at :

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober sampai dengan 26

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

Ali, S., D. Sunarti dan L.D. Mahfudz* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

Ade Trisna*), Nuraini**)

MATERI DAN METODE. Materi

Transkripsi:

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 203 214 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PEMBERIAN DAUN Crotalaria usaramoensis SEBAGAI SUMBER PROTEIN RANSUM BURUNG PUYUH PERIODE GROWER TERHADAP ENERGI METABOLIS, RETENSI NITROGEN DAN EFISIENSI RANSUM The Use of Crotalaria usaramoensis Leaf as a Protein Source to the Quail in Grower Period on Metabolic Energy, Nitrogen Retention and Diet Efficiency R. Dianti, Mulyono dan F. Wahyono Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effect of leaf C. usaramoensis with different percentage rate period quail grower diet for metabolic energy, protein retention and diet efficiency. The material used in the study were female quail age of three weeks with an average body weight of 49,55 g ± 2.69 with the amount 100 quail. Diet composed of three materials consist of wheat leaf C. usaramoensis, concentrate of Charoen Pokpand and yellow corn. Diet research compiled by ± 24% protein content and metabolic energy ± 3000 kcal / kg. The design used was completely randomized design with 4 treatments and 5 replications and 5 tail quail for each experimental unit. Treatment research is T0 (diet without leaf C. usaramoensis), T1 (diet with 3% leaf C. usaramoensis), T2 (diet with 6% with leaf C. usaramoensis) and T3 (diet with 9% with leaf C. usaramoensis). Parameters measured were diet consumption, body weight, metabolic energy, nitrogen retention and diet efficiency. Processing data using analysis of variance to determine the effect of various treatments. The results showed no significant difference (P> 0.05) due to the provision of leaf C. usaramoensis on metabolic energy, nitrogen retention and diet efficiency. Based on the results of research on the provision of leaf C. usaramoensis to 9% the same as the diet control so that leaf C. usaramoensis can be used as an alternative source of protein feed ingredients in the diet quail. Key words : Crotalaria usaramoensis, metabolic energy, nitrogen retention, diet efficiency ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian daun C. usaramoensis dengan tingkat persentase berbeda pada ransum burung puyuh periode grower terhadap energi metabolis, retensi protein dan efisiensi ransum. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah burung puyuh betina umur tiga minggu dengan rata-rata bobot badan 49,55 g ± 2,69 dengan jumlah 100

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, halaman 204 ekor. Ransum disusun atas tiga bahan yang terdiri dari tepung daun C. usaramoensis, konsentrat dari Charoen Pokpand dan jagung kuning. Ransum penelitian disusun dengan kandungan protein ± 24% dan energi metabolis ± 3000 kkal/kg. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan serta 5 ekor burung puyuh untuk setiap unit percobaan. Perlakuan penelitian yaitu T0 (ransum tanpa daun C. usaramoensis), T1 (ransum dengan 3% daun C. usaramoensis), T2 (ransum dengan 6% daun C. usaramoensis) dan T3 (ransum dengan 9% daun C. usaramoensis). Parameter yang diukur adalah konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, energi metabolis, retensi nitrogen dan efisiensi ransum. Pengolahan data menggunakan sidik ragam ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan nyata (P>0,05) akibat pemberian daun C. usaramoensis terhadap energi metabolis, retensi nitrogen dan efisiensi ransum. Berdasarkan hasil penelitian tentang pemberian daun C. usaramoensis sampai 9% sama dengan ransum kontrol sehingga daun C. usaramoensis dapat dijadikan sebagai bahan pakan alternatif sumber protein pada ransum burung puyuh. Kata kunci : Crotalaria usaramoensis, energi metabolis, retensi nitrogen, efisiensi ransum PENDAHULUAN Masyarakat yang semakin maju tingkat pengetahuannya semakin maju pula kesadaran akan pentingnya kebutuhan protein dalam kehidupan mereka. Sumber protein dalam makanan dapat diperoleh baik dari sumber nabati maupun hewani. Sumber protein hewani dapat diperoleh dari hewan ternak, salah satunya dari burung puyuh. Coturnix coturnix japonica banyak diternakkan untuk diambil telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai 250 300 butir/ekor/tahun. Disamping produksi telurnya, burung puyuh juga dimanfaatkan daging dan kotorannya. Keunggulan lain dari burung puyuh adalah cara pemeliharaannya mudah dan mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap penyakit (Hartono, 2004). Faktor terpenting dalam keberhasilan beternak burung puyuh adalah ransum (nutrisi), tata laksana (manajemen) dan bibit. Permasalahan yang dihadapi oleh peternak saat ini yaitu harga ransum yang tinggi, disebabkan mahalnya bahan penyusun ransum salah satunya yaitu tepung ikan sebagai sumber protein yang umumnya diimport dari luar negeri (Daulay et al., 2007). Oleh karena itu, diperlukan alternatif lain sebagai sumber protein dalam ransum burung puyuh dan

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, halaman 205 keberadaan sumber bahan penyusun ransum tersebut dapat diperoleh dengan mudah, tidak bersaing dengan manusia, cukup tersedia dan tidak mengganggu kesehatan ternak. Sumber protein yang belum dimanfaatkan secara maksimal yaitu daun Crotalaria usaramoensis atau sering disebut orok-orok. Pemanfaatan Crotalaria usaramoensis saat ini hanya pada biji yang dimanfaatkan sebagai sumber bahan pangan bagi manusia dan pupuk, sedangkan bagian lainnya seperti daun belum dimanfaatkan. Menurut Kamaruddin dan Zainal (1987), daun Crotalaria mengandung 29,20% PK, 3,21% LK, 17,90% SK dan 9,10% Abu. Crotalaria sp. mengandung zat anti nutrisi tipe pirrolizidin alkaloid (Widodo, 2010). Tumbuhan yang telah mendapat perlakuan pemanasan untuk menghilangkan zat anti nutrisi dapat diberikan ke ternak (Anggorodi, 1979). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian daun C.usaramoensis dengan tingkat persentase berbeda pada ransum burung puyuh periode grower terhadap energi metabolis, retensi protein dan efisiensi ransum. Hipotesis penelitian ini bahwa pemberian daun C. usaramoensis dapat diberikan dalam ransum burung puyuh tanpa menurunkan energi metabolis, retensi nitrogen dan efisiensi ransum sehingga dapat digunakan sebagai bahan pakan alternatif sumber protein pada ransum burung puyuh. MATERI DAN METODE Penelitian tentang Pemberian Daun C. usaramoensis sebagai Sumber Protein Ransum Burung Puyuh Periode Grower terhadap Efisiensi Ransum, Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen dilaksanakan pada bulan Oktober Desember 2011 di Kecamatan Mijen, Laboratorium Ilmu Makanan Ternak dan Laboratorium Biokimia Nutrisi, Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang. Materi Penelitian Materi yang digunakan dalam penelitian adalah burung puyuh betina umur tiga minggu dengan rata-rata bobot badan 49,55 g ± 2,69 dengan jumlah 100 ekor.

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, halaman 206 Ransum disusun atas tiga bahan yang terdiri dari tepung daun C. usaramoensis, konsentrat dari Charoen Pokpand dan jagung kuning. Perlengkapan dan peralatan yang digunakan antara lain timbangan digital Kandang menggunakan kandang battery berukuran 35 x 30 x 25 cm 3 terbuat dari kawat ram sebanyak 20 petak, tempat pakan, tempat minum, lampu 5 watt dan termometer. Kardus dan plastik yang digunakan untuk menampung ekskreta, HCl, Ferry Oxyde (Fe 2 O 3 ), peralatan analisis protein dan Gross energy. Metode Penelitian Tahap persiapan Tahap persiapan meliputi pembuatan tepung daun C. usaramoensis dengan cara mengambil daun C. usaramoensis dijemur dibawah sinar matahari sampai kering kemudian dibuat tepung dengan cara digiling, ransum dibuat dengan kandungan protein ± 24% dan energi metabolis ± 3000 kkal/kg. Persiapan kandang meliputi pengapuran dan fumigasi dengan desinfektan, tiap petak diberi lampu, satu petak terdapat 5 ekor burung puyuh dan penempatan perlakuan dilakukan secara acak terdapat 4 perlakuan dengan 5 ulangan. Susunan dan Kandungan Nutrisi Ransum Penelitian Bahan Pakan T0 T1 T2 T3 Konsentrat Daun C. usaramoensis Jagung -------------------- (%) -------------------- 99 96 93 90-3 6 9 1 1 1 1 Total 100 100 100 100 Kandungan Nutrisi Energi Metabolis 3080,69 3058,41 3037,02 3014,92 (kkal/kg) Protein (%) Lemak (%) 23,79 4,14 23,99 4,11 24,18 4,10 24,39 4,09 Serat Kasar (%) Abu (%) Kadar Air (%) 4,33 5,76 11,19 4,80 5,81 11,26 5,27 5,86 11,33 5,74 5,92 11,41

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, halaman 207 Tahap perlakuan Penelitian in vivo meliputi pemberian daun C. usaramoensis pada ransum burung puyuh sebagai sumber protein dengan tingkat presentase 0%, 3%, 6%, 9%. Ransum diberikan secara terbatas terkontrol dua kali sehari pada pagi dan sore hari, untuk minum diberikan secara ad libitum setiap hari. Saat umur 3 minggu burung puyuh diberi vaksin ND melalui tetes mata dan pada umur 5 minggu diberi vaksin gumboro melalui air minum. Tahap pengambilan data Pengambilan data meliputi pengukuran konsumsi ransum setiap hari, penimbangan bobot badan yang dilakukan 1 minggu sekali, retensi nitrogen dan energi metabolis diukur dengan metode total koleksi ekskreta selama 2 hari terakhir menjelang masa layer dengan menggunakan indikator. Ransum burung puyuh diberi indikator berupa Fe 2 O 3 sebesar 0,4% untuk menandakan ekskreta mulai ditampung saat berwarna merah. Burung puyuh yang digunakan sebagai endogenus dipuasakan 12 jam sebelum dan selama total koleksi, kemudian dilakukan penampungan ekskreta. Ekskreta disemprot dengan HCl 0,1 N secara berkala selama penampungan agar nitrogen dalam ekskreta dapat terikat. Ekskreta yang tertampung ditimbang berat basahnya kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari, ditimbang berat keringnya dan dihaluskan. Ransum dan ekskreta dianalisis kandungan protein dan energi untuk mengetahui retensi nitrogen serta energi metabolis. Analisis protein dilakukan dengan metode Kjeldall dan Gross energy diukur menggunakan bomb kalorimeter. Parameter yang akan diukur adalah energi metabolis, retensi nitrogen dan efisiensi ransum, adapun pengukuran parameter menggunakan rumus sebagai berikut : Konsumsi Ransum = Ransum yang diberikan - sisa ransum PBB = BB akhir BB awal

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, halaman 208 Energi Metabolis dihitung berdasarkan rumus menurut Sibbald (1976) dalam Pond et al., (1995) (E x X) - (Yef - Yec) Energi Metabolis = X Retensi Nitrogen dihitung berdasarkan rumus menurut Sibbald dan Wolynets (1985) Retensi Nitrogen (g) = Konsumsi N (Ekskresi N N Endogenus) Pertambahan bobot badan Efisiensi Ransum = x 100% konsumsi ransum Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan, setiap unit ulangan terdapat 5 ekor burung puyuh betina. Perlakuan yang diberikan adalah: T0 = ransum tanpa daun C. usaramoensis T1 = ransum dengan 3% daun C. usaramoensis T2 = ransum dengan 6% daun C. usaramoensis T3 = ransum dengan 9% daun C. usaramoensis Model matematika rancangan percobaan pada penelitian ini adalah: Y ij = µ + τ i + ε ij Keterangan : Yij : Hasil pengamatan pengaruh perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i : (perlakuan) 1,2,3,4 j : (ulangan) 1,2,3,4,5 µ : nilai tengah dari seluruh pengamatan τ i : pengaruh dari perlakuan ke-i : pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j ε ij Data hasil penelitian dianalisis menggunakan sidik ragam (Steel dan Torrie, 1989).

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, halaman 209 HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Energi Metabolis Hasil penelitian tentang pemberian daun C. usaramoensis dalam ransum burung puyuh terhadap energi metabolis dapat dilihat pada Tabel menunjukan bahwa ransum kontrol dan perlakuan yang diberi daun C. usaramoensis tidak berpengaruh nyata terhadap energi metabolis. Perlakuan Kandungan Energi Metabolis T0 T1 T2 T3 -------------------------- (kkal/kg) --------------------------- U1 3373,22 3324,24 3284,19 3058,14 U2 3206,13 3450,97 3164,52 3047,10 U3 3290,73 3167,10 3410,38 3176,80 U4 U5 3271,53 2959,88 3468,09 3188,43 3359,46 3144,26 3189,91 2926,61 Rerata 3220,30 3319,77 3272,56 3079,71 Hasil penelitian menunjukkan rata-rata energi metabolis burung puyuh adalah T0 : 3220,30; T1 : 3319,77; T2 : 3272,56 dan T3 : 3079,71 kkal/kg, berdasarkan pengujian statistika tidak berbeda nyata, tetapi hasil rata-rata cenderung menurun pada perlakuan T1 sampai T3. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil energi metabolis tidak berbeda nyata yaitu ransum yang diberikan mengandung energi metabolis yang relatif sama, sehingga jumlah konsumsi tidak berbeda nyata. Jika ternak diberi ransum dengan kandungan nutrisi yang sama sesuai dengan kebutuhan, maka ternak akan mengonsumsi ransum dalam jumlah yang sama sesuai dengan kebutuhan periodenya. Menurut Wahju (2004), tingkat energi di dalam ransum menentukan banyaknya ransum yang dikonsumsi, sedangkan jumlah konsumsi ransum dipengaruhi oleh temperatur lingkungan, imbangan nutrisi ransum, kesehatan dan bobot badan. Energi metabolis merupakan hasil dari Gross energy yang dikurangi energi pada feses dan urin, yang mengalami pembuangan panas selanjutnya menjadi

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, halaman 210 energi netto yang siap digunakan untuk hidup pokok dan produksi. Tillman et al., (1991) menyatakan energi metabolis berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok berupa metabolisme basal, pengaturan panas tubuh, aktivitas, tujuan produksi seperti produksi telur, pembentukan jaringan, lemak dan bulu. Sumber utama energi dalam ransum penelitian ini yaitu dari konsentrat dan jagung, sedangkan daun C. usaramoensis digunakan sebagai sumber utama protein, tetapi dapat juga sebagai sumber energi, karena selain dari karbohidrat sumber energi juga dapat diperoleh dari lemak dan protein, Anggorodi (1995) menyatakan energi yang dibutuhkan unggas dapat berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Protein mempengaruhi nilai energi metabolis, karena pembakaran 1 g protein dalam tubuh unggas mampu menghasilkan kira-kira 4,25 kkal energi metabolis (Wahju, 2004). Retensi Nitrogen Hasil penelitian perlakuan pemberian daun C. usaramoensis dalam ransum burung puyuh terhadap retensi nitrogen dapat dilihat pada Tabel menunjukan bahwa ransum kontrol dengan ransum perlakuan yang diberi daun C. usaramoensis tidak berpengaruh nyata terhadap retensi nitrogen. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata retensi nitrogen burung puyuh adalah T0 : 0,50; T1 : 0,48; T2 : 0,5 dan T3 : 0,49 g. Perlakuan Retensi Nitrogen T0 T1 T2 T3 ------------------------------(g)------------------------------- U1 0,59 0,42 0,57 0,43 U2 0,47 0,59 0,49 0,48 U3 0,48 0,41 0,54 0,49 U4 U5 0,56 0,42 0,51 0,48 0,54 0,42 0,53 0,51 Rerata 0,50 0,48 0,51 0,49 Dari data Tabel di atas dapat diketahui retensi nitrogen yang dihasilkan pada ransum kontrol (T0) dengan perlakuan (TI sampai T3) yang diberi daun C. usaramoensis sebesar 3, 6 dan 9% hasil yang didapat relatif sama. Pemberian

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, halaman 211 daun C. usaramoensis sampai 9% hanya memberikan kontribusi sebesar 0,6% dan hal tersebut belum mampu menunjukkan pengaruh nyata. Retensi nitrogen yang tidak berbeda nyata disebabkan karena konsumsi protein dari keempat perlakuan tidak berbeda nyata, selain itu keempat ransum perlakuan mempunyai tingkat protein dan energi yang relatif sama. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Wahju (2004), yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi retensi nitrogen yaitu konsumsi protein, kualitas protein dan energi metabolis. Hasil rata-rata retensi nitrogen dari keempat perlakuan adalah 0,50 g, sedangkan penelitian Haryani (2006) terhadap burung puyuh periode grower dengan kandungan protein 24% dan energi metabolis 2800 kkal/kg menghasilkan retensi nitrogen 0,41 g. Menurut Wahju (2004) nilai retensi nitrogen yang lebih tinggi berarti nilai nitrogen yang tertinggal di dalam tubuh lebih banyak sehingga nitrogen yang terbuang bersama ekskreta lebih sedikit. Pemberian ransum dengan tingkat protein yang sama pada ternak menyebabkan nitrogen yang diserap relatif sama atau retensi nitrogen dari keempat perlakuan tidak berbeda nyata. Tinggi rendahnya retensi nitrogen juga dipengaruhi oleh keadaan ternak dalam memanfaatkan nitrogen yang dikonsumsinya, sesuai dengan pendapat (Mahfudz et al., 2010) bahwa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya retensi nitrogen adalah konsumsi nitrogen, kualitas protein dan keadaan ternak. Nitrogen yang diserap dalam tubuh dimanfaatkan ternak untuk proses produksi yaitu pada periode grower berupa proses pendewasaan alat reproduksi dan pertambahan bobot badan harian. Wahju (2004) menyatakan retensi nitrogen yang tinggi akan menghasilkan pertumbuhan ternak yang tinggi, sehingga produksi yang diharapkan dapat diperoleh dalam waktu yang cepat. Nitrogen yang dimaksud adalah nitrogen yang berasal dari protein, sehingga retensi nitrogen dapat digunakan untuk menilai kualitas protein ransum. Efisiensi Ransum Hasil penelitian perlakuan pemberian daun C. usaramoensis dalam ransum burung puyuh terhadap efisiensi ransum dapat dilihat pada Tabel, menunjukan

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, halaman 212 bahwa ransum kontrol dengan ransum perlakuan yang diberi daun C. usaramoensis tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi ransum. Perlakuan Efisiensi Ransum T0 T1 T2 T3 -------------------------- (%) --------------------------- U1 33,75 31,48 31,74 32,47 U2 24,45 32,60 27,09 32,20 U3 28,30 32,11 28,49 33,61 U4 U5 30,64 32,51 32,26 32,46 31,96 28,33 30,13 32,28 Rerata 29,93 32,18 29,52 32,14 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi ransum burung puyuh berturut-turut adalah T0 : 29,93; T1 : 32,18; T2 : 29,52 dan T3 : 32,14%. Perlakuan pemberian daun C. usaramoensis level 3-9% pada ransum (T1 sampai T3) tidak menunjukkan perbedaan nyata dengan ransum kontrol (T0). Hal tersebut menunjukkan jumlah konsumsi dan pertambahan bobot badan yang dihasilkan dari perlakuan ransum yang diberi daun C. usaramoensis dengan ransum kontrol relatif sama. Efisiensi ransum salah satunya dipengaruhi oleh konsumsi ransum, pada taraf sampai perlakuan 9% menunjukkan tidak ada penurunan tingkat konsumsi yang menunjukkan pemberian daun C. usaramoensis tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi ransum dan proses pencernaan pada burung puyuh dapat berjalan optimal. Hal tersebut bertentangan dengan pendapat Widodo (2010) bahwa pirolizidin alkaloid jika dikonsumsi ternak dapat menyebabkan konsumsi pakan rendah, gangguan fungsi hati dan kerusakan pada pembuluh darah yang pada akhirnya berdampak kematian pada ternak. Tingkat pemberian ransum dengan daun C. usaramoensis 3, 6 dan 9% tidak berbeda nyata dengan ransum kontrol. Hal tersebut membuktikan kandungan zat anti nutrisi pirrolizidin alkaloid yang telah dilakukan pengolahan dengan pemanasan tidak mempengaruhi tingkat konsumsi dan pertumbuhan burung puyuh. Sesuai dengan pendapat Anggorodi, (1979) bahwa tumbuhan yang mengandung protein tinggi dan yang telah mendapat perlakuan pemanasan untuk menghilangkan zat anti

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, halaman 213 nutrisi akan memberikan hasil yang sama atau lebih unggul dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari protein hewan. Konsumsi ransum yang relatif sama dan didukung oleh pertambahan bobot badan yang tidak berbeda nyata, sehingga berpengaruh terhadap nilai efisiensi ransum, karena efisiensi ransum merupakan perbandingan dari produk yang dihasilkan dengan jumlah konsumsi. Menurut Tillman et al., (1991) bahwa efisiensi penggunaan ransum yang terbaik ditunjukkan dari semakin besar efisiensi ransum yang dihasilkan. Semakin tinggi nilai efisiensi ransum menunjukkan ternak efisien dalam mengkonsumsi ransum untuk menghasilkan bobot badan. Suprijatna et al., (2005) menyatakan efisiensi ransum dipengaruhi oleh bobot badan, kandungan energi metabolis ransum, kecukupan zat-zat dalam ransum, temperatur lingkungan dan kesehatan ternak. Efisiensi ransum merupakan ukuran keberhasilan suatu usaha peternakan sehingga apabila dilakukan pemilihan ransum maka pemberian daun C. usaramoensis pada presentase 9% lebih efisien. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang pemberian Crotalaria usaramoensis sampai 9% sama dengan ransum kontrol sehingga Crotalaria usaramoensis dapat dijadikan sebagai bahan pakan alternatif sumber protein pada ransum burung puyuh. Saran Perlu penelitian lebih lanjut dengan meningkatkan pemberian Crotalaria usaramoensis dari persentase 9%. DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia, Jakarta.

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, halaman 214 Anggorodi, H. R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Cetakan I, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Daulay, A. H., I. Bahri dan K. Sahputra. 2007. Pemanfaatan tepung buah mengkudu (Morinda citrifolia) dalam ransum terhadap performans burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica) umur 0-42 hari. J. Agribisnis Peternakan. 3 (1): 23-28. Hartono, T. 2004. Permasalahan Puyuh dan Solusinya. Penebar Swadaya, Jakarta. Haryani, I. K. 2006. Pengaruh Level Protein Ransum terhadap Konsumsi Protein, Rasio Efisiensi Protein (ERP), dan Retensi Nitrogen Puyuh Betina Periode Pertumbuhan. Skripsi Sarjana Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Kamaruddin, A. dan A. Zainal. 1987. Penggunaan tepung daun leguminosa dibandingkan dengan bngkil kedelai sebagai sumber protein pada ternak domba. Bull. Mater. 7 (2): 1-6. Mahfudz, L. D., T. A. Sarjana dan W. Sarengat. 2010. Efisiensi Penggunaan Protein Ransum yang Mengandung Limbah Destilasi Minuman Beralkohol (LDMB) oleh Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Jantan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pond, W. G., D. C. Church and K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. 4 th Edition. John Wiley and Sons, United States of America. Sibbald, I. R. and M. S. Wolynetz. 1985. Estimates of retained nitrogen used to correct estimates of bioavailable energy. Poultry Sci. 64: 1506-1513. Steel, R. G. D. & J. H. Torrie. 1989. Prinsip dan Prosedur Statistika. P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. (Diterjemahkan oleh B. Sumantri). Suprijatna, E., Umiyati A., dan Ruhyat K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Cetakan I, Penebar swadaya, Jakarta. Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan V, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Widodo, W. 2010. Tanaman Beracun bagi Kehidupan Ternak. (http://wahyuwidodo.staff.umm.ac.id/files/2010/01). Diakses pada tanggal 15 Oktober 2011.