Penampilan Reproduksi Induk Babi Landrace yang Dipelihara Secara Intensif di Kabupaten Badung

dokumen-dokumen yang mirip
Estimasi Parameter Genetik Induk Babi Landrace Berdasarkan Sifat Litter Size dan Bobot Lahir Keturunannya

HUBUNGAN ANTARA PERIODE BERANAK DENGAN LITTER SIZE DAN BOBOT LAHIR ANAK BABI, DI PERUSAHAN PETERNAKAN BABI, KEDUNGBENDA, KEMANGKON PURBALINGGA

PRODUKTIVITAS BERBAGAI GALUR BABI RAS IMPOR SELAMA PERIODE LAKTASI

PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP

KERAGAMAN JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN BOBOT LAHIR BANGSA BABI GALUR MURNI AUSTRALIA

PERFORMANS PRODUKSI DAN REPRODUKSI TERNAK BABI LOKAL DI KODYA KUPANG

Analisis Biaya dan keuntungan...simon pardede

EFISIENSI REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPELIHARA DI PEDESAAN

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

Performan Anak Babi Silangan Berdasarkan Paritas Induknya

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

VI. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

SKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM STUD1 ILMU NUTFUSI DAN MAKAWAN TERNAK

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KOMPONEN RAGAM SIFAT PERTUMBUHAN PADA BANGSA BABI LANDRACE

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LUAR HALAMAN SAMPUL DALAM LEMBAR PENGESAHAN

Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP.

ABSTRAK PENELITIAN BERBASIS HIBAH UNGGULAN PERGURUAN TINGGI (U.P.T) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut

POPULASI DAN PERFORMANS REPRODUKSI BABI BALI BETINA DI KABUPATEN KARANGASEM SEBAGAI PLASMA NUTFAH ASLI BALI

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN

PENGARUH PENAMBAHAN KACANG KEDELAI ( Glycine max ) DALAM PAKAN TERHADAP POTENSI REPRODUKSI KELINCI BETINA NEW ZEALAND WHITE MENJELANG DIKAWINKAN

STATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BERBAGAI BANGSA SAPI DI DESA SRIWEDARI, KECAMATAN TEGINENENG, KABUPATEN PESAWARAN

PENGARUH PEMBERIAN PARACETAMOL DALAM PAKAN TERHADAP GAMBARAN DARAH (TOTAL LEUKOSIT DAN DIFERENSIAL LEUKOSIT) AYAM PEDAGING SKRIPSI

PENGARUH BOBOT LAHIR DENGAN PENAMPILAN ANAK BABI SAMPAI DISAPIH. Marfiane M. Nangoy*, M.T. Lapian**, M. Najoan***, J. E. M.

KAJIAN PRODUKTIVITAS TERNAK KAMBING PADA SISTEM PEMELIHARAAN YANG BERBEDA DI KECAMATAN ANDOOLO BARAT KABUPATEN KONAWE SELATAN

Hubungan antara bobot badan induk dan bobot lahir pedet sapi Brahman cross pada jenis kelamin yang berbeda

PRODUKTIVITAS KAMBING KACANG PADA KONDISI DI KANDANGKAN: 1. BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH, JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN DAYA HIDUP ANAK PRASAPIH

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

DOE PRODUCTIVITY AND KID CROP OF ETAWAH GRADE DOES KEPT UNDER INDIVIDUAL AND GROUP HOUSING IN TURI SUB DISTRICT, SLEMAN DISTRICT - DIY PROVINCE

PENGARUH JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KINERJA ANAK DOMBA SAMPAI SAPIH. U. SURYADI Jurusan Peternakan, Politeknik Negeri Jember

POPULASI DAN PERFORMA REPRODUKSI BABI BALI BETINA DI KABUPATEN KARANGASEM SEBAGAI PLASMA NUTFAH ASLI BALI

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT SELAMA PRAPARTUM DAN MENYUSUI TERHADAP KINERJA ANAK BABI DI PETERNAKAN RAKYAT

J. M. Tatipikalawan dan S. Ch. Hehanussa Staf Fakultas Pertanian Unpatti Ambon ABSTRACT

KEMAJUAN GENETIK SAPI LOKAL BERDASARKAN SELEKSI DAN PERKAWINAN TERPILIH

DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... ABSTRACT... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

I. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang

PENGARUH PERBEDAAN KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PERTUMBUHAN KELINCI LEPAS SAPIH PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE SKRIPSI BADRI YUSUF

NI Luh Gde Sumardani

PENAMBAHAN DAUN KATUK

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

Pemakaian Asam Organik dan Anorganik sebagai Acidifier berpengaruh Positif terhadap Performan Anak Babi Pasca Sapih

PENGARUH PENYUNTIKAN OKSITOSIN SEBELUM INSEMINASI PADA BABI TERHADAP PERSENTASE KEBUNTINGAN DAN JUMLAH ANAK PER KELAHIRAN

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN DI KABUPATEN MALANG

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

SKRIPSI PENGARUH IMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN BABI BALI JANTAN LEPAS SAPIH I PUTU SUKA YASA UTAMA

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PEDET SAPI POTONG HASIL INSEMINASI BUATAN

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

PERTUMBUHAN PRA-SAPIH KAMBING PERANAKAN ETAWAH ANAK YANG DIBERI SUSU PENGGANTI

KETERANDALAN PITA DALTON UNTUK MENDUGA BOBOT HIDUP KERBAU LUMPUR, SAPI BALI DAN BABI PERSILANGAN LANDRACE

UKURAN LINIER TUBUH BABI LOKAL TIMOR JANTAN YANG DIPELIHARA SECARA EKSTENSIF Redempta Wea dan Theresia Koni ABSTRACT

PARAMETER GENETIK: Pengantar heritabilitas dan ripitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DANKOMPONEN RAGAM SIFAT PERTUMBUHAN PADA BANGSA BABI YORKSHIRE

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

ANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN BOJONEGORO. Moh. Nur Ihsan dan Sri Wahjuningsih Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang

PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH

PEMBERIAN KONSENTRAT DENGAN LEVEL PROTEIN YANG BERBEDA PADA INDUK KAMBING PE SELAMA BUNTING TUA DAN LAKTASI

SKRIPSI OLEH : RINALDI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

SEBARAN, STRUKTUR POPULASI DAN KINERJA REPRODUKSI BABI LOKAL DI KECAMATAN TINANGGEA KABUPATEN KONAWE SELATAN ABSTRACT

SELEKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWA BERDASARKAN NILAI INDEKS PRODUKTIVITAS INDUK DI KECAMATAN METRO SELATAN KOTA METRO

FINANCIAL ANALYSIS OF FATTENING CROSSING BOER (F1) LIVESTOCK COMPANY IN CV. AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

SERVICE PER CONCEPTION (S/C) DAN CONCEPTION RATE (CR) SAPI PERANAKAN SIMMENTAL PADA PARITAS YANG BERBEDA DI KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR

ESTIMASI OUTPUT BABI DI KABUPATEN TABANAN PROVINSI BALI OUTPUT ESTIMATION OF PIG IN TABANAN REGENCY, BALI PROVINCE

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

Analisis litter size, bobot lahir dan bobot sapih hasil perkawinan kawin alami dan inseminasi buatan kambing Boer dan Peranakan Etawah (PE)

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

RIWAYAT HIDUP. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2005 di SDN 1

Identifikasi Bobot Badan dan Ukuran-ukuran Tubuh Itik Bali...Herbert Jumli Tarigan

PENGARUH FAKTOR NON GENETIK TERHADAP BOBOT LAHIR KAMBING BOER PADA STASIUN PERCOBAAN LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG SEI PUTIH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

Evaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

DINAMIKA POPULASI SAPI POTONG DI KECAMATAN PAMONA UTARA KABUPATEN POSO

Jurnal Kajian Veteriner Desember 2015 Vol. 3 No. 2 : ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERSILANGAN AYAM PELUNG JANTAN X KAMPUNG BETINA HASIL SELEKSI GENERASI KEDUA (G2)

PENCAPAIAN BOBOT BADAN IDEAL CALON INDUK SAPI FH MELALUI PERBAIKAN PAKAN

ANALISIS POTENSI REPRODUKSI KAMBING KACANG DI WILAYAH PESISIR KEPULAUAN WANGI-WANGI, KABUPATEN WAKATOBI

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENAMPILAN REPRODUKSI AYAM KAMPUNG DI DESA KOTO PERAMBAHAN KECAMATAN KAMPAR TIMUR KABUPATEN KAMPAR

TINJAUAN PUSTAKA. yang cepat, jumlah anak per kelahiran (littersize) yang tinggi dan efisiensi

EVALUASI POTENSI GENETIK GALUR MURNI BOER

Pertumbuhan Anak Kambing Peranakan Etawah (PE) Sampai Umur 6 Bulan di Pedesaan

Transkripsi:

Penampilan Reproduksi Induk Babi Landrace yang Dipelihara Secara Intensif di Kabupaten Badung ( REPRODUCTIVE PERFORMANCE OF THE LANDRACE SOWS INTENSIVELY MAINTAINED IN BADUNG) Ita Octarina Purba 1, Made Kota Budiasa 1, Ida Bagus Komang Ardana 2 1 Laboratorium Reproduksi, 2 Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Jln P. B. Sudirman Denpasar Bali Telp.0361-223791, Faks. (0361) 223791 E-mail: tha.phoegirl@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian untuk mengetahui penampilan reproduksi induk babi landrace yang dipelihara secara intensif di Kabupaten Badung. Penelitian ini bersifat deksriptif dengan melakukan wawancara dan mengamati secara langsung di peternakan babi intensif di kecamatan Abiansemal, Petang dan Mengwi Kabupaten Badung, tentang penampilan reproduksi yang meliputi lama kebuntingan, litter size, umur sapih, dan berat sapih. Pengamatan dan pencatatan kinerja reproduksi dilakukan pada 106 ekor induk babi landrace yang dibagi empat kelompok yaitu kelompok induk babi yang pertama kali melahirkan, kedua kali melahirkan, ketiga kali melahirkan, dan keempat kali melahirkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama kebuntingan induk babi tidak berbeda nyata (p>0.05), namun relatif konstan dengan kisaran 114 hari atau 3 bulan 3 minggu 3 hari. Adanya perbedaan litter size pada kelahiran pertama dengan kedua mungkin disebabkan karena adanya perbedaan kualitas induk yang dipelihara, namun pada kelahiran berikutnya litter size cenderung meningkat. Umur sapih yang dilakukan peternak babi intensif di Kabupaten Badung tidak berbeda nyata (p>0.05), dengan kisaran 4 minggu dengan berat sapih mencapai standar. Simpulan dari penelitian ini yaitu lama kebuntingan induk babi, umur sapih dan berat sapih tidak berbeda nyata (p>0.05), namun litter size pada kelahiran pertama dan kedua berbeda dimana pada kelahiran berikutnya litter size cenderung meningkat. Kata Kunci: lama kebuntingan, litter size, umur sapih, berat sapih. ABSTRACT The purpose of this research are to know the performance of the sows reproduction. it's reared intensively in Kabupaten Badung and held on August until September 2012. This research characteristic are by descriptive with doing interview and observation in pig farm at Kabupaten Badung. The sample was taken in three Kecamatan, which are Kecamatan Abiansemal, Petang, and Mengwi. The priority on this reproduction performance are long gestation, litter size, weaning age, and weaning weight. Observation and recording the reproduction performance was taken with 106 landrace sows at Kabupaten Badung. The samples studied were divided into four group, the group of sows gave birth for the first time, second time, third time and fourth time. Based on these studies it is known a long gestation of sows were not significantly different ( P> 0.05 ), means long gestation of sows relatively constant in range 114 days or 3 months 3 weeks 3 days ; There are difference litter size at birth of first and second, it's can caused by the difference of sows quality, however on the next birth, the litter size increased ; weaning Age were not significantly different ( p> 0.05 ),means the weaning age applied by the farmer, relatively similar with range 4 weeks; weaning weight were not significantly different ( p> 0.05 ), means the weaning weight did not differ much and was up to standard. The conclusions of this study are long gestation of sows, weaning age and weaning weight were not significantly different (P> 0.05), but litter size at birth of first and second different where the next birth litter size is likely to increase Key words: long gestation, litter size, weaning age, weaning weight. 163

PENDAHULUAN Babi merupakan salah satu ternak yang sangat berarti dalam penyediaan protein hewani bagi sebagian masyarakat di Indonesia dan merupakan penyumbang sumber protein hewani nomor tiga setelah unggas dan sapi. Peternakan babi diusahakan secara intensif, terkurung dalam kandang dengan penanganan menggunakan teknologi maju dan pertimbangan ekonomi agar memberikan produksi yang lebih baik. (Agri, 2011). Peternakan babi di Bali memegang peranan penting dalam menyediakan daging babi untuk upacara adat dan upacara keagamaan. Peternakan babi tersebar diseluruh kabupaten termasuk di Kabupaten Badung yang tersebar di kecamatan Abiansemal, Petang, dan Mengwi, merupakan wilayah pertanian dan peternakan dimana mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai petani peternak. Kebutuhan akan daging babi di Kabupaten Badung cukup tinggi karena merupakan salah satu daerah pariwisata yang banyak dikunjungi wisatawan baik mancanegara maupun domestik yang mengkomsumsi daging babi. Peternak akan mendapat keuntungan bila hasil produksi mencapai standar yang ditetapkan. Ada beberapa sifat kualitatif ternak babi yang bermanfaat ekonomi menguntungkan peternak, seperti daya produksi, jumlah dan bobot anakan saat lahir, disapih dan dibesarkan, mortalitas rendah serta efisiensi penggunaan pakan yang tinggi (Fahmy dan Bernard, 1972). Namun produktivitas ternak babi masih belum optimal (Geisert dan Schmitt, 2002). Oleh karena itu, dilakukan penelitian tentang penampilan reproduksi induk babi landrace yang dipelihara secara intensif di kabupaten Badung. Penampilan reproduksi induk babi landrace yang diteliti meliputi lama kebuntingan, litter size, umur sapih, dan berat sapih. METODE PENELITIAN Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah induk babi landrace yang dipelihara dipeternakan babi intensif di kecamatan Abiansemal, kecamatan Petang, dan kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung sebanyak 106 ekor. Data penampilan reproduksi diambil dari hasil wawancara dengan pemilik peternakan dengan mengajukan kuisioner. Kriteria peternakan intensif yang diteliti adalah peternakan- peternakan yang memiliki induk lebih dari 5 ekor dengan tata cara budidaya yang baik dengan menggunakan teknologi maju dan dengan pertimbangan ekonomi. Penelitian ini dimulai dengan menyiapkan kuisioner, kemudian mengunjungi peternakan yang sudah ditetapkan dan melakukan wawancara kepada peternak dengan menggunakan kuisioner sebagai alat ukur, sampel induk yang di data dibagi kedalam empat kelompok yaitu kelompok induk yang pertama kali melahirkan, kelompok induk yang dua 164

kali melahirkan, kelompok induk yang tiga kali melahirkan, dan kelompok induk yang empat kali melahirkan. hal ini dilakukan untuk mendapatkan sampel yang homogen, Setelah hasil wawancara dan data terkumpul, data ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan rata- rata kinerja reproduksi induk babi landrace yang diteliti. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengamatan dan pencatatan yang dilakukan, Rata-rata lama kebuntingan pada kelahiran pertama 114,58 hari, pada kelahiran kedua 114,40 hari, pada kelahiran ketiga 114,00 hari, dan pada kelahiran keempat 114,13 hari. Jika dianalisis secara statistik lama kebuntingan tidak berbeda nyata (p>0.05). hal ini menunjukkan bahwa lama kebuntingan induk babi relatif konstan yaitu berkisar 114 hari atau 3 bulan 3 minggu 3 hari (Agri, 2011). Pengetahuan peternak terhadap masa kebuntingan induk babi sangat penting dalam menentukan kualitas anak yang dihasilkan karena dengan mengetahui umur kebuntingan induk babi, peternak dapat menentukan manajemen pemeliharaan yang tepat (Ardana dan Harya Putra, 2008). Manajemen pemeliharaan yang dapat dilakukan seperti tidak memberikan tambahan pakan pada awal kebuntingan untuk menekan kematian embrio menjadi seminimal mungkin, penambahan pakan pada usia kebuntingan selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi induk dan calon anak, menjaga kebersihan kandang dan kesehatan induk serta menyediakan kandang induk bunting dan kandang induk melahirkan (Ardana dan Harya Putra, 2008). Dari hasil pengamatan dan pencatatan yang dilakukan pada peternakan intensif di kabupaten Badung diketahui bahwa litter size yang dihasilkan pada kelahiran pertama dan kedua dari masing-masing kelompok induk berbeda nyata (p<0.05), hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan adanya perbedaan kualitas induk yang digunakan sebagai indukan. Namun pada kelahiran berikutnya litter size yang dihasilkan cenderung naik meskipun secara statistik tidak berbeda nyata (p<0.05), hal ini menunjukkan bahwa peningkatan litter size pada kelahiran berikutnya tidak signifikan. Secara umum litter size lahir terus meningkat dari paritas pertama hingga keempat, kemudian terjadi penurunan pada paritas selanjutnya. Induk pada paritas ketiga dan keempat memiliki penampilan terbaik dan pada paritas ketujuh memiliki penampilan terburuk. Perbedaan litter size lahir hidup antara paritas pertama dengan paritas ketiga dan keempat sebesar 0,7 ekor (Rodriguez-Zas et. al., 2003). Litter size yang dihasilkan oleh seekor induk babi landrace 10,94 ekor (Milagres et. al., 1983), dapat dikatakan baik apabila mencapai 11,3 ekor dan sangat baik apabila mencapai 12,5 ekor (Ardana dan Harya Putra, 2008). Rata-rata litter size induk babi landrace yang dipelihara 165

secara intensif di kabupaten Badung pada kelahiran pertama 9,44 ekor; kelahiran kedua 9,82 ekor; kelahiran ketiga 10,60 ekor; kelahiran keempat 10,50 ekor. Litter size yang dihasilkan oleh induk babi landrace yang dipelihara secara intensif di kabupaten Badung belum mencapai standar. Jumlah anak per kelahiran seperindukan (litter size) merupakan gambaran fertilitas induk dan pejantan serta mutu tatalaksana yang dilakukan (Aritonang dan Silalahi, 2001). Rendahnya litter size yang dihasilkan oleh seekor induk babi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pejantan dan induknya (Kingston, 1983), laju hidup embrio selama berkembang (Sihombing, 1997). Menurut Satriavi et. al. (2013), produktivitas ternak ditentukan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan, serta adanya interaksi faktor genetik dan lingkungan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siewerdt et. al. (1995), menunjukkan bahwa terdapat pengaruh lingkungan yang menyebabkan rendahnya nilai heritabilitas pada sifat litter size babi. Sedangkan menurut Millegres et. al. (1983), litter size akan dipengaruhi oleh periode kelahiran induk, bangsa babi, dan sudah berapa kali induk tersebut beranak. Perbedaan litter size juga dapat dipengaruhi oleh perbedaan musim dimana musim panas litter size lebih rendah dibanding musim lainnya (Radev et. al., 1982). Menurut Tumbaleka dan Siagian (2007), untuk menghasilkan litter size yang tinggi sampai disapih, perlu perhatian mengenai waktu pengawinan yang tepat (alami maupun IB), usaha menurunkan mortalitas, memperhatikan umur penyapihan, waktu sapih ke bunting kembali, dan paritas induk. Dari hasil pengamatan dan pencatatan yang dilakukan pada peternakan intensif di kabupaten Badung diketahui bahwa rata-rata umur sapih yang dilakukan pada kelahiran pertama 4,50 minggu, pada kelahiran kedua 4,40 minggu, pada kelahiran ketiga 4,32 minggu, dan pada kelahiran keempat 4,50 minggu. Secara statistik, umur sapih yang dilakukan oleh peternak di kabupaten Badung tidak berbeda nyata, hal ini menunjukkan bahwa umur sapih yang dilakukan oleh peternak di kabupaten Badung relatif sama yaitu sekitar 4 minggu. Sistem penyapihan anak yang dilakukan oleh peternak berbeda-beda diantaranya 4-6 minggu (Sihombing, 1997). Menurut Ardana dan Harya Putra (2008), ada beberapa sistem penyapihan yang biasa dilakukan oleh peternak yaitu sistem penyapihan anak umur 4-6 minggu, umur 3-4 minggu, dan sistem penyapihan dini pada umur 14-19 hari. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka umur sapih yang dilakukan oleh peternak di kabupaten Badung relatif sama dengan yang dilakukan kebanyakan peternak modern pada umumnya. Pemilihan sistem penyapihan tergantung pada dampak masing-masing sistem penyapihan 166

tersebut terhadap kinerja reproduksi induk selanjutnya, laju pertumbuhan anak, dan penggunaan kandang melahirkan secara efisien. Peternak dapat melakukan penyapihan lebih cepat (kurang dari 4 minggu) tergantung mutu penanganan yang dilakukan (Ardana dan Harya Putra, 2008). Dari hasil pengamatan dan pencatatan yang dilakukan, Rata-rata berat sapih pada kelahiran pertama 7,66 kg, pada kelahiran kedua 7,78 kg, kelahiran ketiga 7,91 kg, dan pada kelahiran keempat 8,00 kg. Jika dianalisis secara statistik berat sapih anak babi landrace yang dipelihara di kabupaten Badung tidak berbeda nyata (p>0.05), hal ini menunjukkan bahwa berat sapih anak babi landrace pada peternakan intensif dikabupaten Badung relatif sama dan telah mencapai standar. Berat sapih anak babi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, kesehatan anak babi, produksi air susu induk dan cara pemberian pakan (Sihombing, 1997). SIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan dan pencatatan terhadap penampilan reproduksi induk babi landrace yang dipelihara secara intensif di kabupaten Badung dapat disimpulkan bahwa lama kebuntingan induk babi, umur sapih dan berat sapih tidak berbeda nyata (p>0.05), namun litter size pada kelahiran pertama dan kedua berbeda dimana pada kelahiran berikutnya litter size cenderung meningkat. SARAN Penelitian terhadap penampilan reproduksi terutama litter size pada kelahiran kelima dan seterusnya dan penelitian tentang penampilan reproduksi induk babi landrace yang dipelihara secara intensif perlu dilakukan di seluruh propinsi Bali untuk mengetahui penampilan reproduksi induk babi landrace di propinsi Bali. UCAPAN TERIMAKASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada peternak babi intensif di Kabupaten Badung yang telah menyediakan waktu dan tempat untuk melakukan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Agri F. 2011. Cara mudah usaha ternak. Cahaya Atma. Yogyakarta. Ardana IBK.Putra DK.Harya. 2008. Ternak Babi (Manajemen Reproduksi, Produksi, dan Penyakit). Udayana University Press. Bali. 167

Aritonang D.Silalahi M. 2001. Produktivitas Berbagai Galur Babi Ras Impor Selama Periode Laktasi. Jurnal ilmu ternak dan veteriner. Vol. 6 no. 1. Fahmy MM.Bernard CS. 1972. Interrelations between some reproductive traits in swine. J. Anim. Sci. 52:39. Geisert RD.Schmitt RAM. 2002. Early Embryonic Survival In The Pig : Can It Be Improved. J. Anim. Sci. 80 :54-85 Kingston NG. 1983. The problem of low litter size. Anim. Breed. Abstr. 51 (12): 912. Milagres JC.Fedalto LM.Silva AE.Peraira. 1983. Source of variation in litter size and weight birth and 21 days of age in Duroc, Landrace, Large White Pigs. Anim. Breed. Abstr.51 (7) : 552. Radev G.Andrew A.Syarov I.Apostolou N.Kostov L.Kristov S. 1982. The effect of high temperature during summer on reproduction of pigs at large intensive unit. Anim. Breed Abstr. 50 (10) :666. Rodriguez-Zas SL.Suothey RV.Knox JF.Cannor JF.Lowe BJ.Roskamp. 2003. Bioeconomic evaluation of sow longevity and profitability. Journal of Animal Science. 81: 2915-2922. Satriavi K.Wulandari Y.Subagyo YBP.Indreswari R.Sunarto Prastowo S. Widyas N. 2013. Estimasi Parameter Genetik Induk Babi Landrace Berdasarkan sifat Litter size dan Bobot Lahir Keturunannya. Tropical Animal Husbandry Vol. 2 (1): 28-33. Siewerdt F.Cardelino RA.Rosa VC. 1995. Genetic parameters of litter traits in three pig breed in southern Brazil. Journal of Brazilian Genetics. 18: 199-205. Sihombing DTH. 1997. Ilmu Ternak Babi. Cetakan pertama. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Tumbaleka ITA.Ligaya PH.Siagian. 2007. Pengaruh Sistem Pengawinan dan Paritas Terhadap Penampilan Reproduksi Ternak Babi di PT. Adhi Farm, Solo, Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Ternak Vol. 7 No. 2 :145-148. 168