Purwandita Anggarini, Lutfi Nurdian Asnindari STIKES Aisyiyah Yogyakarta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN.

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PETUGAS KESEHATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN PRE SECTIO CAESAREA DI PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RSUD SETJONEGORO KABUPATEN WONOSOBO NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PREOPERATIVE DI RS MITRA HUSADA PRINGSEWU

GAMBARAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG DADALI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Oleh : Arni Wianti

HUBUNGAN PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERSEPSI PASIEN TERHADAP MUTU ASUHAN KEPERAWATAN DI RSU AT-TUROTS AL-ISLAMY YOGYAKARTA

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUMAH SAKIT UMUM AISYIYAH PONOROGO NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RS PKU MUHAMMADIYAH SUKOHARJO. Fadilah Anik Arbani

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. ZAINOEL ABIDIN, 2013.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam kriteria penelitian atau masuk dalam drop out sehingga tersisa 105

DAMPAK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS WARAKAS JAKARTA UTARA

EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT

Kata Kunci : Komunikasi Terapeutik Perawat, Kepuasan Pasien

MUTU PELAYANAN DAN KOMUNIKASI TERAUPETIK YANG BAIK MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN PENGGUNA BPJS KESEHATAN DI RSI NU DEMAK

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DAN KECEMASAN KELUARGA DI RUANG ICU RSTK-II KESDAM-IM BANDA ACEH COMMUNICATION THERAPEUTIC AND ANXIETY FAMILY IN THE ICU

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu

RELATIONSHIP CHARACTERISTICS, KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF COMMUNICATION WITH NURSES IN THE THERAPEUTIC INPATIENT

AWATAN ATI NASKAH PROGRAM. Disusun Oleh : Disetujui Oleh : Tanggal

ANALISIS PENERAPAN STANDAR DOKUMENTASI KEPERAWATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD GAMBIRAN

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN IMOBILISASI FISIK

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

*) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA KELUARGA PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG PICU RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP KELAS III RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II

BAB I PENDAHULUAN. memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Peran perawat tidak hanya

HUBUNGAN PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN KECEMASAN ORANG TUA PADA ANAK HOSPITALISASI

Komunikasi Terapeutik Perawat Berhubungan dengan Kepuasan Pasien. Nurse s Therapeutic Communications is Related with The Patient s Satisfaction

Relationship Anxiety of Preoperative Patients and Increasing of Blood Pressure In Pajajaran RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari.

PERAN PERAWAT TERHADAP KECEMASAN KELUARGA PASIEN YANG DIRAWAT DI UNIT PERAWATAN INTENSIF RS Tri Mulia Herawati 1, Sarah Faradilla 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

Siti Nursondang 1, Setiawati 2, Rahma Elliya 2 ABSTRAK

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

BUDI HARTOYO NIM G2B Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI POLIKLINIK JIWA RSJ GRHASIA YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSU GMIM KALOORAN AMURANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MEKANISME KOPING PENDERITA GASTROENTERITIS KRONIK DI RSUD. DR. HAULUSSY AMBON TAHUN *Dewiyusrianti Lina

Melki Usman 1. Sunarto Kadir. Iqbal D. Husain Jurusan Keperawatan. Fakultas FIKK. Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI

Performance Hospital Service Against The Level Of Anxiety In Child. Performance Pelayanan Rumah Sakit Terhadap Tingkat Kecemasan Anak

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

TINGKAT KECEMASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD DR. SOESELO SLAWI

PERANAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PENCABUTAN GIGI YANG BERUMUR 6-12 TAHUN DI PUSKESMAS NARAS TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI UNIT PERAWATAN KRITIS RUMAH SAKIT UNISMA

HUBUNGAN TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KLIEN KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG EDELWEIS RSUD ULIN BANJARMASIN

PENGARUH TERAPI KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJD DR.AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

Gunawan*, Noor Hidayah**, Yulisetyaningrum***

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP MELATI RSUD SUBANG. Ibrahim N. Bolla, S.Kp.

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN WANITA PRAMENOPAUSE DI DESA BANGSALSARI KECAMATAN BANGSALSARI JEMBER

HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PERAWAT DI RUANG AKUT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSEPSI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSU PANDAN ARANG BOYOLALI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT KRISTEN MOJOWARNO

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI KEMOTERAPI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN. Manuscript

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

BAB III METODE PENELITIAN

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

HUBUNGAN TINGKAT STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh : Muskhab 2 ABSTRACT

Khodijah, Erna Marni, Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG KEMOTERAPI DENGAN KECEMASAN DALAM MENJALANI TINDAKAN KEMOTERAPI DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

Inpatient Satisfaction of Nursing Services in RSUP Dr. Kariadi Semarang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Nopia Wahyuliani

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA SEKOLAH YANG DIRAWAT DI RUANG PERAWATAN ANAK DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

1. Bab II Landasan Teori

Windi Tatinggulu*, Rooije.R.H.Rumende**, Tinneke Tololiu**.

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA TAHUN YANG AKAN MENJALANI KHITAN MASSAL DI PENDAPA AGUNG TAMANSISWA YOGYAKARTA

THE CORRELATION BETWEEN SOCIAL SUPPORT AND ANXIETY LEVEL BEFORE SURGERY TO THE PATIENT IN RSAU DR. S. HARDJOLUKITO, YOGYAKARTA 1 ABSTRACT

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES

SKRIPSI HUBUNGAN TERAPEUTIK PERAWAT-PASIEN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI IRNA C RSUP SANGLAH DENPASAR

SIKAP ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB C/C1 SHANTI YOGA KLATEN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

HUBUNGAN PERSEPSI PASIEN TENTANG PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG FLAMBOYAN RSUD MUNTILAN Purwandita Anggarini, Lutfi Nurdian Asnindari STIKES Aisyiyah Yogyakarta E-mail : purwanditaanggarini@gmail.com Abstract : This study correlation aims at examine the relationship implementation of the patient s perception of the therapeutic nurse communication with the patient's pre-surgery anxiety level in the Flamboyan ward of regency hospital of Muntilan. 79 preoperative patients were sampled using a purposive sampling technique and asked to fill out questionnaires. Data analysis using product moment correlation showed that there is relationship between patients' perceptions about the implementation of the nursing therapeutic communication and the patient's preoperative anxiety level in the Flamboyan ward of regency hospital of Muntilan (r = -.545; ρ =.). it is recommended for nurses to provide care for more attention to the more attention to the communication of the patient so that the patient has a good perception of the implementation of the nursing therapeutic communication, so as to reduce anxiety of patients undergoing surgery. Keywords : Patient s perception, therapeutic communication, anxiety, patient s preoperative Abstrak : Penelitian studi korelasi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di ruang Flamboyan RSUD Muntilan. 79 pasien pre operasi diambil sebagai sampel dengan menggunakan teknik Purposive sampling dan diminta mengisi kuesioner. Analisis data dengan korelasi Product Moment menunjukkan ada hubungan antara persepsi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di ruang Flamboyan RSUD Muntilan (r = -,545; ρ=,). Saran bagi perawat untuk lebih memperhatikan komunikasinya terhadap pasien agar pasien mempunyai persepsi yang baik perawat, sehingga dapat menurunkan kecemasan pasien yang akan menjalani operasi. Kata kunci : Persepsi pasien, komunikasi terapeutik, kecemasan, pasien pre operasi

PENDAHULUAN Kecemasan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan dan disertai dengan tanda somatik yang menggambarkan perasaan keraguankeraguan, keadaan tidak berdaya, ketegangan, kegelisahan, khawatir terhadap sesuatu yang mengancam (Kusuma, 27). Cemas disebabkan oleh hal-hal yang tidak jelas, termasuk didalamnya pasien yang akan menjalani operasi karena tidak tahu konsekuensi operasi dan takut terhadap prosedur operasi itu sendiri (Muttaqin & Kumala, 29). Seseorang yang sangat cemas sehingga tidak bisa berbicara dan mencoba menyesuaikan diri dengan kecemasan sebelum operasi, seringkali menjadi hambatan pada pasca operasi. Bentuk dan tingkat kecemasan yang dialami pasien masing-masing tidak sama. Hal ini karena kecemasan merupakan perasaan subjektif yang hanya dapat dirasakan oleh individu yang bersangkutan. Secara umum perbedaan kecemasan pasien dipengaruhi oleh usia dan pengalaman pasien (Kaplan & Sadock, 997). Ramaiah (23) menguraikan bahwa umumnya kecemasan lebih banyak dialami perempuan karena lebih suka memendam perasaan dan tidak terbuka. Selain itu pengetahuan dan tingkat pendidikan (Stuart & Sundeen, 998), jenis tindakan medis (Long, 996), dan komunikasi terapeutik (Hidayat, 24) juga berpengaruh pada tingkat kecemasan pasien. Salah satu faktor yang dapat menentukan tingkat kecemasan pasien adalah persepsi pasien terhadap komunikasi terapeutik yang terjadi antara perawat dengan pasien. Pasien adalah individu dengan kebutuhan perasaan, dan keperawatan adalah proses interpersonal dan terapeutik, di mana perawat memiliki peran yang cukup penting dalam mempengaruhi, menurunkan kecemasan dan meningkatkan kesehatan pasien melalui proses komunikasi (Potter & Perry, 25). Menurut Stuart dan Sunden, menyebutkan bahwa komunikasi terapeutik dapat meningkatkan keterbukaan antara perawat dan klien sehingga dapat menurunkan kecemasan (Hidayat, 27). Cara perawat dalam membantu pasien selama di rumah sakit tidak lepas dari pandangan pasien terhadap layanan keperawatan yang diberikan perawat. Pandangan pasien tentang layanan yang diberikan tersebut berkaitan dengan persepsi pasien terhadap layanan tersebut. Karakteristik layanan keperawatan dipersepsikan pasien secara aktif selama pasien akan menjalani operasi di rumah sakit. Hasil persepsi pasien ini dapat menimbulkan bermacam-macam respon yang kemudian dapat mempengaruhi timbulnya kecemasan pasien (Nuralita, 22). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSUD Muntilan, terdapat 368 pasien yang melakukan tindakan operasi mayor dalam setahun dan dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada 5 pasien yang akan melakukan tindakan operasi didapatkan data, 3 pasien mengalami insomnia, jantung berdebar dan takut. 4 pasien mengatakan bahwa perawat menjelaskan tindakan, tetapi tanpa memperkenalkan diri dan tidak menanyakan kesiapan pasien sebelum melakukan tindakan. Berdasarkan latar belakang tersebut dirumuskan masalah Hubungan Persepsi Pasien tentang Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di ruang Flamboyan RSUD Muntilan. Penelitian

bertujuan mengetahui hubungan persepsi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di ruang Flamboyan RSUD Muntilan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain studi korelasi (correlation study) dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data independent dan dependent hanya satu kali pada satu saat. Populasi dalam penelitian ini adalah rata-rata tahunan pasien pre operasi mayor di ruang Flamboyan RSUD Muntilan yang berjumlah 368 pasien. Sampel yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Penentuan jumlah sampel tersebut diperoleh dari perhitungan rumus yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael, dengan tingkat kesalahan 5% yaitu 79 responden. Sampel yang diambil sesuai kriteria inklusi pasien pre operasi mayor yang berusia 5-45 tahun, bersedia menjadi responden, bisa membaca, menulis dan bisa diajak berkomunikasi, baru pertama kali melakukan tindakan operasi, dan mempunyai pendidikan terakhir minimal SMP. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner persepsi terapeutik perawat yang berjumlah 24 item pertanyaan dengan skala data interval. Sedangkan untuk kuesioner tingkat kecemasan pasien pre operasi dari HRS-A berjumlah 4 item dengan skala data interval. Sebelum dilakukan analisis data dilakukan uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, karena data terdistribusi normal, maka analisis datanya menggunakan uji statistik parametrik koefisien Product Moment atau koefisien hasil Pearson (Dahlan, 2). HASIL DAN PEMBAHASAN RSUD Muntilan merupakan Rumah Sakit type C non pendidikan yang terletak di jalan Kartini no. 3 Muntilan, merupakan salah satu rumah sakit umum daerah tingkat Kabupaten yang terletak di Kecamatan Muntilan. Berdasarkan hasil penelitian dapat didiskripsikan karakteristik responden sesuai dalam tabel berikut : Tabel. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Karakteristik Frekuensi % Usia (Th) a. 2 6 b. 7 25 c. 26 35 d. 36 45 e. > 46 Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan Tingkat Pendidikan a. Tidak tamat SD b. SD c. SMP d. SMA e. Perguruan Tinggi Tindakan (ke-) a. b. 2 c. 3 d. 4 Operasi 2 3 9 9 8 34 45 5 6 29 8 69 8 2,5 39,2 24, 24,, 43 57,3 9 2,3 36,7 22,8 87,3,,3,3 Tabel. menunjukkan bahwa jumlah terbanyak kategori usia pasien pre operasi di ruang Flamboyan RSUD Muntilan adalah berusia antara 7 25 tahun yaitu 3 orang (39,2%). Jumlah terbanyak dalam kategori jenis kelamin adalah jenis kelamin perempuan yaitu 45 orang (57%). Jumlah terbanyak kategori pendidikan terakhir adalah SMA yaitu 29 orang (36,7%). Sedangkan untuk jumlah terbanyak kategori tindakan operasi adalah operasi ke- yaitu 69 orang (87,3%).

Tabel 2. Persepsi Pasien Pada Tiap Tahap Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat Persepsi Frekuensi % Tahap Orientasi Tahap Kerja Tahap Terminasi Dimensi Respon 25 45 9 24 45 2 48 29 38 2 3,6 57,4 3,4 57 2,7 26,6 6,8 2,7 36,7 48, 5,2 Tabel 2. menunjukkan bahwa pada item tahap orientasi sebagian besar responden memiliki persepsi cukup yaitu sebesar 45 orang (57%). Pada item tahap kerja sebagian besar responden memiliki persepsi cukup yaitu sebesar 45 orang (57%). Pada item tahap terminasi sebagian besar responden memiliki persepsi cukup yaitu sebesar 48 orang (6,8%). Sedangkan pada item dimensi respon sebagian besar responden memiliki persepsi cukup yaitu sebesar 38 orang (48,%). Tabel 3. Persepsi Pasien Tentang Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat Persepsi Frekuensi % Baik Cukup Kurang 22 5 7 27,8 63,3 8,9 Jumlah 79 Tabel 3. menunjukkan bahwa jumlah terbanyak dari penilaian persepsi terapeutik perawat memiliki nilai cukup yaitu 5 orang (63,3%). Tabel 4. Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Tingkat Kecemasan Tidak ada kecemasan Kecemasan ringan Kecemasan sedang Kecemasan berat Kecemasan berat sekali Frekuensi % 36 29 4 45,6 36,7 7,7 Jumlah 79 Tabel 4. Menunjukkan bahwa jumlah terbanyak tingkat kecemasan pasien pre operasi adalah kecemasan ringan yaitu 36 orang (45,6%). Sebelum dilakukan uji statistik parametrik koefisien Product Moment (Pearson), terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov. Dari hasil uji normalitas, untuk variabel persepsi pasien tentang pelaksanaan komunikasi terapeutik mendapatkan nilai signifikansi (p) sebesar,435, sedangkan variabel kecemasan pasien pre operasi mendapatkan nilai signifikansi (p) sebesar,68. Karena kedua data tersebut mempunyai nilai p lebih dari,5, maka diambil kesimpulan bahwa kedua variabel tersebut berdistribusi normal Tabel 5. Hubungan Persepsi Pasien Tentang Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Persepsi Pasien Baik Cukup Kurang Total Tingkat Kecemasan Ringan % Sedang % Berat % 3 6,5 8,,3 23 29, 2 26,6 6 7,6 7 8,9 36 45,6 29 36,7 4 7,7 Total % 22 5 7 79 27,9 63,3 8,7

Tabel 5. menunjukkan bahwa yang mempunyai nilai persepsi baik dengan tingkat kecemasan ringan sebanyak 3 orang (6,5%), yang mempunyai nilai persepsi kurang dengan tingkat kecemasan berat sebanyak 7 orang (8,9%). Sedangkan yang mempunyai nilai persepsi cukup terdisi dari berbagai tingkat kecemasan yaitu 23 orang (29,%) mengalami kecemasan ringan, 2 orang (26,6%) mengalami kecemasan sedang dan 6 orang lainnya (7,6%) mengalami kecemasan berat. Namun dalam nilai persepsi baik terdapat orang (,3%) mengalami kecemasan berat. Tabel 6. Hubungan Persepsi Pasien Pada Tiap Tahap Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi No. Persepsi Pasien. Tahap Orientasi Tingkat kecemasan Ringan Sedang Berat Total F % F % F % F % 4 2 2 7,7 25,3 2,5 9 2,3 25,3 2 5 7 2,5 6,3 8,9 25 45 9 3,6 57,3 Total 36 45,6 29 36,7 4 7,7 79 2. Tahap Kerja 4 2 7,7 26,6,3 8 2,7 22,8,3 6 8 7,6, 24 45 3,4 57 2,7 Total 36 45,6 29 36,7 4 7,7 79 3. Tahap Terminasi 7 27 2 8,9 34,2 2,5 3 5 3,9 6,5 6,3 3 8 3 3,8, 3,8 2 48 26,6 6,8 5,6 Total 36 45,6 29 36,7 4 7,7 79 4. Dimensi Respon 7 8 2,5 22,8,3 9 6 4,4 2,3 5, 3 4 7 3,8 5, 8,9 29 38 2 36,7 48, 5,2 Total 36 45,6 29 36,7 4 7,7 79 Berdasarkan tabel 6. dapat diketahui bahwa pasien yang memiliki persepsi cukup pada item tahap orientasi pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat adalah pasien yang mengalami kecemasan ringan dan sedang yaitu masing-masing sebanyak 2 orang (25,3%). Pada item tahap kerja pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat, pasien yang memiliki persepsi baik dan mengalami kecemasan ringan yaitu sebanyak 4 orang (7,7%). Pada item tahap terminasi pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat, pasien yang memiliki persepsi kurang dan mengalami kecemasan berat yaitu sebanyak 3 orang (3,8%). Sedangkan pada item dimensi respon dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat, pasien yang memiliki persepsi cukup dan mengalami kecemasan ringan yaitu 8 orang (22,8%). Tabel 7. Hasil Analisis Menggunakan Product Moment (Pearson) Persepsi r p N Kecemasan -,545, 79 Dari tabel 7. hasil uji statistik dengan Product Moment (Pearson) di atas diperoleh nilai signifikansi =, (p <,5) dan nilai koefisien korelasi Pearson sebesar -,545 yang dapat disimpulkan

bahwa antara persepsi pasien tentang pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dan tingkat kecemasan pasien pre operasi terdapat hubungan yang sangat bermakna, dengan kekuatan korelasi sedang dan menunjukkan korelasi negatif (berlawanan arah) yang artinya semakin baik persepsi terapeutik perawat, maka semakin rendah tingkat kecemasan yang dialami pasien pre operasi. Persepsi Pasien Tentang Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat Dari hasil penelitian pada tabel 2. memperlihatkan bahwa pada item tahap orientasi sebagian besar responden memiliki persepsi cukup yaitu sebesar 45 orang (57%) dan paling sedikit memiliki persepsi kurang yaitu 9 orang (,4%). Pada item tahap kerja responden yang memiliki persepsi baik sebesar 24 orang (3,4%), 45 orang (57%) memiliki persepsi cukup dan orang lainnya (2,7%) memiliki persepsi kurang tentang pelaksnaan komunikasi terapeutik perawat. Pada item tahap terminasi sebagian besar responden memiliki persepsi cukup yaitu sebesar 48 orang (6,8%) dan paling sedikit mengalami persepsi kurang yaitu orang (2,7%). Serta pada item dimensi respon sebagian besar responden memiliki persepsi cukup yaitu sebesar 38 orang (48,%). Sedangkan persepsi pasien tentang pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat secara keseluruhan tahap sesuai tabel 3. memperlihatkan bahwa dari 79 orang (%) responden didapatkan 5 orang (63,3%) memiliki nilai persepsi cukup, 22 orang (27,8%) memiliki persepsi baik, dan 7 orang lainnya (8,9%) memiliki persepsi kurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (23), bahwa pendidikan seseorang berperan dalam membentuk sikap dan perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan. Karena hasil pendidikan ikut membentuk pola berpikir, pola persepsi dan sikap pengambilan keputusan seseorang. Pendidikan seseorang yang meningkat mengajarkan individu mengambil sikap keputusan yang terbaik untuk dirinya. Orang yang berpendidikan mampu memahami arti hidup, mampu menjalani hidup dengan terarah (Asad, 2). Penjelasan tersebut sejalan dengan pendapat Nuralita (22) yang menjelaskan bahwa, Pandangan pasien tentang layanan keperawatan yang diberikan berkaitan dengan persepsi pasien terhadap layanan tersebut. Karakteristik layanan keperawatan dipersepsikan pasien secara aktif selama pasien akan menjalani operasi di rumah sakit. Layanan keperawatan yang dipersepsikan pasien rawat inap sebagai layanan yang ramah, tanggap terhadap kebutuhan pasien, cepat dan tepat serta didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan akan menimbulkan respon yang baik dari pasien karena menimbulkan rasa senang dan tenang selama menjalani rawat inap. Sebaliknya, bila perawat tidak ramah dan kurang tanggap dengan kondisi pasien selama berada di rumah sakit, pasien dapat mempersepsikan layanan keperawatan sebagai layanan yang buruk dan tidak memuaskan. Kecemasan Pasien Pre Operasi Dalam penelitian ini pada tabel 4. didapatkan hasil bahwa pasien pre operasi yang mengalami kecemasan ringan yaitu 36 orang (45,6%), hal ini didapat dari hasil jawaban tentang kekhawatiran atau rasa takut pasien terhadap proses pembedahan. Untuk pasien yang mengalami kecemasan sedang yaitu 29 orang (36,7%) dan yang

mengalami kecemasan berat yaitu 4 orang (7,7%). Tingkat kecemasan yang terjadi pada responden dipengaruhi oleh delapan faktor yaitu usia, jenis kelamin, pengetahuan, tingkat pendidikan, jenis tindakan medis dan pengalaman pasien. Hasil penelitian yang didapatkan, faktor usia memiliki pengaruh pada tingkat kecemasan. Dari hasil penelitian ini pasien yang memiliki tingkat kecemasan ringan dalam menghadapi operasi sebagian besar dialami pada usia antara 36-45 tahun yaitu orang (3,9%). Untuk tingkat kecemasan sedang sebagian besar dialami pada usia antara 7-25 tahun yaitu 8 orang (22,8%), sedangkan tingkat kecemasan berat sebagian besar dialami pada usia antara 26-35 tahun yaitu 7 orang (8,9%). Hal ini sesuai dengan pendapat Kaplan dan Sadock (997) yang menyatakan bahwa sebagian besar kecemasan terjadi pada umur 2-45 tahun. Sedangkan menurut Tomb (23) menyatakan bahwa kasus kecemasan banyak muncul pada usia 5-3 tahun, karena diusia tersebut adalah usia yang produktif dimana mereka aktif mencari jati diri di dalam kehidupan dan pekerjaannya dan disaat usia aktif mereka harus menghentikan segala aktifitasnya karena sakit, sehingga timbul kecemasan. Jenis kelamin dapat mempengaruhi tingkat kecemasan pasien yang akan menjalankan operasi. Dari hasil penelitian ini didapatkan, sebagian besar tingkat kecemasan ringan dan sedang dialami oleh perempuan yaitu masing-masing 9 orang (24,%). Sedangkan pada tingkat kecemasan berat dialami oleh laki-laki dan perempuan yang masing-masing 7 orang (8,9%). Hal ini sesuai dengan pendapat Ramaiah (23) yang menyatakan bahwa stress lebih banyak dialami oleh perempuan daripada laki-laki. Umumnya kecemasan banyak dialami oleh perempuan karena perempuan lebih suka memendam perasaan dan tidak terbuka. Wanita dalam bertindak ataupun berperilaku berdasarkan pertimbangan emosional atau perasaan (Sunaryo, 24). Stuart & Sundeen (998) menyatakan bahwa pengetahuan yang bertambah akan mempengaruhi terjadinya perubahan pola perilaku dan cara berfikir seseorang sehingga dapat mempengaruhi kecemasan. Dalam penelitian ini faktor pengetahuan telah dikendalikan dengan kriteria inklusi pasien yang dapat mengakses informasi baik dari tim kesehatan maupun dari media informasi lainnya. Faktor berikutnya yang berpengaruh adalah tingkat pendidikan, karena tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan responden yang akhirnya akan berpengaruh juga terhadap penerimaan diri pasien sendiri terhadap penyakit yang ada dalam dirinya. Penerimaan diri pada diri sendiri akan membuat pasien lebih kooperatif dan asertif dalam tindakan keperawatan, namun demikian faktor penentu tidak hanya dari pengetahuan saja melainkan ada faktor lain yaitu adanya tanda dan gejala penyakit yang diderita pasien (Nasir, 29). Dari hasil penelitian ini didapatkan, pendidikan responden terbanyak yang mengalami kecemasan adalah SMA yaitu 29 orang (36,7%) dengan 2 orang (5,2%) mengalami kecemasan ringan, orang (3,9%) mengalami kecemasan sedang dan 6 orang (7,6%) mengalami kecemasan berat. Long (996) menyatakan bahwa klasifikasi suatu tindakan terapi medis yang dapat mendatangkan kecemasan karena terdapat ancaman pada integritas tubuh dan jiwa seseorang. Semakin mengetahui

tentang tindakan operasi, akan mempengaruhi tingkat kecemasan pasien pre operasi. Dalam penelitian ini faktor pengetahuan telah dikendalikan dengan kriteria inklusi pasien dengan tindakan medis atau tindakan bedah mayor. Karena bedah mayor lebih mengancam jiwa. Faktor yang terakhir adalah pengalaman pasien. Pengalaman awal pasien merupakan pengalaman-pengalaman yang sangat berharga yang terjadi pada individu terutama untuk masa-masa yang akan datang. Apabila pengalaman individu kurang, maka cenderung mempengaruhi peningkatan kecemasan (Kaplan dan Sadock, 997). Dari hasil penelitian ini didapatkan, sebagian besar pasien mengalami kecemasan pada tindakan operasi yang pertama yaitu sebanyak 34 orang (43%) mengalami kecemasan ringan, 25 orang (3,6%) mengalami kecemasan sedang dan orang (3,9%) mengalami kecemasan berat. Hubungan Persepsi Pasien Tentang Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Hasil dari penelitian ini, dalam tiap item tentang persepsi pasien memiliki hubungan dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi. Dari hasil tabel 6. dapat diketahui bahwa pasien yang memiliki persepsi cukup pada item tahap orientasi pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat adalah pasien yang mengalami kecemasan ringan dan sedang yaitu masing-masing sebanyak 2 orang (25,3%). Pada item tahap kerja pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat, pasien yang memiliki persepsi baik dan mengalami kecemasan ringan yaitu sebanyak 4 orang (7,7%). Pada item tahap terminasi pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat, pasien yang memiliki persepsi kurang dan mengalami kecemasan berat yaitu sebanyak 3 orang (3,8%). Sedangkan pada item dimensi respon dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat, pasien yang memiliki persepsi cukup dan mengalami kecemasan ringan yaitu 8 orang (22,8%). Sedangkan hubungan persepsi terapeutik perawat secara keseluruhan tahap dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi sesuai tabel 5. memperlihatkan bahwa sebagian besar responden atau 5 orang (63,3%) memiliki persepsi yang cukup baik tentang pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat, 23 orang (29,%) diantaranya mengalami kecemasan ringan, 2 orang (26,6%) mengalami kecemasan sedang dan 6 orang (7,6%) mengalami kecemasan berat. Untuk responden yang memiliki persepsi baik perawat 22 orang (27,9%), 3 orang (6,5%) diantaranya mengalami kecemasan ringan, 8 orang (,%) mengalami kecemasan sedang dan hanya orang saja (,3%) mengalami kecemasan berat. Sedangkan responden yang memiliki persepsi kurang tentang pelaksanan komunikasi terapeutik perawat sebanyak 7 orang (8,7%) dan semuanya mengalami kecemasan berat. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi yang cukup perawat dan mayoritas mengalami kecemasan yang ringan dan sedang. Faktorfaktor yang mempengaruhinya diantaranya yaitu terlihat dari pandangan atau persepsi pasien yang cukup baik tentang pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat, sehingga pasien mengalami kecemasan ringan dan sedang dalam

menghadapi tindakan operasi. Selain itu juga karena tingkat pengetahuan pasien yang cukup paham tentang tindakan operasi, hal ini dapat terlihat dari usia yang produktif dan tingkat pendidikan pasien. Berdasarkan tabel 7. hasil uji statistik dengan Product Moment (Pearson) diperoleh nilai signifikansi =, (p <,5) yang menunjukkan bahwa korelasi antara persepsi dan kecemasan adalah bermakna, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara persepsi pasien perawat dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di ruang Flamboyan RSUD Muntilan. Nilai Product Moment (Pearson) sebesar r = -,545, hal ini menunjukkan kekuatan korelasi sedang dan adanya hubungan negatif yaitu semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya dengan kekuatan korelasi sedang. Artinya bahwa semakin baik persepsi terapeutik perawat, maka semakin rendah tingkat kecemasan yang dialami pasien yang akan menjalani operasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyani (28) yang menjelaskan bahwa komunikasi dan hubungan terapeutik perawat-pasien mampu menurunkan kecemasan pasien pre operasi mayor. Komunikasi dan hubungan yang terapeutik mampu membuat pasien memahami sakitnya (Stewart, 997). Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan Nuralita (22) menemukan bahwa ternyata ada hubungan negatif yang bermakna antara persepsi tentang layanan keperawatan dengan kecemasan pasien rawat inap di rumah sakit. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi terapeutik perawat sangat berpengaruh pada tingkat kecemasan pasien pre operasi sebesar,545 dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sebagian besar responden yaitu 5 orang (63,3%) memiliki persepsi cukup perawat. Responden yang mengalami kecemasan ringan yaitu 36 orang (45,6%). Ada hubungan antara persepsi pasien perawat dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di ruang Flamboyan RSUD Muntilan, sehingga dapat disimpulan bahwa semakin baik persepsi pasien perawat, maka semakin rendah tingkat kecemasan yang dialami pasien yang akan menjalani operasi. Saran Bagi responden yang memiliki persepsi yang baik dan tingkat kecemasan rendah untuk tetap dipertahankan, sedangkan untuk responden yang memiliki persepsi yang cukup dan kurang baik disarankan untuk lebih banyak berdo a dan lebih berfikir positif agar memiliki persepsi yang baik dan tingkat kecemasan rendah sehingga tindakan operasi bisa berjalan dengan lancar sampai fase pemulihan. Diharapkan pada petugas kesehatan khususnya perawat yang memberikan perawatan agar lebih memperhatikan komunikasinya terhadap pasien agar pasien mempunyai persepsi yang baik tentang pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat, sehingga dapat menurunkan kecemasan pasien yang akan menjalani operasi. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengendalikan semua

variabel pengganggu untuk meminimalkan adanya bias dalam penelitian. DAFTAR RUJUKAN As ad, (2). Psikologi Industri. Ed 4, Yogjakarta : Liberty. Dahlan, M. S. (2). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika. Hidayat, A. A. (24). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.. (27). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, edisi 2. Jakarta : Salemba Medika. Kaplan, J. B. & Sadock, T. C. (997). Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, Edisi ke tujuh. Jakarta : Binarupa Aksara. Kusuma, W. (27). Kedaruratan Psikiatri dalam Keperawatan. Jakarta : Profesional Book. Long, B. C. (996). Perawatan Medikal Bedah, edisi 2, Alih bahasa Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan. Bandung : Pajajaran. Mulyani, S. (28). Komunikasi dan Hubungan Terapeutik Perawat- Klien terhadap Kecemasan Pra Bedah Mayor. Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta. Skripsi Tidak dipublikasikan. Muttaqin, A. & Kumala, S. (29). Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika. Nasir, A., dkk. (29). Komunikasi Dalam keperawatan teori dan Aplikasi. Jakarta : Penerbit Salemba Medika. Nuralita, A. (22). Kecemasan Pasien Rawat Inap ditinjau dari Persepsi tentang Layanan Keperawatan di Rumah Sakit. Indonesian Psychological Journal No. 2, 5-6. Potter, P. A. & Perry, A. G. (25). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Volume 2, Edisi 4. Jakarta : EGC. Ramaiah, S. (23). Kecemasan : Bagaimana Mengatasi Penyebabnya, Edisi, Cetakan. Jakarta : Pustaka Populer Obong. Steward, G. (997). Managing HIV. MJA Published. Sydney. Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. (998). Keperawatan Jiwa, edisi 3. Alih bahasa Achir Yani S. Hamid. Jakarta : EGC. Sunaryo. (24). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. Tomb, D.A. (23). Buku Saku Psikiatri, edisi 6. Jakarta : EGC. Yusriati. (22). Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat Kecemasan Klien Pre Operasi Mastektomi di Ruang Bedah II RSUD Dr. H. Slamet Martodiredjo Pamekasan. PSIK UNAIR. Skripsi Tidak dipublikasikan.