DOE PRODUCTIVITY AND KID CROP OF ETAWAH GRADE DOES KEPT UNDER INDIVIDUAL AND GROUP HOUSING IN TURI SUB DISTRICT, SLEMAN DISTRICT - DIY PROVINCE

dokumen-dokumen yang mirip
KID CROP KAMBING KACANG (Capra Hircus) di KABUPATEN KONAWE UTARA

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN

KAJIAN PRODUKTIVITAS TERNAK KAMBING PADA SISTEM PEMELIHARAAN YANG BERBEDA DI KECAMATAN ANDOOLO BARAT KABUPATEN KONAWE SELATAN

EFISIENSI REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPELIHARA DI PEDESAAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha diversifikasi pangan dengan memanfaatkan daging kambing

ANALISIS POTENSI REPRODUKSI KAMBING KACANG DI WILAYAH PESISIR KEPULAUAN WANGI-WANGI, KABUPATEN WAKATOBI

PRODUKTIVITAS KAMBING KACANG PADA KONDISI DI KANDANGKAN: 1. BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH, JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN DAYA HIDUP ANAK PRASAPIH

DAFTAR PUSTAKA. Blakely, J dan D. H. Bade Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

PEMBERIAN KONSENTRAT DENGAN LEVEL PROTEIN YANG BERBEDA PADA INDUK KAMBING PE SELAMA BUNTING TUA DAN LAKTASI

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

PERTUMBUHAN PRA-SAPIH KAMBING PERANAKAN ETAWAH ANAK YANG DIBERI SUSU PENGGANTI

J. M. Tatipikalawan dan S. Ch. Hehanussa Staf Fakultas Pertanian Unpatti Ambon ABSTRACT

Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

SELEKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWA BERDASARKAN NILAI INDEKS PRODUKTIVITAS INDUK DI KECAMATAN METRO SELATAN KOTA METRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persebaran Kambing Peranakan Ettawah (PE) galur lainnya dan merupakan sumber daya genetik lokal Jawa Tengah yang perlu

ANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

PRODUKTIVITAS KAMBING HASIL PERSILANGAN ANTARA PEJANTAN BOER DENGAN INDUK LOKAL (PE) PERIODE PRASAPIH

PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) YANG DIBERI PAKAN JERAMI PADI FERMENTASI: PERKEMBANGAN BOBOT HIDUP ANAK SAMPAI PRASAPIH

PENAMPILAN REPRODUKSI KAMBING INDUK: BOER, KACANG DAN KACANG YANG DISILANGKAN DENGAN PEJANTAN BOER

I.M. Mulyawati, * D. Mardiningsih,** S. Satmoko **

Analisis litter size, bobot lahir dan bobot sapih hasil perkawinan kawin alami dan inseminasi buatan kambing Boer dan Peranakan Etawah (PE)

PRODUKTIVITAS DAN POLA WARNA KAMBING KEJOBONG YANG DIPELIHARA OLEH PETERNAK KELOMPOK DAN PETERNAK INDIVIDU

DINAMIKA POPULASI SAPI POTONG DI KECAMATAN PAMONA UTARA KABUPATEN POSO

I. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

KACANG GOATS DOE PRODUCTIVITY IN KEDUNGADEM SUB-DISTRICT BOJONEGORO REGENCY

Analisis Pemasaran Domba dari Tingkat Peternak Sampai Penjual Sate di Kabupaten Sleman

Grade Kambing Peranakan Ettawa pada Kondisi Wilayah yang Berbeda

PRODUKTIVITAS INDUK DALAM USAHA TERNAK KAMBING PADA KONDISI PEDESAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutfah (Batubara dkk., 2014). Sebagian dari peternak menjadikan kambing

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan

LAMA BUNTING, BOBOT LAHIR DAN DAYA HIDUP PRASAPIH KAMBING BOERKA-1 (50B;50K) BERDASARKAN: JENIS KELAMIN, TIPE LAHIR DAN PARITAS

PENGANTAR. Latar Belakang. khususnya masyarakat pedesaan. Kambing mampu berkembang dan bertahan

PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) PADA AGROEKOSISTEM YANG BERBEDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

KAMBING ETAWA SEBAGAI PENGHASIL SUSU DI KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA. (Etawa Goat as A Milk Producer in District of Sleman, Yogyakarta)

Kinerja Anak Kambing Bligon Setelah Introduksi Pejantan Unggul di Kelompok Ternak Purwo Manunggal, Gunungkidul

Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

Yogyakarta 2 Departmen Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

HUBUNGAN ANTARA LAMA BETERNAK DENGAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PRODUKTIVITAS KAMBING JAWARANDU DI KABUPATEN KENDAL SKRIPSI. Oleh : ARUM PRASTIWI

PENGAMATAN POTENSI REPRODUKSI KAMBING BETINA YANG DI PELIHARA SECARA TRADISIONAL DI DAERAH PESISIR KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA

PERFORMAN EKONOMI KAMBING KABOER DAN KAMBING KACANG PADA KONDISI STASIUN PENELITIAN CILEBUT

STATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BANGSA-BANGSA KAMBING DI DESA KARANG ENDAH KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

PRODUKTIVITAS TERNAK DOMBA GARUT PADA STASIUN PERCOBAAN CILEBUT BOGOR

Pertumbuhan Anak Kambing Peranakan Etawah (PE) Sampai Umur 6 Bulan di Pedesaan

LAJU PERTUMBUHAN PRASAPIH DAN SAPIH KAMBING BOER, KACANG DAN BOERKA-1

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lokasi peternakan Kambing PE dan Kacang di

REPRODUKSI AWAL KAMBING KACANG DAN BOERKA-1 DI LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG

Performan reproduksi pada persilangan Kambing Boer dan Peranakan Etawah (PE)

Hubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni

BOBOT LAHIR DAN PERTUMBUHAN ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH SAMPAI LEPAS SAPIH BERDASARKAN LITTER ZISE DAN JENIS KELAMIN

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

KARAKTERISTIK PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETAWAH

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

KERAGAAN REPRODUKSI DAN PRODUKSI KAMBING GEMBRONG

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT

ANALISIS INVESTASI USAHATANI PEMBIBITAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SLEMAN TESIS

I. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki

FLUKTUASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK YANG DIKAWINKAN DENGAN PEJANTAN BOER DARI KAWIN SAMPAI ANAK LEPAS SAPIH

PRODUKTIVITAS KAMBING HASIL PERSILANGAN KACANG DENGAN PEJANTAN BOER (BOBOT LAHIR,BOBOT SAPIH DAN MORTALITAS)

KORELASI BOBOT BADAN INDUK DENGAN LAMA BUNTING, LITTER SIZE, DAN BOBOT LAHIR ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH

PENGARUH JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KINERJA ANAK DOMBA SAMPAI SAPIH. U. SURYADI Jurusan Peternakan, Politeknik Negeri Jember

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

Evaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

Pengaruh Musim Kawin Terhadap Produktifitas Induk Kambing PE Pada Kondisi Pedesaan

KARAKTERISTIK REPRODUKSI DAN PERKEMBANGA POPULASI KAMBING PERANAKAN ETAWAH DI LAHAN PASCA GALIAN PASIR

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu

B. Suryanto, K. Budirahardjo dan H. Habib Laboratorium Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung

KINERJA KAMBING BLIGON YANG DIPELIHARA PETERNAK DI DESA GIRI SEKAR, PANGGANG, GUNUNGKIDUL

PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI

PRODUKTIVITAS DAN DAMPAK INTEGRASI TERNAK DOMBA EKOR GEMUK TERHADAP PENDAPATAN PETANI DALAM SISTEM USAHA SAYURAN DI LAHAN MARJINAL

KARAKTERISTIK MORFOLOGI KAMBING PE DI DUA LOKASI SUMBER BIBIT

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP

PE DOE SELECTION BASED ON DOE PRODUCTIVITY INDEX ON WEAN WEIGHT IN DADAPAN VILLAGE, SUMBEREJO SUBDISTRICT, TANGGAMUS MUNICIPAL

KAJIAN ANALISIS USAHA TERNAK KAMBING DI DESA LUBANGSAMPANG KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO. Zulfanita

DASAR-DASAR PROGRAM PENINGKATAN MUTU GENETIK DOMBA EKOR TIPIS

EVALUASI GENETIK PEJANTAN BOER BERDASARKAN PERFORMANS HASIL PERSILANGANNYA DENGAN KAMBING LOKAL

PERFORMANS PRODUKSI DAN REPRODUKSI TERNAK BABI LOKAL DI KODYA KUPANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan hasil persilangan antara kambing Boer jantan

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI BALI DAN SAPI PO DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Lampung (2009), potensi wilayah Provinsi Lampung mampu menampung 1,38

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

TINGKAH LAKU MAKAN KAMBING KACANG YANG DIBERI PAKAN DENGAN LEVEL PROTEIN-ENERGI BERBEDA

Lama Kebuntingan, Litter Size, dan Bobot Lahir Kambing Boerawa pada Pemeliharaan Perdesaan di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus

E. Kurnianto, I. Sumeidiana, dan R. Yuniara Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

KAJIAN EKONOMI PADA USAHA TERNAK KAMBING PERAH

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

TINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN SAPI POTONG DI TINJAU DARI ANGKA KONSEPSI DAN SERVICE PER CONCEPTION. Dewi Hastuti

Transkripsi:

. DOE PRODUCTIVITY AND KID CROP OF ETAWAH GRADE DOES KEPT UNDER INDIVIDUAL AND GROUP HOUSING IN TURI SUB DISTRICT, SLEMAN DISTRICT - DIY PROVINCE Rahim Aka Staf Pengajar Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari. Abstract The research was conducted to investigate doe productivity and kid crop of Etawah Grade does under individual and group housing at Girikerto village, sub district of Turi, Sleman - DIY Province. Material consisted of farmers and their Etawah Grade does kept under individual and group housing. Descriptive and analytic survey method were applied to collect data. Purposive sampling method was applied to collect data. On average, 17 and 14 does and their kids respectively for group housing and individual management system were studied. Data consisted kid crop, litter size, kidding interval, weaning weight, and doe productivity. Descriptive analysis was kid crop and to compare the kidding interval, litter size, weaning weights and doe productivity were analyzed using Independent Samples T-test to identify differences between individual and group housing management systems. The result showed that kid crop at group housing management system were 225.7% it was higher than those of individual management systems that is 176.6%. Litter size and weaning weight were no significantly differ, while kidding interval and doe productivity differ (P<0.05) between both management systems. It was concluded that doe productivity and kid crop of Etawah Grade does under group housing was better than individual management system. Keywords: Doe productivity, Kid Crop, Etawah Grade goats, group and Individual housing Pendahuluan Produksi ternak kambing di Indonesia sebagian besar diusahakan oleh petani peternak kecil di pedesaan. Oleh karena itu usaha peternakan rakyat tetap menjadi tumpuan utama dalam peningkatan populasi sehingga diperlukan upaya-upaya peningkatan produktivitas ternak kambing, disamping untuk meningkatkan pendapatan petani itu sendiri. Pengembangan ternak kambing sangat penting karena dapat memberikan berbagai macam kontribusi yaitu MEDIAGRO 25 VOL 4. NO 2, 2008: HAL 25-31

menghasilkan daging, susu, dan pupuk. Salah satu upaya upaya untuk mencukupi kebutuhan protein hewani (daging dan susu) masyarakat Indonesia, dapat dilakukan dengan peningkatan populasi dan produktivitas ternak kambing. Produktivitas seekor ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi produktivitas ternak antara lain faktor manusia sebagai petani peternak yang membentuk suatu kelembagaan kelompok tani. Pembentukan kelembagaan petani peternak bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan membangun peternakan rakyat yang mencapai swasembada di bidang produksi ternak. Salah satu kelembagaan yang dikembangkan adalah kelompok tani sistim perkampungan ternak atau kandang kelompok. Sistim pemeliharaan ternak dengan sistem kandang kelompok ini sudah diperkenalkan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sejak tahun 1989. Sistem perkampungan ternak atau kandang kelompok merupakan salah satu paket teknologi yang diterapkan pada kelompok tani ternak, yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas ternak di pedesaan. Menurut Hardjosubroto (1994), produktivitas ternak dapat dilihat dari nilai service per conception (S/C), jumlah anak sekelahiran (litter size), panen cempe selama satu tahun, interval kelahiran dan mortalitas. Amir dan Knipscheer (1989) menyatakan bahwa produktivitas seekor induk (PI) adalah perkalian antara indeks reproduksi induk (IRI) dengan rataan berat sapih, dimana : IRI = LS (1-M) / SB, LS = litter size (jumlah anak sekelahiran), M = Mortalitas (%), dan SB = Selang Beranak (dalam tahun). Menurut Devendra (1982), panen cempe adalah nilai yang digunakan untuk menyatakan jumlah anak yang lahir dari seratus induk yang beranak pada satu periode beranak. Panen cempe sangat tergantung pada perbandingan tipe kelahiran dan mortalitas cempe. Angka panen cempe merupakan indikator untuk menilai tingkat kesuburan ternak kambing dalam suatu populasi di lokasi tertentu dan angka produktivitas yang tinggi mencerminkan jumlah berat hidup sampai usia sapih yang dihasilkan juga tinggi. Pola pemeliharaan ternak kambing Peranakan Etawah (PE) yang dilakukan oleh petani peternak, umumnya dilakukan dengan sistem kandang individu dan kandang kelompok. Pemeliharaan kambing PE dengan sistem kandang individu, biasanya lokasi kandang berdekatan dengan tempat tinggal sehingga dapat menyebabkan polusi bagi penghuninya dan berdampak terhadap gangguan kesehatan, tidak adanya sistem organisasi sehingga menyulitkan penyampaian berbagai inovasi atau informasi teknologi dari penyuluh ke peternak, interaksi antar peternak kurang intensif sehingga kompetisi antar peternak untuk meningkatkan produktivitas ternaknya juga rendah. Kelebihan pemeliharaan ternak kambing dengan sistem kandang Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 26

individu adalah intensitas penularan penyakit sangat rendah disebabkan lokasi kandang antara peternak yang satu dengan lainnnya cukup jauh. Beberapa manfaat dari pola pemeliharaan ternak kambing PE dengan sistem kandang kelompok adalah (1) jarak kandang jauh dari pemukiman penduduk sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan, (2) adanya sistem organisasi sehingga peternak mudah dikumpulkan dan memudahkan penyampaian berbagai inovas, (3) hubungan interaksi antar peternak lebih intensif. Beberapa jenis teknologi tepat guna yang sudah diadopsi oleh peternak pada pola pemeliharaan sistem kandang kelompok adalah kawin suntik atau inseminasi buatan (IB), penggunaan pakan konsentrat dan vaksin/obat-obatan/mineral, pembuatan kartu ternak, dan kandang panggung. Dekatnya jarak antara satu kandang dengan kandang lainnya menyebabkan intensitas penularan penyakit akan lebih tinggi dan hal ini merupakan salah satu kekurangan dari pola pemeliharaan ternak sistem kandang kelompok. Salah satu pembatas produksi ternak adalah rendahnya produktivitas dan panen cempe, diharapkan dengan sistem kandang kelompok maka akan memperbaiki dalam hal manajemen pemeliharaan kambing PE, sehingga angka produktivitas induk dan panen cempe dapat ditingkatkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui produktivitas induk dan panen cempe kambing PE pada pola pemeliharaan sistem kandang kelompok dan kandang individu di desa Girikerto kecamatan Turi kabupaten Sleman Propinsi DIY. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei bersifat analitis dan pengamatan langsung yang dilaksanakan di desa Girikerto kecamatan Turi kabupaten Sleman Propinsi DIY. Metode penetapan lokasi penelitian adalah purposive sampling (Black dan Champion, 2001). Lokasi penelitian pola pemeliharaan sistem kandang kelompok yaitu kelompok Mandiri di Pedukuhan Nganggring dan kelompok Pangestu di Pedukuhan Kemirikebo, sedangkan kandang individu di Pedukuhan Nganggring. Penelitian dilaksanakan selama 4 (empat) bulan sejak bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2007. Materi Penelitian terdiri dari : 1). Petani peternak. Metode pemilihan responden penelitian adalah purposive sampling, dengan pertimbangan responden memiliki induk laktasi dan cempe pra sapih umur 0-3 bulan dengan pola pemeliharaan sistem kandang kelompok dan kandang individu. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 27

2). Kambing PE. Untuk menghitung produktivitas induk, sampel kambing PE yang digunakan 28 ekor cempe (jumlah induk laktasi 17 ekor) pada kandang kelompok dan pada kandang individu 21 ekor cempe (jumlah induk laktasi 14 ekor). Alat yang digunakan adalah timbangan bayi merk Lotus kapasitas 20 kg dengan kepekaan 50 g untuk menimbang cempe umur 0-3 bulan dan alat tulis menulis. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi dua yaitu : 1. Wawancara. Data yang dikumpulkan melalui wawancara adalah kidding interval (interval beranak). 2. Observasi dan pengukuran langsung terhadap ternak kambing PE yang diamati. Data yang diambil melalui pengamatan langsung adalah : a. Panen cempe (kid crop), untuk menghitung panen cempe dilakukan pencatatan terhadap induk dan cempe yang lahir hidup sampai dengan umur disapih (90 hari). b. Produktivitas induk. Untuk menghitung produktivitas induk maka data yang dikumpulkan adalah litter size, berat sapih (umur 90 hari) dan mortalitas pra sapih umur 0-3 bulan. Data panen cempe, kidding interval, litter size, berat sapih dan produktivitas induk akan dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Untuk membandingkan litter size, kidding interval, berat sapih dan produktivitas induk pada kedua pola pemeliharaan menggunakan analisis Independent-Samples T test program SPSS 13.0 for Windows. Hasil dan Pembahasan Panen Cempe (Kid Crop) Dari hasil penelitian diperoleh angka panen cempe pada pola pemeliharaan sistem kandang kelompok sebesar 225,7% lebih tinggi daripada panen cempe pada kandang individu yaitu 176,6% (Tabel 1). Tabel 1. Panen cempe kambing PE pada pola pemeliharaan yang berbeda Parameter Kandang Kelompok Kandang Individu Jumlah induk beranak (ekor) Jumlah cempe yang lahir (ekor) Mortalitas cempe (%) Panen cempe/kid crop (%) 83 150 4,66 225,7 50 83 9,64 176,6 Hasil penelitian Ngadiyono et al. (1984) mendapatkan nilai panen cempe kambing lokal di daerah Ngaglik dan Imogiri sebesar 134,37%. Panen cempe kambing PE di zona tinggi yaitu 178,15 % dan 164,28% di zona sedang (Widi, 2002). Irawan (2006) mendapatkan panen cempe 127,2 %. Panen cempe Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 28

dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk menilai tingkat kesuburan populasi ternak kambing pada satu lokasi tertentu. Perbedaan panen cempe pada kedua pola pemeliharaan tersebut dipengaruhi oleh mortalitas (Tabel 1), litter size dan kidding interval (Tabel 2). Semakin tinggi litter size maka semakin tinggi pula panen cempe yang didapatkan. Litter size pada kandang kelompok yaitu 1,65±0,491 lebih tinggi dibandingkan pada kandang individu yaitu 1,50±0,52. Sebaliknya, semakin rendah mortalitas cempe prasapih akan meningkatkan angka panen cempe, dimana mortalitas cempe prasapih pada kandang kelompok yaitu 4,66% lebih rendah dari kandang individu 9,64%. Kidding interval (interval beranak) juga mempengaruhi angka panen cempe. Semakin pendek kidding interval akan meningkatkan angka panen cempe. Kidding interval pada kandang kelompok lebih rendah jika dibandingkan dengan kidding interval pada kandang individu (Tabel 2). Menurut Basuki et al. (1981), interval beranak dipengaruhi oleh lama bunting dan jarak waktu antara melahirkan dan perkawinan berikutnya (service period). Service period dipengaruhi oleh keterampilan dari peternak dalam mengawinkan ternak yang ditunjukkan dengan besarnya angka S/C. Produktivitas Induk Produktivitas induk merupakan kemampuan induk untuk menghasilkan anak yang dihitung dalam kg per tahun. Hasil analisis statistik produktivitas induk pada kedua pola pemeliharaan menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05). Produktivitas induk kambing PE pada pola pemeliharaan sistem kandang kelompok yaitu 32,37±2,58 kg/induk/tahun lebih tinggi daripada kandang individu 24,82± 2,58 kg/induk/tahun seperti terlihat pada Tabel 2. Haryanto et al. (1997) menyatakan bahwa produktivitas kambing PE 14,57 kg/induk/tahun. Hasil penelitian Widi (2002) mendapatkan produktivitas induk kambing PE di zona agro tinggi yaitu 21,87 kg/induk/tahun dan zona agro sedang yaitu 17,74 kg/induk/tahun. Irawan (2006) mendapatkan produktivitas induk kambing PE di kelompok Mandiri desa Girikerto adalah 19,30 kg/induk/tahun. Tabel 2. Produktivitas induk kambing PE pada pola pemeliharaan yang berbeda Parameter Rerata litter size (ekor/induk) Kidding interval (bulan) Rerata berat sapih (kg) Indeks reproduksi induk (ekor/tahun) Produktivitas induk (kg/induk/tahun) Kandang Kelompok (n = 17 ekor) 1,65±0,49 a 9,15±0,84 a 15,11± 2,58 a 2,17 32,37±2,58 a Kandang Individu (n = 14 ekor) 1,50±0,52 a 10,21±1,41 b 14,08±3,69 a 1,77 24,82± 2,58 b Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 29

a,b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05). n = Jumlah ternak yang dijadikan sampel pengamatan Angka produktivitas induk dapat digunakan untuk mengukur kemampuan induk disuatu lokasi untuk menghasilkan anak dengan jumlah tertentu. Perbedaan produktivitas induk kambing PE pada kedua pola pemeliharaan tersebut dipengaruhi oleh litter size, mortalitas, kidding interval, dan berat sapih. Semakin tinggi litter size maka semakin tinggi pula produktivitas induk. Sebaliknya, semakin rendah mortalitas cempe prasapih akan meningkatkan produktivitas induk (Tabel 2). Rendahnya berat lahir (terutama pada kasus kelahiran kembar 3), sifat keindukan yang kurang baik dan kekurangan produksi susu induk merupakan penyebab utama kematian anak prasapih. Sukendar et al. (2005) melaporkan bahwa tingkat kematian anak kambing PE prasapih adalah 9,3% dari total anak yang dilahirkan (4,56% dari total populasi). Semakin pendek kidding interval akan meningkatkan produktivitas induk. Kidding interval pada kandang kelompok yaitu 9,15±0,84 bulan lebih rendah dibandingkan kandang individu 10,21±1,41 bulan. Produktivitas induk juga dipengaruhi berat sapih, semakin tinggi berat sapih ternak maka akan semakin tinggi pula produktivitas induk. Rerata berat sapih kambing PE pada pola pemeliharaan kandang kelompok yaitu 15,11±2,58 kg dan kandang individu 14,08± 3,69 kg seperti terlihat pada Tabel 2. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa produktivitas induk dan panen cempe kambing PE pada pola pemeliharaan sistem kandang kelompok lebih baik jika dibandingkan pada sistem kandang kelompok yaitu panen cempe pada kandang kelompok adalah 225,7% dan pada kandang individu yaitu 176,6%. Produktivitas induk pada kedua pola pemeliharaan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05), dimana pada pola pemeliharaan sistem kandang kelompok adalah 32,37±2,58 kg/induk/tahun dan pada kandang individu 24,82± 2,58 kg/induk/tahun. Daftar Pustaka Amir, P. and H.C. Knipscheer. 1989. Conducting On- Farm Animaal Research: Procedures and Economic Analysis.. Winrock Int. Inst. Agric. Dev. And Itn. Dev. Res. Centre. Singapore National Printers Ltd., Singapore. Black, J.A. dan D.J. Champion. 2001. Metode dan Masalah Penelitian Sosial, Refika Aditama. Bandung. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 30

Basuki, P., W. Hardjosubroto, dan Nono Ngadiyono. 1981. Performance Produksi dan Reproduksi Kambing Peranakan Etawah (PE) dan Bligon. Dalam : Produksi Domba dan Kambing di Indonesia. Procceding Pertemuan Ilmiah Ruminansia Kecil. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian., Bogor. Devendra C., 1982. Goat and Sheep Production in the Tropic. Longman Group Ltd, London Hardjosubroto, W., 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Haryanto. B, Ismeth, Inounu dan I.K. Sutama, 1997. Ketersediaan dan Kebutuhan Teknologi Produksi Kambing dan Domba. Prosiding. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Pusat penelitian dan Pengembangan Peternakan. Irawan M. 2006. Kinerja Induk dan Pertumbuhan Prasapih Anak Kambing PE yang dipelihara di Kelompok Ternak Kambing PE Mandiri. Skripsi. Sarjana Peternakan. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta. Ngadiyono, N., P. Basuki dan G. Murdjito, 1984. Beberapa Data Performance Ternak Kambing yang dipelihara secara Tradisional Sejak Lahir sampai Umur Lepas Sapih. Dalam : M. Rangkuti, T.D. Soedjana, H.C. Knipscheer, P. Sitorus, A. Setiadi. (Eds.) Sheep sang Goats in Indonesia. Proceeding Pertemuan Ilmiah Penelitian Ruminansia Kecil. Pusat Sukendar, A., M. Duldjaman, dan A. Sukmawati. 2005. Potensi Reproduksi dan Distribusi dalam Pengembangan Kambing PE di Desa Hegarmanah Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Media Peternakan, Fakultas Peternakan IPB. Bogor, Pp : 1-7. Widi, T.S.M,. 2002. Kinerja Induk Kambing dan Domba pada Tiga Zona Agro yang Berbeda Di Kabupaten Kulonprogo. Tesis. Prog Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 31