BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias mossambicus dan lele lokal Taiwan spesies Clarias fuscus. Perkawinan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Budidaya Lele (Clarias gariepinus) di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya lele dumbo tergolong mudah dan pertumbuhannya relatif cepat.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki panjang batang mencapai 30 cm. Eceng gondok memiliki daun bergaris

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi ikan lele menurut Djatmika (1986) adalah sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Identifikasi dan Klasifikasi Lele Dumbo ( Clarias gariepinus )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Saanin (1984; 1995) adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan budidaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Conqruist (1981), teh diklasifikasikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. di Jawa Tengah (Purwanti et al., 2014). Lele dumbo merupakan jenis persilangan lele

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Klasifikasi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ikan Gurami ( Osphronemus gouramy) Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)

Pendahuluan. Pada umumnya budidaya dilakukan di kolam tanah, dan sebagian di kolam semen.

BAB I PENDAHULUAN. relatif mudah, dapat memanfaatkan berbagai jenis bahan sebagai makanannya,

PENDAHULUAN. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat semakin meningkat tentang. manfaat ikan sebagai bahan makanan dan kesehatan menyebabkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. lele salah satunya adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan air tawar yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan untuk konsumsi adalah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Potensi budidaya ikan air tawar di Indonesia sangat baik, mengingat

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis penting yang banyak dibudidayakan oleh petani. Beternak lele

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) hasil rekayasa genetik lele dumbo melalui cara silang balik (backcross)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

BAB I PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan ikan konsumsi air

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif,

BAB I PENDAHULUAN. ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan lele lokal (Bachtiar, 2007).

Tingkat Kelangsungan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. terutama ikan air tawar. Ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1.1 Sistematika dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari Afrika dengan lele lokal yang berasal dari Taiwan (Clarias. beradaptasi terhadap lingkungan (Pamunjtak, 2010).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

I. PENDAHULUAN. dumbo (Clarias gariepinus) ke Indonesia pada tahun Keunggulan lele

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Saanin (1984/1995) adalah sebagai

Gambar 4. Kelangsungan Hidup Nilem tiap Perlakuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Klasifikasi Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi atau Klasifikasi Ikan Lele Dumbo

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang 70% alamnya merupakan perairan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Ikan Lele Dumbo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan tanaman (Widyastuti, et.al.,2008).

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan di air

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

1.Abstrak. 2.Isi/jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara induk betina C. fuscus Taiwan dengan induk jantan C. mossambicus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebutnya sebagai Red Belly Pacu karena bagian perutnya yang berwarna

I. PENDAHULUAN. Ikan gurami ( Osphronemus gouramy L.) merupakan ikan air tawar yang

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Taksonomi dan Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus Burchell)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang memiliki bentuk

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi campuran tepung tulang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia). Penyakit ini juga dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang dibutuhkan untuk pertumbuhan larva (Renaud et.al, 1999). Pemberian pakan

I. PENDAHULUAN. Gurami merupakan jenis ikan air tawar atau payau dan hidup di dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo 2.1.1. Klasifikasi Ikan Lele Dumbo Klasifikasi ikan lele dumbo menurut (Saanin,1984) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Sub kingdom : Metazoa Phylum Classis Sub Classis Ordo Sub Ordo Familia Genus Spesies : Chordata : Pisces : Teleostrei : Ostariophysi : Silaroidae : Clariidae : Clarias : Clarias gariepinus Lele dumbo (C. gariepinus) adalah ikan hasil kawin silang induk betina Clarias fucus yang berasal dari Taiwan dengan induk jantan Clarias mussambicus yang berasal dari Afrika (Bachtiar, 2006). Lele dumbo merupakan spesias baru yang masuk di Indonesia dan pertama kali dikenalkan pada tahun 1984. Ikan lele dumbo mempunyai pertumbuhanya cepat dan dapat mencapai ukuran besar dalam waktu yang relatif pendek (Suyanto, 2007). 6

7 2.1.2. Morfologi Ikan Lele Dumbo lkan lele dumbo memiliki bentuk badan yang memanjang agak bulat, kepala gepeng dan memiliki empat pasang sungut (Nugrahajati et al., 2013). Ikan lele dumbo dilengkapi dengan tiga buah sirip tunggal, yaitu sirip punggung, sirip ekor dan sirip dubur. Sirip punggung berfungsi sebagai alat berenang, sirip dubur berfungsi sebagai alat bantu untuk mempercepat dan memperlambat gerakan. Selain itu, ikan lele dumbo memiliki dua sirip yang berpasangan, yaitu sirip dada dan sirip perut. Sirip dada terdapat bagian sirip yang keras dan runcing sebagai senjata dan alat bantu dalam bergerak (Bachtiar, 2006). Kulit lele dumbo licin, tidak bersisik, berpigmen hitam pada bagian punggung (dorsal) dan samping (lateral). Warna tubuh ikan lele akan berubah dalam keadaan stres dan menjadi pucat jika terkena sinar matahari (Saparinto & Susiana, 2013). 2.1.3. Habitat Ikan Lele Dumbo Ikan lele dumbo hidup di perairan air tawar seperti sungai, rawa, waduk, dan genangan lainya. Ikan lele dumbo dapat hidup pada ketinggian tempat di atas 1000 mdpl dan suhu optimal 25-30 0 C, ph 6,5-8, serta mampu beradaptasi terhadap lingkungan dengan kadar oksigen yang terlarut dalam air lebih dari 3 ppm (Saparinto & Susiana, 2013). Ikan lele dumbo dapat hidup pada peraiaran kotor dan berlumpur karena di lengkapi dengan alat bantu pernafasan yang terletak di atas rongga insang atau yang disebut Arborescent yaitu mampu mengambil oksigen langsung dari udara (Nugrahajati et al., 2013).

8 2.2. Klasifikasi Bakteri Aeromonas hydophila Bakteri A. hydrophila termasuk ke dalam filum Vibrionacee. Klasifikasi bakteri A. hydrophila (Holt et al., 1994), sebagai berikut: Phylum Classis Ordo Familia Genus Spesies : Protophyta : Schizomycetes : Pseudanonadeles : Vibrionacee : Aeromonas : Aeromonas hydrophila Bakteri A. hydrophila merupakan bakteri patogen oportunistik yang hampir selalu ada di air dan menimbulkan penyakit pada berbagai ikan air tawar di perairan tropis apabila ikan dalam keadaan tidak sehat (Irianto, 2003). Bakteri A. hydrophila mempunyai bentuk seperti batang ukuran 1-4,4 x 0,4-0,1 mikron, termasuk Gram negatif, dapat hidup dengan atau tanpa oksigen, tidak berspora, bersifat motil (begerak aktif) karena mempunyai satu flagel yang keluar dari salah satu kutubnya, dan dapat hidup di lingkungan bersuhu 15-30 0 C dan ph 5,5-9 (Ghufran & Kordi, 2004). Penyakit yang disebabkan bakteri A. hydrophila dikenal dengan nama Motil Aeromonas Septicemia (MAS) atau penyakit bercak merah dan dapat menyerang semua jenis ikan air tawar. Penyakit MAS mematikan benih ikan dengan tingkat kematian mencapai 80% - 100% dalam waktu 1-2 minggu (Saparinto & Susiana, 2013). Serangan bakteri A. hydrophila bersifat laten (berkepanjangan), dan menyerang saat ketahanan ikan menurun akibat stres yang disebabkan oleh

9 penurunan kualitas air, kekurangan pakan, atau penanganan ikan yang kurang baik (Ghufron & Kordi, 2004). Infeksi bakeri A. hydrophila dapat disebabkan kondisi ikan yang stres akibat kepadatan tinggi, malnutrisi, penanganan yang kurang baik, kualitas air yang buruk, dan fluktuasi suhu air yang ekstrem. Serangan bersifat akut apabila kondisi lingkungan buruk dan kematian yang ditimbulkan dapat mencapai 100% (Supian, 2013). Penularan bakteri A. hydrophila berlangsung melalui air, kontak badan, kontak dengan peralatan yang telah tercemar atau karena pemindahan ikan yang telah terserang A. hydophila dari satu tempat ke tempat lain (Ghufron & Kordi, 2004). Bakteri A. hydrophila merupakan patogen oportunistik sehingga sangat umum dijumpai di air dan memiliki beragam serotipe yang berbeda tingkat virulensinya. Penyebaranya secara horizontal lewat kontak langsung dengan air atau hewan yang sakit (Irianto, 2005). 2.3. Pakan Ikan Setiap makhluk hidup untuk hidup dan tumbuh sehat memerlukan makan, begitu juga dengan ikan. Pakan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi ikan. Pakan dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan dan kesehatan ikan, sehingga dibutuhkan pakan ikan yang baik. Pakan ikan yang baik tidak hanya dalam jumlah yang cukup, namun jenis yang tepat dengan kandungan nutrisi yang baik dapat memacu pertumbuhan yang cepat (Saparinto & Susiana, 2013). Pemberian pakan pada ikan harus bergizi (mengandung nutrisi lengkap), cukup, tepat waktu, dan diberikan dengan cara yang tepat sehingga dapat

10 dimanfaatkan secara optimal oleh ikan (Ghufron & Kordi, 2010). Pakan yang memiliki kandungan nutrisi kurang baik atau tidak lengkap dapat mempengaruhi laju pertumbuhan, sistem saraf, pembentukan tulang dan gigi, kemampuan ketahanan terhadap penyakit, serta dapat menyebabkan cacat tubuh (Saparinto & Susiana, 2013). Pakan yang diberikan untuk ikan budidaya dapat berupa pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami adalah pakan yang diberikan untuk ikan budidaya yang diperoleh langsung dari alam (Ghufron & Kordi, 2004). Pakan alami yang ada di alam dapat berupa plankton yaitu, fitoplankton dan zooplankton. Jenis pakan berupa fitoplankton seperti, Chlorella sp, Spirulina sp, Tetraselmis sp, dan lainlain. Jenis pakan berupa zooplankton seperti, Artemia salina, Daphnia sp, Branchionus sp, dan lain-lain (Saparinto & Susiana, 2013). Pakan buatan adalah pakan yang diberikan untuk ikan yang telah diolah menjadi suatu ramuan yang komplit, seperti pelet. Pakan yang berupa pelet sudah tersedia di toko pertanian/perikanan (Ghufron & Kordi, 2010). Pakan buatan dapat berasal dari produksi pabrik, namun dalam pemberiannya kepada ikan harus disesuaikan dengan kebutuhan ikan terutama ukuran pakan, kandungan kebutuhan gizinya, dan disesuaikan ukuran dengan mulut ikan (Saparinto & Susiana, 2013). Pakan yang ideal adalah pakan yang memiliki kandungan nutrisi yang baik dan seimbang yaitu kandungan nutrisi yang diberikan memenuhi kebutuhan tubuh ikan (Saparinto & Susiana, 2013). Kebutuhan nutrisi yang harus dipenuhi bagi ikan antara lain protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin. Nutrisi-nutrisi tersebut harus diformulasikan secara tepat dengan komposisi tidak berlebih

11 disesuaikan dengan bahan baku yang digunakan untuk membuat pakan, umur ikan, jenis ikan, dan ukuran ikan (Nugrahajati et al., 2013). Setiap jenis ikan yang dibudidayakan membutuhkan pakan dengan kisaran kandungan protein yang berbeda-beda. Ikan mas yang dipelihara secara intensif membutuhkan pakan dengan kandungan protein berkisar 30-40%, atau minimal 25 %, Ikan nila membutuhkan kandungan protein antara 25-27 %, sedangkan ikan lele membutuhkan pakan dengan kandungan protein antara 20-35 % (Ghufron & Kordi, 2010). 2.3.1. Manfaat Pakan Pakan merupakan faktor yang memegang peranan sangat penting dan menentukan keberhasilan usaha perikanan. Ketersediaan pakan merupakan salah satu faktor utama untuk menghasilkan produksi yang maksimal (Santoso & Agusmansyah, 2011). Pakan merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan budidaya yang menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan budidaya Nutrisi sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan dan digunakan untuk mengahasilkan energi sebagai kebutuhan dasar hidup, aktivitas pergerakan ikan, pertumbuhan, dan reproduksi ikan (Arief et al., 2014). Energi harus tersedia dengan cukup untuk aktivitas hidup ikan secara normal dengan memperhatikan komposisi pakan, dan komposisi pertambahan bobot tubuh ikan (Saparinto & Susiana, 2013).

12 2.4. Vaksin Pencegahan penyakit pada ikan dapat dilakukan dengan menggunakan vaksin dan antibiotik. Pegunaan antibiotik sudah lama dilakukan untuk pengobatan ikan, namun penggunaan antibiotik secara terus menerus akan membuat resistensi mikroorganisme patogen yang menyerang pada ikan. Sedangkan vaksin bersifat spesifik yaitu efektif terhadap patogen tertentu. Vaksin juga belum banyak tersedia, dan walaupun sudah ada harganya cukup mahal (Lengka et al., 2013). Vaksin merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menanggulangi penyakit pada ikan, agar mendapatkan kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit baik kekebalan spesifik maupun non spesifik dengan memberikan sekali atau dua kali vaksin sampai ikan dapat dipanen (Setiawan et al., 2012). Vaksinasi adalah memasukkan antigen ke dalam tubuh ikan karena patogenisitasnya telah dihilangkan. Hal ini untuk merangsang sel-sel limfosit, sehingga menimbulkan ketahanan yang spesifik. Vaksin dapat memberikan perlindungan yang cukup tinggi, dalam jangka lama dan tidak menimbulkan dampak negatif. Syarat vaksin harus aman, vaksin tidak boleh menimbulkan penyakit pada ikan uji, menimbulkan kekebalan terhadap ikan uji, dan vaksin harus melindungi ikan dari infeksi patogen (Roza et al., 2010) Pemberian vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh ikan bertujuan agar ikan memiliki ketahanan terhadap serangan penyakit tertentu. Sistem pertahanan tubuh ikan ada dua yaitu Pertahanan non spesifik dan spesifik. Pertahanan non spesifik tidak ditujukan terhadap mikrobia tertentu, telah ada dan siap berfungsi

13 sejak lahir. Mekanismenya tidak menunjukkan spesifitas terhadap bahan asing dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak patogen potensial. Sistem tersebut merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikrobia dan dapat memberikan respon secara langsung (Brotowidjoyo, 1987). Sistem pertahanan spesifik adalah sistem pertahanan khusus yang membentuk antigen dan membuat limfosit peka untuk menyerang dan menghancurkan mikroorganisme atau patogen tertentu (Fujaya, 2004). Pemberian vaksin ada beberapa cara yaitu melalui suntikan, melalui pakan, perendaman dan penyemprotan. Serangkaian penelitian tentang teknik imunisasi aktif baru dilakukan pada tahun 1983 oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar. Pada tahun 1993 dihasilkan vaksin Hydrovet, yang bertujuan untuk menanggulangi penyakit ikan yang disebabkan oleh serangan bakteri A. hydrophila (Ghufron & Kordi, 2004). 2.5. Kualitas Air Kualitas air adalah faktor yang menentukan kondisi optimum untuk kehidupan ikan. Kualitas air mempunyai potensi untuk menyebabkan sito-patologi dan histo-patologi pada ikan. Konsentrasi amonia yang tinggi dapat menyebabkan perubahan histologis pada jaringan insang walaupun secara lambat yang terus menerus (Supian, 2013). Kualitas air pada kondisi optimum dan dengan kualitas air baik serta ikan dalam kondisi sehat dan pakan yang bergizi, cukup serta tepat waktu, maka ketahanan tubuh ikan menjadi kuat dan penyakit yang ada di dalam air tidak mampu menyerang. Air berfungsi sebagai media internal dan eksternal

14 bagi ikan. Air sebagai media internal berfungsi sebagai bahan baku untuk metabolisme tubuh, pengangkut bahan makanan keseluruh tubuh, pengangkut sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari dalam tubuh dan pengatur suhu tubuh. Air sebagai media eksternal, air berfungsi sebagai habitat berbagai hewan terutama termasuk ikan (Ghufron & Kordi, 2010). Kualitas air yang optimum dapat dipertahankan dengan memilih lokasi yang ideal, menggunakan wadah budidaya yang cocok, dan melaksanakan pengelolaan usaha budidaya ikan secara benar, seperti memilih bibit yang berkualitas, pemberian pakan yang cukup, pergantian air, penglolaan tanah (Supian, 2013). Kualitas air yang baik ditandai dengan kadar oksigen terlarutnya lebih dari 3 ppm, suhu optimum 27-30 0 C, dan ph air 6,5-8. Air hujan yang masuk ke kolam mempengarhi suhu dan ph air yang dapat mengakibatkan ikan stress (Nugrahajati et al., 2013). 2.5.1. Suhu Suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan ikan. Laju pertumbuhan akan meningkat berkaitan dengan kenaikan suhu dan dapat menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sangat tinggi. Semakin tinggi suhu air, semakin rendah daya larut oksigen di dalam air, dan sebaliknya (Gufron & Kordi, 2010). Kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan adalah 25-30 0 C. Suhu air 18-25 0 C ikan masih dapat bertahan hidup tetapi nafsu makan menurun. Suhu di bawah 12-18 0 C menyebabkan ikan stress dan sampai mati. Hal ini disebabkan patogen berkembang baik pada kondisi tersebut (Nugrahajati et al., 2013). Suhu

15 air yang optimal untuk pemeliharaan ikan lele dumbo berkisar 25-30 0 C. Apabila suhu kurang dari kisaran tersebut, maka akan mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan ikan lele dumbo (Saparinto & Susiana, 2013). 2.5.2. Derajat Keasaman (ph) Derajat keasaman (ph) mempengaruhi kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Derajat keasaman (ph) rendah akan menyebabkan keanekaragaman plankton dan bentos mengalami penurunan. Usaha budidaya perairan akan berhasil baik jika ph air dalam budidaya berkisar 6,5-9,0. Kisaran optimal ph adalah 7,5-8,7 (Ghufron & Kordi, 2010). Ikan pada umumnya dapat hidup dengan ph berkisar 5,0-9,5. Namun, untuk ikan budidaya umumnya berkisar ph 6,7-8,3 (Irianto, 2005). Ikan lele dumbo dapat hidup pada air dengan ph air berkisar 6,5-8. Jika ph air < 4 dan >11 maka akan menyebabkan kematian pada ikan lele dumbo (Saparinto & Susiana, 2013). Hubungan ph dengan kehidupan ikan dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Hubungan Derajat Kasaman (ph) Air dan Kehidupan Ikan ph air Pengaruh terhadap ikan < 4,5 Air bersifat racun bagi ikan 5-6,5 Pertumbuhan ikan terhambat dan ikan sangat sensitif pada bakteri dan parasit 6,5-9,0 Ikan mengalami pertumbuhan optimal > 9,0 Pertumbuhan ikan terhambat Sumber: (Ghufron & Kordi, 2010)

16 2.5.3. Oksigen Terlarut (Disolved Oxigen /DO) Oksigen terlarut adalah satu jenis gas terlarut dalam air dengan jumlah yang sangat banyak, yaitu menempati urutan kedua setelah nitrogen. Oksigen terlarut dalam air diperlukan ikan untuk pernafasanya dan harus terlarut dalam air. Hanya jenis ikan tertentu, seperti lele dumbo, gurami, dan tambakan yang mampu menghirup oksigen di udara bebas karena mempunyai alat pernafasan tambahan (arborescent) (Ghufron & Kordi, 2010). Kekurangan oksigen dapat berakibat pada mortalitas ikan. Konsentrasi oksigen terlarut 5 mg/liter merupakan kandungan oksigen yang dianjurkan untuk kesehatan ikan yang optimum. Apabila kandungan oksigen terlarut dalam air turun menjadi 3-4 mg/liter ikan akan mengalami stress (Irianto, 2005).