BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengertian produk menurut Kotler & Armstrong (2001, p346) adalah segala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam rangka memperoleh suatu pedoman guna lebih memperdalam

Bab 3. Model Perilaku Konsumen

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Perilaku Konsumen dan Proses Keputusan Pembelian

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH REFERENCE GROUP TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN. Nadira Artantie.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini berisikan landasan teori yang berhubungan dengan masalah penelitian dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembeli yaitu ketika konsumen benar-benar membeli produk. Dimana. mengarah kepada keputusan pembelian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Proses pengambilan keputusan dan aktivitas masing-masing individu yang

BAB V Perilaku Konsumen pada Pasar Konsumsi dan Pasar Bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gagasan, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen

Pasar Konsumen dan Perilaku Konsumen.

Pendekatan Interpretif Pendekatan ini untuk menggali secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

BAB II LANDASAN TEORI

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelian barang-barang tersebut dibutuhkan studi tersendiri. Perusahaan pun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LANDASAN TEORI. merupakan salah satu kegiatan jual beli yang di dalamnya meliputi kegiatan. penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

BAB II TELAAH PUSTAKA. mempelajari tentang tingkah laku konsumen dalam arti tindakan-tindakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang

Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan Pembelian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran

MODUL PERKULIAHAN PERILAKU KONSUMEN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh. A41435EL Sugihantoro, S.Sos, M.

LANDASAN TEORI. teknologi, dan perubahan gaya hidup manusia modern, maka jenis dan tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menetapkan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan produk, jasa dan

BAB II KERANGKA TEORI, HIPOTESIS, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LANDASAN TEORI. banyak ahli mengemukakan definisi tentang pemasaran yang terlihat memiliki sedikit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemasaran modern. Bauran pemasaran dapat didefinsikan sebagai serangkaian alat

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. Proses dalam pembelian produk susu untuk batita (1-3 tahun) dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Persaingan yang ketat, dimana semakin banyak Swalayan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan teknik accidental sampling pada 100 responden. Variabel yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 2002). konsumen ada dua hal yaitu faktor internal dan eksternal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan filosofi yang menarik. Konsep ini menyatakan bahwa alasan

BAB I PENGERTIAN, KONSEP, DEFINISI PEMASARAN DAN MANAJEMEN PEMASARAN

II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Kotler (2005:4) pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ketidakpuasan Konsumen Dan Kebutuhan Mencari Variasi Terhadap Brand

BAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen.

Menganalisa Pasar Konsumen dan Perilaku Pembeli

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,

BAB II KERANGKA TEORI. permasalahan penelitian yang dimuat oleh peneliti untuk mempermudah peneliti

BAB 6 LINGKUNGAN SOSIAL MIKRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen. Menurut Setiadi (2008:415) berpendapat bahwa pengambilan keputusan

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. banyak, baik dalam jumlah maupun jenisnya. Perusahaan-perusahaan saling

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KERANGKA TEORITIS. Para pemasar mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis antara

yang membentuk lingkungan pemsaran eksternal. komponen bauran pemasaran segmentasi tersebut dalam pemasaran. konsumen perilaku pembelian konsumen.

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Tujuan

Memahami Proses Pemasaran Dan Perilaku Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam era globalisasi. Ditandai dengan munculnya perusahaan-perusahaan baru baik

II. LANDASAN TEORI. Kegiatan pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sama sehingga banyak perusahaan yang tidak dapat. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

Kelompok Referensi, dalam Pengambilan Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

Consumer Behavior Lecturers: Mumuh Mulyana Mubara Mumuh Mulyana Mubar k, SE.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hawkins et al. (1998) menyebutkan keputusan konsumen, adalah sebuah

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen 2.1.1 Definisi Perilaku Konsumen Menurut American Marketing Association dalam Peter dan Olson (2013:6) perilaku konsumen (consumer behavior) sebagai dinamika interaksi antara pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan di mana manusia melakukan pertukaran aspek-aspek kehidupan. Menurut Schiffman dan Kanuk (2000:9) perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya. Menurut Sunyoto (2012:251) perilaku konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang/jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. 2.2 Kelompok Acuan 2.2.1 Definisi Kelompok Menurut Schiffman dan Kanuk (2008:291) kelompok dapat didefinisikan sebagai dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai sasaran perorangan maupun bersama. 2.2.2 Definisi Kelompok Acuan Menurut Solomon dalam Prasetijo dan Ihalauw (2005:151) kelompok acuan adalah individu atau sekelompok orang yang dianggap memiliki relevansi yang signifikan pada seseorang dalam hal mengevaluasi, memberikan aspirasi, atau dalam berperilaku. Menurut Kindra dkk dalam Prasetijo dan Ihalauw (2015:151) Kelompok acuan dapat pula berwujud seseorang atau kelompok yang menjadi 15

16 pembanding atau acuan seseorang dalam pembentukan nilai-nilai, sikap atau perilaku baik secara umum ataupun secara khusus. Dengan demikian dibedakan antara kelompok acuan normatif yang mempengaruhi nilai-nilai (value expressive) atau perilaku secara umum, dan kelompok acuan komparatif yang menjadi patokan sikap atau perilaku dalam arti sempit. Kelompok acuan dapat diklasifikasikan menurut keanggotaan seseorang dalam kelompok acuan atau derajat keterlibatan orang tersebut di dalamnya dan juga menurut pengaruh negatif atau positif yang diberikan kelompok acuan itu kepada si individu terhadap nilai-nilai, sikap dan perilakunya. 2.2.3 Jenis-Jenis Kelompok Acuan Menurut Engel, dkk (1994:167-168) kelompok sosial dapat mengambil banyak bentuk, bergantung kepada tingkat hubungan timbal balik pribadi, struktur, dan tujuan yang dimaksud. Klasifikasi yang diperkenalkan di sini merefleksikan terminoogi standar, tetapi tidak ada kategori yang berdiri sendiri. Sebagai contoh, adalah mungkin bagi seseorang untuk menjadi bagian dari kelompok primer yang formal. 1. Kelompok primer ` Pengaruh dan dampak terbesar biasanya digunakan oleh kelompok primer, yang difinisikan sebagai agregasi sosial yang cukup kecil untuk memungkinkan dan memudahkan interaksi bersemuka (face to face) yang tak terbatas. Mereka ada karena :kesukaan menarik kesukaan. Ada kekohesifan dan partisipasi yang temotivasi. Para anggota memperlihatkan kesamaan yang mencolok dalam kepercayaan dan perilaku. Keluarga adalah contoh paling nyata dari sebuah kelompok primer, khususnya di dunia non Barat, di mana keluarga besar dan marga menjalankan pengaruh yang dominan pada pilihan individual.

17 2. Kelompok Sekunder Jenis kelompok acuan ini juga memiliki interaksi bersemuka, tetapi lebih sporadis, kurang komprehensif, dan kurang berpengaruh dalam membentuk gagasan dan perilaku. Contoh dari kelompok sekunder adalah asosiasi profesional, serikat pekerja, dan organisasi komunitas. Berdasarkan teori diatas, dapat dilihat bahwa pengaruh terbesar konsumen dalam mengambil keputusan untuk menggunakan suatu produk bisa berasal dari pengaruh kelompok primer dan sekunder. Yang termasuk dalam kelompok primer salah satunya adalah keluarga. Kemudian yang berada dari kelompok sekunder antara lain adalah kelompok yang berasal dari serikat pekerja, organisasi atau komunitas. Dalam hal ini juga termasuk kelompok kerja atau teman yang berada dekat dengan kehidupan konsumen sehari-hari. Maka dari itu, penulis mengadopsi teori dari Prasetijo dan Ihalauw (2005:150-151) yang menjelaskan mengenai kelompok-kelompok yang dekat dalam kehidupan seseorang sebagai konsumen, antara lain adalah: 1. Keluarga dan Sanak Keluarga Keluarga dan sanak keluarga, terutama dalam budaya yang cenderung kolektif (bukan individualis) sangat menentukan perilaku pilihan produk dan aktivitas pembelian. Dari keluarganyalah konsumen belajar dan bersosialisasi untuk menjadi konsumen kelak di kemudian hari. 2. Teman Dalam berteman orang memiliki suatu bentuk komitmen yang sama-sama dimengerti oleh orang-orang dalam kelompok teman tesebut. Komitmen itu bisa juga terjadi atas dasar kesamaan dalam beberapa hal, seperti minat, tujuan, kebutuhan dan lain sebagainya. Karena komitmen itulah, maka orang selalu berusaha untuk berlangganan di kafe tertentu, misalnya.

18 Demikian pula dengan pilihan produk-produk yang lain, mereka cenderung untuk tidak dikatakan berbeda atau aneh. 3. Kelompok Sosial Formal Kelompok ini terjadi karena terciptanya struktur di dunia kerja atau organisasi lain. Mereka yang tergabung dalam rotary club memahami perilaku yang bisa diterima dalam kelompok ini, sehingga perilaku belinya pun sedikit banyak terpengaruh oelh norma kelompok. 4. Kelompok Belanja Seringkali ditemui di mal-mal, sekelompok remaja atau ibu-ibu yang kesana kemari bersama-sama. Bila mereka masuk ke sebuah toko, mereka memilih secara detail, mencoba dengan cermat produk yang mereka sukai, walaupun semua itu dilakukan hanya untuk sepotong T-shirt. Tapi bila ada di antara mereka yang datang ke toko itu sendirian, maka dia akan langsung menuju ke tempat produk yang diinginkan, memilih, mencoba dan membeli, tanpa berkeliling, cuci mata, dan mencoba yang ini dan yang itu. Jadi, kelompok belanja berpengaruh pada perilaku beli konsuemn. 5. Kelompok Kegiatan Konsumen Kelompok kegiatan konsumen seringkali merupakan kekuatan kritis untuk perusahaan dan lembaga pemerintahan terkait. Mereka menyuarakan keluhan konsumen atau akibat buruk yang menimpa konsumen setelah mengkonsumsi produk. Kelompok kegiatan konsumen selalu dieprhitungkan dalam sepak terjang perusahaan. Hal ini terutama terjadi di negara-negara yang demokratis, di mana suara konsumen (rakyat) selalu didengar. Kelompok kegiatan konsumen mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi atau menolak produk. 6. Kelompok Kerja Kelompok kerja menentukan juga pilihan produk. Itulah sebabnya mengapa Nescafe membuat setting iklannya di tempat kerja, di mana orang yang tidak mengkonsumsi Nescafe menjadi korban cemooh dari para rekan sekerjanya.

19 2.2.4 Kekuatan Kelompok Acuan Solomon dalam Prasetijo dan Ihalauw (2005:153-155) mengutarakan empat jenis kekuatan yang dimiliki oleh kelompok acuan yang dapat memberikan pengaruh kepada konsumen. 1. Kekuatan sosial (social power), hal ini ditunjukkan dalam situasi di mana kelompok acuan itu mampu mengubah perilaku seseorang, secara sukarela ataupun tidak, dan berlaku pada waktu kelompok atau orang yang bersangkutan itu ada, maupun dalam keadaan di mana kelompok atau orang itu tidak ada. 2. Kekuatan acuan (referent power). Bila seseorang mengagumi kualitas orang lain atau kelompok tertentu, dia akan mencoba utnuk meniru kualitas itu dengan cara meniru perilaku orang atau kelompok yang bersangkutan, termasuk pilihan produk sampai dengan pilihan kegiatan waktu luang. Kekuatan acuan ini sangat penting bagi strategi pemasaran karena konsumen secara sukarela mengubah perilakunya untuk menyenangkan atau mengidetifikasi dirinya dengan orang yang dikaguminya. Dalam hubungan ini pulalah, sering digunakan orang-orang terkenal dalam iklan-iklan. 3. Kekuatan informatif (informative power). Seseorang bisa mempunyai kekuatan atas orang lain karena dia memiliki informasi yang ingin diketahui orang lain. Kekuatan informatif dapat dimiliki dan dapat mempengaruhi pendapat konsumen karena sumber kekuatan itu dianggap memiliki akses terhadap kebenaran. 4. Kekuatan sah atau sering disebut wewenang (legitimate power). Seseorang bisa memiliki kekuatan ini karena dia diberi kekuasaan oleh yang berwenang, misalnya kekuatan yang dimiliki oleh polisi atau profesor. 5. Kekuatan keahlian (expert power). Konsumen mudah dipengaruhi oleh ahli yang dianggap bisa mengevaluasi produk dengan obyektif dan informatif.

20 6. Kekuatan pembeli ganjaran (reward power). Konsumen terpengaruh oleh seorang yang memberinya ganjaran positif yang bisa berbentuk sesuatu yang kasat mata, seperti hadiah, juga dapat berbentuk sesuatu yang tidak kasat mata, seperti penerimaan sebagai anggota suatu kelompok. 7. Kekuatan paksaan (coercive power). Kekuatan ini merupakan satu bentuk pengaruh dengan intimidasi sosial atau fisik. Kekuatan paksaan tidak pernah digunakan dalam kiat-kiat pemasaran, karena hasilnya hanya akan sementara saja, tidak bisa untuk jangka waktu yang lama. Akan tetapi, ada juga isyarat-isyarat menakut-nakuti (iklan asuransi), menekankan aki bat negatif bila tidak mengkonsumsi produk, dan sebagainya. 2.2.5 Faktor yang Menentukan Kekuatan Pengaruh Kelompok Acuan Menurut Prasetijo dan Ihalauw (2005:156) besar kecilnya pengaruh yang diberikan oleh kelompok acuan terhadap perilaku individu biasanya tergantung dari sifat-sifat dasar individu, produk yang ditawarkan, juga pada faktor-faktor sosial yang spesifik. 1. Informasi tentang produk dan pengalaman menggunakan produk tersebut. Dalam iklan hampir selalu ditampilkan bahwa si sumber komunikasi, yang adalah kelompok acuan, memang sudah pernah menggunakan/mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan, dan mereka merasa puas. 2. Kredibilitas, daya tarik, dan kekuatan kelompok acuan. Sabun Lux selalu memanfaatkan kredibilitas, daya tarik dan kekuatan selebriti yang sedang mencapai puncak ketenarannya utnuk mempengaruhi konsumennya. Banyak lagi produk yang mengguankan sumbersumber yang memilii kredibilitas dan daya tarik yagn kuat di mata konsumen sasarannya. 3. Sifat produk yang menonjol secara visual atau verbal (conspicuousness). Produk yang menonjol secara visual maupun verbal adalah produk-produk yang dikonsumsi di depan umum dan juga produk yang eksklusif seperti barang-barang mewah. Ada emapt macam produk yang dibeli konsumen: 4. Dampak kelompok acuan terhadap produk dan pilihan merek, terutama yang menyangkut reward power dan social power. Setiap anggota berusaha untuk diterima dan dipuji oleh

21 kelompoknya dengan membeli makanan istimewa kesukaan kelompok itu. 5. Besar kecilnya risiko yang dipersepsi konsumen bila dia menggunakan produk tersebut. Semakin besar risiko yang dipersepsi, semakin besar pengaruh kelompok acuan yang sengaja dicari. 2.2.6 Fungsi Kelompok Acuan dalam Mempengaruhi Keputusan Beli Konsumen Menurut Prasetijo dan Ihalauw (2005:159) fungsi kelompok acuan dapat dilihat dengan jelas pada waktu konsumen ingin: 1. Dipuji dan dihargai oleh orang-orang yang dianggapnya penting. 2. Mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok atau orang yang dikagumi atau dihormatinya. Disini dirasakan adanya kesamaan antara konsumen dengan kelompok atau orang tersebut. 3. Memperoleh dan mempertahankan penerimaan oleh kelompok dengan berperilaku sesuai dengan norma-noma kelompok. 4. Mengakui, tergantung pada, dan memanfaatkan keahlian orang lain dalam mengevaluasi produk. 2.3 Keputusan Pembelian Menurut Kotler (2006:214), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembelian konsumen, antara lain: 1. Faktor Budaya Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling benar. Anakanak yang baru tumbuh mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku dan lembaga-lembaga penting lain. Sub-budaya mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis. 2. Faktor Sosial Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok acuan keluarga, serta peran, dan status sosial.

22 3. Faktor Pribadi Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia, dan tahap dalam siklus hidup; pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian, dan konsep diri, serta gaya hidup pembeli. Menurut Lupiyoadi (2001:4) faktor -faktor yang mempengaruhi pembelian produk jasa antara lain: 1. Perubahan demografis Peningkatan tingkat harapan hidup, yang pada akhirnya menghasilkan peningkatan jumlah populasi usia lanjut. 2. Perubahan Sosial Peningkatan jumlah wanita dalam angkatan kerja telah membuat tidaknya hanya berfungsi dalam angkatan kerja. Tidak hanya melihata dirinya di dalam rumah. 3. Perubahan Ekonomi Meningkatnya spesialisasi dalam suatu perekonomian telah menghasilkan ketergantungan yang lebih besar terhadap penyedia jasa. 4. Perubahan Politik dan Hukum Internasional tidak akan meningkatkan dan permintaan baru akan jasa yang lebih profesional. 2.4 Proses Pengambilan Keputusan Menurut Fadhila dan Ridho (2013:122-123), sebelum konsumen melakukan pembelian konsumen trlibat dalam proses pengambilan keputusan, meliputi lima (5) tahap sebagai berikut: Pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan hasil. Ada tiga (3) proses pengambilan keputusan konsumen, yaitu: a. Proses pengambilan keputusan dengan pemecahan masalah yang diperluas (extended search decisions). Yang merupakan proses pengamblan keputusan yang melibatkan biaya, resiko dan waktu dan upaya yang lama dalam proses pencarian informasi serta produk atau merek yang sulit unutk dicari substitusi (pengganti) nya. b. Proses pengembalian keputusan dengan pemecahan masalah yang terbatas (limited search decisions). Yang merupakan proses pengambilan keputusan yang melibatkan uapya pencarian, walaupun konsumen dapat dengan mudah mencari penggantinya, dan produk yang merupakan shopping goods. c. Proses pengambilan keputusan yang merupakan kebiasaan atau rutin (habitual or routine decisions). Yang merupakan proses kengambilan

23 keputusan dalam pembelian produk-produk rutin atau harian yang biasanya sulit utnuk dipengaruhi atau dirubah. Sedangkan menurut Kotler (2006:234), ada lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses keputusan pembelian, kelima tahap tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pengenalan Masalah Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal seperti mengagumi suatu produk atau menginginkan yang dimiliki oleh orang lain. 2. Pencarian Informasi Setelah mengetahui masalah yang dihadapi, konsumen mungkin saja berusaha mencari informasi lebih lanjut mengenai produk yang diinginkan dan dibutuhkannya. Bila konsumen mencari informasi maka dapat dibagi menjadi dua bagian, pertama perhatian yang kuat sehingga konsumen tesebut akan lebih tanggap terhadap informasi tentang barang tertentu, dan kedua melakukan pencarian aktif sehingga ia akan berusaha mencari semua sumber informasi yang mungkin atas suatu produk tertentu, sumber informasi yang digunakan adalah: a. Sumber pribadi, misalnya keluarga, teman, dan tetangga. b. Sumber niaga, misalnya keluarga, pameran dan iklan. c. Sumber publik, misalnya media masa d. Sumber pengalaman, misalanya penanganan, pengkajian dan pemakaian produk. Melalui usaha pencarian informasi ini, konsumen akan mengenal sejumlah pilihan merk yang tersedia dipasaran dan keunggulankeunggulannya. 3. Evaluasi alternatif Setelah pencarian informasi, konsumen akan menghadapi sejumlah merk yang akan dipilih, pemilihan alternatif ini melalui suatu proses evaluasi tertentu. Sejumlah proses tertentu akan membantu memahami proses ini yaitu:

24 a. Konsumen berusaha memiliki kebutuhan. b. Konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. c. Konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat untuk memuaskan kebutuhan itu. 4. Keputusan pembelian Dalam tahap evaluasi keputusan, konsumen membentuk suatu kecenderungan diantara sejumlah merk dalam sejumlah pilihan. Konsumen juga dapat membentuk niat untuk membeli merk yang paling disukai. 5. Perilaku pasca pembelian Setelah pembelian, konsumen akan mengalami suatu tingkat kepuasan dan ketidakpuasan. Tugas seorang pemasar tidak berhenti setelah terjadi pembelian, tetapi berlanjut sampai pasca pembelian.