BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan zaman, perubahan disegala bidang kehidupan

dokumen-dokumen yang mirip
KEDUDUKAN HUKUM DARI M.O.U DITINJAU DARI HUKUM KONTRAK

KEDUDUKAN DAN KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM SISTEM HUKUM KONTRAK ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK

BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN

Lex Privatum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

BAB 1 PENDAHULUAN. menuntut para pelaku bisnis melakukan banyak penyesuaian yang salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

Lex Administratum, Vol. III/No. 8/Okt/2015

Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan

Kontrak. Defenisi: 1313 KUHPerd suatu perbuatan yagn terjadi dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang lain atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan tingkat hukum yang ketat, aman dan meningkat, serta terwujud

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MEMORANDUM OF UNDERSTANDING

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu transaksi jual beli, apapun jenis benda yang diperjual-belikan

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan mereka. Para pihak ini berdiri berhadap-hadapan dalam kutub-kutub

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan

PERBEDAAN ANTARA MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MoU) DENGAN KONTRAK NO MEMORANDUM OF UNDERSTANDING KONTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MoU) DALAM HUKUM PERJANJIAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB III TINJAUAN TEORITIS. landasan yang tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut. pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:

BAB I PENDAHULUAN. tanpa orang lain. Manusia dikatakan mahluk sosial, juga di karenakan pada diri

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

BAB II KONTRAK PENGADAAN BARANG. A. Pengertian Kontrak Menurut KUHPerdata Didalam perundang-undangan tidak disebutkan secara tegas pengertian

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengusaha untuk mengembangkan usahanya. kedua belah pihak, yakni pembeli dan penjual.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai kebutuhan mulai dari kebutuhan utama ( primer), pelengkap

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI. 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

STATUS HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING

ABSTRAK. Kata kunci: Perjanjian sewa-menyewa, akibat hukum, upaya hukum.

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013. Artikel skripsi. Dosen Pembimbing Skripsi: Soeharno,SH,MH, Constance Kalangi,SH,MH, Marthen Lambonan,SH,MH 2

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang terus berkembang di segala bidang. Usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era reformasi merupakan era perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. pihak untuk saling mengikatkan diri. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempromosikan produknya. perjanjian itu sah, diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 salah satunya adalah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst,

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti perlengkapan rumah, transportasi dan lain-lain 1.

BAB I. mobil baru dengan banyak fasilitas dan kemudahan banyak diminati oleh. merek, pembeli harus memesan lebih dahulu ( indent ).

Lex Privatum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016

KEKUATAN MENGIKAT MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MOU) Oleh : Ngakan Agung Ari Mahendra I Ketut Keneng

PELAKSANAAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI DAN KUASA UNTUK MENJUAL YANG DIBUAT OLEH NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. industri rekaman musik sepertinya melawan arus umum. 3 Industri rekaman musik terus

Disusun oleh : AZALIA SEPTINA WARDANI C

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

MAKALAH KONTRAK. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Hukum Bisnis DosenPengampu :Andy Kridasusila, SE, MM.

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu wadah yang disebut masyarakat, dan untuk memenuhi kebutuhan

TANGGUNG JAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH TOKO (RUKO) 1 Oleh : Cindi Kondo 2

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

Kekuatan Hukum Memorandum Of Understanding Sebagai Suatu Akta Yang Dapat Dipertanggungjawabkan Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN ANTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PROPINSI SUMATERA BARAT DENGAN CV. SARANA BARU PADANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dana yang besar. Kebutuhan dana yang besar itu hanya dapat dipenuhi. dengan memperdayakan secara maksimal sumber-sumber dana yang

BAB I PENDAHULUAN. ini, semakin meningkat pula kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia akan

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan zaman, perubahan disegala bidang kehidupan dilakukan demi tercapainya kehidupan yang lebih baik. Salah satunya adalah dibidang hukum, hukum merupakan alat bagi masyarakat untuk mengukur benar tidaknya suatu perbuatan yang dilakukan. Hukum berfungsi untuk mengawasi kegiatan kegitan yang dilakukan oleh setiap individu, dan untuk itulah hukum diberlakukan disetiap kehidupan masyarakat, baik dalam hubungan antara yang satu dengan yang lainnya maupun dalam hubungannya dengan perekonomian atau bisnis. Perkembangan dunia bisnis dan dunia usaha mendorong semakin banyak pihak asing yang masuk ke Indonesia dalam rangka menjalankan praktek bisnisnya, membuat banyaknya perubahan mengenai hal-hal baru yang terjadi di dalam praktek hukum bisnis di Indonesia. Pada era globalisasi sekarang ini telah membawa peruhan yang begitu cepat dalam hubungan perekonomian ditambah lagi kemajuan teknologi yang sudag semakin canggih, kemajuan ini dikuti dengan perkembangan hukum yang membawa perubahan diberbagai hubungan masyarakat dan negara, serta banyak peraturan dan undang-undang yang diciptakan oleh badan legislatif untuk mengatur hal-hal yang baru muncul sebagai fenomena kehidupan bermasyarakat. Salah satunya norma-norma itu adalah munculnya hubungan hukum dalam bentuk yang disebut Memorandum of understanding atau dakam bahasaa Indonesia dikenal dengan Nota Kesepahaman. 1

2 Dalam bidang hukum Memorandum of understanding ini adalah hal yang baru dan aturan secara khusus yang mengaturnya belum ada yang pasti, dan untuk itulah para pejabat yang bewenang untuk membuat undang undang diarahkan pada pembentukan peraturan perundang-undangan yang memfasilitasi kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti politik, ekonomi dan hukum tersebut. Di Indonesia masalah Memorandum of understanding masih merupakan hal yang asing, dimana hukum kontrak kita sendiri masih mengacu pada Kitab Undang- Undang Hukum Perdata atau Burgerlijk Wetboek Bab III tentang Perikatan (selanjutnya disebut buku III) yang masuk dan diakui oleh Pemerintahan Hindia Belanda melalui asas Konkordansi yaitu asas yang menyatakan bahwa peraturan yang berlaku pada waktu masa pemerintahan Belanda diberlakukan di Negara Indonesia, hal tersebut untuk memudahkan para pelaku bisnis Eropa/ Belanda agar lebih mudah dalam mengerti hukum. Dalam kegiatan bisnis, jenis perikatan yang terpenting adalah perikatan yang lahir karena perjanjian. 1 Seiring berjalannya waktu maka pelaku bisnis lokal pun harus pula mengerti isi peraturan dari KUHPerdata terutama Buku III yang masih merupakan acuan umum bagi pembuatan kontrak di Indonesia. Sumber hukum kontrak dalam Civil Law (Indonesia dan sebagian besar Negara Eropa) adalah Undang-undang, Perjanjian antar Negara, Yurisprudensi dan Kebiasaan. Pengaturan umum tentang kontrak diatur dalam KUHPerdata buku III. Namun masih banyak hal tentang dan sekitar kontrak tidak diatur baik dalam undang-undang ataupun dalam yurisprudensi dimana para pihak dapat mengatur isi kontrak tersebut 1 Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hal. 24

3 berdasarkan asas kebebasan berkontrak. Asas kebebasan berkontrak yaitu bahwa segala sesuatu perjanjian yang dibuat adalah sah bagi para pihak yang membuatnya dan berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. 2 Dengan demikian, cara ini dikatakan system terbuka, artinya bahwa dalam membuat perjanjian ini para pihak diperkenankan untuk menentukan isi dari perjanjiannya dan sebagai undang-undang bagi mereka sendiri, dengan pembatasan perjanjian yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan ketentuan undang-undang, ketertiban umum, dan norma kesusilaan. Semakin detil isi kontrak tersebut, maka akan semakin baik pula kontrak tersebut. Karena kalau kepada masalah sekecil-kecilnya sudah disetujui, kemungkinan untuk timbul perselisihan di kemudian hari dapat ditekan serendah mungkin. Karena itu jika dalam dunia bisnis terdapat kontrak yang jumlah halamannya puluhan bahkan ratusan lembar. Budaya hukum perjanjian di masyarakat pada dasarnya mengacu pada pasal 1320 KUHPerdata, isi dari perjanjian tersebut harus mengacu kepada unsur-unsur yang terdapat dalam pasal tersebut. Oleh karena itu isi dari kontrak yang dibuat akan lebih banyak karena juga mengatur mengenai hak dan kewajiban para pihak serta dalam hal waktu pembuatan kontrak tersebut memerlukan waktu yang lumayan lama. Untuk itu demi alasan praktis terkadang kontrak sengaja dibuat tipis. Hal ini dilakukan karena yang dilakukan baru hanya ikatan dasar, di mana para pihak belum bisa berpartisipasi atau belum cukup waktu untuk memikirkan detail-detailnya dan agar ada suatu komitmen di antara para pihak, sementara detailnya dibicarakan 2 Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1987, hal 56

4 dikemudian hari. Hal ini untuk mengusahakan perlindungan sendiri melalui kontrak yang dibentuk dari akibat-akibat perilaku curang mitra bisnisnya. Untuk itu disepakati dahulu prinsip-prinsip dasar dari suatu kesepakatan. Kesepakatan semacam ini sering disebut sebagai Memorandum of Understanding. Memorandum of understanding adalah suatu perjanjian kesepahaman antara suatu negara dengan negara lain, atau suatu instansi dengan instansi yang lain dalam kerangka kerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama yang saling menguntungkan. Istilah Memorandum Of Understanding merupakan salah satu perkembangan baru khususnya dalam aspek ekonomi, yang sebelumnya didalam aspek ekonomi dan aspek hukum Konvensional Indonesia tidak ada dikenal istilah tersebut 3, terutama dalam hukum kontrak di Indonesia. Oleh karena itu Memorandum of understanding merupakan perjanjian awal antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum yang lain yang sepakat atau sepaham untuk membuat suatu perjanjian tetapi perjanjian tersebut masih berisi perjanjian pokoknya saja, misalnya mengenai objek benda, waktu pelaksanaan konrak, dan sebagainya sedangkan mengenai hak dan kewajiban belum diatur dan akan di atur dengan perjanjian berikutnya. Sebelum kontrak disusun atau sebelum transaksi bisnis berlangsung, biasanya terlebih dahulu dilakukan negosiasi awal. Negosiasi merupakan suatu proses upaya untuk mencapai kesepakatan dengan pihak lain. Dalam negosiasi inilah proses tawar menawar berlangsung. Tahapan berikutnya pembuatan Memorandum of Understanding. Memorandum of understanding merupakan pencatatan atau 3 Elsi Kartika Sari, Hukum Dalam Ekonomi, Jakarta, penerbit PT. Grasindo, 2007, hal. 38.

5 pendokumentasian hasil negosiasi awal tersebut dalam bentuk tertulis 4. Pada Memorandum Of Understanding walaupun belum merupakan kontrak, penting sebagai pegangan untuk digunakan lebih lanjut di dalam negosiasi lanjutan atau sebagai dasar untuk melihat tingkat kelayakan dan prospek transaksi bisnis tersebut dari berbagai sudut pandang yang diperlukan misalnya ekonomi, keuangan, pemasaran, teknik, lingkungan, sosial budaya dan hukum. Hal ini diperlukan dalam menilai apakah perlu atau tidaknya melanjutkan transaksi atau negosiasi lanjutan. Banyak hal yang melatarbelakangi dibuatnya Memorandum Of Understanding salah satunya adalah karena prospek bisnis suatu usaha dirasa belum jelas benar dan dengan negosiasi yang rumit dan belum ada jalan keluarnya, sehingga dari pada tidak ada ikatan apa-apa maka dibuatlah Memorandum Of Understanding. Adapun yang merupakan ciri-ciri dari suatu Memorandum Of Understanding adalah sebagai berikut : 5 a. Isinya ringkas, bahkan sering satu halaman saja b. Berisikan hal yang pokok saja c. Hanya berisikan pendahuluan saja, yang akan diikuti oleh perjanjian lain yang lebih rinci. d. Mempunyai jangka waktu berlakunya, misalnya 1 bulan, 6 bulan atau setahun. Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak ditindaklanjuti dengan 4 http://dedi.blogspot.com/2011/01/perbedaan-memorandum-of-understanding.html (diakses tanggal 14 desember 2011) 5 Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Buku Keempat, PT. Citra Aditya Bakti Bandung, 2002, hal 94.

6 penandatanganan suatu perjanjian yang lebih rinci, maka Memorandum Of Understanding tersebut akan batal, kecuali diperpanjang dengan para pihak. e. Biasanya dibuat dalam bentuk di bawah tangan saja tanpa adanya materai. f. Biasanya tidak ada kewajiban yang bersifat memaksa kepada para pihak untuk membuat suatu perjanjian yang lebih detil setelah penandatanganan Memorandum Of Understanding Memorandum of understanding juga dapat dibuat antara para pihak dimana saja, oleh karena lebih praktisnya kesepakatan didalam Memorandum of understanding tersebut, membuat para pihak lebih memilih membuat suatu perjanjian Memorandum of understanding daripada membuat Perjanjian Otentik lainnya. Ada beberapa alasan mengapa dibuat Memorandum of understanding terhadap suatu transaksi bisnis 6, yaitu : 1. Karena prospek bisnisnya belum jelas benar, sehingga belum bisa dipastikan apakah deal kerja sama tersebut akan ditindaklanjuti atau tidak. 2. Karena dianggap penandatanganan kontrak masih lama dengan negosiasi yang alot. Karena itu, daripada tidak ada ikatan apa-apa sebelum ditandatanganinya kontrak tersebut, dibuatlah Memorandum of understanding yang akan berlaku untuk sementara waktu. 3. Karena masing-masing pihak dalam perjanjian masih ragu-ragu dan masih perlu waktu untuk pikir-pikir dalam hal menandatangani suatu kontrak, sehingga untuk pedoman awal dibuatlah Memorandum of understanding. 6 Munir Fuady, Op.cit, hal 90

7 4. Memorandum of understanding dibuat dan ditandatangani oleh pihak eksekutif (direktur) dari suatu perusahaan tanpa memperhatikan hal detail terlebih dahulu dan tidak dirancang dan dinegoisasi khusus oleh staf-stafnya yang lebih rendah tetapi lebih menguasai teknis. Menurut pendapat Yunirman Rijan, yang menjadi alasan para pihak lebih tertarik membuat suatu Memorandum of understanding daripada membuat perjanjian lainnya adalah : 7 1. Untuk menghindari kesulitan dalam pembatalan. Jika para pihak belum terlalu yakin terhadap pokok-pokok yang disepakati. 2. Untuk membuat perjanjian/kontrak yang terperinci ada kemungkinan diperlukan waktu yang lama, oleh karena itu dibuat Memorandum of understanding yang berlaku untuk sementara waktu. Dalam penulisan naskah kontrak di samping diperlukan kejelian dalam menangkap berbagai keinginan pihak-pihak, juga memahami aspek hukum, dan bahasa kontrak. Penulisan kontrak perlu mempergunakan bahasa yang baik dan benar dengan berpegang pada aturan tata bahasa yang berlaku. Dalam penggunaan bahasa, baik bahasa Indonesia maupun bahasa asing harus tepat, singkat, jelas dan sistematis. Dalam Memorandum of understanding, kesepahaman para pihak yang tertuang dalam bentuk tertulis dimaksudkan sebagai pertemuan keinginan antara pihak yang membuatnya. Sedangkan akibat dari Memorandum of Understanding 7 Yunirman Rijan & Ira koesoemawati, Cara Mudah Membuat Suatu Kontrak Dan Surat Penting Lainnya, Raih Asa Sukses, Jakarta, 2009, hal 13

8 apakah ada dan mengikat kepada para pihak, sangat tergantung dari kesepakatan awal pada saat pembuatan dari Memorandum of Understanding tersebut. Ikatan yang muncul dalam Memorandum of understanding adalah ikatan moral yang berlandaskan etika bisnis, yang apabila dikaitkan dengan asas dalam perjanjian yaitu asas Pacta Sunt Servanda sangat berbanding terbalik. Asas Pacta Sunt Servanda adalah merupakan asas kepastian hukum karena perjanjian yang di buat secara sah mengikat sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Asas ini dapat disimpulkan dari kata berlaku sebagai undangundang bagi mereka yang membuatnya dalam pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata. 8, yang artinya didalam perundang-undangan, kesepakatan didalam Memorandum of understanding tersebut memiliki kekuatan hukum sesuai dengan pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata. Sebagai ikatan hukum, pengertian perjanjian atau agreement merupakan pertemuan keinginan (kesepakatan yang dicapai) oleh para pihak yang memberikan konsekuensi hukum yang mengikat kepada para pihak, untuk melaksanakan poin -poin kesepakatan. Suatu perjanjian bisa dikatakan sah dan berlaku mengikat para pihak yang membuat perjanjian bila perjanjian itu sudah memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang meliputi syarat subyektif dan syarat obyektif yaitu : 1. Kata sepakat dari mereka yang mengikatkan diri (toesteming). 2. Adanya kecakapan untuk mengadakan perikatan (bekwaanmheid). 8 Much Nurachmad, Buku Pintar Memahami dan Membuat Surat Perjanjian, Cetakan Pertama, Transmedia Pustaka, Jakarta, 2010, hal 15

9 3. Mengenai suatu obyek tertentu (een bepaal onderweap). 4. Mengenai kausa yang diperbolehkan (geoorloofde oorzak. 9 Dan apabila salah satu pihak ingkar janji atau wanprestasi, maka pihak yang wanprestasi tersebut diwajibkan untuk mengganti kerugian kepada pihak yang dirugikan sebagaimana disepakati dalam perjanjian. Sedangkan pada Memorandum of understanding tidak ada kewajiban yang demikian. Perjanjian Memorandum of understanding dimaksudkan hanya untuk sebagai pengikat antara para pihak yang bersifat moral saja. Memorandum of understanding sering di pergunakan banyak pihak karena bersifat lebih praktis dan bersifat sementara, artinya Memorandum of understanding dapat dibatalkan oleh kedua belah pihak sewaktu-waktu dengan alasan tertentu sebelum perjanjian lain yang bersifat mengatur hak dan kewajiban belum dibuat. Memorandum of understanding sengaja dibuat dan tidak formal karena biasanya hanya dilakukan di bawah tangan saja. Memorandum of understanding sengaja dibuat ringkas karena pihak yang menandatangani Memorandum of understanding tersebut merupakan pihak-pihak masih dalam negosiasi awal, akan tetapi daripada tidak ada ikatan apa-apa maka dibuatlah Memorandum of understanding. Namun dalam praktek sering terjadi judul yang digunakan Memorandum of Understanding, namun isinya merupakan perjanjian yang sudah mengikat para pihak sehubungan dengan isi perjanjian tersebut. Sejauh mana perbedaan Memorandum of Understanding lebih menunjuk kepada bentuk kesamaan pandangan bagi para pihak pembuatnya. Kesamaan 9 Soetojo Prawirohamidjodjo, Hukum Perikatan, Surbaya, Bina Ilmu,, 1984, hal. 23

10 pandangan bagi para pihak dan kesamaan kehendak yang kemudian di wujudkan dalam bentuk tertulis. Dalam Memorandum of understanding, kesepahaman para pihak yang tertuang dalam bentuk tertulis dimaksudkan sebagai pertemuan keinginan antara pihak yang membuatnya. Sedangkan akibat dari Memorandum of Understanding apakah ada dan mengikat kepada para pihak, sangat tergantung dari kesepakatan awal pada saat pembuatan dari Memorandum of Understanding tersebut. Ikatan yang muncul dalam Memorandum of understanding adalah ikatan moral yang berlandaskan etika bisnis, sedangkan ikatan dalam perjanjian merupakan ikatan hukum yang berlandaskan pada aturan hukum dan pada kesepakatan para pihak yang dipersamakan dengan hukum. 10 Memorandum of understanding dapat dibagi menurut negara yang membuatnya dan menurut kehendak para pihaknya. Menurut negara yang membuatnya, memorandum of understanding dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu : 1) Memorandum of understanding yang bersifat nasional, merupakan memorandum of understanding yang kedua belah pihaknya adalah warga negara atau badan hukum Indonesia. 2) Memorandum of understanding yang bersifat internasional, merupakan nota kesepahaman yang dibuat antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah negara asing dan/atau antara badan hukum Indonesia dengan badan hukum asing. 11 10 http://andinurdiansah.blogspot.com/2011/01/perbedaan-memorandum-of understanding.html (diakses tanggal 14 desember 2011) 11 Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta 2003. hal 50.

11 Sedangkan jenis Memorandum of understanding berdasarkan kehendak para pihaknya, dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu : 1) Para pihak membuat Memorandum of understanding dengan maksud untuk membina ikatan moral saja diantara mereka, dan karena itu tidak ada pengikatan secara yuridis diantara mereka. 2) Para pihak memang ingin mengikatkan diri dalam suatu kontrak, tetapi baru ingin mengatur kesepakatan-kesepakatan yang umum saja, dengan pengertian bahwa hal-hal yang mendetail akan diatur kemudian dalam kontrak yang lengkap. 3) Para pihak memang berniat untuk mengikatkan diri satu sama lain dalam suatu kontrak, tapi hal itu belum dapat dipastikan, mengingat adanya keadaan-keadaan atau kondisi-kondisi tertentu yang belum dapat dipastikan. 12 Dalam suatu kontrak, semakin kuat kedudukan salah satu pihak, semakin besar pula ancaman terhadap pihak lainnya. Namun masalah lemahnya jaminan perlindungan hukum Indonesia terhadap kepentingan bisnis pihak mitra Indonesia merupakan akibat dari lemahnya sistem hukum kontrak yang berlaku di Indonesia di mana banyak hal-hal baru yang tidak diatur dalam sistem hukum di Indonesia terutama mengenai kontrak. Berbeda dengan ketentuan hukum Inggris, keinginan para pihak yang berkontrak untuk menegaskan konsekuensi hukum yang mengikat (intention to create 12 Salim H.S, Op.cit, hal 51.

12 legal relation) dari suatu perjanjian ataupun kontrak yang disepakati, dengan tegas dibuat menjadi salah satu syarat tentang keberlakuan kontrak di hukum kontrak. Menurut ketentuan hukum Inggris, misalnya ; untuk sahnya suatu kontrak harus di penuhi lima syarat, yaitu : pertama, adanya penawaran ( offeror); kedua, adanya penerimaan (acceptance) dari pihak yang menerima penawaran (offeree); ketiga, masing-masing pihak mempunyai legal capacity untuk melakukan hubungan hukum tersebut; keempat, adanya pertemuan hak dan kewajiban (consideration); kelima, adanya keinginan dari masing-masing pihak tersebut agar kesepakatan tersebut mengikat secara hukum (intention to create legal relation). 13 Di Amerika Serikat, Pengadilan Negeri telah menerapkan doktrin Promissory Estoppel, yaitu doktrin yang mencegah seseorang untuk menarik kembali janjinya dalam hal pihak yang menerima janji tersebut telah melakukan sesuatu perbuatan atau tidak melakukan satu perbuatan sehingga dia akan menderita kerugian jika pihak yang memberi janji menarik janji tersebut. 14 Sangat jelas pada syarat kelima di tegaskan bahwa adanya intention to create legal relation merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk mendukung terjadinya suatu kontrak. Dengan demikian, dari awal para pihak telah menentukan sampai sejauh mana sebenarnya daya berlaku dari perjanjian yang telah dibuat tersebut di depan hukum. Atas dasar itu pula lah muncul perjanjian-perjanjian dalam bentuk memorandum of understanding, letter of intent, letter of comfort, dan 13 Ricardo Simanjuntak, teknik perancangan kontrak bisnis, mingguan ekonomi & bisnis kontan, 2006, hal 37 14 Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Jakarta, Kencana, 2007, hal 11

13 perjanjian serupa lainnya yang dari bentuk uraian di atas, secara teori sebenarnya dimaksudkan hanyalah merupakan langkah prakontrak yang seharusnya dimaksudkan untuk tidak mempunyai kekuatan hukum. Didalam suatu perjanjian yang didahulukan dengan membuat Memorandum of Understanding dimaksudkan supaya memberikan kesempatan kepada pihak yang bersepakat untuk memperhitungkan apakah saling menguntungkan atau tidak jika diadakan kerja sama, sehingga agar Memorandum of Understanding dapat ditindaklanjuti dengan perjanjian dan dapat diterapkan sanksi-sanksi. Jika salah satu pihak melakukan wanprestasi, tetapi jika sanksi-sanksi sudah dicantumkan dalam Memorandum of Understanding akan berakibat bertentangan dengan hukum perjanjian/perikatan, karena dalam Memorandum of Understanding belum ada suatu hubungan hukum antara para pihak, yang berarti belum mengikat. Oleh karena itu, subyek bisnis, tetap mengusahakan perlindungan sendiri melalui kontrak yang dibentuk dari akibat-akibat perilaku curang mitra bisnisnya seperti wanprestasi. Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda wanprestatie artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan, baik yang timbul perjanjian maupun perikatan yang timbul karena undang-undang. Suatu perjanjian lahir pada detik tercapainya kesepakatan atau persetujuan kedua belah pihak mengenai apa yang menjadi obyek perjanjian. Apabila si yang berkewajiban tidak melakukan apa yang dijanjikannya, maka pihak yang ia melakukan wanprestasi atau ingkar janji sesuai dengan pasal 1243 KUHPerdata yang berbunyi 15 : Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan barulah mulai diwajibkan, apabila siberutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi 15 Ridwan Syahrani, Seluk Beluk dan Azaz-Azaz Hukum Perdata,Alumni, Bandung, 1989., hal. 280

14 perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuat tenggang waktu yang telah dilampaukannya. Pengingkaran terhadap Memorandum of understanding sering ditemui dalam kontrak bisnis dalam hal pengadaan barang dan jasa. Pengingkaran yang terjadi dalam substansi dari Memorandum of understanding dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu : a. Pengingkaran terhadap substansi Memorandum of understanding yang tidak berkedudukan sebagai kontrak. b. Pengingkaran substansi Memorandum of understanding yang berkedudukan sebagai kontrak (wanprestasi). Untuk Memorandum of understanding yang sifatnya bukan merupakan suatu kontrak maka tidak ada sanksi apapun bagi pihak yang mengingkarinya kecuali sanksi moral. Upaya penyelesaian untuk masalah ini lebih pada musyawarah untuk mencari suatu jalan keluarnya. Adanya sanksi moral dalam hal ini dimisalkan bahwa pihak yang mengingkarinya Memorandum of understanding hanya mendapatkan suatu anggapan tidak baik terhadap track recordnya. Dan bila mana mereka mengadakan suatu perjanjian terhadap pihak lain maka kemungkinan tidak akan diberi kepercayaan untuk melakukan perbuatan hukum yang menyangkut hal tersebut. Biasanya didalam Memorandum of understanding, yang sering timbul permasalahan adalah ketika terjadi wanprestasi diantara para pihak. Maksudnya adalah salah satu pihak tidak melakukan prestasinya sesuai dengan yang disepakati didalam Memorandum of understanding.

15 Perlindungan hukum terhadap pihak yang dirugikan di dalam Memorandum of understanding tersebut di Indonesia sendiri belum diatur secara tegas, disebabakan karena peraturan atau undang-undang yang mengatur mengenai Memorandum of understanding tersebut belum ada. Sehingga yang menjadi permasalahan adalah bagaimana perlindungan hukumnya serta upaya hukum apa saja yang dapat dilakukan oleh pihak yang dirugikan tersebut untuk menuntut haknya apabila terjadi wanprestasi. Kemudian bagaimana dengan kedudukan dari Memorandum of understanding yang tidak mempunyai suatu kekuatan hukum yang memaksa (sanksi) sehingga bisa mempunyai sanksi. Hal itu tentunya tidak terlepas dari teori ratifikasi. Dimana yang dimaksud dengan ratifikasi disini adalah suatu tindakan pengakuan yang menguatkan tindakan yang telah dilakukan sebelumnya, dalam hal ini akan menguatkan perjanjian yang telah dilakukan sebelumnya. 16 Jadi dalam hal ini Memorandum of understanding yang telah dibuat sebelumnya diratifikasi menjadi sebuah kontrak baru dengan substansi lebih tegas menyangkut hak dan kewajiban masing-masing pihak disertai dengan sanksi yang tegas pula jika terdapat suatu pelanggaran. Sedangkan untuk Memorandum of understanding yang sifatnya sudah merupakan suatu kontrak maka apabila terjadi suatu wanprestasi terhadap substansi dalam Memorandum of Understanding ini maka pihak tersebut harus memenuhi prestasi yang telah dilanggarnya atau ia akan dikenai sanksi dari perundang-undangan yang berlaku. 16 Munir Fuady I, Op.Cit., hal. 63.

16 Sebagai salah satu contoh, adanya wanprestasi di dalam Memorandum of Understanding adalah berupa wanprestasi yang terjadi antara PT. Matahari Anugerah Perkasa dengan CV. Ponorogo. Dalam Memorandum of Understanding antara PT. Matahari Anugerah Perkasa dengan CV. Ponorogo disebutkan bahwa kedua belah pihak sepakat untuk membuat suatu ikatan dalam hal pengadaan barang dan jasa berupa pengadaan Batu Bara, dimana dalam proses pelaksanaannya, CV. Ponorogo tidak menjalankan kewajibannya sesuai dengan yang disebutkan dalam Memorandum of Understanding tersebut. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka perumusan masalah yang menjadi dasar pembahasan dalam tesis ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaturan hukum di Indonesia mengenai Memorandum of Understanding apabila terjadi wanprestasi oleh salah satu pihak pada saat proses pelaksanaan Memorandum of Understanding tersebut? 2. Bagaimana penyelesaian sengketa terhadap adanya wanprestasi di dalam Memorandum of Understanding yang di buat antara PT. Matahari Anugerah Perkasa dengan CV. Ponorogo? 3. Bagaimana sanksi hukum yang diterima oleh para pihak apabila tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan yang disepakati dalam Memorandum of Understanding tersebut? C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian tesis ini berdasarkan permasalahan yang di kemukakan di atas adalah :

17 1. Untuk mengetahui pengaturan hukum di indonesia mengenai Memorandum of Understanding serta tanggung jawab para pihak di dalam Memorandum of Understanding tersebut. 2. Untuk mengetahui upaya-upaya hukum yang dapat di tempuh para pihak, apabila terjadi sengketa dalam pelaksanaan perjanjian Memorandum of Understanding tersebut. 3. Untuk mengetahui sanksi hukum yang di terima oleh para pihak apabila tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan yang disepakati dalam Memorandum of Understanding tersebut. D. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan di dalam tesis ini memiliki manfaat teoritis dan manfaat praktis sesuai dengan yang didasarkan pada tujuan penelitian. Adapun kedua manfaat penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Penelitian tesis ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam perkembangan ilmu hukum dan juga untuk memberikan masukan bagi penyempurnaan pranata hukum, khususnya dalam lapangan hukum perikatan atau perjanjian yang berlaku di Indonesia yaitu mengenai perjanjian Memorandum Of Understanding antara PT. Matahari Anugerah Perkasa dengan CV. Ponorogo. 2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada para penegak hukum dan pembuat peraturan perundang-undangan untuk menyempurnakan

18 kembali peraturan-peraturan dibidang hukum perikatan atau perjanjian, sehingga tercipta suatu unifikasi hukum di masyarakat. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan informasi yang di dapat dari penelusuran kepustakaan di lingkungan, ternyata penelitiaan tentang Tinjauan Yuridis terhadap adanya wanprestasi didalam perjanjian Memorandum of Understanding antara PT. Matahari Anugerah Perkasa dengan CV. Ponorogo belum pernah di temukan judul atau penelitian tentang judul diatas sebelumnya, maka dengan demikian penelitian ini adalah asli, serta dapat di pertanggung jawabkan keasliannya. F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka teori Teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk proses tertentu terjadi. 17 Pengertian lain dari teori adalah seperangkat gagasan yang berkembang disamping mencoba secara maksimal untuk memenuhi kriteria tertentu, meski mungkin saja hanya memberikan kontribusi parsial bagi keseluruhan teori yang lebih umum. 18 Adapun Teori menurut Maria S.W. Sumarjono adalah : Seperangkat proporsi yang berisi konsep abstrak atau konsep yang sudah ada didefenisikan dan saling berhubungan antara variabel sehingga menghasilkan pandangan sistimatis dari 17 J.J.J. M. Wuisman, dengan penyunting M. Hisman, Penelitian Ilmu-ilmu social, Jilid I, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1996, hal 203 18 H.R.Otje Salman dan Anton F Susanto, Teori Hukum, Refika Aditama,Bandung, 2005, hal.21

19 fenomena yang digambarkan oleh suatu variabel dengan variabel yang lainnya dan menjelaskan bagaimana hubungan antara variabel tersebut. 19 Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan (problem)yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis. 20 Yang menjadi unsur-unsur sahnya perjanjian telah diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata, didalam pasal tersebut yang menjadi salah satu unsur sahnya adalah adanya kesepakatan diantara kedua belah pihak. Dalam hal kesepakatan, maka kedua belah pihak harus mempunyai kemauan yang bebas untuk mengikatkan dirinya. Kemauan yang bebas merupakan syarat pertama untuk sahnya perjanjian. Perjanjian dianggap tidak ada apabila ada cacat-cacat kemauan yang berupa paksaan (dwang), kekhilafan (dwaling), atau penipuan (bedrog) Jadi, kesepakatan itu penting diketahui karena merupakan awal terjadinya perjanjian. Untuk mengetahui kapan kesepakatan itu terjadi, ada beberapa macam teori yaitu : (1) Teori kehendak (wilstheorie), mengajarkan bahwa kesepakatan terjadi pada saat kehendak pihak penerima tawaran dinyatakan, misalnya dengan menuliskan surat. (2) Teori pengiriman (verzendentheorie), mengajarkan bahwa kesepakatan terjadi pada saat kehendak yang dinyatakan itu dikirim oleh pihak yang menerima tawaran. 19 Maria S.W. Sumarjono, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian, Gramedia, Yogyakarta, 1989, hal 12. 20 M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV. Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 27

20 (3) Teori pengetahuan (vernemingstheorie), mengajarkan bahwa pihak yang menawarkan seharusnya sudah mengetahui bahwa tawarannya diterima (walaupun penerimaan itu belum diterimanya dan tidak diketahui secara langsung). (4) Teori kepercayaan (vertrouwenstheorie), mengajarkan bahwa kesepakatan itu terjadi pada saat pernyataan kehendak dianggap layak diterima oleh pihak yang menawarkan. 21 Untuk mengetahui kapan terjadinya kesepakatan, terdapat beberapa macam teori, antara lain : 1) Teori Pernyataan, mengajarkan bahwa sepakat terjadi saat kehendak pihak yang menerima tawaran menyatakan menerima penawaran itu. 2) Teori Pengiriman, mengajarkan bahwa sepakat terjadi pada satu kehendak yang dinyatakan itu dikirim oleh pihak yang menerima tawaran. 3) Teori Pengetahuan, mengajarkan bahwa pihak yang menawarkan seharusnya sudah mengetahui bahwa tawarannya diterima. 4) Teori Penerimaan, mangajarkan kesepakatan terjadi pada saat pihakyang menawarkan menerima langsung jawaban dari pihak lawan. 22 Bila pernyataan yang keluar tidak sama dengan kehendak yang sebenarnya maka terdapat beberapa teori yang dapat dipergunakan, antara lain : 23 21 http://eprints.uns.ac.id/265/1/170232311201010211.pdf, diakses tanggal 30 juni 2012. 22 Salim HS, Op.Cit hal 30-31 23 Djaja S. Meliala, Perkembangan Hukum Perdata tentang Benda dan Hukum Perikatan, Nuans Aulia, Bandung, hal-93-94

21 1) Teori Kehendak, menurut teori ini yang menentukan apakah telah terjadi kontrak adalah adanya kehendak dari para pihak. 2) TeoriPernyataan, menurut teori ini yang menentukan apakah telah terjadi kontrak adalah adanya pernyataan, Jika terjadi perbedaan antara kehendak dengan pernyaaan amakakontrk tetap terjadi. 3) Teori Kepercayaan, menurut teori ini yang menentukan apakah telah terjadi kontrak atau belum adalah pernyataan seseorang yang secara objektif dapat dipercaya. Penelitian tesis ini sendiri menggunakan teori Kepastian Hukum, dimana Teori kepastian hukum mengandung pengertian 24 : a. adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh dan perbuatan apa yang tidak boleh dilakukan. b. berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu. Didalam Memorandum of Understanding antara PT. Matahari Anugerah Perkasa dengan CV. Ponorogo teori kepastian hukum ini dipakai untuk menjelaskan bahwa Memorandum of Understanding pengadaan barang dan jasa yang terjadi antara PT. Matahari Anugerah Perkasa dengan CV. Ponorogo sebagai pihak yang 2001, hal.120 24 J.B Dayo, Pengantar Ilmu Hukum, Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta : Prennahlindo,

22 menyediakan barang, haruslah memberikan kekuatan hukum yaitu jaminan atas pelaksanaan hak dan kewajiban diantara kedua pihak sehingga pelaksanaan Memorandum of Understanding tersebut dapat dipertanggung jawabkan dengan segala akibatnya menurut hukum. Kepastian Hukum adalah tujuan utama dari hukum yang oleh Roscue Pound dikatakan bahwa adanya kepastian hukum memungkinkan adanya Predictability 25 Kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian, yang pertama adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dan kedua berupa keamanan bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu. Memorandum merupakan suatu nota / surat peringatan tak resmi yang merupakan suatu bentuk komunikasi yang berisi antara lain mengenai saran, arahan dan penerangan 26. Terhadap suatu Memorandum of Understanding, selain istilah Memorandum of Understanding yang sering dipakai sebagai singkatan dari Memorandum of Understanding, juga banyak dipakai istilah-istilah lain misalnya nota kesepahaman atau terkadang disebut sebagai nota kesepakatan. Tetapi, walaupun begitu istilah Memorandum of Understanding tetap merupakan istilah yang paling populer dan lebih bersifat internasional dibandingkan dengan istilah-istilah lainnya. 25 Pieter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2009, hal.158 26 Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986, hal. 319

23 Dalam perbendaharaan kata-kata Indonesia, istilah Memorandum of Understanding diterjemahkan ke dalam berbagai istilah yang bervariasi, yang tampak belum begitu baku. Sebut saja misalnya istilah seperti Nota Kesepakatan atau Nota Kesepahaman. Istilah lain yang sering juga dipakai untuk Memorandum of Understanding ini, terutama oleh negara-negara Eropa adalah apa yang disebut dengan Head Agreement, Cooperation Agreement, dan Gentlement Agreement yang sebenarnya mempunyai arti yang sama saja dengan arti yang dikandung oleh istilah Memorandum of Understanding. 27 Untuk melihat apakah Memorandum of Understanding tersebut kontrak atau bukan, terlebih dahulu dijabarkan beberapa asasasas yang berlaku dalam hukum kontrak. 28 Asas-asas tersebut antara lain : 1) Hukum kontrak bersifat mengatur Sebagaimana diketahui bahwa hukum dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : a. Hukum memaksa (dwingend recht, mandatory law) b. Hukum mengatur (aanvullen recht, optional law) Hukum tentang kontrak pada prinsipnya tergolong kepada hukum yang mengatur. Artinya bahwa hukum tersebut baru berlaku sepanjang para pihak tidak mengaturnya lain. Jika para pihak dalam kontrak mengaturnya secara lain dari yang diatur dalam hukum kontrak, maka yang berlaku adalah apa 27 Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Buku Keempat, PT. Citra Aditya Bakti Bandung,2002, hal 90 28 Munir Fuady I, Op.Cit.,hal 29-32.

24 yang diatur sendiri oleh para pihak tersebut kecuali undang-undang menentukan lain. 2) Asas kebebasan berkontrak Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang berbunyi : Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. 29 Salah satu asas dalam hukum kontrak adalah asas kebebasan berkontrak (freedom of contract). Artinya adalah bahwa para pihak bebas membuat kontrak dan mengaturnya sendiri isi kontrak tersebut, sepanjang memenuhi ketentuan sebagai berikut : (a) Memenuhi syarat sebagai suatu kontrak (b) Tidak dilarang oleh undang-undang (c) Sesuai dengan kebiasaan yang berlaku (d) Adanya suatu itikad baik Asas kebebasan berkontrak ini merupakan refleksi dari sistem terbuka (opensystem) dari hukum kontrak tersebut. Asas kebebasan berkontrak dapat disimpulkan dari ketentuan pasal 1338 KUHPerdata. Kebebasan berkontrak memberikan jaminan kebebasan terhadap seseorang untuk secara bebas dalam beberapa hal yang berkaitan dengan perjanjian tersebut antara lain : 30 a. Bebas menentukan akan melakukan perjanjian atau tidak 29 Subekti dan Tjitrosudibio. 2008. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta : Pradnya Paramita, hal 342 30 Ahmadi Miru, 2007, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal 4.

25 b. Bebas menentukan dengan siapa ia akan melakukan perjanjian c. Bebas menentukan isi atau klausul perjanjian d. Bebas menentukan bentuk perjanjian e. Kebebasan lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan. 3) Asas pacta sun servanda Asas pacta sun servada (janji itu mengikat) ini mengajarkan bahwa suatu kontrak yang dibuat secara sah mempunyai ikatan hukum yang penuh. KUH Perdata kita juga menganut prinsip dengan melukiskan bahwa suatu kontrak berlaku seperti undang-undang bagi para pihak. 4) Asas konsensual dari suatu kontrak Menurut Moch Najib Imanullah, makna dari asas konsensualisme bahwa perjanjian itu akan mengikat para pihak pada detik tercapainya kata sepakat diantara para pihak yang membuatnya mengenai objek perjanjian 31 Hukum kita juga menganut asas konsensual. Maksudnya asas konsensual ini adalah bahwa suatu kontrak sudah sah dan mengikat ketika tercapai kesepakatan, tentunya selama syarat sahnya kontrak lainnya sudah terpenuhi. Jadi, dengan ada nya kata sepakat, kontrak tersebut pada prinsipnya sudah mengikat dan sudah punya akibat hukum, sehingga mulai saat itu juga sudah timbul hak dan kewajiban di antara para pihak. 5) Asas obligator dari suatu kontrak 31 Moch Najib Imanullah, Penerapan Asas-asas Hukum Perjanjian Dalam Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah. Yustisia Jurnal Hukum. Edisi 66. Tahun XVI, Surakarta, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, 2004, hal 938

26 Menurut hukum kontrak, suatu kontrak bersifat obligator. Maksudnya adalah setelah sahnya suatu kontrak, maka kontrak tersebut sudah mengikat, tetapi baru sebatas menimbulkan hak dan kewajiban di antara para pihak. Tetapi pada taraf tersebut hak milik belum berpindah ke pihak lain. Untuk dapat memindahkan hak milik, dipergunakan kontrak lain yang disebut dengan kontrak kebendaan. Perjanjian kebendaan inilah yang sering disebut dengan penyerahan (levering). Mengenai sifat kontrak yang berkaitan dengan saat mengikatnya suatu kontrak dan saat peralihan hak milik ini, berbeda-beda dari masing-masing sistem hukum yang ada, yang terpadu ke dalam 2 (dua) teori sebagai berikut : a. Kontrak bersifat riil Teori yang mengatakan bahwa suatu kontrak bersifat mengajarkan dimana suatu kontrak baru dianggap sah jika telah dilakukan secara riil. Artinya, kontrak tersebut mengikat jika telah dilakukan kesepakatan kehendak dan telah dilakukan levering sekaligus. Kata sepakat saja belum punya arti apa-apa menurut teori ini. Prinsip transaksi yang bersifat terang dan tunai dalam hukum adat Indonesia merupakan perwujudan dari prinsip kontrak riil ini. b. Kontrak bersifat final Teori yang menganggap suatu kontrak bersifat final ini mengajarkan bahwa jika suatu kata sepakat telah terbentuk, maka kontrak telah mengikat dan milik sudah berpindah tanpa perlu kontrak khusus. Terdapat beberapa pendapat mengenai kedudukan dari Memorandum of Understanding, maka dikenal dua macam pendapat sebagai berikut : 1. Gentlemen Agreement

27 Pendapat ini mengajarkan bahwa Memorandum of Understanding hanyalah merupakan suatu gentlement agreement saja. Maksudnya kekuatan mengikatnya suatu Memorandum of Understanding tidak sama dengan perjanjian biasa. 2. Agreement is Agreement Ada juga pihak yang berpendapat bahwa sekali suatu perjanjian dibuat, apapun bentuknya. Lisan atau tertulis, pendek atau panjang, lengkap/ detil ataupunhanya diatur pokok-pokoknya saja, tetap saja merupakan suatu perjanjian, dan karenanya mempunyai kekuatan hukum mengikat layaknya suatu perjanjian, sehingga seluruh ketentuan pasal-pasal tentang hukum perjanjian telah bisa diterapkan kepadanya. Dan menurut pendapat ini untuk mencari alas yuridis yang tepat bagi penggunaan Memorandum of Understanding adalah terdapat dalam pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang artinya apapun yang dibuat sesuai kesepakatan kedua belah pihak, merupakan hukum yang berlaku baginya sehingga mengikat kedua belah pihak tersebut. Selain itu menurut asas kebebasan berkontrak dan asas konsensual maka hal apa saja asalkan halal menurut hukum dan telah secara bebas disepakati maka berlaku suatu perjanjian atau jika diterapkan secara tertulis maka hal tersebut bisa dikatakan sebagai kontrak. Pijakan lain dari pendapat diatas adalah dengan menggunakan suatu teori yang disebut teori promissory estopel. Teori promissory estoppel atau disebut juga dengan detrimental reliance mangajarkan bahwa dianggap ada kesesuaian kehendak di antara para pihak jika pihak lawan telah melakukan sesuatu sebagai akibat dari tindakantindakan pihak lainnya yang dianggap merupakan tawaran untuk ikatan suatu kontrak. Doktrin lainnya adalah Teori kontrak quasi (quasi contract atau implied in law). Teori ini mengajarkan bahwa dalam hal-hal tertentu, apabila dipenuhi syarat-

28 syarat tertentu, maka hukum dapat menganggap adanya kontrak di antara para pihak dengan berbagai konsekuensinya, sungguhpun dalam kenyataannya kontrak tersebut tidak pernah ada. Suatu perjanjian jika yang diatur hanya hal-hal pokok saja, maka mengikatnya hanya pun hanya terhadap hal-hal pokok tersebut. Sama halnya jika suatu perjanjian hanya berlaku untuk suatu jangka waktu tertentu, maka mengikatnya pun hanya untuk jangka waktu tertentu tersebut. Sungguh pun para pihak tidak dapat dipaksakan untuk membuat perjanjian yang lebih rinci sebagai tindak lanjut dari Memorandum of Understanding, paling tidak, selama jangka waktu perjanjian itu masih berlangsung, para pihak tidak boleh membuat perjanjian yang sama dengan pihak lain. Ini tentu jika dengan tegas disebutkan untuk itu dalam Memorandum of Understanding tersebut. Memorandum of understanding dapat dibagi menurut negara yang membuatnya dan menurut kehendak para pihaknya. Sedangkan jenis Memorandum of Understanding berdasarkan kehendak para pihaknya, dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu : 1) Para pihak membuat Memorandum of Understanding dengan maksud untuk membina ikatan moral saja diantara mereka, dan karena itu tidak ada pengikatan secara yuridis diantara mereka. 2) Para pihak memang ingin mengikatkan diri dalam suatu kontrak, tetapi baru ingin mengatur kesepakatan-kesepakatan yang umum saja, dengan pengertian bahwa hal-hal yang mendetail akan diatur kemudian dalam kontrak yang lengkap.

29 3) Para pihak memang berniat untuk mengikatkan diri satu sama lain dalam suatu kontrak, tapi hal itu belum dapat dipastikan, mengingat adanya keadaan-keadaan atau kondisi-kondisi tertentu yang belum dapat dipastikan. 32 2. Kerangka Konsepsi Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analitis. 33 Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsepsi dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstrak dengan realita. Konsepsi diartikan sebagai kata yang menyatakan abstrak yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan definisi operasional. Pentingnya defenisi operasional adalah untuk menghindari perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai. Kegunaan dari adanya konsepsi supaya adanya pegangan dalam melakukan penelitian atau penguraian, sehingga dengan demikian memudahkan bagi orang lain untuk memahami batasan-batasan atau pengertian-pengertian yang dikemukakan. Maka konsep merupakan defenisi dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan antara variabe-variabel yang menentukan adanya hubungan empiris. 34 Maka yang menjadi konsepsional dalam tesis ini adalah : a. Memorandum of Understanding adalah suatu peringatan, lembar peringatan, atau juga suatu lembar catatan. b. Memorandum of Understanding secara umum merupakan suatu nota dimana 32 Op.cit, hal 51. 33 Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal 7. 34 Koentjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Edisi Ketiga, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997, hal 21

30 masing-masing pihak melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding sebagai suatu pedoman awal tanda adanya suatu kesepahaman diantara mereka. c. Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan debitur. d. Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih (Pasal 1313 BW). e. Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang berbunyi : Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. 35 G. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian Penelitian adalah suatu penyelidikan atau suatu usaha pengujian yang dilakukan secara teliti, dan kritis dalam mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan menggunakan langkah-langkah tertentu. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berdasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk menempel gejalah hukusm tertentu dengan jalan menganalisanya. Penelitian terhadap kasus ini bersifat deskriptif analitis. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui upaya-upaya hukum atas MOU. Penelitian ini Paramita, hal 342 35 Subekti dan Tjitrosudibio. 2008. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta : Pradnya

31 dilakukan melalui pendekatan yuridis empiris, yaitu penelitian yang mengacu pada fakta-fakta hukum yang terdapat di lapangan, yaitu dengan cara melakukan wawancara langsung kepada beberapa pihak yang berkaitan didalam pembuatan Memorandum of Understanding tersebut, seperti pihak PT. Matahari Anugerah Perkasa yang, pihak dari CV. Ponorogo. 2. Sumber Data Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui Studi kepustakaan ( Library research ), yaitu dengan pengumpulan data skunder, yaitu yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum skunder, dan bahan hukum tertier. 36 Pengumpulan data sekunder dengan menelaah bahan kepustakaan tersebut meliputi : a. Bahan Hukum Primer yaitu merupakan bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah maupun pengertian tentang fakta yang diketahui mengenai gagasan, seperti peraturan perundang-undang dan perjanjianperjanjian tentang ada wanprestasi dalam perjanjian memorandum of understanding yang terkait langsung dengan penelitian ini. b. Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan pustaka yang meliputi buku-buku, hasil karya ilmiah kalangan hukum dan berbagai makalah yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian. c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang berfungsi memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder berupa bahan pustaka seperti kamus hukum dan kamus lainnya yang menyangkut penelitian ini. 36 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian hukum, Kencana Prenada Group, Jakarata, 2009, hal 22

32 3. Teknik Pengumpulan Data Metode yang dipergunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian adalah dengan mengunakan 2 (dua) metode yakni : a. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan (Library Research) 37 yaitu menghimpun data dengan melelakukan penelaahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, sekunder, dan tersier, 38 yaitu berupa perjanjian itu sendiri maupun peraturan-peraturan, buku, jurnal, majalah, dan lain-lain dalam bentuk tulisan yang terkait dengan penelitian ini. Bahkan menurut Ronny Hanitijo Soemitro dokumen pribadi dan pendapat para ahli hukum termasuk dalam hukum skunder. 39 b. Penelitian lapangan (Field Research) Penelitian lapangan (Field Research) Untuk mendapatkan data yang aktual mengenai masalah yang dibahas dengan penelitian lapangan (field research), maka penelitian yang dipaparkan yang dapat berupa wawancara langsung antara CV Ponorogo dengan PT Matahari Anugerah Perkasa. Penelitian ini dilakukan dengan menggambungkan dua metode pengumpulan data, yaitu studi pustaka/studi pustaka dokumen (documentary study) dan penelitian lapangan (Field Research). 4. Analisis Data Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, katagori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan hal.56 37 Soejono Soekanto, Ibid, hal 115 38 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta, Sinar Grafika, 1996), hal.14 39 Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum Ghal.ian Indonesia, Jakarta, 1982,

33 dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan oleh data. 40 Data diperoleh diklasifikasikan yang selaras dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dengan tujuan untuk memperoleh jawaban yang baik pula. 41 Analisis data akan dilakukan dengan pendekatan kualitatif, maka data yang telah diperoleh akan disusun secara sistematik 42, sehingga dapat menghasilkan klarifikasi yang selaras dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yang bertujuan untuk memperoleh jawaban yang baik. 43 Oleh karena itu setelah data sekunder diperoleh kemudian, disusun secara sistematik dan subtansinya dianalisis secara kualitatif untuk memperoleh gambaran tentang pokok permasalahan. Dengan demikian penelitian ini akan diharapkan dapat memaparkan sekaligus melakukan analisis terhadap permasalahan yang ada dengan kalimat yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan jawaban yang jelas dan benar. 40 Lexy, Moelwong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal 103 41 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2002), hal.106 42 Burhan Bungi, Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologi Kearah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta: Grafindo,2003), hal 135 43 Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, 1986, hal 52.