BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia telah menurun, dimana rata-rata

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Lienda Wati, FKM UI, 2009 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan kesehatan tersebut difokuskan pada usaha promotif dan

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan pembangunan nasional jangka panjang tersebut (Ranuh, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting untuk ibu, terutama ibu

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. terbesar kedua dari negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar. (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. tujuan utama dari pemberian vaksinasi. Pada hakekatnya kekebalan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010). Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox).

BAB I PENDAHULUAN. mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi. adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kesehatan nasional (Budioro. B, 2010). Dalam lingkup pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mempersiapkannya diperlukan anak-anak Indonesia yang sehat baik fisik

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun 1974.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. imunisasi antara lain untuk menurunkan kesakitan dan kematian akibat penyakitpenyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian pada anak dibawah usia 5 tahun walaupun. tidak sebanyak kematian yang disebabkan oleh malnutrisi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9

Christopher A.P, S. Ked Yayan A. Israr, S. Ked

BAB I PENDAHULUAN. ini mencakup 1,4 juta anak balita yang meninggal. Program Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh dkk, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Program kesehatan di Indonesia periode adalah Program

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam MDG (Millenium. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009 )

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak menjadi salah satu penyakit infeksi masih menjadi masalah bukan

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013 : 1). neonatus sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bayi dan kematian ibu melahirkan. Menitik beratkan pada pembangunan bidang

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit yang berujung pada kematian bayi (Achmadi, 2016). harus menyelesaikan jadwal imunisasi (Kemenkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sehingga berkontribusi besar pada mortalitas Balita (WHO, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

2. Apa saja program imunisasi dasar lengkap yang ibu ketahui? a. BCG b. DPT c. Polio d. Campak e. Hepatitis B

BAB 1 PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. golongan usia memiliki resiko tinggi terserang penyakit-penyakit menular

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun

BAB I PENDAHULUAN. kelompok bayi dari difteri, pertusis, tetanus dan campak. Cakupan imunisasi di

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dicegah dengan imunisasi, yakni masing-masing 3 juta orang atau setiap 10

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehat, cerdas dan produktif. Pencapaian pembangunan manusia yang diukur

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, selain indikator Angka Kematian Ibu (AKI), Angka

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Campak merupakan penyakit pernafasan yang mudah menular yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun menunjukkan adanya penurunan Angka Kematian Balita (AKABA) dibandingkan

Sagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 3 No. 2 Januari-Juni 2017

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap status gizi anak. upaya kesehatan masyarakat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memberikan kekebalan. tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai ciri khas yang berbeda-berbeda. Pertumbuhan balita akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian ini dilihat adalah faktor-faktor yang berhubungan

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang

suatu penyakit, jika suatu saat dia terkena penyakit yang sama maka tubuhnya sudah kebal terhadap penyakit tersebut (Matondang & Siregar,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan seutuhnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. agar terhindar dari penyakit sehingga tercapai kekebalan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS). Imunisasi lanjutan

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA BAYI DI DESA TARAMAN KECAMATAN SIDOHARJO SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian target Millenium Development Goals (MDG s) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masih tingginya Angka Kematian Bayi dan Anak yang merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 ini masih jauh lebih baik dibandingkan dengan 20 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Selama proses pertumbuhan dan perkembangan, anak memerlukan asupan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia telah menurun, dimana rata-rata penurunan AKBA pada dekade 1990-an adalah tujuh persen per tahun, lebih tinggi dari dekade sebelumnya yaitu empat persen per tahun. Demikian juga data yang diperoleh pada tahun 2000-2010 juga menunjukkan perbaikan kondisi kesehatan namun masih ada bayi yang mengalami kesakitan ataupun kematian dari penyakit yang seharusnya dapat dicegah dengan Imunisasi.Adapun penyebab utama kematian bayi menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 adalah infeksi saluran pernafasanan akut (ISPA), komplikasi perinatal dan diare (Lisnawati.L, 2011). Tingginya kematian bayi ini disebabkan karena masih rendahnya status kesehatan ibu dan Bayi Baru Lahir (BBL), rendahnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak. Dengan demikian diperlukanlah upaya untuk dapat menurunkan angka kematian bayi dan balita ini, antara lain adalah dengan meningkatkan cakupan Imunisasi yang terdiri dari Imunisasi BCG, Polio, DPT, HB, dan Campak.Imunisasi dapat meningkatkan kekebalan individu sehingga terhindar dari penyakit tertentu. Imunisasi sangat efektif untuk menekan angka morbiditas,kecacatan dan mortalitas (Lisnawati.L, 2011). Imunisasi hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada jenis penyakit yang sesuai dengan jenis Imunisasi yang didapatkan, sehingga untuk 1

terhindar dari penyakit lain diperlukan Imunisasi lainnya. Pemberian suntikan Imunisasi pada bayi, tepat pada waktunya merupakan faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Imunisasi diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanakkanak. Imunisasi dapat diberikan ketika ada kegiatan posyandu, pemeriksaan kesehatan pada petugas kesehatan atau pekan imunisasi. Program Imunisasi di Indonesia meliputi Imunisasi wajib dan Imunisasi anjuran (Proverawati dan Andhini,2010). Dengan mendapatkan Imunisasi, setiap tahunnya dapat menyelamatkan 3 juta orang di seluruh dunia. Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan Imunisasi (Lisnawati.L, 2011). Adapun beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain: Tuberculosis (TBC), Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, Campak, Polio, Radang selaput otak, dan radang paru-paru. Dengan mendapatkan Imunisasi, anak akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian (Sutarjo, 2015). MenurutSuara Pembaruan memihak kebenaran tahun 2013, dari 26,4 juta bayi yang ada di Indonesia ditemukan 3,9 juta atau sekitar 14% diantaranya belum mendapatkan Imunisasi Dasar (www.beritasatu.com). Dan Menurut WHO ada 1,5 juta anak mengalami kematian tiap tahunnya oleh penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan Imunisasi. Pada tahun 2013, lebih dari dua juta balita melewatkan

Imunisasi DPT3 dimana banyak dari mereka adalah masyarakat yang tidak mampu (Sutarjo, 2015). Tanpa Imunisasi kira-kira tiga dari seratus kelahiran anak akan meninggal karena penyakit Campak. Sebanyak dua dari seratus kelahiran anak akan meninggal karena Batuk Rejan. Satu dari seratus kelahiran anak akan meninggal karena penyakit Tetanus. Dari setiap dua ratus ribu anak, satu akan menderita penyakit Polio (Proverawati dan Andhini, 2010). Untuk mencegah hal di atas ini terjadi lagi, diperlukanlah upaya untuk dapt mengatasinya yaitu dengan mendapatkan imunisasi. Namun imunisasinya tidak cukup hanya dilakukan satu kali saja tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan hidup anak (Lisnawati.L, 2011). Imunisasi Dasar diberikan pada bayi sebelum berusia satu tahun (Pasal 5 ayat 2 Permenkes RI, 2013). Jenis Imunisasi Dasar terdiri atas Bacillus Calmette Guerin (BCG), Dipththeria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B(DPT-HB-Hib), Hepatitis B pada Bayi Baru Lahir, Polio, dan Campak (Pasal 1 Permenkes RI, 2013). Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan Imunisasi Dasar tersebut diukur melalui indikator Imunisasi Dasar Lengkap (Sutarjo, 2015). Menurut pedoman WHO, bayi dinyatakan telah diimunisasi lengkap bila telah mendapatkan satu kali Imunisasi BCG, 3 kali Imunisasi Hepatitis B (HB), tiga kali Imunisasi DPT, empat kali Imunisasi Polio, dan satu kali Imunisasi Campak. Imunisasi BCG diberikan pada bayi umur kurang dari tiga bulan; Imunisasi Polio

pada Bayi Baru Lahir, dan tiga dosis berikutnya diberikan dengan jarak paling cepat empat minggu; Imunisasi DPT-HB pada bayi umur dua bulan, tiga bulan empat bulan dengan interval minimal empat minggu; dan Imunisasi Campak paling dini umur sembilan bulan (Riskesdas, 2012). Menurut Nafsiah Mboi (Kemenkes RI, 2013) mengatakan pada tahun 2012 cakupan Imunisasi Dasar Lengkap pada bayi di Indonesia mencapai 86,8%. Angka ini belum menggembirakan, sebab masih ada jutaan anak yang tidak mendapatkan Imunisasi. Masih ada sekitar 14% atau sekitar tiga juta sembilan ratus yang belum dapat Imunisasi Dasar. Masih ada daerah yang pencapaian cakupan Imunisasi Dasar masih 60%-70%. Angka ini masih rendah sehingga hal ini perlu diperhatikan karena ini bukanlah angka yang sedikit karena bayi ini tidak memiliki kekebalan tubuh yang baik, sehingga akan rentan terserang penyakit dari berbagai penyakit yang seharusnya dapat dicegah dengan Imunisasi maka oleh karena itu WHO menetapkan Indonesia menjadi akselerasi pencapaian Imunisasi Dasar hingga mencapai 100% (www.beritasatu.com). Bayi yang mendapat vaksinasi (Imunisasi), 80-95% diantaranya akan terhindar dari penyakit infeksi yang ganas, apalagi bayi tersebut memperoleh Imunisasi Dasar Lengkap. Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap berguna untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya. Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan Imunisasi Dasar tersebut diukur melalui indikator Imunisasi Dasar Lengkap (Sutarjo, 2015). Cakupan Imunisasi Lengkap di Indonesia cenderung meningkat dari tahun 2007 (41,6%), 2010 (53,8%), dan 2013 (59,2%). Papua mempunyai cakupan

Imunisasi terendah untuk semua jenis Imunisasi dan yang tertinggi diperoleh oleh provinsi DI Yogyakarta. Berdasarkan jenis Imunisasi persentase tertinggi adalah BCG (87,6%) dan terendah adalah DPT-HB3 (75,6%) (Riskesdas, 2013). Menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014, capaian indikator Imunisasi Lengkap di Indonesia sebesar 86,9%. Angka ini belum mencapai target Renstra Indonesia pada tahun 2014 yang sebesar 90%.Menurut Kemenkes RI (2015), cakupan Imunisasi di Indonesia masih belum merata ditemukan. Dari sepuluh provinsi di Indonesia dengan populasi termiskin terdapat sekitar 70% anak-anak yang tidak diberi Imunisasi. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 2012, cakupan Imunisasi Dasar di Sumatera Utara tahun 2012 adalah BCG (80,4%), DPT (68,7%), Polio (77,9%), HB0 (67%), HB (40,8%), dan Campak (64,2%). Adapun capaian Imunisasi Dasar di Sumatera Utara sebesar 50,8% (BKKBN, 2012). Berdasarkan persentase Imunisasi Dasar Lengkap pada anak umur 12-23 Bulan menurut provinsi, Indonesia tahun 2013 yaitu di provinsi Sumatera Utara memilikiimunisasi Lengkap (39,1%), Imunisasi Tidak Lengkap (44,5%) dan tidak Imunisasi (16,4%) (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data dari Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2015 yang dikutip Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 menyatakan bahwa cakupan Imunisasi Lengkap di provinsi Sumatera Utara sebesar 79,9%. Menurut Ditjen PPPL, Kemenkes RI (2014), cakupan Imunisasi Dasar Lengkap pada bayi provinsi Sumatera Utara per September 2014 sebesar 36,5% dengan kabupaten/ kota tertinggi yaitu Samosir (57,3%) dan terendah Nias Utara (8,7%). Menurut Ditjen PPPL, Kemenkes RI (2014), cakupan Imunisasi Dasar Lengkap pada bayi provinsi

Sumatera Utara per September 2014 sebesar 36,5% dengan kabupaten/ kota tertinggi yaitu Samosir (57,3%) dan terendah Nias Utara (8,7%). Angka ini masih belum mencapai target dari Renstra Indonesia pada tahun 2014 (90%). Selain Imunisasi Dasar Lengkap sebagai indikator keberhasilan dalam Imunisasi ada lagi yang menjadi indikator untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan Imunisasi ini yaitu adalah Universal Child Immunization (UCI) desa/ kelurahan. UCI desa/kelurahan adalah gambaran suatu desa/kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat Imunisasi Dasar Lengkap.Target Renstra Kementerian Kesehatanuntuk cakupan desa/ kelurahan UCI pada tahun 2014 sebesar 100% di tahun berikutnya (Sutarjo, 2015). Cakupan desa/kelurahan UCIpada tahun 2014 masih sebesar 81,82% yang berarti belum mencapai target yang telah ditetapkan. Pada tahun 2014 terdapat lima provinsi di Indonesia yang telah mencapai cakupan UCI desa/ kelurahan sebesar 100%, yang berarti sudah mencapai target Renstra Indonesia tahun 2014, yaitu Lampung, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, DI Yogyakarta, dan DKI Jakarta (Ditjen PPPL, Kemenkes RI(2015) dikutip Sutarjo, 2015). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, Puskesmas Pangkalan Susu merupakan salah satu Puskesmas yang cakupan Imunisasi Dasarnya masih rendah. Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat tahun 2015 memiliki jumlah bayi sebanyak 1.372 orang. Persentase cakupan Imunisasi Dasar Lengkap di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat adalah HB0 (48,7%), BCG (48,7%), Polio (47,4%), DPT-HB (47,4%) dan Campak (48,5%) dengan

capaian Imunisasi Dasar Lengkapnya sebesar 48,14%. Angka ini masih tergolong rendah dan belum mencapai target Renstra Kemenkes RI,2015 (93%). Berdasarkan survei drop outdi Jawa pada 2011-2012 yang dilakukan UNICEF, Indonesia yang melihat dari sisi pengetahuan, perilaku dan praktek komunikasi mengenai imunisasi ditemukan beberapa tantangan dan isu utama rendahnya cakupan imunisasi yaitu sebagai berikut: orang tua yang kurang pengetahuan imunisasi, kurangnya kesadaran terhadap layanan imunisasi di lingkungan, kepercayaan orang tua pada informasi yang salah karena kepercayaan tradisional mereka, buruknya cara pemberian informasi oleh petugas kesehatan dan kurangnya dukungan dari tokoh budaya dan tokoh agama di masyarakat (Kemenkes RI, 2015). Untuk dapat mencapai keberhasilan pelaksanaan Imunisasi Dasar Lengkap, salah satunya adalah dengan mengubah perilaku orang tua atau ibu di dalam keluarga. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi perilaku adalah yang terdapat di dalam Teori Lawrence Green (1980), Teori WHO (1988)dan adanya Dukungan Keluarga menurut Caplan (1976). Menurut Green (1980), salah satu faktor yang memengaruhi perilaku seseorang atau ibu antara lain adalah faktor predisposisi (Maulana,H.,2014). Faktor predisposisi (predisposing factors)merupakan faktor yang memberi efek keluarga atau seseorang sebelum perilaku terjadi, dengan meningkatkan atau menurunkan seseorang atau motivasi penduduk untuk melakukan perilaku tertentu. Karakteristik predisposisi terlihat untuk memasukkan faktor-faktor demografi (umur dan jenis kelamin), struktur sosial (pendidikan, pekerjaan, etnik dan faktor lainnya)

dan kepercayaan kesehatan (sikap, nilai, dan pengetahuan yang mungkin memengaruhi persepsi kebutuhan dan penggunaan layanan kesehatan). Adapun faktor predisposisi yang penting untuk pendidikan kesehatan beroperasi terutama di ranah psikologis, yaitu termasuk pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai, self-efficacy, niat perilaku, dan keterampilan yang ada (Kholid, 2012). Hal ini didukung oleh Worang Rianti,dkk.(2014), dalam penelitiannya di Desa Taraitak Kecamatan Langowan Utara Puskesmas Walantakan yang menyatakan adanya hubungan antara pengetahuan ibu, pendidikan ibu, sikap dan perilaku ibu terhadap pemberian Imunisasi Dasar pada bayi dengan nilai p=0,001 (p<0,05%). Hal diatas juga didukung oleh Dewi, dkk.,2012. Dalam penelitiannya di Posyandu Desa Pucangan Kecamatan Kauman yang menyatakan adanya hubungan sikap ibu tentang Imunisasi Dasar Lengkap dengan kelengkapan Imunisasi pada bayi dengan nilai p value 0,001< 0,05. Hal ini didukung oleh Zakiyuddin (2015), dalam penelitiannya di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Bireuen yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian Imunisasi Dasar adalah pendidikan (RP=4,99), pengetahuan (RP=6,82), dan sikap (RP=8,03).Menurut Kar (1986), perilaku dipengaruhi oleh adanya minat ibu sehubungan dengan kepentingan pribadinya, adanya dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support), dan ada tidaknya informasi tentang kesehatan (Maulana,H.,2014). Hal ini didukung oleh Fajarwati,dkk. 2012, dalam penelitiannya di Kabupaten Gowa yang menyatakan adanya hubungan pendidikan ibu (p=0,048), pengetahuan

ibu (p=0,027), sikap ibu (p=0,042), ketepatan pelayanan (p=0,044) dan dukungan keluarga (p=0,042) terhadap tindakan pemberian imunisasi dasar pada bayi/anak sedangkan pekerjaan ibu (p=0,385) tidak berhubungan dengan tindakan pemberian imunisasi dasar pada bayi. Menurut Caplan (1976) dikutip Friedman (1998), dukungan suami mencakup tentang adanya Dukungan Instrumental, Dukungan Informasional, Dukungan Penghargaan, dan Dukungan Emosional. Menurut Sri Enda Guadeba Sitepu (2011) dalam penelitiannya di Desa Selotong menyatakan bahwa pengetahuan (p=0,045), dukungan keluarga (p=0,017) dan kepercayaan (p=0,018) berpengaruh terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi.namun bertolak belakang dengan hasil penelitian Makamban, dkk (2014) di wilayah kerja Puskesmas Antara Kota Makasar yang menyatakan bahwa pengetahuan ibu (p=0,087), peran petugas kesehatan (p=0,334) dan dukungan keluarga (p=0,345) tidak mempunyai hubungan bermakna dengan cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi. Berdasarkan survei pendahuluan yang peneliti lakukan di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat, dari sepuluh ibu yang mempunyai bayi yang berumur 9-12 bulanada terdapat lima bayi yang tidak mendapatkan Imunisasi Dasar lengkap. Banyak alasan ibu tidak membawa bayinya untuk mendapatkan Imunisasi Dasar, salah satunya adalah karena faktor dukungan suami yang kurang. Berdasarkan data yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan

Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasarpada Bayi (9-12 bulan) di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. 1.2 Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian dengan masalah rendahnya cakupan Imunisasi Dasardi Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkatyaitu (48,14%). Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Hubungan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi (9-12 bulan) di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat? 1.3. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan ibu dalam pemberian Imunisasi Dasar pada bayi (9-12 bulan) di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. 1.4. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan faktor pengetahuan ibu terhadap tindakan ibu dalam pemberian Imunisasi Dasar pada bayi (9-12 bulan) di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. 2. Ada hubungan faktor pendidikan ibu terhadap tindakan ibu dalam pemberian Imunisasi Dasar pada bayi (9-12bulan) di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat.

3. Ada hubungan faktor sikap ibu terhadap tindakan ibu dalam pemberian Imunisasi Dasar pada bayi (9-12 bulan) di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. 4. Ada hubungan faktor tindakan ibu terhadap pemberian Imunisasi Dasar pada bayi (9-12 bulan) di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. 5. Ada hubungan dukungan instrumental terhadap tindakan ibu dalam pemberian Imunisasi Dasarpada bayi (9-12 bulan) di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. 6. Ada hubungan dukungan informasional terhadap tindakan ibu dalam pemberian Imunisasi Dasar pada bayi (9-12 bulan) di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. 7. Ada hubungan dukungan penilaian terhadap tindakan ibu dalam pemberian Imunisasi Dasar pada bayi (9-12 bulan) di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. 8. Ada hubungan dukungan emosional terhadap tindakan ibu dalam pemberian Imunisasi Dasar pada bayi (9-12 bulan) di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat Sebagai bahan masukan dan informasi hingga dapat mengambil kebijakan dalam pencapaianpemberian Imunisasi Dasaruntuk seluruh bayi khususnya yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat hingga

cakupan imunisasi dasarnya mencapai sesuai target Renstra Kemenkes2015 (93%). 2. Bagi Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Sebagai pemberi informasi bagi Puskesmas tentang faktor-faktor yang berkaitan dengan tindakan ibu dalam pemberian Imunisasi Dasar pada bayi mereka. 3. Bagi masyarakat Pemberian informasi khususnya tentang imunisasi kepada ibu dan menjadi sumber dukungan suamidalam pemberian Imunisasi Dasar terhadap bayinya,sehingga mengetahui manfaat dan resiko yang didapatkan bayi bila tidak mendapatkan Imunisasi Dasar dengan tidak tepat waktu. 4. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan yang berkaitan tentang faktor- faktor yang berhubungan dengantindakan ibu dalam pemberian Imunisasi Dasar.