BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4 bagian pertama fase iufentus usia antara tahun, kedua fase verilitas usia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI. yang saling mendukung antara yang satu dengan yang lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lagi melaksanakan fungsi peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi terikat dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian. dan terpisah dari mereka yang ada sekitar anda (Beck & Dkk dalam David G.

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka,

KESEPIAN PADA PRIA USIA LANJUT YANG MELAJANG RARA OKTARIA Fakultas Psikologi Univesitas Gunadarma Abstrak Setiap orang membutuhkan seseorang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial

BAB I PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

BAB II LANDASAN TEORI. Loneliness dapat terjadi pada siapa saja, baik anak-anak, remaja, dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Hakikat pendidikan merupakan salah satu bagian dari modal atau kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

para1). BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan interaksi tersebut dalam berbagai bentuk. Manusia. malam harinya. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. serta pembagian peran suami dan istri. Seiring dengan berjalannya waktu ada

BAB II LANDASAN TEORI. sebagai perasaan kekurangan dan ketidakpuasan pada individu akibat adanya

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. biasanya disebabkan oleh usia yang semakin menua (Arking dalam Berk, 2011). Dari masa

BAB II LANDASAN TEORI

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

Kepekaan Reaksi berduka Supresi emosi Penundaan Putus asa

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan peristiwa dimana sepasang mempelai atau sepasang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi dukungan sosial yaitu mengacu pada kenyamanan, perhatian,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB II LANDASAN TEORI. Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdahulu mengenai self-esteem dan kecenderungan kesepian

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

BAB I PENDAHULUAN. tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Individu dalam tahapan dewasa awal memiliki tugas perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai sejak berada dalam kandungan, lalu lahir menjadi bayi,

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

Secara umum, penyebab kesepian dapat dikelompokkan ke dalam dua hal yaitu keadaan yang bisa dipersalahkan sebagai penyebab

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuat kehampaan dan kesendirian.

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB II TINJAUN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. kalangan. Orang dewasa, remaja maupun anak-anak sekarang sudah

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN )

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradapatasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan, seseorang membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia

Proses Keperawatan pada Remaja dan Dewasa. mira asmirajanti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah mengentaskan anak (the launching of a child) menuju kehidupan

BAB II LANDASAN TEORI. Rosenberg (1965) mendefinisikan self esteem sebagai evaluasi yang

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

Transkripsi:

11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1. Pengertian Lansia menurut Masdani (1990 dalam Nugroho, 2000) mengemukakan bahwa lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian pertama fase iufentus usia antara 25-40 tahun, kedua fase verilitas usia antara 40-50 tahun, ketiga fase prasenium usia antara 55-65 tahun, ke empat fase senium usia antara 65-tutup usia. Lanjut usia menurut Surini dan Utomo (2003) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang akan dijalani semua individu, ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Lansia menurut Reimer (1999 dalam Stanley dan Beare, 2007) berdasarkan karateristik sosial masyarakat yang menganggap bahwa orang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit, dan hilangnya gigi. Dalam peran masyarakat tidak bisa lagi melaksanakan fungsi peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi terikat dalam kegiatan ekonomi produktif, dan untuk wanita tidak dapat memenuhi tugas rumah tangga. Kriteria simbolik seseorang dianggap tua ketika cucu pertamanya lahir. Dalam masyarakat kepulauan Pasifik, seseorang dianggap tua ketika ia berfungsi sebagai kepala dari garis keluarganya. 11

12 Usia tua menurut Hurlock (2006) adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat. Usia lanjut menurut Widiyatun (2003) adalah masa merasa sudah sangat tua, ada rasa takut menghadapinya dan ditandai dengan kemunduran fungsi organ. 2. Batasan Lanjut Usia Lanjut usia berdasarkan usia kronologis/biologis (WHO dalam maryam, 2008) digolongkan menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Lanjut usia menurut Setyonegoro (2002 dalam Azizah, 2011) dikelompokkan menjadi usia dewasa muda (elderly adulhood) yaitu 18 atau 25-29 tahun, usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas yaitu 30-60 tahun atau 65 tahun, lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 75 tahun yang dibagi lagi dengan 70-75 tahun (young old), 75-80 tahun (old), lebih dari 80 (very old). Dewasa akhir (late adulthood) atau lanjut usia biasanya merujuk pada tahap siklus kehidupan yang dimulai pada usia 65 tahun. Ahli gerontologi membagi lanjut usia menjadi dua kelompok: young-old, berusia 65-74 tahun; dan old-old, berusia 75 tahun ke atas. Kadang-kadang digunakan istilah oldest old untuk

13 merujuk pada orang-orang yang berusia 85 tahun ke atas (Sadock dan Sadock, 2007). Lanjut usia menurut organisaasi kesehatan dunia di bagi menjadi 4 bagian, yaitu: Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia antara 45 sampai 59 tahun, lanjut usia ( elderly) yaitu usia antara 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu usia antara 75 sampai 90 tahun dan lanjut usia yang sangat tua (very old) yaitu usia di atas 90 tahun (hanum, 2008). Lanjut usia menurut Masdani (2005 dalam Azizah, 2011) merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat di bagi menjadi empat bagian, yaitu: Fase iuventus yaitu usia antara 25 sampai 40 tahun, fase vertilitas yaitu usia antara 40 sampai 50 tahun, fase praesenium yaitu usia antara 55 sampai 65 tahun dan fase senium yaitu usia 65 tahun sampai tutup usia. Lansia menurut Departemen kesehatan RI terbagi menjadi sebagai berikut: - Kelompok menjelang usia lanjut (45-54th) sebagai masa vibrilitas - Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium - Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai senium (mayam, 2008). 3. Ciri-ciri Lanjut Usia Ciri-ciri lansia menurut Sabri (2003) adalah sebagai berikut : a. Ada perubahan individu yang menonjol sebagai akibat dari usia lanjut, yaitu ketuaan yang bersifat fisik mendahului ketuaan psikologis yang merupakan kejadian yang bersifat umum.

14 b. Ada beberapa masalah dari penyesuaian diri dan sosial yang khas bagi usia lanjut, misalnya meningkatnya ketergantungan fisik dan ekonomi pada orang lain, membentuk kontak sosial baru, mengembangkan keinginan dan minat baru serta kegiatan untuk memanfaatkan waktu luang yang jumlahnya meningkat. c. Perubahan yang umum terjadi pada masa ini adalah perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, perubahan kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi psikologis, perubahan pada sistem saraf, perubahan penampilan dan kemampuan seksual, serta kecenderungan sikap yang canggung dan kikuk. d. Keterkaitan terhadap agama bertambah dan sering dipusatkan pada masalah tentang kematian pada usia tersebut yang bersifat pribadi tidak abstrak seperti masa-masa sebelumnya. e. Di antara sekian banyak bahaya fisik yang bersifat umum yang merupakan ciri usia lanjut, ialah penyakitan, hambatan yang bersifat jasmaniah, kurang gizi, gigi banyak yang tanggal dan hilangnya kemampuan seksual. f. Bahaya yang bersifat psikologis meliputi kepercayaan terhadap pendapat klise tentang lanjut usia, perasaan rendah diri, perasaan tidak berguna, perubahan tidak enak akibat perubahan fisik, perubahan pola hidup, perasaan bersalah karena menganggur.

15 Ciri-ciri usia lanjut (Hurlock, 2006) adalah : a. Periode kemunduran Kemunduran pada usia lanjut sebagian datang dari faktor fisik yang merupakan suatu perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus tapi karena proses menua. Selain itu kemunduran usia lanjut juga datang dari faktor psikologis yaitu sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan, dan kehidupan yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia. b. Perbedaan individual pada efek menua Setiap orang yang menjadi tua pasti berbeda karena mereka mempunyai sifat bawaan yang berbeda pula, sosioekonomi, latar pendidikan yang berbeda, dan pola hidup yang berbeda. Perbedaan kelihatan di antara orangorang yang mempunyai jenis kelamin yang sama, dan semakin nyata bila pria dibandingkan dengan wanita karena menua terjadi dengan laju yang berbeda pada masing-masing jenis kelamin. c. Dinilai dengan kriteria yang berbeda Pada waktu anak-anak mencapai remaja, mereka menilai lanjut usia dalam cara yang sama dengan penilaian orang dewasa, yaitu dalam hal penampilan diri, apa yang dapat dan tidak dapat dilakukannya. Dengan mengetahui bahwa hal tersebut merupakan dua kriteria yang amat umum untuk menilai usia mereka banyak orang berusia lanjut melakukan segala apa yang dapat mereka sembunyikan atau samarkan yang menyangkut tanda-tanda penuaan fisik dengan memakai pakaian yang biasa dipakai orang muda dan berpura-pura

16 mempunyai tenaga muda. Inilah cara mereka untuk menutupi dan membuat ilusi bahwa mereka belum lanjut usia. d. Stereotipe pada orang lanjut usia Pendapat klise yang telah dikenal masyarakat tentang lanjut usia adalah pria dan wanita yang keadaan fisik dan mentalnya loyo, usang, sering pikun, jalannya membungkuk, dan sulit hidup bersama dengan siapa pun, karena hari-harinya yang penuh manfaat telah lewat, sehingga perlu dijauhkan dari orang-orang yang lebih muda. e. Sikap sosial terhadap lanjut usia Pendapat klise tentang usia lanjut mempunyai pengaruh yang besar terhadap usia lanjut maupun terhadap orang berusia lanjut dan kebanyakan pendapat klise tersebut tidak menyenangkan, maka sikap sosial tampaknya cenderung tidak menyenangkan. f. Menua membutuhkan perubahan peran Karena sikap sosial yang tidak menyenangkan bagi kaum lanjut usia, pujian yang mereka hasilkan dihubungkan dengan peran usia bukan dengan keberhasilan mereka. Perasaan tidak berguna dan tidak diperlukan lagi bagi lanjut usia menumbuhkan rasa rendah diri dan kemarahan, yaitu suatu perasaan yang tidak menunjang proses penyesuaian sosial seseorang. g. Penyesuaian yang buruk merupakan ciri-ciri lanjut usia Karena sikap sosial yang tidak menyenangkan bagi kaum lanjut usia, yang nampak dalam cara orang memperlakukan mereka, maka tidak heran lagi

17 kalau banyak orang usia mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan. Hal ini cenderung diwujudkan dalam bentuk perilaku yang buruk dengan tingkat kekerasan yang berbeda pula. Mereka yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung untuk semakin jahat ketimbang mereka yang pada masa lalunya mudah dalam menyesuaikan diri. h. Keinginan menjadi muda kembali sangat kuat pada lanjut usia Dewasa ini berbagai cara dilakukan untuk menjadi muda kembali seperti obat-obatan telah mengambil alih tugas-tugas tersebut yang mencoba menahan ketuaan, tukang sihir, ilmu gaib digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Kemudian muncul orang-orang yang mempunyai kekuatan magis yang dipercayai untuk mengubah lanjut usia menjadi lebih muda lagi dan bisa membuat orang tetap awet muda, 4. Tugas perkembangan lansia Tugas perkembangan lansia lebih banyak berkaitan dengan kehidupan pribadi seseorang daripada kehidupan orang lain (Hurlock, 2006). Adapun tugas perkembangan lansia adalah: 1. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan 2. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income (penghasilan) keluarga 3. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup 4. Membentuk hubungan dengan orang-orang seusia 5. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan

18 6. Menyesuaikan dengan peran sosial secara luwes 5. Perubahan-Perubahan Pada Lansia Perubahan yang dialami lansia (Hutapea, 2005) meliputi: a. Perubahan Fisik 1. Perubahan pada system kekebalan atau immunologi, dimana tubuh menjadi rentan terhadap penyakit dan alergi 2. Konsumsi energik turun secara nyata diikuti dengan menurunnya jumlah energi yang dikeluarkan tubuh 3. Air didalam tubuh turun secara signifikan karena bertambahnya sel-sel mati yang diganti oleh lemak maupun jaringan konektif 4. Sistem pencernaan mulai terganggu, gigi mulai tanggal, kemampuan mencerna makanan serta penyerapan menjadi lamban dan kurang efisien, gerakan peristaltik usus menurun sehingg sering konstipasi 5. Sistem syaraf menurun yang menyebabkan munculnya rabun dekat, kepekaan bau dan rasa berkurang, kepekaan sentuhan berkurang, reaksi menjadi lambat, fungsi mental menurun dan ingatan visual berkurang 6. Perubahan pada system pernafasan ditandai dengan menurunnya elastisitas paru-paru yang mempersulit pernafasan sehingga dapat mengakibatkan munculnya rasa sesak dan tekanan darah meningkat

19 7. Perubahan system metabolik, yang menyebabkan gangguan metabolisme glukosa karena sekresi insulin yang menurun. Sekresi juga menurun karena timbulnya lemak 8. Kehilangan elastisitas dan fleksibilitas persendian, tulang mulai keropos b. Perubahan Psikososial Perubahan psikososial menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam, sering bingung, panik, dan depresi. Hal itu disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosial ekonomi. Ketergantungan sosial finansial pada waktu pensiun menyebabkan kehilangan rasa bangga, hubungan sosial, kewibawaan, dan sebagainya. c. Perubahan Emosi dan Kepribadian Setiap ada kesempatan lansia selalu melakukan instropeksi diri. Terjadi proses kematangan dan bahkan tidak jarang terjadi pemeranan gender yang terbalik. Para wanita lansia bisa lebih tegar dibandingkan lansia pria, apalagi dalam memperjuangkan hak mereka. Sebaliknya, bayak lansia pria yang tidak segan-segan memerankan peran yang sering wanita kerjakan, seperti mengasuh cucu, menyiapkan sarapan, membersihkan rumah dan sebagainya. Persepsi tentang kondisi kesehatan berpengaruh kepada kehidupan psikososial, dalam hal memilih bidang kegiatan yang sesuai dan cara menghadapi persoalan hidup.

20 Perubahan yang terjadi akibat proses menua (Harlock, 2006) meliputi: 1. Perubahan Fisik Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya system pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integrumen. 2. Perubahan Kondisi Mental Pada umumnya lanjut usia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Perubahan perubahan mental ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan serta situasi lingkungan. Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut di telantarkan karena tidak berguna lagi. 3. Perubahan Psikososial Masalah masalah ini serta reaksi individu terhadapnya akan sangat beragam, tergantung kepada kepribadian invidu yang bersangkutan. Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun. Tetapi bagi banyak pekerja pensiun berarti terputus dari lingkungan dan teman teman yang akrab dan disingkirkan untuk duduk duduk dirumah dengan begitu

21 dapat menimbulkan perasaan kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial, kehilangan hubungan teman dan keluarga, perubahan mendadak dalam kehidupan rutin yang membuat mereka merasa kurang melakukan kegiatan yang berguna, antara lain: a. Minat Pada umumnya minat seseorang akan berubah kuantitas dan kualitasnya pada masa lanjut usia. Lazimnya minat dalam aktifitas fisik cenderung menurun dengan bertambahnya usia. Kendati perubahan minat pada usia lanjut jelas berhubungan dengan menurunnya kemampuan fisik, tidak dapat diragukan bahwa hal hal tersebut dipengaruhi oleh faktor faktor sosial. b. Isolasi dan kesepian Banyak faktor bergabung sehingga membuat orang lanjut usia terisolasi dari yang lain. Secara fisik, mereka kurang mampu mengikuti aktivitas yang melibatkan usaha.makin menurunnya kualitas indera yang mengakibatkan ketulian, penglihatan yang makin kabur, dan sebagainya. Selanjutnya membuat orang lanjut usia merasa terputus dari hubungan dengan orang orang lain. Faktor lain yang membuat isolasi makin manjadi lebih parah adalah perubahan sosial, terutama mengendornya ikatan kekeluargaan. Bila orang lanjut usia tinggal bersama saudaranya, lansia bisa bersikap toleran terhadap mereka, sayangnya mereka jarang menghormatinya sehingga lansia tersebut terisolasi dan merasa hidup sendiri.

22 c. Peranan iman Menurut proses fisik dan mental pada usia lanjut memungkinkan orang yang sudah tua tidak begitu membenci dan merasa kuatir dalam memandang akhir dari kehidupan dibanding orang yang lebih muda. Namun demikian, hampir tidak disangkal lagi bahwa iman yang teguh adalah senjata yang paling ampuh melawan rasa takut terhadap kematian. Usia lanjut memang merupakan masa dimana kesadaran religius dibangkitkan dan diperkuat. 4. Perubahan Kognitif Perubahan pada fungsi kognitif diantaranya : a. Kemunduran umumnya terjadi pada tugas tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang membutuhkan memori jangka pendek. b. Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran. c. Kemampuan verbal dalam bidang kosakata akan menetap bila tidak ada penyakit. 5. Perubahan Spiritual a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. b. Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari hari. c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun adalah perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.

23 B. Kesepian 1. Pengertian Kesepian merupakan perasaan tersisihkan, terpencil dari orang lain, karena merasa berbeda dengan orang lain sehingga individu cenderung mengisolasikan diri dari kerumunan orang-orang. Kesepian merupakan hal yang bersifat pribadi dan akan ditanggapi berbeda oleh setiap orang, bagi sebagian orang kesepian merupakan hal yang bisa diterima secara normal namun bagi sebagian orang kesepian bisa menjadi sebuah kesedihan yang mendalam. Kesepian adalah suatu reaksi emosional dan kognitif terhadap dimilikinya hubungan yang lebih sedikit dan lebih tidak memuaskan daripada yang diinginkan oleh orang tersebut (Peplau dan Perlman 1980 dalam Baron dan Bryne, 2005). Kesepian merupakan kondisi dimana orang merasa tersisih dari kelompoknya, tidak diakui eksistensinya, tidak diperhatikan oleh orang-orang sekitarnya, tidak ada tempat berbagi rasa, terisolasi dari lingkungan sehingga menimbulkan rasa sunyi, sepi, pedih dan tertekan (Hanum, 2008). Kesepian menurut Gierveld (1980 dalam Latifa, 2008) adalah kondisi isolasi sosial yang subyektif(subjective social isolation), dimana situasi yang dialami individu tersebut dirasa tidak menyenangkan dan tidak diragukan lagi terjadi kekurangan kualitas hubungan (lack of quality ofrelationship).

24 Deaux, Dane dan Wrightsman (2002) menyimpulkan ada tiga elemen dari definisi kesepian yang dikemukakan oleh Peplau dan Perlman, yaitu: 1. Merupakan pengalaman subjektif, yang mana tidak bisa diukur dengan observasi sederhana 2. Kesepian merupakan perasaan yang tidak menyenangkan 3. Secara umum merupakan hasil dari kurangnya/terhambatnya hubungan sosial. 2. Jenis Kesepian Perasaan kesepian dalam dua jenis yaitu kesepian emosional dan kesepian sosial. Dalam kesepian emosional, seseorang merasa tidak memiliki kedekatan dan perhatian dalam berhubungan sosial, merasa tidak ada satu orang pun yang peduli terhadapnya, sedangkan kesepian sosial muncul dari kurangnya jaringan sosial dan ikatan komunikasi atau dapat dijelaskan sebagai suatu respon dari tidak adanya ikatan dalam suatu jaringan sosial (Weiss dalam Sharma, 2002). Perasaan kesepian menurut Weiss (1997 dalam Sears, 2004) dapat dibedakan kedalam 2(dua) tipe, yaitu : a. Kesepian Emosional (Emotional Loneliness) Kesepian ini terjadi karena tidak adanya figur kelekatan dalam hubungan intimnya, seperti anak yang tidak ada orang tuanya atau orang dewasa yang tidak memiliki pasangan atau teman dekat. menurut Weiss (1997 dalam De Jong Gierveld & Van Tilburg, 2006) kesepian emosional adalah kurangnya kedekatan

25 emosional dengan seseorang sehingga tidak dapat bergantung kepada siapapun, tidak adanya hubungan intim atau keterikatan emosional yang dekat, misalnya dengan pasangan atau sahabat. Kesepian emosional dapat terjadi karena tidak adanya hubungan dekat dengan orang lain, kurang adanya perhatian satu samalain. Jika individu merasakan hal ini, meskipun dia berinteraksi dengan orang banyak dia akan tetap merasa kesepian. Dalam kesepian emosional, seseorang merasa tidak memiliki kedekatan dan perhatian dalam berhubungan sosial, merasa tidak ada satu orang pun yang peduli terhadapnya, sedangkan kesepian sosial muncul dari kurangnya jaringan sosial dan ikatan komunikasi atau dapat dijelaskan sebagai suatu respon dari tidak adanya ikatan dalam suatu jaringan sosial (Juniarti dkk,2008). b. Kesepian Situasional (Situational Loneliness) Kesepian ini terjadi ketika sesorang kehilangan interaksi sosial atau komunitas yang didalamnya terdapat hubungan sosial. Kesepian ini disebabkan karena ketidakhadiran orang lain, sehingga tidak terjadi interaksi antara satu sama lain dan menyebabkan kesepian/kesunyian pada orang tersebut. Kesepian menurut Sadler (1996 dalam Latifa, 2007) terbagi menjadi lima jenis, yaitu : a. Interpersonal Loneliness Manakala individu merindukan seseorang yang dahulu pernah dekat dengannya dan melibatkan kesedihan yang mendalam sehingga individu mencaricari orang baru untuk dicintai. Tapi jika menemukan orang yang potensial

26 menjadi pasangan baru sebelum ia mampu mengatasi kesedihan terdahulu, maka individu akan takut atau menolak. b. Kesepian Sosial (Social Loneliness) Perasaan ketika individu tidak ingin terpisah dari kelompok sosial yang dianggap penting bagi kesejahteraannya dan tidak ada hal lain yang dapat ia lakukan untuk mengatasi hal itu sekarang. c. Culture Shock Terjadi ketika individu pindah ke suatu lingkungan kebudayaan baru. d. Kesepian Kosmik (Cosmic Loneliness) Dikenal dengan kesepian eksistensial yaitu perasaan ketidakmungkinan untuk menjalin suatu hubungan yang sempurna dengan orang lain. e. Kesepian Psikologikal (Psychological Loneliness) Kesepian ini datang dari kedalaman hati individu, baik itu yang berasal dari situasi masa kini ataupun sebagai reaksi dari trauma masa lalu. Kesepian menurut Bruno (2000) digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu: a. Kesepian Kognitif (Cognitive Loneliness) Kesepian kognitif terjadi jika individu mempunyai sedikit teman untuk berbagi pikiran atau gagasan yang dianggap penting. b. Kesepian Perilaku (Behavioral Loneliness) Kesepian perilaku terjadi bila anda kurang atau tidak mempunyai teman sewaktu berjalan ataumelakukan kegiatan di luar rumah, misalnya anda ingin

27 nonton film atau ingin makan di restoran tapi anda tidak memiliki seorang teman yang anda kenal yang bisa di ajak. c. Kesepian Emosional (Emotional Loneliness) Kesepian jenis ini terjadi bila individu membutuhkan kasih sayang tapi tidak mendapatkannya.inilah kesepian yang sangat penting dan sangat buruk dampaknya. 3. Ciri-ciri Kesepian Orang yang kesepian menurut Baron dan Bryne (2005) cenderung untuk menjadi tidak bahagia dan tidak puas dengan diri sendiri, tidak mau mendengar keterbukaan intim dari orang lain dan cenderung membuka diri mereka baik terlalu sedikit atau terlalu banyak, merasakan kesia-siaan (hopelessness), dan merasa putus asa. Orang yang kesepian menurut Robinson (2004) akan merasa terasing dari kelompoknya, tidak merasakan adanya cinta disekelilingnya, merasa tidak ada yang peduli dengan dirinya dan merasakan kesendirian, serta merasa sulit untuk mendapatkan teman. Orang yang kesepian menurut Myers (1990 dalam Martin, 2001) secara kronologis kelihatan terjebak di dalam lingkaran setan yang merupakan kegagalan diri dalam kognisi sosial dan perilaku sosial. Orang yang kesepian memiliki penjelasan yang negatif terhadap depresi yang dialami, menyalahkan diri sendiri atas hubungan sosial yang buruk dan berbagai hal yang berada di luar kendali

28 (Anderson dan Snodgrass 1976 dalam McGhie, 2003). Lebih jauh lagi orang yang kesepian menerima orang lain dalam cara yang negatif (McGie, 2003). Pandangan negatif tersebut akan mempengaruhi keyakinannya dan akan menyebabkan orang yang mengalami kesepian kehilangan kepercayaan sosial dan menjadi pesimis terhadap orang lain, yang justru akan menghambatnya dalam mengurangi kesepian mereka. Orang yang kesepian cenderung menjadi self-conscious dan memiliki selfesteem yang rendah (Cheek, Melcior dan Vaux 1980 dalam Bruno, 2000). Ketika berbicara dengan orang asing, orang yang kesepian lebih banyak membicarakan diri sendiri dan menaruh sedikit ketertarikan terhadap lawan bicaranya. Setelah pembicaraan selesai biasanya kenalan baru tersebut memberi kesan yang negative terhadap orang yang kesepian tersebut (Jones 1986 dalam Sears, 2004). Tidak ada orang yang dapat kebal terhadap kesepian, tetapi beberapa orang memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami kesepian (Sears, 2004). 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesepian Faktor yang mempengaruhi kesepian (Middlebrook 1977 dalam Turnip, 2005) adalah sebagai berikut : a. Faktor Psikologis 1) Kesepian Eksistensial Keterbatasan manusia yang terpisah dari orang lain sehingga seseorang tersebuttidak mungkin berbagi perasaan dan pengalaman dengan orang lain

29 dan seseorang tersebut harusmengambil keputusan sendiri dan menghadapai ketidakpastian. 2) Pengalaman Traumatis Kehilangan seseorang yang sangat dekat secara tiba-tiba bisa menyebabkan orang merasa kesepian, tetapi akan lebih sanggup mentolerir kesepian bila sering mengalaminya atau orang itu sendiri yang mulai menjauh dari orang orang yang dekat padanya. 3) Kurang dukungan dari lingkungan Seseorang bisa mengalami kesepian bila merasa tidak sesuai dengan lingkungannya, sehingga orang tersebut menganggap dirinya diabaikan dan ditolak oleh lingkungan. 4) Krisis dalam diri dan kegagalan Seseorang bisa kehilangan semangat dan menghindar dari lingkungannya bila merasa harga dirinya terganggu karena harapannya tidak terpenuhi, hal ini dapat menyebabkan timbulnya gejala kesepian pada orang itu. 5) Kurangnya percaya diri Kesepian dapat terjadi bila seseorang kurang dapat mengungkapkan diri sepenuhnya dan hanya mampu berhubungan secara formil saja.kalaupun bisa berhubungan sosial dengan cukup baik, tetap saja merasa kurang dilibatkan.

30 6) Kepribadian yang pemalu sesuai dengan lingkungan Orang-orang yang temperamen tertentu seperti pemalu dan yang tidak mampu berhubungan sosial akan menarik diri dari lingkungan. 7) Ketakutan menanggung resiko sosial Seseorang merasa takut untuk terlalu dekat dengan orang lain, karena khawatir akan ditolak. Kedekatan sosial dilihat sebagai sesuatu yang berbahaya dan penuh resiko. b. Faktor Situasional 1) Takut dikenal orang lain Seseorang yang takut dikenal secara mendalam oleh orang lain akan cenderung menghilangkan kesempatan untuk berhubungan dekat dengan orang lain, sehingga orang tersebut tidak punya teman berbagi rasa. 2) Nilai-nilai yang berlaku pada lingkungan sosial Nilai-nilai yang dianut seperti privasi dan kesuksesan dapat menyebabkan seseorang merasa kesepian karena ia merasa terikat oleh nilai tersebut. 3) Kehidupan di luar rumah Rutinitas diluar rumah seperti kerja menyebabkan kurangnya kehangatan hubungan seseorang dengan orang-orang tertentu.

31 4) Kehidupan di dalam rumah Rutinitas dirumah seperti adanya jam makan, tidur, mandi akan menyebabkan kejenuhan pada pelakunya. 5) Perubahan pola-pola dalam keluarga Kehadiran orang lain dalam jangka panjang pada sebuah keluarga akan menyebabkan terganggunyahubungan antar anggota keluarga. 6) Pindah tempat Seringnya pindah dari satu tempat ke tempat lain akan menyebabkan seseorang tidak dapat menjalin hubungan yang akrab dengan lingkungan baru, sehingga akan menimbulkan kesepian. 7) Desain arsitektur bangunan Bentuk bangunan yang canggih juga berpengaruh terhadap interaksi sosial.hal ini mengingat bangunan-bangunan dapat menyebabkan interaksi sosial menjadi terbatas. 5. Penyebab Kesepian Penyebab kesepian pada lanjut usia (Hanum, 2008) ditinjau dari sudut sosiologis antara lain karena beberapa hal sebagai berikut: a. Teralienasi (Terasing) Perasaan dapat disebabkan oleh adanya perasaan terasing dalam kehidupan sosial sehingga merasa dirinya sendiri di dunia. Penderitaan akan kesepian ini semakin menyiksa karena merasa tidak mempunyai kawan untuk berbagi rasa dan

32 terisolasi dari kehidupan bermasyarakat. Padahal tanpa disadari bahwa kehadiran orang lain dapat mengalihkan perhatian terhadap diri sendiri sehingga secara tidak langsung mengurangi kesepian (Schachter 1960 dalam Deaux dkk., 2001). b. Anomie Suatu situasi ketika terjadi suatu keadaan tanpa aturan, yaitu collective consciousness (kesadaran kolektif) tidak berfungsi.kondisi seperti itu terjadi dalam suasana krisis, dimana kebutuhan-kebutuhan tidak terpenuhi dan bertemu dengan keadaan tidak berfungsinya aturan-aturan masyarakat pada akhirnya orang merasa kehilangan arah di dalam kehidupan sosialnya.lanjut usia yang mengalami kesepian dan depresi dapat disebabkan ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri (maladjustment) dengan kondisi lingkungannya. Mereka merasa kecewa dan frustasi dengan keadaan yang ada sehingga mendorong untuk menarik diri dari partisipasi di masyarakat. c. Perubahan pada pola kekerabatan Nilai kekerabatan dalam kehidupan keluarga semakin lemah. Mengarah pada bentuk keluarga inti, lanjut usia tidak jarang terpisah jauh dari anak cucu akibat proses urbanisasi. Lanjut usia ditinggalkan oleh anggota keluarga dan kurang diperhatikan, dan banyak diantara mereka hidup sendiri dan kesepian. Keterpisahan lanjut usia dari anggota keluarga menyebabkan mereka tidak intensif mendapat perhatian dan kesejahteraan. Oleh karena itu, perasaan sepi dan tertekan kerap mewarnai para lanjut usia yang ditinggalkan orang-orang yang dicintainya.

33 Penyebab umum terjadinya kesepian menurut Martin dan Osborn (2001) ada tiga faktor, yaitu: 1. faktor psikologis Harga diri rendah pada lansia disertai dengan munculnya perasaan-perasaan negatif seperti perasaan takut, mengasihani diri sendiri dan berpusat pada diri sendiri. 2. faktor kebudayaan dan situasional Terjadinya perubahan dalam tata cara hidup dan kultur budaya dimana keluarga yang menjadi basis perawatan bagi lansia kini banyak yang lebih menitipkan lansia ke panti dengan alasan kesibukan dan ketidakmampuan dalam merawat lansia. 3. faktor spiritual Agama seseorang dapat menghilangkan kecemasan seseorang dan kekosongan spiritual seringkali berakibat kesepian. Empat hal yang menyebabkan seseorang mengalami kesepian Menurut Brehm (2002), yaitu: a. Ketidakadekuatan dalam hubungan yang dimiliki seseorang Menurut Brehm (2002) hubungan seseorang yang tidak adekuat akan menyebabkan seseorang tidak puas akan hubungan yang dimiliki. Ada banyak alasan seseorang merasa tidak puas dengan hubungan (relationship) yang tidak

34 adekuat. Rubenstein dan Shaver (1991 dalam Brehm 2002) menyimpulkan beberapa alasan yang banyak dikemukakan oleh orang yang kesepian sebagai berikut: 1. Being unattached: tidak memiliki pasangan, tidak memiliki partner seksual, berpisah dengan pasangan atau kekasih. 2. Alienation: merasa berbeda, merasa tidak dimengerti, tidak dibutuhkan dan tidak memiliki teman dekat. 3. Being alone: pulang ke rumah tanpa ada yang menyambut, selalu sendiri. 4. Forced isolation: dikurung di dalam rumah, dirawat inap di rumah sakit, tidak bisa kemana-mana. 5. Dislocation: jauh dari rumah (merantau), memulai pekerjaan atau sekolah baru, sering pindah rumah, sering melakukan perjalanan. b. Terjadi perubahan terhadap apa yang diinginkan seseorang dari suatu hubungan Menurut Brehm (2002) kesepian juga dapat muncul karena terjadi perubahan terhadap apa yang diinginkan seseorang dari suatu hubungan. Pada saat tertentu hubungan sosial yang dimiliki seseorang cukup memuaskan, sehingga orang tersebut tidak mengalami kesepian. Tetapi di saat lain hubungan tersebut tidak lagi memuaskan karena orang itu telah merubah apa yang diinginkannya dari hubungan tersebut. Menurut Peplau (1990 dalam Brehm, 2002), perubahan itu dapat muncul dari beberapa sumber, yaitu:

35 1. Perubahan mood. Jenis hubungan yang diinginkan seseorang ketika sedangsenang akan berbeda dengan jenis hubungan yang diinginkan ketikasedang sedih. Bagi beberapa orang akan cenderung membutuhkan orang tuanya ketika sedang senang dan akan cenderung membutuhkan teman-temannya ketika sedang sedih. 2. Usia. Seiring dengan bertambahnya usia, perkembangan seseorang membawa berbagai perubahan yang akan mempengaruhi harapan atau keinginan (desire) orang itu terhadap suatu hubungan. Jenis persahabatan yang cukup memuaskan ketika seseorang berusia 15 tahun mungkin tidak akan memuaskan ketika orang tersebut berusia 25 tahun. 3. Perubahan situasi. Banyak orang tidak mau menjalin hubungan emosional yang dekat dengan orang lain ketika mereka sedang membina karir.namun, ketika karir sudah mapan orang tersebut akan dihadapkan pada kebutuhan yang besar akan suatu hubungan yang memiliki komitmen secara emosional. c. Self-esteem dan causal attribution Kesepian berhubungan dengan self-esteem yang rendah. Orang yang memiliki self-esteem yang rendah cenderung merasa tidak nyaman pada situasi yang berisiko secara sosial (misalnya berbicara di depan umum dan berada dikerumunan orang yang tidak dikenal). Dalam keadaan seperti ini orang tersebut akan menghindari kontak-kontak sosial tertentu secara terus-menerus akibatnya akan mengalami kesepian.

36 d. Perilaku interpersonal Perilaku interpersonal seseorang yang kesepian akan menyelidiki orang itu untuk membangun suatu hubungan dengan orang lain. Dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami kesepian, orang yang mengalami kesepian akan menilai orang lain secara negatif, mereka tidak begitu menyukai dan mempercayai orang lain, menginterpretasikan tindakan dan intensi (kecenderungan untuk berperilaku) orang lain secara negatif, dan cenderung memegang sikap-sikap yang bermusuhan (hostile). 6. Dampak dari Kesepian dampak dari kesepian menurut Robinson (2004) yaitu : a. Mengalami rendah diri, bergantung pada teman untuk membangun harga dirinya. b. Menyalahkan diri sendiri. c. Tidak ingin berusaha untuk terlibat pada kegiatan sosial. d. Mempunyai kesulitan untuk memperlihatkan diri dalam berkelakuan dan takut untuk berkata ya atau tidak untuk hal yang tidak sesuai. e. Takut bertemu orang lain dan menghindari situasi baru. f. Mempunyai persepsi negative tentang diri sendiri. g. Merasakan keterasingan, kesendirian dan perasaan tidak bahagia terhadap lingkungan sekitar.

37 h. Seseorang yang kesepian cenderung menyalahkan diri sendiri atas kekurangan mereka. Sebagai contoh, mereka menunjukkan keterbukaan diri yang tidak tepat, perhatian untuk diri sendiri sebagai ganti perhatian terhadap pasangan atau ketidakmampuan untuk membangun keintiman yang nyaman (Frankel dan Prentice 1968 dalam Santrock, 2002). Perasaan ketika kesepian (Brehm, 2002) yaitu: a. Desperation, yaitu perasaan yang sangat menyedihkan, mampu melakukan tindakan yang nekat, disertai dengan indikator perilaku yaitu putus asa, tidak berdaya, takut, tidak punya harapan, merasa ditinggalkan serta mudah mendapat kecaman dari orang lain. b. Impatient Boredom, yaitu rasa bosan yang tidak tertahankan, jenuh, tidak suka menunggu lama, dengan indikator perilaku seperti tidak sabar, ingin berada di tempat lain, kesulitan menghadapi suatu keadaan, sering marah, serta tidak dapat berkonsentrasi. c. Self-Deprecation, yaitu perasaan dimana seseorang mengutuk serta menyalahkan diri sendiri, tidak mampu menyelesaikan masalahnya, dengan indikator perilaku seperti tidak atraktif, terpuruk, merasa bodoh, malu, serta merasa tidak aman. d. Depression, merupakan tahapan emosi yang ditandai dengan kesedihan yang mendalam, perasaan bersalah, menarik diri dari orang lain, kurang tidur, dengan indikator perilaku yaitu, sedih, tertekan, terisolasi, hampa, menyesali diri, mengasingkan diri, serta berharap memiliki seseorang yang spesial.