PEMBERIAN FORMULA NASI KACANG MERAH EFEKTIF MENINGKATKAN DAYA TERIMA PASIEN DIABETES MELLITUS

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : Fery Lusviana Widiany

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

NASKAH PUBLIKASI. HUBUNGAN ASUPAN SERAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD Dr.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

I. PENDAHULUAN. dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Dorlan, 2012). disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori

8 Cara Menurunkan Kadar Gula Secara Alami

BAB I PENDAHULUAN. 230 juta. Angka ini akan mengalami kenaikan sebesar 3% atau bertambah

PENDAHULUAN. psikologis, dan perubahan kondisi sosial. 2 Kondisi ini membuat kebutuhan asupan gizi lansia perlu diperhatikan untuk mencegah risiko

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. traditional lifestyle menjadi sedentary lifestyle (Hadi, 2005). Keadaan ini

PEMBERIAN SMS REMINDER EFEKTIF MEMPERBAIKI STATUS GIZI ANTROPOMETRI PASIEN HEMODIALISIS

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.1 JAN-JUNI 2014 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal (Sarwono, 2002). Sejak awal pembangunan kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PASIEN DM DENGAN KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET KHUSUS DI RS STELLA MARIS MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah pengidap diabetes melitus (diabetesi) di dunia saat ini terus

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN

DISERTASI. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Doktor di Program Doktor Ilmu Pertanian

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu negara, angka harapan hidup (AHH) manusia kian meningkat. AHH di

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pola penyakit bergeser dari

HUBUNGAN RIWAYAT KELUARGA, OBESITAS DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II. Siti Novianti, Nur Lina RINGKASAN

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat secara global, termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

Transkripsi:

PEMBERIAN FORMULA NASI KACANG MERAH EFEKTIF MENINGKATKAN DAYA TERIMA PASIEN DIABETES MELLITUS Fery Lusviana Widiany Program Studi Ilmu Gizi, Universitas Respati Yogyakarta Jl. Raya Tajem Km.1,5, Depok, Sleman, e-mail: fer_luzz_wee@yahoo.com ABSTRAK Latar Belakang : Prevalensi diabetes mellitus (DM) di Indonesia diperkirakan 21,3 juta tahun 2030. Riskesdas menunjukkan prevalensi di DIY 2,6% pada usia 15 tahun. Angka kejadian DM di RSUD Panembahan Senopati Bantul 504 orang (2014). Salah satu faktor penyebab meningkatnya jumlah penderita adalah pola makan tidak sehat. Pemenuhan diet di rumah sakit memenuhi prinsip 3J, tetapi daya terima pasien terhadap makanan diet belum terpenuhi 100%. Sehingga menu makanan pokok (nasi) perlu dimodifikasi dengan kacang merah. Tujuan : Mengetahui efektivitas pemberian formula nasi kacang merah terhadap daya terima pasien DM. Metode : Penelitian berjenis kuasi eksperimental, dengan pemberian formula nasi kacang merah 3 hari pada kelompok perlakuan, sedangkan kelompok kontrol diberikan nasi putih sesuai standar diet DM. 38 sampel diperoleh dengan purposive sampling. Kriteria inklusinya pasien DM tipe II berusia >18 tahun, sadar, kooperatif, diet biasa, dirawat minimal 3 hari. Pasien dengan gangguan metabolisme protein, hipertensi, alergi kacangkacangan dan protein tinggi dieksklusikan. Variabel independennya pemberian formula nasi kacang merah, variabel dependennya daya terima pasien. Data dianalisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi variabel dan bivariat menggunakan uji Chi-Square. Hasil : Hasil uji Chi-Square efektivitas pemberian formula nasi kacang merah terhadap daya terima (asupan karbohidrat) menunjukkan p-value = 0.046, RR = 2.357. Kesimpulan : Pemberian formula nasi kacang merah efektif meningkatkan daya terima (asupan karbohidrat) pasien DM. Kata Kunci : Formula nasi kacang merah, pasien diabetes mellitus, daya terima, asupan karbohidrat PENDAHULUAN Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kardiovaskuler yang prevalensinya semakin lama semakin meningkat. Pada tahun 2000 diperkirakan sebanyak 171 juta jiwa menderita diabetes mellitus tipe II dan diperkirakan pada tahun 2030 terjadi peningkatan sebanyak 195 juta jiwa lagi yang akan menderita diabetes mellitus tipe II. Studi populasi diabetes mellitus tipe II di berbagai negara oleh WHO menunjukkan jumlah penderita diabetes mellitus pada tahun 2000 di Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dengan 8,426 juta orang dan diperkirakan akan menjadi sekitar 21,257 juta pada tahun 2030 (1). Di Indonesia, prevalensi penderita diabetes mellitus diperkirakan mencapai 21,3 juta orang pada tahun 2030 (2). Prevalensi pasien yang terdiagnosis diabetes mellitus di Indonesia sebesar 1,5%, diabetes mellitus terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,1%. Prevalensi diabetes mellitus yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta (2,6%), Daerah Khusus Ibukota Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi penderita diabetes mellitus di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebesar 2,6% pada usia 15 tahun (3). Laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) puskesmas di DIY pada tahun 2012, penyakit hipertensi (29.546 kasus) dan diabetes mellitus (7.434 kasus) masuk dalam urutan ketiga dan kelima dari distribusi 10 besar penyakit berbasis STP Puskesmas. Di RSUD Panembahan Senopati Bantul, angka kejadian diabetes mellitus juga tinggi, yakni tercatat 504 orang pada tahun 2014, dengan data bulan September November 2014 sebanyak 137 orang. RSUD Panembahan Senopati Bantul 11

merupakan rumah sakit rujukan untuk fasilitas kesehatan di Bantul dan sekitarnya. Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan angka penderita diabetes mellitus semakin tinggi, salah satunya pola makan yang tidak sehat seperti diet yang mengandung banyak gula dan lemak serta rendahnya konsumsi makanan yang mengandung serat (4). Pemenuhan diet di rumah sakit memenuhi prinsip tepat jadwal dan tepat jumlah. Akan tetapi, daya terima pasien terhadap makanan diet yang diberikan belum terpenuhi 100%. Makanan yang disajikan terhadap pasien diabetes mellitus sebanyak 63,3% ternyata tidak sesuai dengan kebutuhan gizi pasien. Sebagian besar pasien mengkonsumsi protein dengan kategori buruk, yakni sejumlah 17 orang (56,8%) (5). Penilaian pasien terhadap makanan yang disajikan persentase yang lebih tinggi pada rasa makanan yang enak, besar porsi yang cukup, suhu yang sesuai, makanan matang, aroma sedap, warna dan penyajian menarik. Faktor yang berhubungan dengan sisa makanan diet diabetes mellitus yaitu jadwal makan (nilai p = 0,005), makanan luar RS (nilai p = 0,015), cita rasa makanan (nilai p = 0,005), dan kebiasaan makan (nilai p = 0,003) (6). Sehingga modifikasi menu perlu dilakukan terutama untuk makanan pokok (nasi), karena berdasarkan observasi, biasanya nasi memiliki sisa paling tinggi diantara jenis makanan yang lainnya. Sedangkan prinsip tepat jenis dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan dengan indeks glikemik rendah, sehingga dapat memperpanjang waktu pengosongan lambung yang dapat menurunkan sekresi insulin dan kolesterol total dalam tubuh. Kacang merah merupakan salah satu makanan dengan indeks glikemik rendah, yaitu sebesar 26. Kacang merah merupakan sumber serat yang baik (7). Dalam 100 gram kacang merah terdapat 4 gram serat larut dan serat tidak larut (8). Kacang merah bahkan dianggap sebagai kacang terbaik karena tingginya kualitas protein di dalamnya (9). Selain itu, kacang merah memiliki indeks glikemik paling rendah diantara kacang lainnya (10). Kadar Resistant Starch (RS) kacang merah relatif tinggi. Beberapa bahan makanan dengan RS tinggi dilaporkan mempunyai efek fisiologis yang menguntungkan bagi kesehatan, salah satunya adalah tingginya RS mengakibatkan bahan bersifat viskus sehingga dapat menghambat absorbsi zat gizi (11). Pemberian pakan kacang merah selama 4 minggu pada tikus wistar diabetes dapat menurunkan glukosa darah sebesar 69%. Hal ini terkait dengan tingginya kandungan serat pangan dan pati dari kacang merah yang menyebabkan besarnya viskositas kacang merah dan menurunkan absorbsinya (10). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji lebih lanjut mengenai efektivitas pemberian formula nasi kacang merah terhadap asupan karbohidrat pasien diabetes mellitus. METODE Penelitian ini berjenis kuasi eksperimental. Eksperimen dalam penelitian ini adalah pemberian formula nasi kacang merah selama 3 hari berturutturut pada kelompok perlakuan, dengan frekuensi 3 kali sehari, dan diberikan pada saat makan utama. Sedangkan kelompok kontrol diberikan nasi putih sesuai standar diet diabetes mellitus di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Formula nasi kacang merah untuk kelompok perlakuan dan nasi putih berdasarkan standar diet diabetes mellitus diberikan dengan memenuhi asupan energi yang sama bagi pasien (seperti ditampilkan pada Tabel 1.) 12

Tabel 1. Perbandingan Nilai Gizi Formula Nasi Kacang Merah dengan Nasi Putih Sesuai Standar Diet Diabetes Mellitus di RSUD Panembahan Senopati Bantul Zat gizi Satuan Kandungan Formula nasi kacang merah Nasi putih Energi Kcal 360 360 Protein g 9,31 6,8 Lemak g 0,8 0,7 Karbohidrat g 76,7 78,9 Serat g 4,72 2 Penelitian dilakukan di Bangsal Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul pada bulan Mei Juni 2015. Penelitian melibatkan 38 orang sampel yang terbagi dalam kelompok perlakuan dan kontrol, dan diambil menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus yang dirawat inap di Bangsal Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul yang memenuhi kriteria inklusi pasien diabetes mellitus tipe II yang berusia >18 tahun, bersedia menjadi responden penelitian, sadar dan kooperatif, menerima diet dengan bentuk makanan biasa, serta dirawat minimal 3 hari. Sedangkan pasien dengan gangguan metabolisme protein, tekanan darah tinggi, dan yang mengalami alergi kacang-kacangan dan protein tinggi dieksklusikan. Variabel independen penelitian ini adalah pemberian formula nasi kacang merah, sedangkan variabel dependennya adalah daya terima pasien. Data primer berupa identitas dan karakteristik sampel, data antropometri, sertadata daya terima pasien diperoleh langsung dari sampel penelitian. Sedangkan data sekunder diambil dari rekam medik pasien di Bangsal Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul. Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-Square. HASIL Pada penelitian ini diperoleh sampel sebanyak 38 orang yang terbagi dalam kelompok perlakuan dan kontrol. Karakteristik sampel yang diteliti meliputi jenis kelamin dan usia. Pada kelompok perlakuan, responden laki-laki lebih banyak (10 orang; 52,63%) daripada responden perempuan (9 orang; 47,37%). Sebaliknya pada kelompok kontrol, responden perempuan lebih banyak (12 orang; 63,16%) daripada responden laki-laki (7 orang; 36,84%). Pembagian karakteristik usia pada penelitian ini berdasarkan rentang usia menurut Depkes RI (2009). Pada kelompok perlakuan, mayoritas responden berusia 46 55 tahun (8 orang; 42,11%) dan paling sedikit responden berusia 36 45 tahun (1 orang; 5,26%). Sedangkan pada kelompok kontrol, mayoritas responden berusia 56 65 tahun (10 orang; 52,63%) dan tidak ada responden berusia >65 tahun. Dalam penelitian ini, variabel daya terima pasien didefinisikan sebagai asupan karbohidrat pasien, dengan hasil distribusi frekuensi bahwa sebagian besar responden mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah kurang, yakni 14 orang (73,68%) pada kelompok perlakuan, dan 18 orang (94,74%) pada kelompok kontrol (Gambar 1). Asupan karbohidrat dikategorikan kurang apabila terpenuhi <80% dari total kebutuhan karbohidrat sehari. 13

100 80 60 40 20 0 Kurang Baik Lebih Perlakuan Kontrol Gambar 1. Distribusi Frekuensi Daya Terima Responden Variabel daya terima pasien yang semula terdiri dari 3 kategori diubah menjadi 2 kategori, dengan rincian kategori baik apabila asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, maupun serat terpenuhi 80 100% kebutuhan, dan kategori tidak baik meliputi kategori kurang (apabila asupan pasien <80% kebutuhan) dan kategori lebih (apabila asupan pasien >100% kebutuhan). Hasil analisis statistik dengan uji Chi-Square ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Uji Chi-Square Efektivitas Pemberian Formula Nasi Kacang Merah Terhadap Daya Terima Pasien Diabetes Mellitus Di RSUD Panembahan Senopati Bantul Variabel Kategori Formulasi nasi kcg merah RR (95% Total p-value CI) Ya Tidak Daya Terima Baik 5 (26.3%) 0 (0%) 5 (13.2%) 0.046 2.357 Tidak baik 14 (73.7%) 19 (100%) 33 (86.8%) (1.584-3.508) Total 19 (100%) 19 (100%) 38 (100%) Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian formula nasi kacang merah berpengaruh signifikan terhadap daya terima pasien, yakni dengan p-value = 0.046 (p-value < 0.05), dengan Relative Risk (RR) sebesar 2.357, yang berarti pasien yang memperoleh formula nasi kacang merah memiliki kemungkinan mengasup karbohidrat 2,4 kali lebih besar daripada pasien yang tidak memperoleh formula nasi kacang merah. PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, distribusi sampel antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol tidak homogen. Hal ini terlihat dari responden laki-laki yang lebih mendominasi kelompok perlakuan, sedangkan responden perempuan lebih mendominasi pada kelompok kontrol. Akan tetapi, secara keseluruhan, jumlah responden perempuan pada kedua kelompok lebih banyak (21 orang; 55.26%) dibandingkan responden laki-laki (17 orang; 44.74%). Penelitian sebelumnya di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Wates kejadian Diabetes Mellitus tipe-2 terbanyak terdapat pada jenis kelamin perempuan yaitu 65,7% (12) dan bahwa penderita DM tipe-2 lebih banyak terjadi pada perempuan yaitu 66,0% (13). Perempuan lebih berisiko terkena DM karena secara fisik perempuan memiliki peluang peningkatan indeks massa tubuh yang lebih besar (14). Dan persentase body fat yang normal pada wanita dengan usia 30 tahun berkisar 20%-27% lebih besar dari pada laki-laki dengan usia 30 tahun hanya 17 23% (15). 14

Siklus menstruasi pada wanita biasanya akan mencakup gejala seperti carbohydrate craving (gejala peningkatan nafsu makan, rakus terhadap gula), depression dan hyperhydration (gejala dengan tanda khas yaitu berat badan bertambah lebih dari 1½ kg, rasa tidak nyaman dan perut kembung) (16). Wanita dengan gejala depression yaitu stres kronik cenderung mencari makanan yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar lemak serotonin otak. Serotonin ini mempunyai efek penenang sementara untuk meredakan stres dan berbahaya bagi yang berisiko diabetes, sehingga perempuan berisiko menderita DM tipe-2 (12). Distribusi usia sampel pada kedua kelompok dalam penelitian ini juga tidak homogen, yang mana kelompok perlakuan didominasi oleh responden berusia46 55 tahun, sedangkan kelompok kontrol didominasi oleh responden berusia 56 65 tahun. Secara keseluruhan, sampel penelitian dari kedua kelompok ini didominasi oleh responden berusia 46 55 tahun. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa usia pasien DM tipe-2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul lebih banyak pada usia 51 60 tahun sebanyak 40,5% (17). Orang dengan usia 40 tahun mulai memiliki risiko terkena diabetes, yaitu pancaindra mengalami penurunan sensitivitas terhadap rasa terutama rasa manis dan asin (18). Pada usia > 40 tahun mulai terdapat penurunan sistem endokrin yang terjadi perubahan dalam kecepatan dan jumlah sekresi, respon terhadap stimulasi dan struktur kelenjar endokrin. Sedangkan fungsi endokrin tersebut yaitu memproduksi dan melepaskan hormon insulin, glukagon dan somatostatin (16). Insulin dilepaskan pada tingkat/kadar basal oleh sel-sel beta pulau Langerhans. Stimulasi utama untuk pelepasan insulin di atas kadar basal adalah peningkatan glukosa darah (19). Dengan demikian semakin bertambahnya usia maka semakin besar pula risiko seseorang mengalami Diabetes Mellitus tipe-2. Komposisi formula nasi kacang merah dalam penelitian ini memiliki kelebihan kandungan protein dan serat apabila dibandingkan dengan nasi biasa. Kandungan protein lebih tinggi pada 100 g formula nasi kacang merah (9.31 g) dibandingkan pada 100 g nasi biasa (6.8 g). Demikian pula serat lebih tinggi kandungannya pada 100 g formula nasi kacang merah (4.72 g) dibandingkan pada 100 g nasi biasa (2 g). Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pemberian formula nasi kacang merah berpengaruh signifikan terhadap daya terima pasien (p-value = 0.046), yang mana pasien yang memperoleh formula nasi kacang merah memiliki kemungkinan mengasup karbohidrat 2,4 kali lebih besar daripada pasien yang tidak memperoleh formula nasi kacang merah. Hal itu dikarenakan pasien lebih tertarik dan lebih banyak mengkonsumsi makanan pokok dalam bentuk formula nasi kacang merah daripada nasi biasa. Formula nasi kacang merah dapat memberikan kontribusi terhadap penurunan kadar glukosa darah, karena memiliki kandungan Resistant Starch (RS) yang tinggi, yakni sebesar 30 60% (20). Glukosa merupakan sumber bahan bakar utama yang digunakan untuk menghasilkan Adenocyne Tri Phosphate (ATP) selular yang menyediakan energi untuk angiogenesis dan pembentukan jaringan baru (21). Penggunaan glukosa sebagai sumber sintesis ATP diperlukan untuk mencegah terjadinya pembongkaran 15

cadangan protein dan asam amino dalam tubuh (22). Tingginya RS dalam formula nasi kacang merah mengakibatkan bahan bersifat viskus sehingga dapat menghambat absorbsi zat gizi. Kacang merah mengandung karbohidrat lambat cerna dan karbohidrat tidak tercerna dalam proporsi yang besar yang memungkinkan difermentasi dalam usus besar. Karbohidrat tidak tercerna ini termasuk Resistant Starch (RS), serat pangan larut air (soluble and insoluble dietary fiber), dan non-digestibleoligosaccharides (11). Asupan lebih pada beberapa responden disebabkan karena mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit. Konsumsi makanan dan minuman dari luar rumah sakit tersebut dapat menyebabkan tidak terkendalinya kadar glukosa darah pada pasien Diabetes Mellitus. Berbagai proses pemasakan atau pengolahan dapat mengubah struktur dan komposisi kimia pangan yang selanjutnya mengubah daya serap dan indeks glikemik pangan. Pengolahan akan menyebabkan terjadinya proses gelatinisasi. Makin rendah tingkat gelatinisasi, maka makin lambat laju pencernaan sehingga nilai indeks glikemik akan lebih rendah. Sedangkan tingkat gelatinisasi yang tinggi menyebabkan makin cepat laju pencernaan, akibatnya nilai indeks glikemiknya menjadi lebih tinggi (23). Pada penelitian ini, formula nasi kacang merah diolah dengan cara pengukusan. Prinsip proses pemasakan dengan cara direbus dapat melemahkan struktur dan pematangan jaringan yang menyebabkan makanan menjadi mudah diserap. Proses tersebut dapat meningkatkan nilai indeks glikemik, karena proses perebusan menimbulkan banyak kerusakan pada zat inhibitor seperti asam fitat, tanin, antitripsin, dan hemaglutinin (23). PENUTUP Pemberian formula nasi kacang merah efektif mempengaruhi daya terima pasien (asupan karbohidrat) pasien diabetes mellitus. Berdasarkan kesimpulan tersebut, disarankan kepada RSUD Panembahan Senopati Bantul untuk memberikan makanan diet dengan modifikasi kacang merah untuk pasien Diabetes Mellitus, dengan dosis yang sesuai, disertai pemberian informasi kepada pasien mengenai manfaat diet yang diberikan agar daya terima pasien terhadap makanan diet tersebut dapat meningkat. Selain itu, perlu dilakukan koordinasi antartenaga medis yang lebih baik, terutama dalam hal pengontrolan konsumsi makanan dan minuman dari luar rumah sakit. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pemberian diet dengan modifikasi kacang merah dengan mengendalikan faktorfaktor tertentu, misalnya pasien yang memperoleh diet formula tetentu tidak diberikan makanan atau minuman yang menggunakan bahan baku seperti yang digunakan dalam produk formula yang diberikan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih kepada Universitas Respati Yogyakarta, yang telah memberikan dana untuk pelaksanaan penelitian ini. RUJUKAN 1. WHO. Info Diabetes Mellitus. Diakses dari www.indodiabetes.com pada tanggal 20 Februari 2015. 2012 16

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Diakses dari www.depkes.go.id pada tanggal 23 Desember 2014. 2009 3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. 2013 4. Beck ME. Ilmu Gizi dan Diet : Hubungannya dengan Penyakit-Penyakit untukperawat dan Dokter. C.V.Andi Offset Yogyakarta. 2011 5. Wahyuni. Evaluasi Tatalaksana Terapi Diet pada Penderita Diabetes Mellitus di Ruang Inap Badan RSUD Dr. M. Ashari Pemalang. Skripsi. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. 2006 6. Puspita DK, Rahayu SR. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Menyisakan Makanan Pasien Diet Diabetes Mellitus. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2011; 6 (2) : 120 126 7. Thompson SV, Winham DM, Hutchins, Andrea M. Bean and Rice Meals Reduce Postprandial Glycemic Response in Adults With Type 2 Diabetes : a Cross-over Study. 2012 8. Departemen Kesehatan Repulik Indonesia. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Politeknik Kesehatan Yogyakarta Jurusan Gizi. Yogyakarta. 2005 9. Astawan M. Panduan Karbohidrat Terlengkap. Dian Rakyat. Jakarta. 2009 10. Marsono Y, Noor Z, Rahmawati F. Pengaruh Diet Kacang Merah terhadap Kadar Gula Darah Tikus Diabetik Induksi Alloxan. Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta. 2003 11. Fajni DN. Pengaruh Pemberian Susu Kacang Merah terhadap Kadar Glukosa Darah pada Tikus Sprague Dawley Diabetes- Hiperkolesterol. Yogyakarta. 2011 12. Kartika. Karakteristik dan Status Gizi Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Wates. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta Program Studi Ilmu Gizi. 2014 13. Nuryanti R, Muwarni, Hesti, Rahayuningsih. Pengaruh Pemberian Puding Kacang Merah (Vigna angularis) terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa, Tekanan Darah, dan Lingkar Pinggang Obesitas Hipertensi Non- Hipertensi pada Remaja Putri. Yogyakarta. 2014 14. Irawan. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder RISKESDAS 2007). Tesis. FKM UI. 2010 15. Anggraeni AC. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2012 16. Arisman MB. Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan. Penerbit Kedokteran EGC. Jakarta. 2008 17. Virmando E. Hubungan Asupan Buah dan Sayuran dengan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul. Skripsi. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta. 2015 18. Helmawati T. Hidup Sehat Tanpa Diabetes. Notebook. Yogyakarta. 2014 19. Abata QA. Ilmu Penyakit Dalam. Yayasan PP Al-Furqon. Jawa Timur. 2014 20. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2009 21. Shepherd AA. Nutrition for Optimum Wound Healing. Nurs Stand, 2003; Vol. 18 : 55-58 17

22. Arnold M, Barbul A. Nutrition and Wound Healing. Plast Reconstr Surg; 2006; Vol. 117 (7 Suppl) : 42S-58S Rimbawan S, Albiner. Indeks Glikemik Pangan. Penebar Swadaya. Jakarta. 200 18