BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar

BAB I PENDAHULUAN. guru harus memiliki kemampuan profisional. Salah satu kemampuan profesional

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

BAB I PENDAHULUAN. formal dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan diri siswa secara terencana,

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya inpit secara

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjemahnya, Perca, Jakarta, 1982, hlm Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan. dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara 1

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. baru serta teori baru kedalam kurikulum sekolah. 1 Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dalam mewujudkan pembangunan yang berkualitas baik jasmaniah

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah. Sekaligus memegang tugas-tugas dan fungsi ganda,

BAB I PENDAHULUAN. mengantarkan peserta didik menuju perubahan-perubahan tingkah laku baik

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. makhluk ciptaan Allah yang mulia, maka sangat beralasan jika Allah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN. sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan. 1 Istilah

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dan lingkungan non formal atau masyarakat. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Pada lembaga-lembaga pendidikan tersebut mata pelajaran agama

BAB I PENDAHULUAN. dengan manusia lainnya. Allah swt berfirman dalam Q.S. al-hujuraat ayat

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pendidikan Islam baik MI, MTs, MA, maupun PTAI sering

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. Disamping itu pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia. Pemerintah selalu berupaya untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai kunci ilmu pengetahuan adalah mata pelajaran bahasa

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]:

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda yang menjadi perhatian utama adalah masalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga berkembang di bidang ilmu yang lain, seperti Kimia, Fisika, saat ini dengan penerapan konsep matematika tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional merupakan pelaksanaan pendidikan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. saat ini adalah mengenai peran dan tanggung jawab guru. Guru sebagai tenaga

BAB V PEMBAHASAN. A. Pemberlakuan Sistem Kredit Semester (SKS) di SMA Negeri 3 Sidoarjo. Alokasi waktu yang diperlukan perminggu persatu satuan kredit

memberikan gairah dan motivasi kepada para siswa. Sesuai dengan Undang dengan visi misi pendidikan nasional dan reformasi pendidikan menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah minimal harus memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai wewenang dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan bangsa. Pendidikan Agama Islam akan mengenalkan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat adalah orang-orang dewasa, orang-orang yang. dan para pemimpin formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup secara tepat dimasa akan datang atau dapat juga didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa serta terdidik dalam bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku. 1. Kompetensi atau kemampuan guru dalam menyampaikan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. berperan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. 31 ayat 1 dan 3 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. dan prasarana sekolah yang dimiliki saat ini kurang memadai. Cukup banyak

BAB I PENDAHULUAN. maju. Dalam Al-qur an surah ar-ra du ayat 11 Allah SWT berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. segala sisi. Hal tersebut tidak terlepas dari peran masing-masing lembaga. mudah dalam mencapai perkembangan yang optimal.

BAB I PENDAHULUAN. juga telah membuat undang-undang yang mengatur tentang pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk. khusus memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan formal tempat pengabdian guru dan rumah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pondasi utama yang dapat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. penting karena dapat menentukan perkembangan dan kemajuan suatu kelompok

BAB I PENDAHULUAN. komponen, seperti guru, murid, bahan ajar dan sarana lain yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. guru agar anak didik mudah memahami materi yang diberikan. Jika guru kurang

BAB I PENDAHULUAN. pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang. pentingnya pendidikan seperti pada ayat berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN. Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. sehingga mendorong berbagai usaha pembaharuan.

BAB I PENDAHULUAN. jalan bagi pertumbuhannya dalam segala aspek spritual, imajinatif (kreativitas),

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis dan bercita-cita ingin meraih

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Q.S. Al Baqoroh ayat Allah SWT berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan. Kesempurnaan, kemuliaan, serta kebahagiaan tidak mungkin

BAB 1 PENDAHULUAN. dan berpendidikan. Sebagaimana firman Allah Q.S al-mujadalah: 11 yang. beriman dan berilmu. 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan. mengembangkan potensi dan kemampuan anak didik sesuai dengan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah kemahiran memecahkan masalah yang merupakan. meningkatkan kemahiran pemecahan masalah matematika membuat siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional. membudayakan manusia. Melalui pendidikan segala potensi sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan kepada anak-anaknya dengan memberikan bimbingan, perintah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia. merupakan salah satu komponen kehidupan yang paling

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia dewasa ini masih sangat terasa. Perhatian pemerintah masih sangatlah minim, seperti kurangnya sarana dan prasarana pendidikan, dan tenaga pendidik. Gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang semakin rumit, diantaranya kualitas siswa masih rendah, pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan masalah mutu pendidikan sampai saat ini masih menjadi suatu problematika yang bersifat umum. Oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar mengajar yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan berguna untuk mencapai kemampuan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diharapkan. Masyarakat semakin menyadari akan pentingnya pendidikan, namun yang lebih penting adalah bagaimana pendidikan itu dilaksanakan. Kalau penyampaian atau pengajaran materi yang dilakukan dengan cara yang tepat dan benar, maka cita-cita pendidikan akan tercapai dengan baik. Sebaliknya, jikalau keliru dalam proses mengajarkan suatu pelajaran, maka siswa sekaligus guru akan sama-sama merugi. 1 Oleh karena itu guru sebagai pelaksana dalam pembelajaran diharapkan mampu menyampaikan pengajaran dengan baik agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. 2 Maka, guru diharapkan mampu melaksanakan pembelajaran secara optimal, karena guru memegang peran penting bagi terlaksananya pendidikan. 1 Salman Rusydie, Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas, Diva Press, 2011, hlm. 16. 2 Rusman, Manajemen Kurikulum, Rajawali Press, Jakarta, 2009, hlm 325. 1

2 Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah surat Al Israa ayat 36, yang berbunyi: 3 و لا ت ق ف م ا ل ي س ل ك ب ه ع ل م إ ن ال سم ع و ال ب ص ر و ال ف و اد ك ل أ ولي ك ك ان ع ن ه م س و ولا (القرأن سوراة الا سرا ٦٣) Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS Al Isra Ayat 36). Ayat tersebut menjadi bukti bahwa Al Qur an memandang profesionalisme sangat penting bagi seorang guru. Guru harus mampu mengetahui dan memahami apa yang sedang dilakukannya, karena Allah SWT sangat membenci orang yang tidak memiliki pengetahuan akan apa yang dilakukannya. Karena setiap tindakan yang diperbuat akan dimintai pertanggung jawabannya. Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan, dalam arti guru harus selalu menciptakan suasana yang kondusif dalam lingkungan pendidikan dan menjalankan tugasnya di dalam kelas dengan semaksimal mungkin demi tercapainya tujuan pendidikan. 4 Dengan demikian, guru diharapkan akan selalu melakukan inovasi dan kreativitas untuk mengembangkan proses pembelajaran kearah yang lebih baik, efektif dan efisien. Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas merupakan masalah yang kompleks. Guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas untuk mencapai tujuan pengajaran secara efisien dan memungkinkan anak didik belajar. Dengan demikian, pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang efektif. 5 Maka, seorang guru dituntut agar mampu mengelola kelas dengan baik, serta dapat 3 Al-Qur an Surat Al Isra ayat 36, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al- Qur an, Al-Qur an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, Jakarta 1971, hlm. 429 4 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hlm. 13. 5 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, Cet. 3, hlm. 144.

3 menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran. Guru yang profesional adalah guru yang mampu menjalankan dua tugas utamanya dengan baik yaitu dengan menyampaikan materi pelajaran secara efektif serta mampu mengelola kelas dengan baik. Guru yang pandai menyampaikan materi pelajaran, tetapi tidak mampu mengelola kelas dengan baik, maka ia akan kesulitan mempresentasikan materinya secara maksimal. Sebaliknya guru yang mampu mengelola kelas, tetapi kurang cakap dalam menguasai materi pelajaran, juga tidak akan mampu mewujudkan cita-cita pendidikan secara maksimal. Karena itu antara kecakapan dalam menguasai materi serta kecakapan dalam mengelola kelas merupakan satu kesatuan yang tidak boleh dilupakan dan masing-masing harus dimiliki oleh setiap guru. 6 Dengan demikian, didalam kelas guru tidak hanya dituntut untuk menguasai materi, namun guru juga harus mampu mengelola kelas guna menunjang dalam menciptakan pembelajaran yang kondusif. Kuantitas belajar siswa di dalam kelas bergantung pada banyak faktor, yaitu guru, hubungan pribadi siswa di dalam kelas, serta kondisi umum dan suasana di dalam kelas. 7 Kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dan siswa atau siswa dengan siswa merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. 8 Dengan adanya pengelolaan kelas yang baik diharapkan agar siswa betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. 9 Selain dapat mengelola kelas dengan baik, guru juga harus mampu menggunakan pendekatan mana yang akan digunakan dalam mengelola kelasnya agar tercipta hubungan sosio-emosional yang baik di dalam kelas. 6 Salman Rusydie, Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas, Diva Press, 2011, hlm. 60. 7 Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, Quantum Teaching, Jakarta, 2005, hlm. 72. 8 Ahmad Sarbi, Ibid hlm. 90. 9 Syaiful Bahri Djamarah, Op Cit, hlm. 47.

4 Guru juga diharapkan memiliki kemampuan dalam membangun interaksi dengan siswa saat mereka belajar di kelas atau di sekolah. Inilah problem yang masih sangat sulit dipecahkan didunia pendidikan. Selama ini, guru hanya bertindak sebagai penyampai materi. Hal ini disebabkan minimnya kemampuan dari sebagian para guru dalam membangun manajemen kelas yang baik. Mereka kurang memperhatikan bagaimana mengelola kelas dengan baik. Kelas tidak seharusnya diisi dengan kegiatan pembelajaran saja, namun sebisa mungkin juga tercipta suasana pendidikan, pengarahan, pembinaan, pengayoman, penguatan mental, dan pelatihan. 10 Perlu disadari bahwa bekerja dalam dunia pendidikan, khususnya dalam kaitannya dengan kegiatan pengelolaan kelas, tidak bisa bertindak seperti seorang juru masak dengan buku resep masakannya. Suatu masalah yang timbul mungkin dapat berhasil diatasi dengan cara tertentu pada saat tertentu dan untuk seorang atau sekelompok peserta didik tertentu. Akan tetapi cara tersebut mungkin tak dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah yang sama, pada waktu yang berbeda, terhadap seorang atau sekelompok peserta didik yang lain. Oleh karena itu keterampilan guru untuk dapat membaca situasi kelas sangat penting agar yang dilakukan tepat guna. 11 Oleh karena iu, agar dapat melakukan tugas pengelolaan kelas dengan baik, tentu saja dibutuhkan langkah-langkah pendekatan yang tepat. Tanpa pendekatan, pengelolaan kelas yang dinamis tidak akan tercapai. Oleh karena itu, guru perlu memahami berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas. Guru dalam mengajar harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran. 12 Dengan mempelajari berbagai pendekatan pengelolaan kelas 10 Rusman, Op Cit, hlm. 325 11 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, Rineka Cipta, 2004, hlm. 122-123. 12 Syaiful Bahri Djamarah, Op Cit, hlm. 5

5 dan mencobanya dalam berbagai situasi kemudian dianalisis secara sistematis, diharapkan dapat mengelola kelas dengan cara yang lebih baik. Peneliti memfokuskan penelitian ini pada pendekatan eclectic yaitu pendekatan yang mengabungkan semua aspek terbaik dari berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas baik dari segi filosofis, teoritis dan psikologis untuk menciptakan suatu keseluruhan yang bermakna, yang dapat dilakukan dan dibenarkan bagi guru merupakan pemilihan dalam menganalisis masalah yang sesuai dengan situasi di dalam kelas. Pendekatan eclectic (Electic Approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas dan inisiatif guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan yang tepat dan berpotensi dalam situasi yang sedang dihadapi dalam kelas. Guru berperan untuk mengkombinasikannya secara bebas berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas, yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimilikinya dalam mengelola kelas. Penggunaan pendekatan ini dapat memilih salah satu pendekatan pengelolaan kelas dan dalam suatu situasi dapat mengkombinasikannya. 13 Seorang guru harus mampu menguasai berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas, salah satunya yaitu pendekatan eclectic ini yaitu pendekatan yang berpotensi dalam pengelolaan kelas, karena pendekatan eclectic merupakan campuran dari beberapa pendekatan yang berpotensi diantaranya yaitu pendekatan sosio-emosional dan pendekatan proses kelompok yang diterapkan guru aqidah akhlak dalam pembelajarannya. Berdasarkan hasil observasi peneliti dalam pembelajaran aqidah akhlak di MI NU Tarbiyatus Shibyan Jetak Kedungdowo Kaliwungu Kudus bahwa guru menerapkan pengelolaan kelas pada saat proses kegiatan belajar mengajar, untuk mengkondisikan kelas dalam pembelajaran, selain itu guru juga menggunakan pendekatan pengelolaan kelas yaitu pendekatan eclectic dalam menganalisis masalah yang ada di dalam kelas, agar pembelajaran yang sedang berlangsung dapat berjalan dengan kondusif dan siswa mampu 13 Donni Juni Priansa, Manajemen Peserta Didik dan Model Pembelajaran: Cerdas, Kreatif dan Inovatif, Alfabeta, Bandung, 2015, hlm. 79.

6 mengikuti dengan tertib kegiatan belajar mengajar dengan rasa senang dan bersemangat menjalaninya. Namun terkadang di dalam kelas ada juga siswa yang kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran, dan untuk mengatasinya guru menggunakan pendekatan eclectic dimana dalam pendekatan tersebut guru memilih salah satu pendekatan yang sesuai dengan masalah yang ada di dalam kelas. Pendekatan yang sesuai dengan masalah tersebut yaitu pendekatan sosio-emosional, pendekatan ini merupakan pendekatan yang dapat menciptakan hubungan interpersonal yang baik dengan siswa, guru berusaha menciptakan hubungan yang positif dengan siswa yaitu dengan cara membangun komunikasi yang baik dengan siswa yang bermasalah agar siswa dapat mendengarkan nasihat dari guru tanpa adanya paksaan dalam mengikuti pembelajaran. Dengan demikian, siswa memiliki kesadaran sosial atau kepekaan sosial baik dalam diri sendiri maupun di dalam kelas. Sedangkan pendekatan proses kelompok digunakannya untuk membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif di dalam kelas yaitu untuk mengatasi konflik atau hambatan yang terjadi di dalam kelas. Jadi, guru menggunakan kedua pendekatan tersebut dalam menganalisis masalah dalam kelas, yaitu dengan mengkombinasikan pendekatan sosio-emosional dan pendekatan proses kelompok yang merupakaan bagian dari pendekatan eclectic. Dengan demikian diharapkan kelas yang dikelola dapat tercipta suasana belajar yang kondusif dan berjalan dengan efektif dan efisien. Menurut Ali Mas adi, S. Pd.I selaku guru aqidah akhlak, pendekatan eclectic yang diterapkan di dalam kelas dalam setiap pertemuan kelas tentu berbeda-beda dan disesuaikan dengan masalah di dalam kelas. Terkadang guru menggunakan salah satu pendekatan, dan terkadang harus mengkombinasikan pendekatan sosio-emosional dan proses kelompok. Penggunaan pendekatan eclectic harus disesuaikan dengan kondisi dan masalah yang sedang terjadi di dalam kelas. Dengan demikian diharapkan guru mampu menganalisis masalah dalam kelas dengan baik, dan

7 pembelajaranpun dapat berjalan dengan kondusif. Siswa mampu merespon pelajaran dengan baik tanpa adanya kendala dalam kelas. Dengan demikian pembelajaran aqidah akhlak dengan pendekatan eclectic yang sedang berlangsung dapat meningkatkan kepekaan sosial pada siswa dan dapat terciptanya kelas yang produktif dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. 14 Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, penulis perlu untuk meneliti masalah yang berkenaan tentang Implementasi pengelolaan kelas yang digunakan guru dengan judul skripsi : Implementasi Pengelolaan Kelas dengan Pendekatan Eclectic dalam Meningkatkan Kepekaan Sosial Siswa pada Pembelajaran Aqidah Akhlak di MI NU Tarbiyatus Shibyan Tahun Pelajaran 2016/ 2017. B. Fokus Penelitian Dalam penelitian ini, tempat yang dimaksud yaitu MI NU Tarbiyatus Shibyan Jetak Kedungdowo kaliwungu Kudus, sedangkan pelakunya guru mata pelajaran aqidah akhlak dan siswa, kemudian aktifitas dalam pembelajarannya yaitu Implementasi Pengelolaan kelas dengan Pendekatan Eclectic dalam meningkatkan kepekaan sosial siswa pada pembelajaran Aqidah Akhlak di MI NU Tarbiyatus Shibyan Tahun Pelajaran 2016/2017. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana implementasi pengelolaan kelas dengan pendekatan eclectic dalam meningkatkan kepekaan sosial siswa pada pembelajaran aqidah akhlak di MI NU Tarbiyatus Shibyan tahun pelajaran 2016/ 2017? 2. Apa faktor penghambat dan pendukung implementasi pengelolaan kelas dengan pendekatan eclectic dalam meningkatkan kepekaan sosial siswa pada pembelajaran aqidah akhlak di MI NU Tarbiyatus Shibyan tahun pelajaran 2016/ 2017? 14 Wawancara peneliti dengan Ali Mas adi, S. Pd. I, selaku guru mata pelajaran aqidah akhlak di MI NU Tarbiyatus Shibyan, pada tanggal 20 Februari 2016, pukul 09.00 WIB.

8 D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui implementasi pengelolaan kelas dengan pendekatan eclectic dalam meningkatkan kepekaan sosial siswa pada pembelajaran aqidah akhlak. 2. Untuk mengamati faktor penghambat dan pendukung dalam implementasi pengelolaan kelas dengan pendekatan eclectic dalam meningkatkan kepekaan sosial siswa pada pembelajaran aqidah akhlak. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis a. Hasil penelitian yang dapat disumbangkan agar dapat memberikan pemahaman tentang implementasi pengelolaan kelas dengan pendekatan eclectic dalam meningkatkan kepekaan sosial siswa pada pembelajaran aqidah akhlak siswa b. Bagi seluruh penyedia lembaga keislaman agar dapat menjadi bahan pertimbangan terhadap pengelolaan kelas dengan pendekatan eclectic pada pembelajaran aqidah akhlak dalam meningkatkan kepekaan sosial siswa serta mengetahui faktor penghambat dan pendukung implementasi pengelolaan kelas dengan pendekatan eclectic dalam meningkatkan kepekaan sosial siswa pada pembelajaran aqidah akhlak. 2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah Sebagai bahan dan masukan dalam menerapkan pengelolaan kelas yang baik serta perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan potensi belajar siswa yang berpengaruh pada kualitas lulusan sekolah. b. Bagi Siswa Diharapkan dapat terjadi peningkatan prestasi siswa dengan pengelolaan kelas yang baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. c. Bagi Peneliti Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan baru khususnya mengenai pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran.