BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
LEBIH JAUH MENGENAI PSAK No. 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP

ASET TETAP, PSAK 16 (REVISI 2011) ANALISIS PADA PT. BUMI SERPONG DAMAI TBK LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN TAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik

a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAGIAN IX ASET

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAGIAN X ASET TETAP, ASET TIDAK BERWUJUD, DAN ASET YANG DIAMBIL-ALIH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa

BAB III SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP BERWUJUD PADA PT HERFINTA FRAM AND PLANTATION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pengertian Aktiva Tetap

BAB II BAHAN RUJUKAN

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN. Aktiva tetap memiliki pengertian yang berbeda-beda tapi pada prinsipnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbentuk CV Hasjrat Abadi, berdiri pada tanggal 31 Juli 1952 bertempat di

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Akuntansi yang mengatur tentang aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang

BAB II LANDASAN TEORITIS. atau mempertanggungjawabkan. bersangkutan dengan hal-hal yang dikerjakan oleh akuntan dalam

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Standar Akuntansi Keuangan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya tujuan utama setiap perusahaan adalah untuk mencapai laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA CV. KRUWING INDAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

PSAK 16 (Revisi 2007) Taufik Hidayat SE,Ak,MM Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

jumlah yang sangat besar. Hal ini dikarenakan peranannya yang sangat penting

Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Pada Pt.XYZ Tanjungpinang Adelyana Agness Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK

BAB IV PEMBAHASAN. prosedur akuntansi yang yang diterapkan pada PT. Dwi Putra Jasa Prima terkait dengan

KUIESIONER / DAFTAR PERTANYAAN PENERAPAN PSAK NO. 16 TERHADAP AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PTPN II (PERSERO) TANJUNG MORAWA. Tidak.

Materi: 11 ASET (ASSETS) (PEROLEHAN, DEPRESIASI & KLASIFIKASI BIAYA ASET)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem berasal dari bahasa Latin (systẻma) dan bahasa Yunani (sustẻma),

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III SISTEM PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN ASET TETAP PADA PENGADILAN NEGERI MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV PEMBAHASAN. Sistematika pembahasan yang akan dilakukan terhadap objek penelitian adalah berdasarkan

BAB II LANDASAN TEORI. equipment, machinery, building, and land.

BAB II KAJIAN TEORI. jangka waktu kurang dari 1 tahun (seperti tagihan) modal, semua milik usaha yang

Analisis Perlakuan Akuntansi Atas Aset Tetap Berdasarkan SAK ETAP Pada CV. Sekonjing Ogan Ilir

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Rudianto (2009:4), menjelaskan bahwa Akuntansi dapat

EVALUASI PENERAPAN PSAK 16 MENGENAI ASET TETAP PADA PENCATATAN TANAH, BANGUNAN, DAN MESIN DI PT DONG BANG INDO TENGARAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu

Implementasi PSAK 16 Tentang Aset Tetap pada PT. SBP

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pada bab ini akan dikemukakan teori-teori yang dikutip dari literatur

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Aset Tetap Pengertian Aset Tetap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Akuntansi dan Perlakuan Akuntansi. Pengertian akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

PENERAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET TETAP BERDASARKAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.16 PADA PT.WAHANA WIRAWAN MANADO

BAB IV PEMBAHASAN. Kerjasama Produksi dan atau Penyiaran dengan Pihak Ketiga

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas

SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan. Melalui proses

AKTIVA TETAP (FIXED ASSET)

BAB II I LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan dapat

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN A. Landasan Teori 1. Pengertian aset tetap. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (PSAK 16; 2015), aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi ata penyediaan barang dan jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain atau untuk bertujuan administratif dan diharapkan digunakan selama lebih dari satu periode. Menurut Harahap (2007; 22 ), berpendapat bahwa: "Aset tetap adalah aset suatu entitas yang menjadi hak milik entitas bisnis (perusahaan) yang digunakan untuk memproduksi (menghasilkan) barang atau jasa entitas bisnis dan penggunaannya secarara terus menerus." Menurut (Kieso, 2010:181), aset adalah: a. Aset merupakan hasil dari transaksi ekonomi entitas yang dilakukan di masa lalu. b. Aset merupakan sumber daya yang sepenuhnya berada dalam kekuasaan kendali manajemen entitas. c. Aset digunakan oleh entitas untuk melaksanakan kegiatan operasional bisnis entitas untuk bisa menghasilkan pendapatan atau manfaat bagi entitas di masa mendatang. Karakteristik aset tetap menurut IAI (2007 : 16.2) adalah: 1) Besar kemungkinan manfaat ekonomik di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas; 2) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. 31

32 Menurut PSAK 16 dalam paragraf 7, yaitu biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika : a) Besar kemungkinan manfaat ekonomik di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas; dan b) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. Kriteria pengakuan ini berlaku pada saat pengakuan awal dan biaya setelah perolehan awal. 2. Kebijakan akuntansi aset tetap. a. Pencatatan harga perolehan awal aset tetap. Aset tetap dapat diperoleh untuk alasan keamanan atau lingkungan. Perolehan aset tetap semacam itu, walaupun tidak secara langsung meningkatkan manfaat ekonomik masa depan dari suatu aset tetap yang ada, mungkin diperlukan bagi entitas untuk memperoleh manfaat ekonomik masa depan dari aset lain yang terkait. Pengukuran aset tetap saat pengakuannya adalah pada saat suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi diakui sebagai aset tetap pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan aset tetap meliputi: 1) harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potonganpotongan lain; 2) biayabiaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen;

33 3) estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan. Pengakuan terhadap biayabiaya dalam jumlah tercatat suatu aset tetap dihentikan ketika aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen. Oleh karena itu, biaya pemakaian dan pengembangan aset tidak dimasukkan ke dalam jumlah tercatat aset tersebut. Sebagai contoh, biayabiaya berikut ini tidak termasuk di dalam jumlah tercatat suatu aset tetap: a. biayabiaya yang terjadi ketika suatu aset telah mampu beroperasi sesuai dengan intensi manajemen tetapi belum dipakai atau masih beroperasi di bawah kapasitas penuhnya; b. kerugian awal operasi, seperti ketika permintaan terhadap keluaran (output) masih rendah; dan c. biaya relokasi atau reorganisasi sebagian atau seluruh operasi entitas. Biaya perolehan suatu aset yang dibangun sendiri ditentukan dengan menggunakan prinsip yang sama sebagaimana perolehan aset dengan pembelian. Jika entitas membuat aset serupa untuk dijual dalam usaha normal, biaya perolehan aset biasanya sama dengan biaya pembangunan aset untuk dijual sesuai dengan PSAK 14 revisi 2008 mengenai persediaan. b. Pengukuran biaya perolehan.

34 Biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunai yang diakui pada saat terjadinya. Jika pembayaran suatu aset ditangguhkan hingga melampaui jangka waktu kredit normal, perbedaan antara nilai tunai dengan pembayaran total diakui sebagai beban bunga selama periode kredit kecuali dikapitalisasi sesuai dengan PSAK 26 revisi 2008 mengenai biaya pinjaman. Satu atau lebih aset tetap mungkin diperoleh dalam pertukaran aset nonmoneter, atau kombinasi aset moneter dan nonmoneter. Pembahasan berikut mengacu pada pertukaran satu aset nonmoneter dengan aset nonmoneter lainnya, tetapi hal ini juga berlaku untuk semua pertukaran yang dijelaskan dalam kalimat sebelumnya. Biaya perolehan dari suatu aset tetap diukur pada nilai wajar kecuali: 1) transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; atau 2) nilai wajar dari aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara andal. Aset yang diperoleh diukur dengan cara seperti di atas bahkan jika entitas tidak dapat dengan segera menghentikan pengakuan aset yang diserahkan. Jika aset yang diperoleh tidak dapat diukur dengan nilai wajar, maka biaya perolehannya diukur dengan jumlah tercatat dari aset yang diserahkan. Entitas menentukan apakah suatu transaksi pertukaran memiliki substansi komersial atau tidak dengan mempertimbangkan sejauh mana arus kas masa depan diharapkan dapat berubah sebagai akibat dari transaksi tersebut. Suatu transaksi pertukaran memiliki substansi komersial jika: 1) konfigurasi (contohnya risiko, waktu, dan jumlah) arus kas atas aset yang diterima berbeda dari konfigurasi dari aset yang diserahkan; atau

35 2) nilai spesifik entitas dari bagian operasi entitas yang dipengaruhi oleh perubahan transaksi sebagai akibat dari pertukaran; dan 3) selisih di (1) atau (2) adalah relatif signifikan terhadap nilai wajar dari aset yang dipertukarkan. c. Pengukuran setelah pengakuan awal. Entitas memilih model biaya dalam paragraf 30 atau model revaluasi dalam paragraf 31 sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. 1) model biaya Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset. Sehingga entitas harus mengukur seluruh aset tetap setelah pengakuan awal pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai. 2) model revaluasi Setelah diakui sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.

36 Nilai wajar tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian yang dilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi profesional berdasarkan bukti pasar. Nilai wajar pabrik dan peralatan biasanya menggunakan nilai pasar yang ditentukan oleh penilai. Jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar penentuan nilai wajar karena sifat dari aset tetap yang khusus dan jarang diperjualbelikan, kecuali sebagai bagian dari bisnis yang berkelanjutan, maka entitas mungkin perlu mengestimasi nilai wajar menggunakan pendekatan penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan (depreciated replacement cost approach). Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi diperlakukan dengan salah satu cara berikut ini: a) disajikan kembali secara porposional dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasiannya. Metode ini sering digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara memberi indeks untuk menentukan biaya pengganti yang telah disusutkan. b) dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah tercatat neto setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode ini sendiri sering digunakan untuk bangunan. Jumlah penyesuaian yang timbul dari penyajian kembali atau eliminasi akumulasi penyusutan membentuk bagian dari kenaikan atau penurunan dalam jumlah tercatat yang ditentukan.

37 Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama harus direvaluasi. Suatu kelompok aset tetap adalah pengelompokkan aset yang memiliki sifat dan kegunaan yang serupa dalam operasi normal entitas. Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, maka kenaikan tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun, kenaikan tersebut harus diakui dalam laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam laba rugi. Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, maka penurunan tersebut diakui dalam laba rugi. Namun, penurunan nilai tercatat diakui dalam pendapatan komprehensif lain selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk aset tersebut. Penurunan nilai yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain mengurangi akumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Dalam hal perubahan kebijakan akuntansi dari model biaya ke model revaluasi dalam pengukuran aset tetap maka perubahan tersebut berlaku prospektif. d. Penyusutan aset tetap. Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan secara terpisah. Suatu bagian yang signifikan dari aset tetap mungkin memiliki umur manfaat dan metode penyusutan yang sama dengan umur manfaat dan metode penyusutan bagian signifikan lainnya dari aset tersebut. Bagianbagian tersebut dapat dikelompokkan menjadi satu

38 dalam menentukan beban penyusutan. Sepanjang entitas menyusutkan secara terpisah beberapa bagian dari aset tetap, maka entitas juga menyusutkan secara terpisah bagian yang tersisa. Bagian yang tersisa terdiri atas bagian yang tidak signifikan secara individual. Jika entitas memiliki ekspektasi bervariasi untuk bagian tersebut, maka teknik penaksiran tertentu diperlukan untuk menentukan penyusutan bagian yang tersisa sehingga mampu mencerminkan pola penggunaan dan atau umur manfaat dari bagian tersebut. Entitas dapat juga memilih untuk menyusutkan secara terpisah bagian dari aset yang biaya perolehannya tidak signifikan terhadap total biaya perolehan aset tersebut. Beban penyusutan untuk setiap periode harus diakui dalam laba rugi kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lainnya. Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap direview minimum setiap akhir tahun buku dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan estimasi sebelumnya maka perbedaan tersebut diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK 25 revisi 2009 mengenai Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan. Penyusutan aset dimulai pada saat aset tersebut siap untuk digunakan, misalnya pada saat aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen. Penyusutan aset dihentikan lebih awal ketika aset tersebut diklasifikasikan sebagai aset dimiliki untuk dijual (atau aset tersebut termasuk dalam kelompok aset lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual) sesuai dengan PSAK 58 revisi 2009 mengenai Aset Tidak Lancar yang Dimiliki

39 untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan dan pada saat aset tersebut dilepaskan. Oleh sebab itu depresiasi tidak dihentikan pengakuannya ketika aset tidak digunakan atau dihentikan penggunaannya kecuali telah habis disusutkan. Namun, apabila metode penyusutan yang digunakan adalah usage method (seperti unit of production method) maka beban penyusutan menjadi nol bila tidak ada produksi. Berikut ini yang diperhitungkan dalam menentukan umur manfaat dari setiap aset: 1) ekspektasi daya pakai dari aset. Daya pakai atau daya guna tersebut dinilai dengan merujuk pada ekspektasi kapasitas aset atau keluaran fisik dari aset; 2) ekspektasi tingkat keausan fisik, yang tergantung pada faktor pengoperasian aset tersebut seperti jumlah penggiliran (shift) penggunaan aset dan program pemeliharaan aset dan perawatannya, serta perawatan dan pemeliharaan aset pada saat aset tersebut tidak digunakan (menganggur); 3) keusangan teknis dan keusangan komersial yang diakibatkan oleh perubahan atau peningkatan produksi, atau karena perubahan permintaan pasar atas produk atau jasa yang dihasilkan oleh aset tersebut; 4) pembatasan penggunaan aset karena aspek hukum atau peraturan tertentu, seperti berakhirnya waktu penggunaan sehubungan dengan sewa. Umur manfaat aset ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan oleh entitas. Kebijakan manajemen aset suatu entitas dapat meliputi pelepasan aset yang bersangkutan setelah jangka waktu tertentu atau setelah pemanfaatan sejumlah proporsi tertentu dari manfaat ekonomik masa depan yang melekat pada aset.

40 Metode penyusutan yang digunakan untuk aset direview minimum setiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi perubahan yang signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut, maka metode penyusutan diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan metode penyusutan diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK 25 revisi 2015 mengenai Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan. Metode penyusutan antara lain metode garis lurus (straight line method), metode saldo menurun (diminishing balance method), dan metode jumlah unit (sum of the unit method). Metode penyusutan aset dipilih berdasarkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomik masa depan dari aset dan diterapkan secara konsisten dari periode ke periode kecuali ada perubahan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomik masa depan dari aset tersebut. e. Penurunan nilai aset tetap. Dalam menentukan apakah suatu aset tetap mengalami penurunan nilai, entitas menerapkan PSAK 48 revisi 2009 mengenai Penurunan Nilai Aset. Pernyataan tersebut menjelaskan bagaimana entitas mereview jumlah tercatat asetnya, bagaimana menentukan jumlah terpulihkan dari aset dan kapan mengakui atau membalik rugi penurunan nilai. Penurunan nilai atau kerugian aset tetap, klaim atas atau pembayaran kompensasi dari pihak ketiga dan pembelian atau konstruksi selanjutnya atas penggantian aset adalah peristiwa ekonomi yang terpisah dan dicatat secara terpisah dengan ketentuan sebagai berikut:

41 1) penurunan nilai aset tetap diakui sesuai dengan PSAK 48 revisi 2009 mengenai Penurunan Nilai Aset; 2) penghentian pengakuan aset tetap yang usang atau dilepas ditentukan sesuai dengan Pernyataan ini; 3) kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai, hilang atau dihentikan harus dimasukkan dalam penentuan laba rugi pada saat kompensasi diakui pada saat menjadi piutang; dan 4) biaya perolehan aset tetap yang diperbaiki, dibeli atau dikonstruksi sebagai penggantian ditentukan sesuai dengan Pernyataan ini. f. Penghentian pengakuan aset tetap. Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat: 1) dilepas; atau 2) ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Pelepasan aset tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara (misalnya: dijual, disewakan berdasarkan sewa pembiayaan, atau disumbangkan). Dalam menentukan tanggal pelepasan aset, entitas menerapkan kriteria dalam PSAK 23 revisi 2009 mengenai Pendapatan untuk mengakui pendapatan dari penjualan barang. Berdasarkan prinsip pengakuan dalam paragraf 7, suatu entitas mengakui biaya perolehan dari penggantian sebagian aset tetap dalam jumlah tercatat aset tetap tersebut, maka selanjutnya entitas tersebut juga menghentikan pengakuan jumlah tercatat dari bagian yang digantikan tanpa memperhatikan apakah bagian yang digantikan telah

42 disusutkan secara terpisah. Jika hal ini tidak praktis bagi entitas untuk menentukan jumlah tercatat dari bagian yang digantikan, entitas dapat menggunakan biaya perolehan dari penggantian tersebut sebagai indikasi biaya perolehan dari bagian yang digantikan pada saat diperoleh atau dikonstruksi. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan suatu aset tetap ditentukan sebesar pendapatan antara jumlah hasil pelepasan neto, jika ada, dan jumlah tercatat dari aset tersebut. B. Pembahasan 1. Tinjauan pencatatan harga perolehan awal aset tetap. PT Perkebuan Nusantara III (Persero) dalam memperoleh aset tetap dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan jenis asetnya. Pembelian/perolehan aset tetap ini terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan dari Dewan Komisaris yang meneliti dan memutuskan apakah pembelian aset tetap tersebut disetujui atau tidak. Khususnya untk jenis inventaris rutin, maka hal ini tidak perlu terlebih dahulu mendapatkan izin dari Dewan Komisaris, contohnya: bangunanbangunan bangsal yang telah rusak dibangun kembali. Aset tetap perusahaan pada umumnya dibeli di dalam negeri dan apabila aset itu tidak ada yang baru dibeli di luar negeri. Untuk lebih jelasnya perolehan dan penilaian aset tetap yang digunakan perusahaan adalah sebagai berikut:

43 a. Mesin Mesin diperoleh dengan cara pembelian secara tunai dan sebagian lagi secara kredit, terutama untuk mesinmesin berat. Ini umumnya diperoleh dengan mengimpor dari luar negeri seperti mesin pabrik ini antara lain harga faktur, bea masuk, bea pelabuhan, bea asuransi diperjalanan, biaya pengangkutan hingga siap untukd igunakan dan semua dikapitalisasi sebagai harga perolehan. Mesin penilaiannya didasarkan pada harga perolehannya yang dimulai dari pembelian sampai siap untuk digunakan. b. Bangunan Perolehan dari bagunan baik pabrik, bangunan rumah, dan bangunan lainnya adalah dengan membangun sendiri yang dikontrakkan kepada orang lain. Penilaian atas bangunan ini didasarkan pada semua biaya yang dikeluarkan mulai dibangun sampai selesai dan siap untuk digunakan dikapitalisir sebagai dasar penilaian bangunan. c. Peralatan Pertanian dan Kantor Perusahaan memperolehnya dengan membangun sendiri untuk other plant, sedangkan untuk mesin seperti mesin pemotong rumput dibel secara tunai melalui kas perusahaan, semua biaya pembibitan sampai tanaman itu ditanam ditempat yang telah ditentukan yaitu di selasela tanaman pokok, dikapitalisir sebagai harga perolehan. Semua biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan mesinmesin hingga siap untuk digunakan, dikapitalisr sebagai harga perolehan mesin. Penilaian atas Peralatan Pertanian dan Kantor didasarkan pada harga

44 perolehannya melalui biayabiaya yang dikelurkan untuk peralatan pertanian dan kantor. d. Kendaraan dan alat pengangkutan lainnya Perusahaan memperolehnya dengan pembelian secara tunai dan sebagian lagi secara kredit melalui kas perusahaan. Semua biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan kendaraan hingga siap untuk digunakan dikapitalisirsebagai harga perolehan, sedangkan pada nilai pembeliaannya baik secara kredit maupun tunai. Pengakuan biaya perolehan awal aset tetap yang dilakukan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) terdiri atas harga perolehan dan biayabiaya tambahan yang dapat diatribusikan langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan supaya aset tersebut siap digunakan sesuai dengan maksud manajamen. Salah satu cara perolehan aset tetap adalah melalui pengadaan barang atau bangunan dibangun sendiri, menggunakan jasa pihak ketiga (rekanan). Dalam pengadaan aset tetap yang dibangun sendiri PT Perkebunan Nusantara menggunakan jasa pemborong (kontraktor) yang dipilih melalui tender. Pengakuan didasarkan pada nilai perolehan. Nilai perolehan yang diakui atas aset tersebut (contohnya gedung kantor) adalah harga perolehan aset berdasarkan hasil kesepakatan atau hasil perkiraan yang dilakukan antara pihak PT Perkebunan Nusantara III sendiri dan pihak ketiga (pemborong) yang dipercayakan dalam pengadaan aset tetap ini. Pencatatan harga perolehan aset tetap yang diperoleh melalui pembangunan sendiri oleh PT Perkebunan Nusantara III (Persero) menurut penulis telah memenuhi kriteria

45 yang diatur dalam PSAK 16. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) mencatat harga perolehan berdasarkan nilai kontrak dengan perusahaan jasa konstruksi (pemborong). Berikut penjurnalan yang dilakukan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) lakukan atas pengadaan Pemasangan Lantai Parkit Aula Kelapa Sawit di Kantor Direksi Sesuai SPK No.3.07/SPK/132/2014 tanggal 17 Juli 2014 dari CV. Meta Group. Uraian Debit Kredit Kantor Direksi PPN Masukan Yang dapat dikreditkan PPN Masukan Wajib dipungut (WAPU) Hutang Pemasangan Lantai Parkit Aula Kelapa Sawit Rp95.889.840 Rp9.588.984 Rp9.588.984 Rp95.889.840 Jurnal tersebut didasarkan pada sesuai dengan SPK No.3.07/SPK/132/2014 tanggal 17 Juli 2014 dengan deskripsi sebagai berikut: Harga Borongan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10% Jumlah borongan : Rp95.889.840 : Rp9.588.984 : Rp105.478.824 PT Perkebunan Nusantara III (Persero) menetapkan waktu perolehan aset berdasarkan selesainya pembangunan dan gedung dalam kondisi yang diinginkan manajemen, bukan berdasarkan pelunasan pembayaran oleh PT Perkebunan Nusantara III (Persero). Karena dalam melakukan pembayarannya kepada perusahaan kontraktor (pemborong). PT Perkebunan Nusantara III (Persero) melakukan cicilan sampai 95%

46 nilai kontrak hingga konstruksi selesai. Lalu 5% lagi dibayarkan setelah berakhirnya masa pemeliharaan. 2. Tinjauan pengkauan biaya setelah perolehan awal. Selama aset tetap dipergunakan dalam operasi perusahaan, biasanya timbul pengeluaranpengeluaran yang berkaitan dengan aset tetap yang bersangkutan, misalnya pengeluaran untuk reparasi dan pemeliharaan rutin, penambahan atau penggantian komponen aset yang bersangkutan. Pembebanan dari biayabiaya tersebut oleh PT Perkebunan Nusantara III (Persero) dibagi atas dua bagian yaitu: a. Pengeluaran modal (capital expenditure) Pengeluaran yang digolongkan sebagai pengeluaran modal adalah semua yang dapat memperpanjang masa manfaat aset tetap, menambah hasil, atau mutu barang dan jasa yang dihasilakan oleh aset tetap tersebut. Dalam hal ini penulis akan membahas bagaimana PT Perkebunan Nusantara III (Persero) dalam mengakui pengeluaran aset tetap, salah satu contohnya adalah biaya renovasi suatu gedung. Jika terjadi renovasi suatu gedung mengeluarkan biaya yang material, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) tidak membebankan biaya renovasi tersebut pada tahun berjalan. Namun, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) akan membentuk akun Renovasi sendiri dan melakukan pembebanan sepanjang umur ekonomis dari renovasi tersebut.

47 PT Perkebunan Nusantara III (Persero) mengakui adanya biaya renovasi (pengeluaran modal) yang dilakukan yaitu Renovasi Eks. Kantor/Mess pada tanggal 15 November 201 dari CV. Miftahul Jannah. Bagian Akuntansi melakukan penjurnalan sebagai berikut: Uraian Debit Kredit Mess dan Pessanggrahan Rp525.572.784 PPN masukan yang dapat dikreditkan Rp52.557.278 PPN Masukan wajib pungut (WAPU) Hutang Renovasi Rp52.557.278 Rp525.572.784 Jurnal tersebut didasarkan pada sesuai dengan Surat Perjanjian No.3.02/SPJ/281/2014 Tanggal 15 November 201 dari CV. Miftahul Jannah dengan informasi adalah sebagai berikut: Harga Borongan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10% Jumlah borongan : Rp525.572.784 : Rp52.557.278 : Rp578.130.059 Berdasarkan kebijakan yang diterapkan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) biaya renovasi tersebut akan menambah nilai nominal aset atau dikapitalisasi

48 terhadap aset Mess dan Pessanggrahan, tidak mempengaruhi akun akumulasi penyusutan Mess dan Pessanggrahan itu sendiri. Pengakuan pembebanan biaya yang dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara III (Persero) telah sesuai dengan PSAK 16 terutama paragraf 13 yang menyebutkan bahwa enitas dapat mengakui biaya pengeluaran perawatan/renovasi suatu aset sebagai aset yang mengalokasikannya sepanjang umur ekonomis yang diestimasikan apabila pengeluaran tersebut dapat memenuhi kriteria yang berlaku untuk diakui sebagai bagian dari aset, yaitu kriteria yang tercantum dalam PSAK 16 paragraf 7 yaitu apabila perawatan/ renovasi tersebut dapat memberikan manfaat ekonomik dimasa depan terhadap entitas serta biaya tersebut dapat diukur dengan handal. b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) Pengeluaran yang digolongkan sebagai pendapatan selama pemakaian aset tetap adalah untuk pengeluaran kecil, perawatan, dan lainlain yang jumlahnya tidak besar. Untuk pengeluaranpengeluaran yang tidak material PT Perkebunan Nusantara III (Persero) membebankannya ke dalam laporan keuangan sekaligus sebagai biaya pemeliharaan, Contoh dari pengeluaranpengeluaran yang rutin dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara adalah: 1) Biaya pemeliharaan gedung dan bangunan, seperti biaya pengecetan gedung secara rutin 2) Biaya pemeliharaan peralatan kantor, ac, lift, ataupun computer secara berkala 3) Biaya pemeliharaan kendaraan, seperti biaya penggantian oil mobil direksi.

49 Berikut penulis akan memberikan ilustrasi tentang pengeluaran pendapatan yang dilakukan PT Perkebunan Nusantara III sebagai berikut: Pada bulan 30 Maret 2014 PT Perkebunan Nusantara melakukan penggantian oli kendaraan mobil direksi yang menghabiskan biaya sebesar Rp4.000.000 Maka jurnal yang dibuat oleh bagian akuntansi adalah: Uraian Debit Kredit Biaya Pemeliharaan Kas Rp4.000.000 Rp4.000.000 Dari jurnal tersebut kita dapat melihat bahwa biaya yang dikeluarkan langsung dibebankan tahun itu juga dan dilaporkan dalam laporan laba rugi sebagai biaya pemeliharaan. Perlakuan akuntansi terhadap biayabiaya setelah perolehan awal yang dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara III (Persero) telah sesuai dengan prinsip PSAK 16 paragraf 12 bahwa etitas tidak boleh diakui sebagai biaya perawatan seharihari aset tetap sebagai bagian dari aset tetap yang bersanggkutan tetapi langsung mengakui biaya pemeliharaan. Prinsip yang terdapat dalam PSAK 16 hanya memperbolehkan perusahaan untuk mengakui biayabiaya setelah biaya perolehan awal sebagai aset terdapat manfaat ekonomi dimasa depan berkenanaan terhadap aset tetap tersebut mengalir ke entitas serta biaya tersebut dapat diukur secara handal.

50 3. Tinjauan atas penyusutan aset tetap. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) melakukan perhitungan penyusutan aset tetap pada saat aset tetap selesai dibangun/ diterima dan mulai dioperasikan. Aset tetap yang sampai pada penutupan buku tanggal 31 Desember belum selesai dibangun/diterima tidak dilakukan perhitungan penyusutannya. Untuk pemisahaan dengan aset tetap yang telah beroperasi, maka aset tetap yang belum selesai ini dipindahbukukan sementara ke rekening bangunan dalam penyelesaian. Penyusutan hanya dilakukan pada aset tetap dengan syarat: a. aset tetap harus disusutkan secara sistematis selama masa manfaatnya. b. metode penyusutan yang digunakan dalam metode garis lurus. c. umur manfaat untuk setiap kelompok aset tetap sebagai berikut: Tabel III Kelompok dan umur ekonomis aset tetap KELOMPOK ASET TETAP UMUR EKONOMIS Bangunan perusahaan Permanen Semi permanen 20 tahun 5 tahun Bangunan rumah dinas Permanen Semi permanen 20 tahun 5 tahun Jalan, jemabatan dan saluran air Permanen 16 tahun

51 Semi permanen 5 tahun Mesin dan instalasi Berat Dingin Alat pengangkutan Alat pertanian Inventaris 20 tahun 8 tahun 5 tahun 5 tahun 5 tahun Sumber: Diolah dari data aset tetap PT Perkebunan Nusantara III (Pesero) d. jumlah yang dapat disusutkan yaitu biaya perolehan dikurangi nilai residunya. e. apabila terjadi penerunan umur manfaat aset tetap, maka penyusutan didasarkan pada umur manfaat setelah penurunan tersebut. Aset tetap tanah tidak disusutkan, kecuali: a. kondisi kualitas tanah tidak layak lagi digunakan dalam operasi utama. b. sifat operasi utama meninggalkan tanah dan bangunan begitu saja apabila proyek selesai. c. prediksi manajemen atas kepastian perpanjangan atau pembaruan hak atas tanah kemungkinan besar atau pasti tidak diperoleh. Penyusutan dilaksanakan dengan metode Garis Lurus (Straigh Line Method) untuk semua jenis aset. Persentanse penyusutan per tahun ditetapkan oleh manajemen sesuai dengan masa manfaat masingmasing. Estimasi umur manfaat yang ditetapkan oleh PT Perkebunan Nusantara III (Persero) terhadap setiap aset tetap tergantung dari penggolongan jenis aset tersebut.

52 Ilustrasi dari pengakuan penyusutan yang dilakukan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) sebagai berikut: Nilai perolehan Umur ekonomis Penyusutan per tahun :Rp288.000.000 :20 tahun :Rp14.400.000 Perhitungan penyusutan diatas didapat dari perincian sebagai berikut: Penyusutan per tahun = 288.000.000 20 = 14.400.000 per tahun = 1.200.000 per bulan Jurnal akuntansi yang dilakukan PT Perkebunan Nusantara: Uraian Debit Kredit Penyusutan Genset Akumulasi penyusutan mesin Genset Rp1.200.000 Rp1.200.000 Kebijakan penyusutan yang dilakukan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) telah memenuhi prinsipprinsip yang diatur didalam PSAK 16, yaitu PT Perekebunan Nusantara III (Persero) mengakui jumlah tersusut ditentukan setelah dikurangi nilai residunya. Dilihat dari sisi penerapannya, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) sendiri sudah menerapkan metode penyusutan secara konsisten dari periode ke periode yaitu menggunakan metode straight line, kecuali terdapat perubahan dalam pola pemakian

53 manfaat ekonomik masa depan yang diperkirakan aset tersebut hal ini sesuai dengan yang diatur PSAK 16 bahwa metode penyusutan diterapkan secara konsisten dari periode ke periode. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) mencatat nilai perolehan awal pada buku kartu rekening maka aset tetap secara otomatis memulai awal dari penyusutan setelah menerima surat edaran keterangan dari bagian logistik bahwa aset tetap telah diterima/ siap digunakan, hal ini sesuai dengan PSAK 16 pada paragraf 58 yang disebutkan bahwa penyusutan aset dimulai ketika aset tersebut siap digunakan, yaitu ketika aset berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan manajemen. Jika ditinjau dari kebijakan perusahaan yang tidak menggunakan nilai residu pada setiap aset didasarkan kepada keputusan manajemen yang dilakukan apakah aset tersebut memiliki nilai residu atau tidak. Dari sisi penetapan umur ekonomis aset digolongkan berdasarkan golongan jenis asetnya yang telah ditetapkan oleh perusahaan sendiri. Nilai residu, umur manfaat dan metode penyusutan dievaluasi setiap akhir tahun dan disesuaikan secara prospektif jika diperlukan. Menurut penulis, hal tersebut tidak melanggar standarstandar yang ada dalam PSAK 16, yaitu PSAK 16 sendiri menjelaskan bahwa memberikan kebebasan kepada manajemen untuk memberikan estimasi atas aset tetap perusahaan. PT Perkebunan Nusantara dalam hal pengakuan penyusutan aset tetap yaitu beban penyusutan dalam periode berjalan yang nanti diakui dalam laporan keuangan laba rugi, hal tersebut sesuai dengan PSAK 16 paragraf 48 yang menyebutkan Beban Penyusutan

54 untuk setiap periode diakui dalam laba rugi, kecuali jika beban tersebut dalam jumlah tercatat aset lain. 4. Tinjauan atas penghapusan aset tetap. PT Perkebuanan Nusantara III (Persero) mengakui aset tetap pada prinsipnya dapat dihapuskan dari catatan akuntansi berdasarkan pada persetujuan dari dewan komisaris disebabkan karena: a. Hilang (diikuti dengan Berita Acara) b. Rusak dan tidak beroperasi c. Secara ekonomik dioperasikan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan Apabila aset tetap perusahaan tidak dipergunakan lagi maka aset tetap akan dilelang atau ditender pada leverasir dan relasi perusahaan. Dalam hal ini perusahaan terlebih dahulu mengirimkan surat pemberitahuan pada mereka. Hasil dari pendapatan ini merupakan pendapatan bagi perusahaan apabila aset tetap tersebut mempunyai nilai buku maka laba atau rugi atas pelelangan harus diperhitungkan lebih dahulu. Penghapusan pembukuan atas aset tetap baru dilakukan apabila aset tetap tersebut ditarik dari pemakiannya dalam operasi perusahaan. Aset tetap yang telah habis disusutkan tidak dihapuskan dari pembukuan selama aset tersebut masih digunakan untuk kepentingan perusahaan. Dalam perhitungan rugi laba, laba atau rugi yang timbul akibat penjualan aset tetap disajikan dalam kelompok pendapatan dan beban lainlain. Apabila aset tetap masih digunakan dalam operasi perusahaan maka harga pokok dan akumulasi penyusuta harus

55 tetap tercantum dalam buku besar, jika tidak demikan halnya maka perkiraan tidak lagi mengandung bukti bahwa aset semacam itu masih dalam perusahaan. Contoh Penghapusan karena rusak yang diterapkan PT Perkebunan Nusantara III: 1 unit traktor ban dengan nilai perolehan Rp240.000.000 telah dioperasikan selama 4 tahun rusak berat, dan tidak dapat dioperasikan lagi. Dalam catatan nilai buku aktiva tersebut diperoleh informasi sebagai berikut: Nilai perolehan =Rp 240.000.000 Akumulasi Penyusutan 80% =Rp 192.000.000 Nilai Buku =Rp 48.000.000 Pada bulan Juni 2015 diusulkan untuk dihapuskan, dilengkapi dengan Berita Acara pengusulan penghapusan dengan tahapan sebagai berikut: a. Pemindahan bukuan nilai aset tetap traktor ke Aset Non Produktif Uraian Debit Kredit Aset lain Non Produktif Aset Traktor Ban Rp240.000.000 Rp240.000.000 b. Pemindahbukuan Nilai Akumulasi Penyusutab Traktor Ban ke rekening Akumulasi Penyusutan Aset Non Produktif Uraian Debit Kredit Akumulasi Penyusutan Traktor Ban Akumulasi Penyusutan Aset lain non produktif Rp 192.000.000 Rp 192.000.000

56 Setelah adanya persetujuan dewan komisaris penghapusan akan dilaksanakan dengan cara menghapuskan asset, hal tersebut dapat dilakukan oleh bagian akuntansi setelah diterimanya surat edaran dari dewan komisaris. c. Penghapusan aset non produktif dan catatan akuntansi Uraian Debit Kredit Penghapusan Aset Tetap Akumulasi Penyusutan Aset Non Produktif Aset lainlain Non Produktif Rp48.000.000 Rp192.000.000 Rp240.000.000 Apabila aset tetap tadi terjadi penjualan, maka laba rugi yang timbul dari penjualan ini akan disajikan dalam kelompok pendapatan dan beban lainlain. Penjurnalan yang dilakukan bagian akuntansi adalah sebagai berikut: a. Aset yang telah habis masa penyusutannya Uraian Debit Kredit Kas Akumulasi Penyusutan Aset Traktor Ban Pendapatan lainlain (Keuntungan dari penjualan aset) RpXXX RpXXX RpXXX RpXXX

57 b. Aset yang sedang dalam masa penyusutan Uraian Debit Kredit Kas Beban lainlain Akumulasi Penyusutan Aset Traktor Ban Pendapatan lainlain RpXXX RpXXX RpXXX RpXXX RpXXX Prinsip akuntansi terhadap penghapusan aset tetap yang dilakukan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) telah memenuhi syarat prinsip yang diatur dalam PSAK 16, yaitu diatur bahwa jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya saat dilepaskan. Dengan melakukan jurnal pelepasan secara otomatis telah memenuhi prinsip PSAK 16. Pada PSAK 16 dalam paragraf 73 yang diatur bahwa laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap harus ditentukan sebesar antara jumlah neto hasil pelepasan. Kebijakan akuntansi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) telah memenuhi prinsip ini dengan mengungkapkan laba atau rugi dari pelepasan aset tetap sebesar selisih dari nilai jual dengan nilai buku aset. Pelepasan aset tetap yang dilakukan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) tidak lagi dicantumkan di neraca sebagai aset tetap, hal ini sesuai dengan PSAK 16 pada paragraf 79 yang mengatur bahwa jumlah aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif dan tidak diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual. Dalam pengakuan untung/rugi atas pelepasan yang dilakukan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) mengakuinya pada laporan neraca diakui sebagai beban dan

58 pendapatan. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) telah memenuhi prinsip PSAK 16 tentang pengakuan keuntungan dan kerugian yang timbul dari penghentian/pelepasan aset tetap yaitu pada paragraf 71 diatur bahwa keuntungan atau kerugian yang timbul dari pengakuan aset tetap ditentukan sebesar selesih antara jumlah hasil pelepasan neto, jika ada, dan jumlah yang tercatatnya.

BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan uraian teoritis yang telah dikemukakan dan berdasarkan data data yang diperoleh sehubungan dengan kegiatan penelitian yang dilakukan pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Penerapan PSAK 16 terhadap aset tetap yang ada di PT Perkebunan Nusantara III (Persero) yaitu berupa tinjauan. Tinjaun tentang pencatatan harga perolehan awal, pengakuan biaya setelah awal, penyusutan, penghapusan aset tetap. 2. Tinjauan atas aset tetap yang diakui oleh PT Perkebunan Nusantara telah dicatat dan diakui sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. 3. Kebijakan akuntansi aset tetap yang diterapkan di PT Perkebunan Nusantara III (Persero) sudah memenuhi standarstandar yang yang berlaku dalam PSAK 16 tentang Aset Tetap 4. PT Perkebunan Nusantara mengklasifikasikan aset tetap yang dikelolanya menjadi 7 kelompok besar aset tetap yaitu bangunan perusahaan, bangunan rumah dinas, jalan, jembatan dan saluran air, mesin dan instalasi, alat pengangkutan, alat pertanian, dan inventaris. 5. PT Perkebunan Nusantara dalam mengakui biaya perolehan setelah pengakuan awal untuk biaya revaluasi diakui sebagai pengeluaran modal (capital expenditure) yang akan dikapitalisasi secara langsung pada akun aset yang bersangkutan. Hal itu 59

60 terjadi karena memperpanjang masa manfaat aset tetap, menambah hasil, atau mutu barang dan jasa yang dihasilakan oleh aset tetap. 6. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) melakukan biaya perawatan dan pemeliharaan secara rutin terhadap aset tetap mengakui pengeluaran tersebut sebagai pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) yaitu mengakuinya sebagai beban pemeliharaan yang diakui pada laporan laba rugi. 7. PT Perekebunan Nusantara III (Persero) menerapkan kebijakan akuntansi dalam hal penyusutan menggunakan metode garis lurus (straight line method) yang dengan menggunakan nilai residu yang ditetapkan oleh manajemen terhadap aset tetap yang dimiliki seluruhnya oleh PT Perkebunan Nusantara III (Persero). 8. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) menetapkan umur masa manfaat dan nilai sisa (residu) atas aset tetap berdasarkan kebijakan dan pertimbangan manajemen dan bagian akuntansi yang mengelola aset tetap di perusahaan tersebut. 9. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) melakukan perhitungan penyusutan aset tetap pada saat aset tetap dibangun/diterima dan dapat mulai dioperasikan. 10. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) melakukan penghapusan aset tetap apabila disebabkan karena hilang, rusak dan tidak beroperasi, dan secara ekonomik dioperasikan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. 11. PT Perkebunan Nusantara mengakui seluruh beban (kerugian) ataupun pendapatan (keuntungan) yang didapatkan dari pelepasan aset tetap dalam masa penyusutan ataupun telah habis masa penyusutannya akan diakui di laporan laba rugi.

61 2. Saran Berdasarkan hasil penilitian yang diperoleh, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Melakukan pembagian tugas untuk bagian yang memeriksa fisik aset tetap (bagian verfikasi) dan bagian akuntansi dengan jelas. Hal tersebut diperlukan agar terdapat pembagian tugas yang jelas dalam pengelolaan aset tetap dan keuangan dilakukan secara maksimal. 2. Menetapkan estimasi masa manfaat (umur ekonomis) dan nilai residu aset tetap di PT Perkebunan Nusantara III (Persero) pada setiap asetnya sebaiknya tidak hanya menetapkannya berdasarkan jenis dan fungsi aset tersebut saja. Namun, sebaiknya juga memperhatikan faktorfaktor lain seperti perkiraan daya pakai, perkiraan keusangan fisik, keusangan teknis, dan aspek hukum yang terkait. 3. Meninjau metode penyusutan yang digunakan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) minimum setiap akhir periode, agar apabila terjadi perubahan yang signifikan dalam pola konsumsi aset tersebut, maka metode penyusutannya harus disesuaikan dengan metode penyusutan yang saat ini dipakai.