ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI DIMENSI TIGA

dokumen-dokumen yang mirip
Geometri Ruang di Perguruan Tinggi: Kesalahan Mahasiswa Menyelesaikan Soal Berdasarkan Prosedur Newman

PENERAPAN STRATEGI JIGSAW BERBASIS PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

KESALAHAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA BERBASIS PISA PADA KONTEN CHANGE AND RELATIONSHIP

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele ABSTRAK

Proses Metakognitif Siswa SMA dalam Pengajuan Masalah Geometri YULI SUHANDONO

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

PROSES BERPIKIR SISWA KELAS VII E DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS-MATEMATIS ABSTRAK

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA

Profil Berpikir Logis dalam Memecahkan Masalah oleh Mahasiswa Calon Guru Tipe Camper

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

LEMBAR AKTIVITAS SISWA DIMENSI TIGA Ruas garis PQ Ruas garis QR Garis PQ = garis QR (karena bila diperpanjang akan mewakili garis yang sama)

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

Analisis Penerapan Trigonometri Menggunakan Media Klinometer Terhadap Strategi Pemecahan Masalah

Respon Mahasiswa terhadap Desain Perkuliahan Geometri yang Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematika

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berfikir secara kritis dan mandiri serta menyeluruh dalam

Modul Matematika X IPA Semester 2 Dimensi Tiga

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

Modul Matematika Semester 2 Dimensi Tiga

BAB I PENDAHULUAN. matematika di sekolah mendapat jatah waktu yang banyak. Selain itu pentingnya

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DIKAJI DARI TEORI BRUNER DALAM MATERI TRIGONOMETRI DI SMA

KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI

ANALISIS KESULITAN SISWA SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GEOMETRI YANG BERKAITAN DENGAN JARAK

PENINGKATAN PENALARANMATEMATIKA MELALUI STRATEGITHINK PAIR SHARE BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING 1. PENDAHULUAN

KONEKSI KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS TIPE VISUAL-SIMBOLIK SISWA KELAS XI IPA SMAN KEBAK KRAMAT

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

KEMAMPUAN PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIS SISWA DALAM MATERI KUBUS DI KELAS IX SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

Titi Solfitri 1, Yenita Roza 2. Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Oleh: RIZKY LINAR PALUPI A

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS. Alamat Korespondensi:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

ANALISIS CARA MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH LUAR BIASA

HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH

BANYAK CARA, SATU JAWABAN: ANALISIS TERHADAP STRATEGI PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA. Ardiyanti 1), Haninda Bharata 2), Tina Yunarti 2)

LAPISAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN SOAL TIMSS BAGI SISWA SMP KELAS VIII

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI SISWA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

LEMBAR AKTIVITAS SISWA DIMENSI TIGA (WAJIB)

Nego Linuhung Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstract

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Matematika Realistik

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 PADANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VII SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI SEGITIGA DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF THINK PAIR SHARE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

PROSES BERPIKIR MAHASISWA DENGAN KEMAMPUAN SPATIAL INTELLEGENT TINGGI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI. Wasilatul Murtafi ah 43, Titin Masfingatin 44

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR DALAM PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIS

ANALYSIS OF MATHEMATICS TEACHER PROBLEM IN LEARNING IMPLEMENTATION SENIOR HIGH SCHOOL

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

PROFIL FUNGSI KOGNITIF SISWA KELAS V SD BERKEMAMPUAN MATEMATIKA RENDAH DALAM MEMECAHKAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, karena pendidikan

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

PENERAPAN STRATEGI GRUP INVESTIGASI DENGAN PENDEKATAN POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA.

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH KALKULUS II

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

IDENTIFIKASI BERPIKIR LOGIS MAHASISWA TIPE CLIMBER DAN QUITTER DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI. FKIP, Universitas PGRI Madiun

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MTS KELAS VIII

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

Soal No. 1 Perhatikan gambar berikut, PQ adalah sebuah vektor dengan titik pangkal P dan titik ujung Q

PENINGKATANN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LESSON STUDY NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

PEMETAAN SOAL-SOAL UJIAN NASIONAL MATEMATIKA SMA/MA NASKAH PUBLIKASI. Oleh: DWI AMELIA IRAWATI A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

DIMENSI TIGA. 3. Limas. Macam-macam Bangun Ruang : 1. Kubus : 1 luas alas x tinggi. Volume Limas = 3. = luas alas + luas bidang sisi tegak

ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN PEER LESSON DAN TTW DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communication), koneksi

Jurnal Silogisme: Kajian Ilmu Matematika dan Pembelajarannya Juni 2017, Vol. 2, No.1. ISSN:

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

Desain Perkuliahan Geometri dalam Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematika Mahasiswa Calon Guru

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PADANG-GANTING KABUPATEN TANAH DATAR.

BAB II KAJIAN TEORETIS. matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GENDER

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL ANALISIS MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN MASALAH

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. lambang yang formal, sebab matematika bersangkut paut dengan sifat-sifat struktural

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1, ayat (1) 31, ayat (1). 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA)2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 201-206 ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI DIMENSI TIGA RITA KUSUMAWARDANI Universitas Indraprasta PGRI Jakarta, rita_kusumawardani@yahoo.com Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah pada materi dimensi tiga. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan subjek siswa kelas X SMA Negeri 51 Jakarta. Subjek penelitian diambil dengan cara purposive sampling. Peneliti berperan sebagai instruman utama, sedangkan instrument bantu yang digunakan adalah tes dan pedoman wawancara. Pengumpulan data dilakukan dengan think aloud method dimana peneliti melakukan wawancara secara mendalam terhadap subjek penelitian berkaitan proses pemecahan masalah yang diberikan. Untuk menjaga kevalidan data,penelitian ini menggunakan triangulasi waktu. Hasil analisis data memberikan kesimpulan bahwa siswa belum mampu memecahkan masalah pada materi dimensi tiga dengan baik sesuai denga n langkah-langkah pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Polya, yaitu memahami masalah, merencanakan cara pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah, dan mengevaluasi solusi dari masalah. Kata kunci: pemecahan masalah, dimensi tiga 1. Pendahuluan Pembelajaran matematika sangat erat kaitannya dengan pemecahan masalah. Menurut NCTM, pemecahan masalah merupakan alasan utama untuk mempelajari matematika [1]. Pemecahan masalah menjadi salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah. Melalui pembelajaran matematika, siswa dibekali kemampuan untuk memecahkan berbagai macam permasalahan. Dengan kemampuan tersebut, siswa diharapkan mampu mencari solusi dari berbagai macam permasalahan, baik permasalahan yang berbentuk abstrak maupun permasalahan nyata di sekitarnya. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006 [2], adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika di atas, pemecahan masalah menjadi hal yang sangat penting bagi siswa dalam pembelajaran matematika. Dengan kemampuan pemecahan masalah yang baik, siswa diharapkan dapat berkembang menjadi manusia yang tanggap dan mampu berkontribusi dalam menghadapi berbagai permasalahan bangsa pada era persaingan global saat ini. Branca memandang kemampuan pemecahan masalah sebagai tujuan umum pengajaran matematika, bahkan sebagai jantungnya matematika [3]. Pemecahan masalah meliputi metode, prosedur, dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika. Pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika. Pada saat memecahkan masalah matematika, siswa dihadapkan dengan beberapa tantangan seperti kesulitan dalam memahami soal. Hal ini disebabkan karena masalah yang dihadapi bukanlah masalah yang pernah dihadapi siswa sebelumnya. Interpretasi mengenai pemecahan masalah telah banyak diungkap oleh para ahli dalam suatu teori. Salah satunya adalah Polya yang mengartikan pemecahan masalah sebagai suatu 201

202 Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Materi Dimensi Tiga usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai [4]. Untuk dapat memecahkan suatu permasalahan, siswa harus memahami permasalahan tersebut. Dengan memahami permasalahan, siswa dapat merencanakan cara pemecahan kemudian menerapkannya dalam memecahkan permasalahan sehingga diperoleh suatu solusi permasalahan. Isriani dan Puspitasari [5] juga mendefinisikan pemecahan masalah sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Dalam pemecahan masalah, siswa tidak sekedar menerapkan aturan-aturan yang telah dikuasai melalui aktivitas belajar terdahulu untuk mendapatkan solusi dari permasalahan. Pemecahan masalah juga berperan sebagai suatu proses untuk mendapatkan aturan pada tingkat yang lebih tinggi. Dengan kata lain, siswa belajar melalui cara berpikir yang kritis dan kreatif untuk menemukan solusi dalam suatu proses pemecahan masalah. Senada dengan kedua pendapat di atas, Lester dan Kehle juga mendefinisikan pemecahan masalah sebagai kegiatan siswa yang melibatkan berbagai tindakan berpikir dalam mengakses dan menggunakan pengetahuan dan pengalaman untuk mencari solusi permasalahan [6]. Definisi tersebut mengandung arti bahwa pemecahan masalah menuntut siswa untuk mengembangkan pegetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki siswa tersebut menjadi dasar untuk mencari solusi permasalahan. Dengan demikian, pengetahuan yang dimiliki siswa sangat berpengaruh terhadap kesuksesan siswa tersebut dalam memecahkan suatu permasalahan. Definisi-definisi di atas memberikan suatu gambaran bahwa pemecahan masalah menuntut siswa untuk berpikir secara kritis dan kreatif. Proses berpikir secara kritis dan kreatif sangat dibutuhkan siswa untuk menganalisa suatu permasalahan. Dalam menemukan solusi permasalahan, siswa juga perlu malalui proses berpikir yang sistematis, mulai dari menyusun ide-ide yang bersumber pada pengetahuan yang dimilikinya, menyusun cara-cara yang akan digunakan dalam menyelesaikan masalah, hingga proses mengaplikasikan ide-ide tersebut untuk memperoleh suatu dari permasalahan tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Yahaya bahwa implementasi dari pemecahan masalah membutuhkan proses berpikir secara kritis dan kreatif dimana proses tersebut tersusun secara sistematis [7]. Proses pemecahan masalah yang membutuhkan cara berpikir kritis, kreatif, dan sistematis tentu tidak mudah diterapkan oleh siswa. Untuk itu, dalam teorinya, Polya [8] membagi cara pemecahan masalah ke dalam empat tahapan, yaitu understanding the problem (memahami masalah), planning (merencanakan solusi penyelesaian), applying the plan (melaksanakan rencana penyelesaian), dan evaluating the solution (mengevaluasi solusi permasalahan). Untuk mendapatkan solusi permasalahan, siswa terlebih dahulu harus memahami masalah. Siswa harus mengidentifikasi apa yang diketahui beserta hubungannya dengan apa yang ditanyakan. Siswa juga harus mengidentifikasi apa saja yang dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan. Selanjutnya, siswa merencanakan solusi permasalahan menggunakan pemahamannya terhadap permasalahan tersebut. Rencana yang telah disusun kemudian diaplikasikan sehingga diperoleh suatu solusi dari pemecahan masalah. Tidak berhenti sampai di sini saja, siswa juga perlu memeriksa kembali ketepatan solusi yang didapatkannya. Berdasarkan uraian di atas, pemecahan masalah dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu proses sistematis tentang aktivitas berpikir secara kritis dan kreatif dalam mencari solusi dari sebuah permasalahan matematika. Proses pemecahan masalah tersebut memanfaatkan pengetahuan-pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Siswa dikatakan memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis jika siswa tersebut mampu memahami masalah, merencanakan solusi penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan menemukan solusi yang tepat dari permasalahan. Setiap ruang lingkup materi dalam pembelajaran matematika selalu memuat pemecahan masalah, tak terkecuali geometri. Dalam geometri, khususnya dimensi tiga, permasalahanpermasalahan yang diberikan memiliki banyak kaitan dengan situasi-situasi yang ada di sekitar siswa. Umumnya, pada materi ini siswa dituntut untuk bisa menyelesaikan permasalahan

203 RITA KUSUMAWARDANI berkaitan dengan jarak antara titik, garis, atau bidang dan sudut antara garis atau bidang yang berada pada bangun-bangun ruang. Untuk itu, siswa perlu memiliki kemampuan awal mengenai konsep titik, garis, bidang, sudut, bangun, datar, bangun ruang, maupun trigonometri. Tanpa memiliki pemahaman mengenai konsep-konsep tersebut, siswa akan mengalami kesulitan dalam memecahkan permasalahan-permasalahan dimensi tiga. Sebagai contoh, untuk menentukan besar sudut antara dua bidang yang berpotongan, siswa perlu memahami konsep mengenai titik, dua bidang yang berpotongan, dua garis yang membentuk sudut, serta konsep mengenai segitiga dan perbandingan trigonometri suatu sudut. Dengan memahami konsep-konsep tersebut, siswa akan dapat memahami permasalahan mengenai besar sudut yang ditanyakan. Selanjutnya, siswa dapat menggunakan kemampuan awal yang dimilikinya tersebut untuk merancang cara penyelesaian dan menggunakannya hingga diperoleh suatu solusi permasalahan. Permasalahan di atas hanya sebagian kecil contoh dari permasalahan-permasalahan dimensi tiga. Banyak permasalahan-permasalahan yang kompleks dalam dimensi tiga yang tidak hanya membutuhkan kemampuan awal dan analisis sederhana untuk dapat menyelesaikannya. Proses analisis yang panjang dan kompleks sering dibutuhkan untuk dapat menemukan solusi dari suatu permasalahan dimensi tiga. Untuk itu, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang bagaimana kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi dimensi tiga. 2. Metode Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan pada siswa kelas X di SMA Negeri 51 Jakarta. Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan cara purposive sampling. Tiga siswa dipilih sebagai subjek penelitian berdasarkan prestasi belajarnya. Tiga siswa tersebut terdiri dari satu siswa dengan prestasi belajar tinggi sebagai subjek pertama, satu siswa dengan prestasi belajar sedang sebagai subjek kedua, dan satu siswa dengan prestasi belajar rendah sebagai subjek ketiga. Data pemecahan masalah dari ketiga siswa tersebut dikumpulkan dengan cara wawancara. Data yang telah dikumpulkan kemudian diuji validitasnya dengan tekhnik triangulasi waktu. Hal ini bertujuan untuk menjaga validitas data dimana data yang dikumpulkan pada waktu yang berbeda bersifat konsisten. Setelah itu, data yang telah valid kemudian dianalisis melalui tiga proses, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. 3. Hasil dan Pembahasan Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, pemecahan masalah terdiri dari empat indikator, yaitu memahami masalah, merencanakan solusi penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan mengevaluasi solusi permasalahan. Pembahasan pada penelitian ini terbagi ke dalam empat indikator tersebut. Penelitian ini membahas tentang bagaimana kemampuan pemecahan masalah dari masing-masing subjek penelitian pada setiap jenis indikator tersebut. Adapun permasalahan dimensi tiga yang diberikan kepada ketiga subjek tersebut terdiri dari dua butir soal, yaitu tentang jarak antara dua garis yang bersilangan dan sudut antara garis dan bidang yang berpotongan. Berikut permasalahan yang diberikan: Butir Soal 1: Sebuah kubus ABCD.EFGH memiliki panjang rusuk 8 cm. Tentukan jarak antara diagonal ruang AG dan diagonal bidang BD. Butir Soal 2: Tentukan nilai cos α jika α merupakan sudut antara bidang BEG dan garis BD pada subuah kubus ABCD.EFGH.

204 Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Materi Dimensi Tiga Berikut hasil analisis data dari ketiga subjek penelitian dalam memecahkan kedua masalah di atas. Kemampuan Memahami Masalah Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga subjek penelitian telah mampu memahami masalah dengan baik. Dari dua butir soal tes yang diberikan, ketiga subjek tersebut telah mampu menganalisis informasi-informasi apa yang dapat diperoleh dari permasalahan. Pada Butir Soal 1, tentang menentukan jarak antara dua garis, ketiga subjek telah mampu menentukan garisgaris yang berkaitan dengan permasalahan yang diberikan. Ketiga subjek juga telah mampu memahami hubungan antara kedua garis tersebut. Selain itu, ketiga subjek juga telah mampu memahami apa yang ditanyakan dalam butir soal tersbut. Pada Butir Soal 2, yaitu tentang sudut antara garis dan bidang yang berpotongan, ketiga subjek juga telah mampu memahami permasalahan yang diberikan. Ketiga subjek telah mampu mengidentifikasi apa saja informasi yang dapat diperoleh dari permasalahan. Ketiga subjek telah mampu mengetahui garis dan bidang mana saja yang berkaitan dengan permasalahan. Ketiga subjek juga telah mampu memahami apa yang ditanyakan dalam butir soal tersebut. Kemampuan Merencanakan Solusi Penyelesaian Hasil analisis melalui think aloud method memberikan informasi bahwa tidak semua subjek dapat merencanakan solusi penyelesaian permasalahan yang diberikan. Subjek pertama telah mampu merencanakan dengan baik solusi untuk menyelesaikan permasalahan pada Butir Soal 1. Pada Butir Soal 1, subjek pertama merencanakan solusi penyelesaian dengan memilih satu titik P pada diagonal bidang BD, P tengah-tengah BD sehingga BP = PD, kemudian menarik garis yang tegak lurus BD dan AG yang melalui P. Selanjutnya, subjek pertama akan menghitung PQ, Q titik potong AG dengan garis yang tegak lurus yang telah dibuat sebelumnya, sebagai jarak antara AG dan BD. Subjek pertama merencanakan menggunakan segitiga APG untuk menghitung panjang PQ melalui konsep kesebangunan. Berbeda halnya pada Butir Soal 1, pada Butir Soal 2, subjek pertama belum mampu merencanakan solusi penyelesaian dengan baik. Subjek pertama belum mampu menganalisis bahwa untuk menentukan nilai cosinus suatu sudut dapat ditentukan dengan menggunakan segitiga siku-siku. Hal ini menunjukkan bahwa bahwa subjek pertama tidak memiliki kemampuan awal yang cukup mengenai konsep trigonometri. Di sisi lain, subjek kedua dan ketiga belum mampu merencanakan solusi permasalahan dengan baik pada kedua butir soal. Pada Butir Soal 1, kedua subjek tersebut terlihat kesulitan untuk merencanakan solusi mencari panjang ruas garis yang menjadi jarak antara garis AG dan BD. Kedua subjek tidak berpikir untuk menggunakan konsep kesebangunan dalam segitiga untuk menyusun rencana penyelesaian. Begitu juga pada Butir Soal 2, kedua subjek tersebut belum mampu merencanakan solusi permasalahan dengan baik. Sama halnya dengan subjek pertama, kedua subjek tersebut juga kurang memiliki kemampuan awal yang baik tentang konsep trigonometri sehingga belum mampu merencanakan penyelesaian soal menggunakan segitiga siku-siku. Kemampuan Melaksanakan Rencana Penyelesaian Dari ketiga subjek penelitian, hanya subjek pertama yang mampu melaksanakan rencana penyelesaian dengan baik pada Butir Soal 1. Subjek pertama telah mampu melakukan perhitungan dengan baik menggunakan konsep kesebangunan segitiga untuk mencari panjang ruas garis yang merupakan jarak antara dua garis AG dan BD. Hasil yang diperoleh dari perhitungan tersebut juga tepat. Meskipun demikian, subjek pertama belum mampu melaksanakan rencana penyelesaian dengan baik pada Butir Soal 2. Hal ini berkaitan dengan tidak mampunya subjek tersebut dalam merencanakan solusi penyelesaian pada Butir Soal 2.

205 RITA KUSUMAWARDANI Berbeda dengan subjek pertama, subjek kedua dan ketiga belum mampu melaksanakan rencana penyelesaian dengan baik pada kedua butir soal. Hal ini dikarenakan kedua subjek tersebut belum mampu merencanakan solusi penyelesaian pada kedua butir soal. Pemecahan masalah membutuhkan proses yang sistematis pada setiap langkahnya. Kurangnya kemampuan dalam merencanakan solusi penyelesaian akan berakibat pada ketidakmampuan dalam melaksanakan rencana penyelesaian. Kemampuan Mengevaluasi Solusi Permasalahan Sama halnya dalam melaksanakan rencana penyelesaian. Pada Butir Soal 1, hanya subjek pertama yang mampu mengevaluasi solusi penyelesaian dengan baik. Subjek pertama mampu menentukan solusi permasalahan kemudian mengevaluasinya dengan baik sehingga memperoleh solusi permasalahan dengan tepat. Dua subjek lainnya, yaitu subjek pertama dan kedua, belum mampu mengevalusi solusi permasalahan karena belum mampu melaksanakan solusi permasalahan dengan baik. Di sisi lain, pada Butir Soal 2, ketiga subjek penelitian sama-sama belum mampu mengevaluasi solusi permasalahan. Ketiga subjek belum mampu melaksanakan penyelesaian permasalahan sehingga ketiganya juga belum mampu mengevaluasi solusi permasalahan. Berdasarkan hal ini, setiap kemampuan dalam pemecahan masalah terlihat memiliki keterkaitan satu sama lain. Kurangnya kemampuan dalam melaksanakan rencana penyelesaian akan berakibat pada kemampuan mengevalusi solusi permasalahan. 4. Kesimpulan Hasil dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya menunjukkan bahwa hanya subjek pertama yang telah mampu memecahkan permasalahan pada Butir Soal 1. Subjek pertama telah mampu memahami masalah, merencanakan solusi penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesian, hingga mengevaluasi solusi permasalahan dengan baik. Dengan demikian, hanya subjek pertama yang telah mampu menemukan solusi yang tepat pada Butir Soal 1. Berbeda dengan Butir Soal 1, pada Butir Soal 2, ketiga subjek belum mampu memperoleh solusi permasalahan yang tepat karena ketiganya belum mampu memecahkan permasalahan dengan baik. Hal ini dikarenakan kurangnya kemampuan awal yang dimiliki oleh ketiga subjek. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa secara garis besar ketiga subjek belum memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik pada materi dimensi tiga. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap ketidakmampuan tersebut, salah satunya adalah kurangnya kemampuan awal yang dimiliki oleh ketiga subjek. Selain itu, ketiga subjek juga terlihat kesulitan untuk mengaitkan informasi-informasi dan menggunakannya dalam proses pemecahan masalah. Hal ini berkaitan dengan kemampuan abstraksi yang dimiliki oleh ketiga subjek. Dari hasil ini, kemampuan abstraksi matematis perlu diperhatikan dalam proses pemecahan masalah. Referensi [1] Nfon, N. F. (2013). Effect of Rusbult s Problem Solving Strategy on Secondary School Students Achievement in Trigonometry Classroom. Journal of Mathematics Education, 6 (1), 38-55. [2] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. [3] Syaiful. (2012). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Edumatica, 2 (1), 36-44. [4] Hadi, S. & Radiyatul. (2014). Metode Pemecahan Masalah Menurut Polya untuk Mengembangkan Kemampuan Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematis di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Pendidikan Matematika, 2 (1), 53-61.

206 Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Materi Dimensi Tiga [5] Isriani, H. & Puspitasari, D. (2012). Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep & Implementasi. Yogyakarta: Familia. [6] Abdullah, A. H., Abidin, N. L. Z., & Ali, M. (2015). Analysis of Students Errors in Solving Higher Order Thinking Skills (HOTS) Problems for the Topic of Fraction. Asian Social Science, 11 (21), 133-142. [7] In am, A. (2014). The Implementation of the Polya Method in Solving Euclidean Geometry Problems. International Education Studies, 7 (7), 149-158. [8] Bal, A. P. (2014). The Examination of Representations Used by Classroom Teacher Candidates in Solving Mathematical Problems. Educational Sciences: Theory and Practice, 14 (6), 2349-2365.