BAB 1 PENDAHULUAN. lantaran tidak mampu menahan rasa nyeri bahkan ada yang sampai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu periode dalam siklus kehidupan. Pada masa

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

Hubungan Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Kejadian Dismenore Pada Remaja Putri di SMP N 1 Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

BAB I PENDAHULUAN. Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis

I. PENDAHULUAN. Kata remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh ke

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus hari dan hanya 10-15%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian bawah dan paha (Badziad, 2003). Dismenorea merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. perubahan biologis dan psikologis yang pesat dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan

Hubungan Olahraga Dengan Kejadian Dismenorea Mahasiswi Tingkat 1 Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu

I. PENDAHULUAN. Menstruasi merupakan perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Yunita Andriani

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG DISMENORE DI AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA ( TAHUN ) TENTANG DYSMENORRHEA DI SMPN 29 KOTA BANDUNG

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE DENGAN DISMENORHEA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS XI SMA NEGERI 15 PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang terjadi saat menstruasi. Dysmenorrhea disebabkan karena terjadi kontraksi

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. filter), rokok arab (rokok shisha), sampai gaya modern (rokok elektrik). Banyak

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa ini terjadi satu kali dalam satu bulan. Semua wanita akan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai

BAB I PENDAHULUAN. meluas hingga ke pinggang, punggung bagian bawah dan paha (Badziad,

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi

III. METODE PENELITIAN. variabel terikat dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo,

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. menghilang pada saat menstruasi (Syiamti & Herdin, 2011). wanita meliputi kram atau nyeri perut (51%), nyeri sendi, otot atau

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita di masa pubertas sekitar usia tahun. Menarche merupakan

BAB VI PEMBAHASAN. A. Pembahasan Univariat 1) Kejadian Dismenore Responden. yang tidak mengalami dismenore sebanyak 55 orang (55%).

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang, demikian pula aspek sosial maupun psikologisnya. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi merupakan bagian dari proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Abstrak. Analisis Kejadian Dismenore Primer Pada Remaja Putri Kelas XI SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah kalori yang dibakar dalam proses metabolisme (Hasdianah dkk, Obesitas juga dapat membahayakan kesehatan (Khasanah, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. Kegemukan saat ini merupakan suatu epidemik global, lebih dari 1 miliar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DISMINORE DI SMAN 5 PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri haid atau dismenore merupakan keluhan yang sering dialami wanita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan fisik yang lebih dahulu dibanding anak laki-laki, dengan menstruasi awal (menarche) (Winkjosastro, 2007).

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMP Negeri 6 Gorontalo didirikan pada tahun 1951 dan mulai beroperasi pada tahun 1979.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB V PEMBAHASAN. menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA MTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat teratas dan sebagai penyebab kematian tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya mengalami periode menstruasi atau haid. Menstruasi adalah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri haid (dismenorhea) atau nyeri menstruasi adalah karakteristik nyeri yang terjadi sebelum atau selama menstruasi. Terjadi pada hari pertama sampai beberapa hari selama menstruasi. Rasa nyeri pada saat menstruasi tentu saja sangat menyiksa bagi wanita. Sakit menusuk, nyeri yang hebat di sekitar bagian perut bawah sering dialami ketika haid menyerang. Kadang-kadang perempuan membungkukkan tubuh atau merangkak lantaran tidak mampu menahan rasa nyeri bahkan ada yang sampai berguling-guling di tempat tidur. Hal ini sangat mengganggu aktifitas perempuan sehari-hari dan dapat berdampak pada turunnya produktivitas kerja (Eka. 2013). Dismenore sering kali terjadi pada usia remaja. Remaja sering mengalami dismenore dikarenakan beberapa faktor resiko. Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya dismenore primer, salah satunya yaitu pola makan. Pola makan yang sering menimbulkan dismenore adalah pola makan konsumsi makanan cepat saji atau fast food (Vivi, 2015). Konsumsi fast food atau cepat saji sudah menjadi bagian dari gaya hidup pada masyarakat Indonesia, khususnya remaja. Fast food atau makanan siap saji dapat diartikan sebagai makanan yang dapat disiapkan dan disajikan dengan cepat. Fast food sering kali mengacu pada makanan di Amerika serikat yang berisikan kentang goreng, burger, dan soft drink (Alamsyah, 2009). 1

2 Tempat-tempat makanan cepat saji pada saat ini tidak hanya terletak di pertokoan, mall atau plaza, tetapi sudah mulai ada di dekat sekolah-sekolah, terutama sekolah-sekolah favorit. Sehingga tidak heran bila konsumsi makanan cepat saji dikalangan anak-anak dan remaja terus saja meningkat ( Vivi, 2015 ). Dibuktikan pada survey Nilsen (2008) bahwa 69% masyarakat Indonesia mengonsumsi makanan cepat saji, sedangkan penelitian Heryanti (2009) bahwa golongan pelajar di Indonesia mengonsumsi fast food sebesar 83%.( Hanum, dkk. 2015) menjelaskan bahwa 12 dari 15 responden mengonsumsi fast food setiap harinya dengan presentase 80 %. Fujiwara Nakata (2004) menyebutkan bahwa dari kebiasaan makanan cepat saji atau fast food dapat berpengaruh pada gaya hidup dan dapat membuat gangguan ginekologi seperti dismenore dan haid tidak teratur. Fast food memiliki kandungan asam lemak trans yang didapat dari tehnik memasaknya. Kandungan asam lemak trans dapat memicu prostaglandin untuk berkontraksi lebih keras sehingga akan terjadi dismenore. Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar. Lebih dari 50% perempuan di setiap Negara mengalami nyeri menstruasi. Di Amerika angka persentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%, sementara data di Indonesia angka kejadian dismenorea sebesar 64,25 % yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36 % dismenore sekunder (Ani Try 2014). Di Surabaya didapatkan 1,07% - 1,31% dari jumlah penderitanyeri menstruasi datang kebagian kebidanan (Amaliyah. M dan Arifah (2012). Di Ponorogo belum ada angka yang pasti mengenai jumlah penderita dismenore. Namun, telah dilakukan cukup banyak penelitian untuk mengetahui prevalensi

3 kejadian dismenore di Ponorogo. Peneliti yang dilakukan di SMP 2 N Ponorogo bahwa dari 49 responden, didapatkan nyeri ringan 31 responden (63,2%), nyeri sedang 15 responden (30,6%) dan nyeri berat 3 responden (6,2%). Dari studi pendahuluan di SMP N 1 Ponorogo didaptakan 10 responden, 7 dari 10 responden mengalami nyeri haid saat menstruasi. Nyeri karena haid (dismenorhea) biasa terjadi pada hari pertama sampai beberapa hari selama menstruasi. Hal ini menyebabkan lebih dari 50% wanita tidak mampu beraktifitas selama 1-3 hari ditiap bulannya. Hal ini didukung dengan data absensi pada wanita dewasa saat sekolah akibat dismenore mencapai 25% (Suhartatik, 2008). Nyeri haid (dismenore) dibagi menjadi dua bentuk yaitu nyeri haid primer dan sekunder. Dismenore primer adalah nyeri haid tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih. Rasa nyeri timbul pada pada hari pertama atau kedua dari menstruasi. Sedangkan dismenore sekunder terjadi karena adanya kelainan pada organ dalam rongga pelvis. Kelainan ini dapat timbul setiap saat dalam perjalanan hidup wanita, contohnya pada wanita dengan endometriotis atau penyakit peradangan pelvic, tumor atau polip yang berada didalam rahim ( Smeltzer, 2002). Dismenore dibagi menjadi tiga tingkat keparahan yaitu, dismenore ringan, dismenore sedang dan dismenore berat. Dikatakan dismenore ringan bila nyeri dapat ditolerir dan dapat melanjutkan aktivitas, ini terdapat pada skala nyeri 1-4. Untuk dismenore sedang seseorang mulai merespon nyerinya dan mulai memerlukan obat penghilang rasa sakit, dismenore sedang berada pada skala

4 5-6. Sedangkan dismenore berat seseorang tidak mampu lagi melakukan pekerjaan dan perlu istirahat beberapa hari, ini terdapat pada skala nyeri 7-10 (Astrid Rakhma, 2012). Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya dismenore primer, diantaranya yaitu : usia, usia menarche dini, lama menstruasi, riwayat keluarga, status gizi, kebiasaan olahraga dan diet atau pola makan makanan fast food (Vivi, 2015). Makanan cepat saji (fast food) memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Salah satu kelebihannya yaitu praktis dan mudah di dapat. Namun ada kerugian terbesar dari fast food yaitu, efek buruk yang ditimbulkan pada kesehatan seseorang. Ini adalah fakta bahwa fast food lebih tidak sehat daripada makanan rumahan, karena mengandung jumlah kalori yang lebih tinggi daripada nutrisi yang tidak diinginkan seperti garam, jenis lemak dan berbagai zat aditif (bahan kimia buatan) (Ina Maria, 2011). Kebanyakan dari makanan-maknanan fast food tinggi kandungan lemak jenuh yang tidak baik bagi kesehatan. Salah satu penyebab bahaya dari makanan fast food adalah proses memasaknya. Dimana tehnik memasak yang digunakan adalah deep-frying. Deep frying adalah proses dimana makanan dimasukkan kedalam minyak panas dengan suhu 400 F (Smith, 2012). Makanan yang diolah dengan proses deep-frying mengandung banyak asam lemak trans ( Schmidt, 2007). Lemak trans atau sering disebut juga dengan Trans Fatty Acid (TFA) merupakan salah satu sumber radikal bebas (Messier, 2009). Salah satu efek dari radikal bebas adalah kerusakan membran. Membran sel memiliki beberapa komponen, salah satunya adalah fosfolipid (Campbell dan Reece, 2010 dalam Vivi (2015)).

5 Salah satu fungsi fosfolipid adalah sebagai penyedia asam arakidonat yang akan disintesis menjadi prostaglandin (Satyanarayana, 2014). Prostaglandin berfungsi membantu rahim berkontraksi dan mengeluarkan lapisan rahim selama periode menstruasi. Pada wanita yang mengalami nyeri haid atau dismenore ada penumpukan prostaglandin dalam jumlah yang terlalu banyak, atau rahim ekstra sensitif terhadap prostaglandin. Hal ini dapat menyebabkan rahim berkontraksi lebih keras. Sehingga jika tubuh semakin banyak mengonsumsi makanan cepat saji (fast food), maka akan semakin banyak prostglandin di dalam tubuh yang akan menyebabkan terjadinya dismenore (Vivi. 2015). Besarnya angka kesakitan dismenore yang telah dijelaskan sebelumnya maka, cara yang paling sederhana adalah menghindari untuk mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) yang dapat meningkatkan pelepasan prostaglandin atau atasi dengan obat-obatan. Bila juga tidak teratasi harus dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti USG untuk melihat apakah ada kista ovarium ataupun laparoskopi untuk melihat endometriosis. (Devi, 2013) Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan kejadian dismenore pada remaja di SMP N 1 Ponorogo. Pemilihan populasi di SMP N 1 Ponorogo ini karena lokasi sekolahan yang dekat dengan jalan raya dan banyak pedagang makanan cepat saji (fast food) yang berjualan didepan dan area sekitar sekolahan. Sehingga banyak siswa yang cenderung mengonsumsi makanan cepat saji (fast food).

6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan mengonsumsi makanan cepat saji dengan kejadian dismenore pada remaja? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui apakah ada hubungan mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan kejadian dismenore pada remaja putri di SMP N 1 Ponorogo? 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) remaja putri di SMP N 1 Ponorogo. b. Mengetahui gambaran kejadian dismenore pada remaja putri di SMP N 1 Ponorogo. c. Mengetahui hubungan mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan kejadian dismenore primer pada remaja putrid di SMP N 1 Ponorogo. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat menjelaskan tentang hubungan mengonsumsi makanan cepat saji ( fast food) dengan kejadian dismenore primer pada remaja putri. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan ilmu reproduksi yang berhubungan dengan disminore.

7 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Profesi Keperawatan Dapat digunakan sebagai masukan untuk bahan referensi untuk memeberikan informasi atau penyuluhan mengenai hubungan mengonsumsi makanan sepat saji (fast food) dengan kejadian dismenore 2. Bagi institusi pendidikan Dapat digunakan sebagai salah satu sumber referensi dan untuk menambah keragaman hasil penelitian dalam dunia kesehatan. 3. Bagi Remaja Putri Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan salah satu acuan yang dapat membantu meminimalkan kejadian dismenore dengan tidak mengonsumsi fast food. 1.5 Keaslian Penelitian 1. Purushottam Pramanik & Arunima Dhar dalam Penelitiannya yang berjudul Impact Of Fast food On Menstrual Health Of School Going Adolescent Girsl In West Bengal, Eastern India ( 2014) dengan studi cross sectional didapatkan dari total sampel sebanyak 130 sampel mengonsumsi fast food sebanyak 7 hari dalam seminggu dan 83% diantaranya mengalami dismenore. Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna antara kebiasaan mengonsumsi fast food dengan disminore dengan nilai p<0,001. Persamaan dengan penelitian ini samasama meneliti hubungan mengonsumsi makanan cepat saji (fast food)

8 dengan kejadian dismenore. Sedangkan perbedaanya terletak pada variabel yang berbeda dan metode yang digunakan menggunakan desain korelasi. 2. Jasjit Kaur Randhawa,Kapila Mahaja,dkk. dalam penelitian yang berjudul Effect of Dietery Habits and Socio-economic Status on Menstrual Disorders among Young Female (2016) dengan metode penelitian cross sectional didapatakan 93% responden mengonsumsi fast food dan berpengaruh pada gangguan menstruasi yaitu dismenore. Persamaan dengan penelitian ini sama-sama meneliti hubungan mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan kejadian dismenore. Sedangkan perbedaanya adalaah penelitian yang sudah dilakukan menggunkan metode cross sectional yang menghubungakn fast food dengan dismenore, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan desain korelasi. 3. Pada penelitian Magista Vivi Anisa tahun 2015 yang berjudul Hubungan status gizi, menarche dini, dan perilaku mengonsumsi makanan cepat saji ( fast food) dengan kejadian dismenore primer pada sisiwi SMAN 13 Bandar Lampung dengan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dari total sampling yaitu 180 orang responden. Responden mengalami dismenore primer sebesar 90,6%. Responden dengan status gizi normal sebesar 83,9%, status gizi gemuk sebesar 11,7% dan status gizi kurus sebesar 4,4%. Responden yang mengalami menarche dini sebesar 1,1%. Responden yang sering mengonsumsi makanan cepat saji sebesar 83,3%. Pada penelitian ini ada hubungan yang bermakna antara mengonsumsi makanan cepat saji dan dismenore primer didapatkan nilai p = 0,010. Persamaan dengan penelitian ini sama-sama meneliti hubungan mengonsumsi

9 makanan cepat saji (fast food) dengan kejadian dismenore. Sedangkan perbedaanya penelitian terdahulu dengan yang sekarang adalah sampel yang diteliti adalah remaja awal (SMP), tempat dan waktu penelitian serta variabel yang diteliti. Metode yang digunakan pada penelitian terlebih dahulu menggunkana obserasi analitik sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan desain korelasi.