UNESA Journal of Chemistry Vol.3, No.2, May 2014

dokumen-dokumen yang mirip
Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

PENGGUNAAN STARTER BIJI KEFIR DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA PADA SUSU SAPI TERHADAP ph DAN KADAR ASAM LAKTAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian bertempat di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan susu dengan bantuan mikroba untuk menghasilkan berbagai produk

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan produk pangan menggunakan bahan baku kacang-kacangan

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

PENAMBAHAN GULA KELAPA DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP KUALITAS SUSU FERMENTASI KACANG MERAH. ( Phaseolus vulgaris L.)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIS MEKANIS BAHAN PENGEMAS B. KARAKTERISASI AWAL YOGURT KACANG HIJAU

PEMBUATAN YOGHURT SUSU SAPI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DALAM PLAIN YOGHURT MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

Pengaruh waktu dan Nutrien dalam pembuatan yoghurt dari susu dengan starter plain Lactobacillus Bulgaricus menggunakan alat fermentor

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembuatan starter di pondok pesantren pertanian Darul Fallah

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN DINGIN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN MIKROBIOLOGIS KEFIR DENGAN PENAMBAHAN BUBUR STRAWBERRY SKRIPSI

Pengaruh suhu dan lama pemeraman pada inkubator terhadap kualitas fisik kefir

Susu Fermentasi dan Yogurt

I. PENDAHULUAN. yang jumlah strainnya sangat banyak, serta mengandung alkohol 0,5-1,0% dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

Inovasi Olahan dan Limbah Meningkatkan SDM dan Ekonomi Petani

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

APLIKASI PENAMBAHAN KONSENTRASI SUSU SKIM TERHADAP KEFIR SUSU KEDELAI (Glycine Max Semen)

BAB V RANCANGAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, lokasi, dan waktu penelitian 1. Materi penelitian 1.1. Alat

Fani Aulia Rahmah Penguji : Ir. Neneng Suliasih, MP

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian

TEKNOLOGI FERMENTASI PANGAN. Agroindustrial Departement, Faculty of Agricultural Technology, Brawijaya University

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan nama sapi Grati. Bentuk dan sifat sapi PFH sebagian besar

VARIASI PENAMBAHAN SUSU SKIM TERHADAP MUTU COCOGHURT MENGGUNAKAN Enterococcus faecalis UP 11 YANG DIISOLASI DARI TEMPOYAK. Riau.

KAJIAN PROPORSI SARI NANAS DAN KONSENTRASI STARTER TERHADAP SIFAT KIMIA DAN MIKROBIOLOGIS KEFIR NANAS SKRIPSI

KAJIAN PROPORSI SARI NANAS DAN KONSENTRASI STARTER TERHADAP SIFAT KIMIA DAN ORGANOLEPTIK KEFIR NANAS

BAB III METODE PENELITIAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan susu segar sebagai bahan dasarnya, karena total padatan

III. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Teknobiologi Pangan dan

I. PENDAHULUAN. Pampekan, merupakan kerabat dekat durian yaitu masuk dalam genus Durio.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat pada susu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

SUSU FERMENTASI BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

PENGARUH KONSENTRASI STARTER TERHADAP KUALITAS KEFIR SUSU SAPI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI PENURUN KADAR KOLESTEROL DARAH MENCIT (Mus musculus)

STUDI PEMANFAATAN KULIT CEMPEDAK DALAM PEMBUATAN MANDAI STUDY ON MAKING USE OF SKIN CEMPEDAK MANDAI

FORMULASI KEFIR SARI KECAMBAH KACANG HIJAU (Vigna radiata) DENGAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP MUTU MINUMAN FERBEET (Fermented Beetroot) SKRIPSI. Oleh :

I. PENDAHULUAN. berbagai macam variasi, baik warna, bahan baku, maupun flavor. Bahan utama

KUALITAS PERMEN JELI DENGAN VARIASI JENIS KEFIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Susu Kambing. Dipasteurisasi 70 o C. Didinginkan 40 o C. Diinokulasi. Diinkubasi (sampai menggumpal) Yoghurt.

Kata kunci: Waktu fermentasi, kultur starter, Lactobacillus plantarum B1765, mutu mikrobiologi, mutu kimia, mutu organoleptik, bekasam.

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan Yoghurt Page 1

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian, (3) Prosedur Penelitian, dan (4) Jadwal Penelitian

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN

The Study of Catfish (Pangasius hypophthalmus) Freshness by Handling with Different Systems By Yogi Friski 1 N. Ira Sari 2 and Suparmi 2 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MUTU SENSORI SUSU FERMENTASI PROBIOTIK SELAMA PROSES FERMENTASI MENGGUNAKAN Lactobacillus casei subsp. casei R-68

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

JUMLAH BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL), MIKROBA, DAN KADAR AIR KEFIR SUSU KAMBING DENGAN KONSENTRASI BIJI KEFIR DAN WAKTU FERMENTASI BERBEDA

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN LAMA PEMYIMPANAN TERHADAP KUALITAS FISIK SUSU FERMENTASI

ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI GLUKOSA PADA SOYGURT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental yang dilakukan untuk

PENAMBAHAN MADU BUNGA KOPI (Coffea sp.) TERHADAP KUALITAS KEFIR DITINJAU DARI KARAKTERISTIK MIKROBIOLOGI

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Sifat Fisik dan Kimiawi Susu Kambing Segar

Peranan Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus dalam Proses Pembuatan Yogurt : Suatu Review

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN GARAM DAN SUHU FERMENTASI TERHADAP MUTU KIMCHI LOBAK

Pengaruh Kombinasi Susu dengan Air Kelapa

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT. berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 168. bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesunguhnya, setan

BAB V METODOLOGI. 5.1 Bahan dan Alat yang Digunakan dan Tahapan-tahapan dalam Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

bulan Februari 2017, sedangkan penelitian utama dilaksanakan bulan April hingga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cheddar digunakan peralatan

BAB I PENDAHULUAN. yang aman dan beberapa spesies digunakan sebagai terapi dalam proses

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

Transkripsi:

PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN KONSENTRASI BIBIT KEFIR TERHADAP MUTU KEFIR SUSU SAPI THE EFFECT OF FERMENTATION AND CONCENTRATION OF KEFIR GRAINS OF QUALITY OF COW S MILK KEFIR Nuril Hafidzoh Yusriyah* dan Rudiana Agustini Departement of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural sciences State University of Surabaya Jl. Ketintang Surabaya (60231), Telp. 031-8298761 *Corresponding author, email: nurilhafidzoh@ymail.com Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu fermentasi dan konsentrasi bibit kefir terhadap mutu kimia, mutu mikrobiologi, dan organoleptik dari kefir susu sapi. Fermentasi dilakukan pada waktu fermentasi 24 jam, 48 jam, dan 72 jam, serta konsentrasi 1%, 3%, dan 5% (b/v). Mutu kimia yang diuji pada penelitian ini meliputi ph, total asam, jumlah degradasi protein, dan kadar alkohol. Mutu mikrobiologi yang diteliti meliputi jumlah bakteri asam laktat dan mutu organoleptik yang diteliti meliputi rasa, aroma, warna, dan kekentalan kefir susu sapi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu fermentasi dan konsentrasi bibit kefir berpengaruh sangat nyata (P<0,05) terhadap mutu kimia, mikrobiologi, dan organoleptik. ph terendah diperoleh pada fermentasi 72 jam dengan konsentrasi 5%, kadar asam tertinggi pada fermentasi 48 jam dengan konsentrasi 5%, jumlah degradasi protein tertinggi diperoleh pada fermentasi 72 jam dengan fermentasi 5%, dan kadar alkohol tertinggi diperoleh pada fermentasi 24 jam dengan konsentrasi 5%. Pada pengujian mutu mikrobiologi, total BAL tertinggi sebesar 2,4 x 10 7 CFU/g pada jam ke-24 dengan konsentrasi 5%. Rasa dan kekentalan kefir susu sapi yang paling disukai adalah dari kefir yang dibuat dengan waktu fermentasi 24 jam dan konsentrasi 3%. Sedangkan warna dan aroma kefir susu sapi yang paling disukai adalah dari kefir yang dibuat dengan waktu fermentasi 24 jam dan konsentrasi 1%. Kata Kunci: kefir, starter bibit kefir Abstract. This study aims to determine the effect of fermentation time and concentration on the quality of kefir seeds microbiological, chemical, and organoleptic characteristics of milk kefir. Fermentation is done at the time of fermentation 24 hours, 48 hours, and 72 hours, and the concentration of 1 %, 3 %, and 5 %. The results showed that the fermentation time and the concentration of kefir grains was highly significant ( P < 0.05 ) on the quality of chemical, microbiological and organoleptic. In the microbiological quality testing, the highest total BAL by 2,4 x 10 7 CFU/g at the 24th hour with a concentration of 5 %. Chemical quality tested in this study include ph, total acid the amount of degradation of proteins, and alcohol content. lowest ph was obtained at 72 hours of fermentation with a concentration of 5 %, the highest acid levels at 48 hours of fermentation at a concentration of 5 %, the highest amount of protein degradation was obtained at 72 hours of fermentation the fermentation of 5%, and the highest alcohol content was obtained at 24 hours of fermentation at a concentration of 5 %. Taste and viscosity of cow's milk kefir is the most preferred of kefir made with 24 hours of fermentation time and the concentration of 3 %. While the color and aroma of cow's milk kefir is the most preferred of kefir made with a fermentation time of 24 hours and a concentration of 1 %. Keywords: kefir, starter kefir grains PENDAHULUAN Susu memiliki nilai gizi yang sangat baik, namun tidak semua orang dapat menikmati susu dengan tanpa masalah. Bagi beberapa orang, susu dapat menyebabkan terjadinya lactose intolerance dan protein intolerance. Permasalahan lain yang ada pada susu sapi segar adalah sangat mudah rusak. Maka diperlukan teknik pengolahan. Salah satu upaya pengolahan susu yang sangat prospektif adalah dengan fermentasi susu. Salah satu produk olahan hasil fermentasi susu adalah kefir. Kefir adalah produk fermentasi susu yang mempunyai rasa khas (asam dan beralkohol) dan belum banyak dikenal di masyarakat, namun kefir mempunyai beberapa manfaat diantaranya sebagai probiotik yang dapat menekan pertumbuhan bakteri penyebab penyakit saluran pencernaan, karena bakteri asam laktat memproduksi senyawa antimikroba, antara lain bakteriosin, hidrogen peroksida, dan berbagai antibiotik[1]. 53

Standar CODEX No. 243 menyatakan bahwa bibit kefir mengandung Lactobacillus kefiri, spesies dari genus Leuconostoc, Lactococcus dan Acetobacter. Bibit kefir juga mengandung khamir yang dapat memfermentasi laktosa yaitu Kluyveromyces marxianus maupun yang tidak dapat memfermentasi laktosa yaitu Saccaromyces unisporus, Saccaromyces cerevisiae dan Saccaromyces exiguus. Komponen dan komposisi kimia kefir bervariasi, diantaranya dipengaruhi oleh jenis mikroba starter, suhu dan lama fermentasi, serta bahan baku yang digunakan[2]. Di Sidoarjo, terdapat home industry yang memproduksi kefir dengan menggunakan starter biji kefir yang belum diketahui banyak bakteri asam laktat yang berperan, konsentrasi bibit kefir, dan lama fermentasi dalam pembuatan kefir sehingga dihasilkan kefir dengan mutu kimia, mutu mikrobiologi, dan mutu organoleptik yang optimal. Jadi dapat dikatakan bahwa belum ada standarisasi proses dan mutu yang diterapkan pada pembuatan kefir tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh variasi lama fermentasi dan konsentrasi bibit kefir yang optimal pada fermentasi kefir susu sapi untuk menghasilkan kefir susu sapi dengan mutu kimia, mutu mikrobiologi, serta mutu organoleptik yang optimal. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen menggunakan desain Factorial Design. Teknik pengumpulan data diantaranya adalah, mutu kimia meliputi ph, total asam, jumlah degradasi protein, dan kadar alkohol, mutu mikrobiologi meliputi jumlah BAL, serta mutu organoleptik meliputi rasa, warna, aroma, dan kekentalan. Hasil penelitian uji mutu mikrobiologi dan mutu kimia dianalisis menggunakan analisis statistik anava dua arah, sedangkan hasil uji mutu organoleptik dianalisis menggunakan analisis statistik friedman. Alat. Sendok, tabung reaksi, wadah plastik, gelas kimia, labu ukur, cawan petri, panci, alat pemanas, gelas ukur, spatula, pipet ukur, erlenmeyer, kertas saring, timbangan, botol, lemari pendingin, termometer, ph meter, mikropipet, aluminium foil, kapas dan kasa, autoklaf, inkubator, Spektrofotometer UV. Bahan. MRS (deman Rogosa Sharpe Agar), formaldehid, CaCO 3, aquades, K 2 Cr 2 O 7, NaOH 0.1N, indikator PP, NaCl, H 2 SO 4, etanol p.a. Prosedur Penelitian Tahap pembuatan kefir susu sapi Pasteurisasi susu sapi segar sebanyak 200 ml pada suhu 70-85 o C. Pasteurisasi susu sapi untuk membunuh bakteri patogen dan mempersiapkan susu sapi sebagai media pertumbuhan bibit kefir. Kemudian suhu diturunkan hingga 30 o C yang merupakan suhu optimum pertumbuhan bibit kefir[3] dan susu diaduk. Setelah itu diberi grains (bibit kefir) dan proses fermentasi. Langkah selanjutnya yaitu penyaringan bibit kefir. Tahap penelitian utama Pada tahap ini dilakukan pengujian mutu kefir dengan waktu fermentasi dan konsentrasi starter yang berbeda. Pengujian dialkukan setiap 24 jam sekali yaitu mulai dari jam ke 24, 48, dan 72 yang meliputi uji mutu mikrobiologi, mutu kimia, dan mutu organoleptik. Uji mutu mikrobiologi meliputi jumlah bakteri asam laktat. Metode yang digunakan adalah metode pour plate. Media yang digunakan untuk analisis jumlah bakteri asam laktat adalah media MRS. Uji mutu kimia meliputi nilai ph, total asam, jumlah degradasi protein, dan kadar alkohol. Pengujian ph menggunakan metode ph meter, total asam menggunakan metode titrasi asam basa, jumlah degradasi protein menggunakan titrasi formol, dan kadar alkohol menggunakan metode oksidasi kalium dikromat. Uji mutu organoleptik menggunakan metode hedonic dengan skala 1-5 yang berupa angket. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis mutu kimia ph. Hasil statistik uji ph menunjukkan bahwa waktu fermentasi dan konsentrasi starter berpengaruh terhadap ph dengan p<0,05. Perubahan ph dapat dilihat pada Gambar 1 berikut: Gambar 1. Diagram nilai ph pada kefir susu sapi. Gambar 1 menunjukkan bahwa pada fermentasi 24 jam dengan pemberian starter bibit kefir dengan konsentrasi yang berbeda menunjukkan penurunan ph secara signifikan. Pada fermentasi dengan konsentrasi 1% diperoleh ph 5,40, konsentrasi 3% menjadi 5,22, dan pada konsentrasi 5% diperoleh ph 5,10. ph terus menuru hingga pada fermentasi 72 jam dengan konsentrasi 5% yaitu sebesar 3,80. Penurunan ph pada masing-masing proses fermentasi ini terjadi seiring dengan bertambahnya bakteri asam laktat, hal ini sesuai dengan peran bakteri asam laktat 54

dalam menguraikan laktosa menjadi asam laktat dan asam organik lainnya[4]. Total asam. Hasil statistik total asam menunjukkan bahwa waktu fermentasi dan konsentrasi bibit kefir berpengaruh terhadap total asam dengan p<0,05. Perubahan total asam dapat dilihat pada Gambar 2 berikut: Gambar 2. Diagram total asam pada kefir susu sapi. Gambar di atas menunjukkan bahwa total asam pada setiap fementasi semakin meningkat. Semakin lama waktu fermentasi dan semakin tinggi konsentrasi bibit kefir yang ditambahkan maka semakin banyak pula asam yang dihasilkan pada fermentasi tersebut. Hal ini dikarenakan adanya aktivitas bakteri asam laktat dalam merombak laktosa. Perombakan laktosa menjadi asam laktat oleh bakteri homofermentatif seperti Streptococcus dan beberapa spesies Lactobacillus terjadi melalui proses glikolisis (jalur Embden-Mayerhoff-Parnass) yaitu pengubahan laktosa menjadi asam piruvat dan kemudian baru dipecah menjadi asam laktat[5]. Bakteri homofermentatif menghasilkan lebih dari 85% asam laktat sebagai produk metabolitnya, sehingga asam laktat yang dihasilkan mampu memberikan kondisi asam[6]. Degradasi protein. Hasil statistik degradasi protein menunjukkan bahwa waktu fermentasi dan konsentrasi bibit kefir berpengaruh terhadap degradasi protein dengan p<0,05. Perubahan degradasi protein dapat dilihat pada Gambar 3 berikut: Gambar 3. Grafik jumlah degradasi protein pada proses fermentasi kefir susu sapi Gambar 3 menunjukkan bahwa pada fermentasi 24 jam dengan konsentrasi 1% diperoleh jumlah degradasi proteolitik sebesar 5,23%. Pada konsentrasi 3% diperoleh degradasi proteolitik sebesar 5,84%. Pada konsentrasi 5% diperoleh degradasi proteolitik sebesar 6,46%. Peningkatan ini terus berlanjut hingga fermentasi 72 jam dengan konsentrasi 5% yaitu sebesar 8,00%. Banyaknya jumlah degradasi proteolitik dalam proses fermentasi dengan waktu fermentasi dan penambahan konsentrasi starter yang berbeda diduga karena adanya sistem enzim proteolitik dari bakteri asam laktat yang mampu mendegradasi protein susu menjadi protein-protein terlarut, peptida-peptida, maupun asam-asam amino. Kadar alkohol. Hasil statistik uji kadar alkohol menunjukkan bahwa waktu fermentasi dan konsentrasi bibit kefir berpengaruh terhadap kadar alkohol dengan p<0,05. Perubahan kadar alkohol dapat dilihat pada Gambar 4 berikut: Gambar 4. Diagram kadar alkohol pada kefir susu sapi Gambar 4 menunjukkan bahwa pada fermentasi kefir susu sapi kadar alkohol cenderung menurun. Kefir dengan pemberian konsentrasi starter 1% pada fermentasi 24 jam diperoleh alkohol sebanyak 10,404 mg/ml, fermentasi 48 jam sebanyak 7,913, sedangkan pada fermentasi 72 jam diperoleh alkohol sebanyak 6,777. Penurunan ini terjadi serupa dengan konsentrasi starter 3% maupun 5%. Khamir akan memecah gula sederhana menjadi alkohol dan karbondioksida. Dalam pembentukkan etanol/alkohol, mula-mula terjadi pemecahan glukosa menjadi asam piruvat. Asam piruvat mengalami dekarboksilasi menjadi acetaldehida[7]. Acetaldehida tereduksi menjadi etanol. Khamir merupakan mikroorganisme heterofermentatif, yaitu mampu mengubah substrat menghasilkan lebih dari satu senyawa. Hal ini diduga, pada waktu fermentasi 24 jam dan 72 jam, kandungan total asam yang tinggi dari Lactobacccillus bulgaricus akan menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang melakukan proses fermentasi termasuk khamir Candida kefir. Dengan demikian Candida kefir tidak dapat memecah substrat seperti pada awal fermentasi, sehingga kemampuan 55

Candida kefir untuk menghasilkan alkohol mulai menurun pada waktu fermentasi 24 jam hingga 72 jam. Analisis mutu mikrobiologi Analisis yang dilakukan meliputi jumlah bakteri asam laktat. Analisis statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh antara waktu fermentasi dan konsentrasi bibit kefir terhadap jumlah BAL dengan nilai p<0,05. Jumlah bakteri asam laktat. Pertumbuhan bakteri asam laktat dapat dilihat pada Gambar 5 berikut: Gambar 5. Diagram jumlah bakteri asam laktat kefir susu sapi Gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah bakteri asam laktat meningkat pada saat fermentasi 48 jam dan menurun pada saat fermentasi 72 jam. Jumlah bakteri asam laktat tertinggi yaitu pada saat fermentasi 48 jam dengan konsentrasi starter bibit kefir 5% yaitu sebesar 2,4x10 7 CFU/g, sedangkan jumlah bakteri asam laktat terendah terdapat pada saat fermentasi 24 jam dengan konsentrasi starter bibit kefir 3% yaitu sebesar 1,3x10 7 CFU/g. Peningkatan bakteri asam laktat pada fermentasi ini diduga karena semakin banyak starter yang ditambahkan maka semakin banyak bakteri yang terdapat pada kefir. Semakin banyak biji kefir yang ditambahkan maka semakin banyak mikroba dalam bibit kefir tersebut. Penurunan jumlah bakteri asam laktat pada fermentasi dengan waktu fermentasi 72 jam diduga karena bakteri asam laktat sudah mengalami fase kematian, sehingga jumlahnya mengalami penurunan. Analisis Mutu Organoleptik Rasa. Skor tekstur tertinggi pada kefir susu sapi diperoleh pada jam ke-24 dengan konsentrasi 3% dengan skor 3,30. Dalam hal ini asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat berperan penting dalam menghasilkan asam laktat dan komponen flavor, sedangkan ragi pada kefir menghasilkan karbondioksida dan alkohol. Itulah sebabnya rasa kefir asam dan terdapat rasa alkohol serta soda. Kombinasi alkohol dengan karbondioksida menghasilkan buih. Aroma. Skor aroma tertinggi pada kefir diperoleh pada fermentasi 24 jam dengan konsentrasi 1% dengan skor yang lebih tinggi yaitu 3,5. Hal ini menunjukkan bahwa fermentasi tersebut mampu memperoleh aroma yang lebih cepat dan lebih baik. Aroma dihasilkan dari terbentuknya senyawa asam hasil fermentasi asam laktat. Bakteri asam laktat yang berperan pada kefir susu sapi diduga tidak hanya bakteri asam laktat homofermentatif, tetapi bakteri asam laktat heterofermentatif juga ikut berperan, sehingga tidak hanya asam laktat yang dihasilkan, melainkan senyawa atau gas-gas lain juga dihasilkan sebagai hasil fermentasi. Disamping itu, fermentasi kefir menghasilkan asam yang sangat tinggi sehingga dapat menekan pertumbuhan bakteri pembusuk dan aroma yang dihasilkan juga tidak busuk. Warna. Hasil penelitian menunjukkan nilai mean rank menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi uji warna diperoleh pada fermentasi dengan waktu fermentasi 24 jam dan penambahan starter bibit kefir sebesar 1%. Kefir pada fermentasi 24 jam dan konsentrasi starter 1% ini memiliki warna yang baik yaitu putih krem sehingga banyak panelis yang menyukai kefir ini. Sedangkan kefir yang memiliki nilai terendah yaitu pada fermentasi 48 jam dengan konsentrasi 3%, kebanyakan panelis tidak menyukai diduga karena warnanya terlalu krem. Kekentalan. Hasil penelitian menunjukkan nilai mean rank menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi uji kekentalan diperoleh pada fermentasi dengan waktu fermentasi 24 jam dan penambahan starter bibit kefir sebesar 3%. Hal ini diduga disebabkan karena kecepatan proses fermentasi yang berbeda sehingga kecepatan proses koagulasi protein juga berbeda. Pada fermentasi 24 jam dengan konsentrasi starter 3% mampu memperoleh kekentalan yang lebih cepat dan lebih baik daripada fermentasi yang lainnya. PENUTUP Simpulan 1. Waktu fermentasi dan konsentrasi starter bibit kefir berpengaruh terhadap mutu mikrobiologi dari kefir susu sapi. Pada pengujian mutu mikrobiologi, fermentasi 48 jam dengan konsentrasi bibit kefir 5% menghasilkan jumlah BAL yang tertinggi, yaitu sebesar 2,4x10 7 log CFU/g. 2. Waktu fermentasi dan konsentrasi starter bibit kefir berpengaruh terhadap mutu kimia dari kefir susu sapi. Pada pengujian mutu kimia, fermentasi dengan pemberian starter bibit kefir dengan konsentrasi berbeda menghasilkan rataan ph sebesar 4,43, menghasilkan total asam maksimal sebesar 2,178% pada fermentasi 48 jam dan konsentrasi starter bibit kefir 5%, menghasilkan jumlah degradasi protein 56

sebesar 8,00% pada fermentasi 72 jam dan konsentrasi starter bibit kefir sebesar 5%, dan menghasilkan kadar alkohol tertinggi pada fermentasi 24 jam dengan konsentrasi 5% yaitu sebesar 15,607%. 3. Waktu fermentasi dan konsentrasi starter bibit kefir berpengaruh terhadap mutu organoleptik dari kefir susu sapi. Rasa dan kekentalan kefir susu sapi yang paling disukai adalah dari kefir yang dibuat dengan waktu fermentasi 24 jam dan konsentrasi 3%. Sedangkan warna dan aroma kefir susu sapi yang paling disukai adalah dari kefir yang dibuat dengan waktu fermentasi 24 jam dan konsentrasi 1%. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang jenis antimikroba yang berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escheria Coli baik selama proses fermentasi maupun pasca fermentasi kefir susu sapi. DAFTAR PUSTAKA 1. Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB 2. Sudono dan Usmiati. 2004. Pengaruh Starter Kombinasi Bakteri dan Khamir Terhadap Sifat Fisikokimia dan Sensori Kefir. J.Pascapanen I(I). 12-21. 3. Hanum, G.R. 2010. Pengaruh waktu inkubasi dan jenis inokulum terhadap mutu kefir susu kambing. Skripsi yang tidak dipublikasikan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. 4. Agustina, L., Setyawardani, T., Astuti, T.Y. 2013. Penggunaan Starter Biji Kefir Dengan Konsentrasi Yang Berbeda Pada Susu Sapi Terhadap ph Dan Kadar Asam Laktat. Jurnal Ilmiah Peternakan Vol. I, No. 1. 5. Hofvendahl, K dan B. H. Haegerdal. 2000. Factors affecting the fermentative lactic acid production from renewable resources. Enz. Microb. Technol. 26: 87-107. 6. Surono, I. S. 2004. Probiotik, Susu Fermentasi dan Kesehatan. Yayasan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (YAPMMI). TRICK. Jakarta. 7. Rahman, A., S. Fardiaz, W. P. Rahayu, Suliantari dan C. C. Nurwitri. 1992. Teknologi Fermentasi Susu. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. 57