BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemajuan teknologi dan informasi meningkatkan persaingan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tujuan didirikannya suatu perusahaan umumnya adalah untuk. memperoleh laba, meningkatkan penjualan, memaksimalkan nilai saham, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah memaksimalkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup suatu perusahaan di era globalisasi sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan debt to equity ratio. Rasio ini merupakan rasio hutang yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan bisnis yang ketat. Sehingga setiap perusahaan harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. melimpahkan kepada pihak lain yaitu manajer sehingga menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hal yang penting pada sebagian besar perusahaan besar yakni potensi UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW. maka para investor atau pemilik perusahaan menyerahkan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh sumber dana dan bagaimana mengalokasikan dana tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial

BAB 1 PENDAHULUAN. (principle) bisa mempercayakan dananya kepada profesional (managerial)

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dan menawarkan sahamnya di masyarakat/publik (go public). Perusahan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. melalui Foreign Direct Investment (FDI). Investor menganggap bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perusahaan dicerminkan dari Laporan Keuangan yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder (Brigham. karena pemilik modal memiliki banyak keterbatasan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis dewasa ini cenderung semakin pesat. Tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pihak-pihak yang mendukung perusahaan diantaranya adalah principal dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan global dimulai dengan kasus subprime mortgage dan

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB 1 PENDAHULUAN. optimal bagi perusahaan. Kinerja manajemen dapat tercermin dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. rekayasa, melalui tindakan oportunis manajemen (agent) untuk memaksimumkan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat di era globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang akan dihadapi oleh Indonesia dengan adanya AFTA. AFTA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB I PENDAHULUAN. mahal, hal ini dikarenakan jumlah populasi yang terus meningkat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. industri ini akan memiliki prospek yang baik. Dengan pertimbangan ini, saham di

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Lebih dari 40% di BEI adalah industri manufaktur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tepat, investor akan memperoleh return yang tinggi. Apabila investor ingin

yang diangkat oleh pemegang saham bertindak atas kepentingan pemegang saham.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : Rizka Putri Indahningrum dan Ratih Handayani, (2009)

BAB I PENDAHULUAN. harga saham meningkat berarti nilai perusahaan meningkat dan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimalkan nilai perusahaan. Fama (1987) menyebutkan bahwa nilai perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membutuhkan beberapa teori yang mendasarinya, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tagihan, cicilan hutang berikut bunganya, pajak, dan juga belanja modal (capital

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Makin besarnya bagian kebutuhan dana yang dipenuhi dengan dana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur modal yang optimal merupakan keputusan keuangan yang penting karena mempengaruhi kinerja dan nilai

BAB I PENDAHULUAN. adalah pihak yang menjalankan dan mengendalikan jalannya perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sugiarto 2009). Wild et al (2005) mengatakan perbandingan antara hutang dan modal

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi persaingan yang semakin tajam. Akan tetapi, dalam praktiknya

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan, termasuk sektor ekonomi bisnis di dunia. Perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. kas kepada para pemegang sahamnya (Grinblatt dan Titman, ). Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keberlangsungan perusahaan-perusahaan di Indonesia terlihat tidak

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Hal ini disebabkan semakin banyaknya perusahaan yang berdiri dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan investor terhadap perusahaan yang sudah go

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat.

BAB I PENDAHULUAN. modal sangatlah penting didapatkan dari sumber-sumber keuangan, baik dari

BAB I PENDAHULUAN. melalui kemakmuran pemilik atau pemegang saham. Namun pihak. diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang merupakan organisasi bisnis umumnya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. offline hingga bisnis online. Dalam perkembangan bisnis offline Indonesia bisa

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi kepada para pemengang saham. Setiap perusahaan yang terdaftar di Bursa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini dunia usaha sangat tergantung sekali dengan masalah pendanaan,

BAB I PENDAHULUAN. telah diperoleh. Sumber dana dapat berasal dari dalam (internal) ataupun dari

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai perusahaan akan berkurang (Siallagan dan Machfoedz, 2006). berdampak pada nilai perusahaan (Fama dan French, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pemberian wewenang oleh pemegang saham kepada manajer untuk bekerja demi

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen keuangan dalam sebuah perusahaan bertujuan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan permasalahan yang ada pada penelitian ini. Berikut adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dividen (dividend policy). Keputusan pembagian dividen seringkali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder. Kartika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan dalam menjual saham yaitu untuk mendapatkan

BAB II LANDASAN TEORITIS. pemilik menyewa orang lain (agen) untuk melakukan beberapa jasa demi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kewirausahaan yang memiliki tujuan yang jelas. Terdapat beberapa hal

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus mengikuti perkembangan usahanya. Begitu juga dengan setiap

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi dan informasi meningkatkan persaingan global belakangan ini dan menuntut perusahaan untuk terus mengembangkan inovasi, memperbaiki kinerjanya, dan melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan didirikannya suatu perusahaan umumnya adalah untuk memperoleh laba, meningkatkan nilai perusahaan, dan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Perusahaan yang tidak mampu mempertahankan kinerjanya untuk bersaing, secara perlahan akan tersingkir dari lingkungan industrinya dan mengalami kebangkrutan. Setiap keputusan yang diambil akan berdampak pada keputusan keuangan lainnya yang akan mempengaruhi kinerja keuangan yang ditunjukan dalam laporan keuangan yang dipublikasikan. Laporan keuangan perusahaan digunakan oleh para pemakai laporan keuangan untuk mengukur atau menentukan sejauh mana kualitas perusahaan tersebut dalam meningkatkan kinerja, yang dilihat dari meningkatnya jumlah kekayaan perusahaan. Kinerja perusahaan yang baik 1

2 memperlihatkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aset, modal, maupun hutang. Perusahaan yang ingin tumbuh lebih kompetitif harus didukung dengan sumber daya modal yang memadai. Modal dapat diperoleh dari dua sumber yaitu modal internal yang berasal dari pemegang saham dan dari arus kas bersih dari hasil usaha (free cash flow from operation) dan modal eksternal dengan menerbitkan saham atau berhutang kepada kreditur. Setiap keputusan komposisi modal dalam perusahaan harus dipertimbangkan dengan baik oleh seluruh manajemen perusahaan karena akan mempengaruhi seluruh kegiatan perusahaan seta naik turunnya kinerja perusahaan dan menyangkut risiko yang mungkin akan terjadi dan perusahaan akan menanggung dampak dari keputusan tersebut seperti kebangkrutan. Mondagliani dan Miller (1963) menyatakan bahwa penggunaan utang dalam struktur modal dapat mendatangkan keuntungan bagi perusahaan karena adanya tax shield dari pembayaran bunga utang sehingga hal tersebut akan berdampak pada peningkatan kinerja. Selain itu, utang juga dapat menambah asset perusahaan yang diharapkan dapat profit perusahaan. Disamping itu, semakin banyak utang dapat diartikan bahwa semakin dinilai bagus kinerja perusahaan oleh para kreditor karena kemampuan perusahaan dalam membayar utang. Sehingga perusahaan lebih dipercaya oleh kreditor dalam memberikan pinjaman, karena

3 kemampuan membayar utang yang baik mencerminkan operasional di dalam perusahaan yang baik pula. Calisir et al. (2010) dalam Fachrudin (2011) menemukan bahwa struktur modal berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Pratheepkanh (2011) menemukan bahwa struktur modal berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Perusahaan yang tidak dapat menggunakan utang untuk operasional secara efektif dan efisisen akan menurunkan kinerja. Perusahaan yang sebagian besar pembiayaannya bergantung pada utang mengakibatkan perusahaan membayar jumlah beban bunga utang yang besar. Kim dan Lee (2003) menyatakan bahwa utang berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan saat terjadi krisis. Jumlah utang yang semakin meningkat akan mengancam kelangsungan perusahaan. Utang akan mengakibatkan keadaan dimana perusahaan dekat dengan kebangkrutan. Meningkatnya utang ketika perusahaan dalam keadaan financial distress akan membuat keputusan investasi yang tidak efektif. Hal tersebut ditandai adanya ketidakpastian profitabilitas perusahaan pada masa yang akan datang sehingga menurunkan kinerja perusahaan. Menurut Jensen dan Meckling, (1976), semakin tinggi porsi kepemilikan manajerial yang dimiliki oleh seorang manajer akan mendorong manajer untuk berusaha semaksimal mungkin melakukan tindakan-tindakan yang dapat memaksimalkan kemakmurannya, yang diukur dalam bentuk peningkatan kekayaan perorangan dan fasilitas

4 eksklusif. Sebaliknya apabila manajer tersebut mengurangi hak kepemilikannya dengan menjual sebagian sahamnya ke pihak luar, maka pertentangan perselisihan akan timbul. Manajer tidak akan segigih dahulu untuk memaksimumkan kekayaan perusahaan karena hak atas kekayaan tersebut telah berkurang. Kepemilikan saham oleh manajerial diharapkan dapat memotivasi manajer untuk meiningkatkan kinerja perusahaan, karena semakin besar porsi kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan semakin termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingannya sendiri. Keterlibatan manajer tersebut mendorong manajer untuk bertindak secara hati-hati karena mereka akan turut menanggung konsekuensi atas keputusan yang diambilnya. Selain itu manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya dalam mengelola perusahaan (Sisca Christianty Dewi, 2008:48). Konari Uchida (2006), menemukan bahwa tingkat kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian oleh Wahyudi dan Pawestri (2006) menemukan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sementara itu hasil penelitian dari Tendi Haruman (2008) menyimpulkan bahwa variabel managerial ownership memiliki pengaruh dengan arah hubungan negatif. Hasil ini konsisten dengan penelitian Lemons & Lins (2001), Lins (2002) dan Siallagan dan

5 Machfoedz (2006). Penurunan kinerja ini diakibatkan karena tindakan opportunistic yang dilakukan oleh para pemegang saham manajerial. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan adalah ukuran perusahaan yang diukur dengan total aktiva, apabila perusahaan memiliki total aktiva yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan (maturity) atau well established. Secara umum perusahaan yang mempunyai total aktiva yang relatif besar dapat beroperasi dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang total aktivanya lebih rendah. Oleh karena itu, perusahaan dengan total aktiva yang besar akan lebih mampu untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi (Sembiring, 2008). Sawir (2004:101) menyatakan bahwa terdapat kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return yang membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba yang akan meningkatkan kinerja. Lin (2006) serta Wright et al. (2009) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan besar lebih menjanjikan kinerja yang baik (Lin, 2006). Calisir et al. (2010) juga menemukan pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan sektor teknologi informasi dan komunikasi di Turki. Tetapi Huang (2002) menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan Taiwan yang berada di China. Demikian juga Talebria et al. (2010), tidak menemukan pengaruh

6 ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang terdaftar di Tehran Stock Exchange. Pada perusahaan yang berbentuk perseroaan, biasanya melakukan pemisahan antara pemilik perusahaan dan manajer perusahaan. Pemilik atau pemegang saham adalah pihak yang menyertakan modal dalam perusahaan sebagai principal, sedangkan manajer adalah pihak yang ditunjuk pemilik dan diberi kewenangan mengambil keputusan dalam mengelola perusahaan sebagai agen, dengan harapan manajer bertindak sesuai dengan keinginan pemilik. Jensen dan Meckling (1976), pemisahan fungsi pengelolaan dan fungsi kepemilikan sangat rentan dengan agency conflict (konflik kepentingan). Agency conflict terjadi manakala manajer cenderung membuat keputusan yang menguntungkan dirinya daripada kepentingan pemegang saham (Meckling 1976, Myers 1977). Agency conflict dapat menimbulkan Agency cost (biaya agensi), yaitu berupa pemberian insentif yang layak kepada manajer serta biaya pengawasan untuk mencegah hazard. Agency cost juga berarti penggunaan aliran kas untuk bonus atau pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu yang dilakukan manajer atas free cash flow (aliran kas bebas). Perbedaan konfik kepentingan (confict of interest) menyebabkan munculnya asimetri informasi. Asimetri informasi mencerminkan suatu kondisi dimana informasi yang diperoleh oleh pihak manajemen (agen) sebagai penyedia informasi dengan pihak pemilik (principal) secara umum

7 tidak seimbang. Sedangkan, konflik kepentingan muncul akibat ketidak samaan tujuan, dimana manajemen tidak selalu bertindak sesuai kepentingan pemilik. Lin (2006) meneliti pengaruh Agency cost terhadap ROE. Ditemukan bahwa Agency cost berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE. Demikian juga Wright et al (2009) menemukan bahwa Agency cost berhubungan negatif dengan kinerja perusahaan. Sikap tidak perduli terhadap Agency cost dapat mengurangi pencapaian kompetitif yang berdampak negatif terhadap kinerja. Jansen (1986) memberikan alternatif dalam mengatasi perilaku manajer tersebut dengan menggunakan utang dalam struktur modal perusahaan. Jika perusahaan banyak utang, maka manajer akan dipaksa mengeluarkan aliran kas bebas untuk membayar utang (Jensen, 1986). Mondagliani dan Miller (1963) menyatakan bahwa penggunaan utang dapat mendatangkan keuntungan bagi perusahaan karena adanya tax shield dari pembayaran bunga utang sehingga hal ini akan berdampak pada peningkatan kinerja. Namun dilain pihak dapat menimbulkan biaya kesulitan keuangan (financial distress), artinya perusahaan yang mempunyai hutang dalam jumlah tertentu dikatakan baik, dan berhutang terlalu banyak tidak baik. Lin (2006) menemukan bahwa struktur modal berpengaruh positif terhadap Agency cost, artinya kebijakan hutang meningkatkan Agency cost. Bouresli (2001) dan Lin (2010) menemukan bahwa rasio hutang

8 terhadap jumlah asset berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan, tetapi Calisir et al. (2010) menemukan pengaruh yang positif. Agency cost juga dapat dikurangi dengan meningkatkan kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajer yang tinggi dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham diluar manajemen, sehingga permasalahan keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer adalah juga sebagai seorang pemilik (Jensen & Meckling, 1976). Masalah keagenan potensial terjadi apabila bagian kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari seratus persen (Masdupi, 2005). Dengan proporsi kepemilikan yang hanya sebagian dari perusahaan membuat manajer cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk memaksimumkan perusahaan. Inilah yang nantinya akan menyebabkan biaya keagenan (Agency cost). Menurut Bathala et al, (1994) terdapat beberapa cara yang digunakan untuk mengurangi konflik kepentingan, yaitu : a) meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen (insider ownership), b) meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih (earning after tax), c) meningkatkan sumber pendanaan melalui utang, d) kepemilikan saham oleh institusi (institutional holdings). Sedangkan dalam penelitian Masdupi (2005) dikemukakan dengan meningkatkan insider ownership dapat mengurangi masalah keagenan (Agency cost). Fachrudin (2011) menyatakan bahwa ukuran perusahaan dianggap mampu mempengaruhi kinerja perusahaan karena perusahaan yang besar

9 dapat menurunkan Agency cost (membutuhkan sedikit discretionary expense). Perusahaan yang memiliki ukuran besar cenderung menarik perhatian dan kemungkinan berada dalam observasi publik yang lebih besar. Selain itu, semakin banyak karyawan yang dipekerjakan pada perusahaan besar, akan menyebabkan pemerintah memberikan pengawasan yang lebih. Hal ini karena pemerintah bertanggung jawab melindungi para pekerja dan menyoroti masalah sosial yang terjadi di dalam perusahaan (Firth et al. 2008). Disisi lain, semakin besar ukuran perusahaan, semakin kompleks konflik keagenan yang dihadapi oleh perusahaan (Kaen dan Baumann, 2003). Adanya ketidaksonsistenan hasilhasil penelitian terdahulu, mendorong peneliti untuk meneliti kembali beberapa variabel dari penelitian terdahulu. Pemilihan sample perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dikarenakan berbagai alasan, yaitu perkembangan sektor Property dan Real Estate merupakan salah satu sektor yang paling diminati oleh para investor, karena sektor ini merupakan investasi jangka panjang dan merupakan aktiva yang selalu meningkat nilai jualnya. Industri property dan real estate penuh dengan tantangan dan perubahan, seperti perubahan selera konsumen, keadaan ekonomi, politik, kemajuan teknologi, pesaing baik lokal maupun global, pemasok, serta kebijakan pemerintah, sehingga berdampak pada semakin ketatnya persaingan antar perusahaan. Dalam menghadapi persaingan tersebut, maka perusahaan diharapkan tidak hanya sebagai perusahaan

10 yang sehat dan inovatif namun perusahaan juga harus mampu memanfaatkan peluang-peluang yang ada agar perusahaan tetap dapat bertahan dan berkembang. (Soemardi, 2011:1), Seperti halnya pada industri lain, sektor property dan real estate di Indonesia sangat dipengaruhi oleh daya beli dari masyarakat dan pemerintah, dimana daya beli ini berkaitan erat dengan perkembangan ekonomi makro. Sebelum krisis ekonomi pada tahun 1997, Biro Pusat Statistik (BPS, 2006a) mencatat adanya pertumbuhan di sektor property dan real estate yang mencapai 13,71% per tahun. Akan tetapi pada saat krisis ekonomi pada tahun 1998 sektor property dan real estate merupakan sektor yang terkena dampak paling besar dimana angka pertumbuhan sektor konstruksi pada tahun 1998 terpuruk hingga minus 36,4% dan yang paling parah dibandingkan sektor ekonomi yang lainnya seperti manufaktur dan pertanian. Pada saat krisis banyak proyek pembangunan yang ditangguhkan atau dihentikan sementara oleh pemiliknya. Hal ini disebabkan oleh naiknya suku bunga perbankan sekitar 25-26% per tahunnya, sehingga perusahaan tidak mampu membayar biaya hutang yang tinggi karena sebagian modalnya kerjanya berasal dari pinjaman kepada pihak ketiga. (Soemardi, 2011:1), Menurunnya tingkat suku bunga deposito perbankan saat ini (berkisaran antara 8-10% per tahun) dapat mendorong masyarakat untuk bergerak ke sektor riil untuk berinvestasi, terutama ke sektor properti.

11 Berdasarkan riset Urban Land Institue, New York, Amerika Serikat di tahun 2013 menempatkan Jakarta sebagai lokasi investasi properti paling menarik dan menemapti urutan pertama di Asia Pasifik. Peringkat Jakarta yang menempati urutan pertama di Asia Pasifik sangat mencengangkan, karena ranking tersebut melesat dari sebelumnya, pada tahun 2012 Jakarta berada di urutan nomor 11 dan pada 2011 Indonesia ada di urutan nomor 14. Jakarta saat ini unggul diatas kota-kota di Asia Pasifik seperti Singapura, Shanghai, Sydney, Chongqing, Beijing, Guangzhou, Melbourne, Taipei, dan Ho Chi Minh City. Pada gambar grafik 1.1. rata-rata sample perusahaan properti pada tahun 2011-2014 menunjukan kinerja yang terus meningkat dari angka 6,78% pada tahun 2011, dan mencapai titik tertinggi pada tahun 2013 yaitu dengan tingkat ROA sebesar 7,82% yang berarti sektor property mempunyai tingkat pengembalian sebesar 7,82% atas asset yang diinvestasikannya. Tetapi pada tahun 2014 sektor property mengalami penurunan ROA sebesar 0,7% yaitu menjadi 7,12%. Penurunan kinerja keuangan dapat memberikan indikasi negatif mengenai informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Faktor-faktor tersebut tidak terbatas pada faktor finansial saja namun juga faktor non-finansial. Oleh sebab itu, dibutuhkan penelitian mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan.

12 Kinerja keuangan Perusahaan Propert y dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014 8 7,8 7,6 7,4 7,2 7 6,8 6,6 6,4 6,2 7,82 7,244 7,12 6,78 2011 2012 2013 2014 ROA Gambar 1-1 Grafik Kinerja Keuangan yang diproksikan dengan ROA (Return On Asset) Pada Perusahaan Property dan Real Estate di BEI Tahun 2011-2014. Sumber : Data yang diolah Semakin tinggi tingkat pengembalian maka semakin besar pula risikonya, seperti halnya pada sektor property dan real estate yang mempunyai proporsi kegagalan bisnis yang relatif tinggi dibandingkan dengan industri lainnya (Yin, 2006). Menurut (Edum-Fotwe et al, 1996), kegagalan sektor property dan real estate merupakan penomena global. Sebuah studi baru-baru ini oleh (Enshassi et al, 2006), menunjukkan bahwa ketergantungan pada pinjaman Bank dan pembayaran bunga yang tinggi (yaitu: biaya dan modal) merupakan faktor utama dibalik kegagalan perusahaan kontraktor.

13 Pada gambar grafik 1.2 menunjukan rata-rata sample yang perusahaan properti pada tahun 2011-2014 menunjukan debt to equity ratio yang cukup tinggi dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dari rata-rata penggunaan hutang sebesar 0,9x pada tahun 2011 dan meningkat terus menjadi 1,26x pada tahun 2013 dan mengalami sedikit penurunan pada tahun 2014. Rata-rata penggunaan hutang yang terus miningkat selaras dengan tingkat pengembalian yang tinggi pula yang terus naik setiap tahunnya yang dapat dilihat dari peningkatan ROA. DER Perusahaan Propert y dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014 1,4 1,2 1 0,8 0,908 1,054 1,264 1,212 0,6 DER 0,4 0,2 0 2011 2012 2013 2014 Gambar 1-2 Grafik Debt to Equity Ratio Pada Perusahaan Property dan Real Estate di BEI Tahun 2011-2014. Sumber : Data yang diolah Dari gambar grafik 1.3 rata-rata size perusahaan property dan real estate terus mengalami peningkatan dari tahun 2011 2014. Hal ini tidak konsisten dengan penurunan kinerja dan struktur modal yang terjadi pada tahun 2014. Sehingga perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor kenaikan ukuruan perusahaan tersebut.

14 Size Perusahaan Propert y dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014 30 25 20 15 13,1952708 17,8445062 22,9112486 26,5636108 Size 10 5 0 2011 2012 2013 2014 Gambar 1-3 Grafik Size Pada Perusahaan Property dan Real Estate di BEI Tahun 2011-2014. Sumber : Data yang diolah Seperti yang disarankan oleh (Edum-Fotwe, 1996), perusahaan konstruksi harus melakukan evaluasi kinerja secara berkala untuk memastikan strategi tepat waktu dan tepat untuk mempertahankan usaha mereka. (Kangari, 1992), menunjukkan bahwa memahami penyebab dan gejala kegagalan bisnis akan membantu mengidentifikasi peringatan awal dari suatu yang akan datang dari krisis keuangan. Menganalisis keuangan informasi yang dapat membantu memberikan jawaban untuk membenarkan kesehatan keuangan perusahaan. Berdasarkan latar belakang masalah diatas dari penelitian sebelumnya, fenomena yang menunjukan adanya ketidak konsistenan peneliti terdahulu, ini lah yang memotivasi untuk meneliti. Maka judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah PENGARUH STRUKTUR MODAL, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, DAN UKURAN

15 PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN AGENCY COST SEBAGAI INTERVENING PADA PERUSAHAAN YANG BERGERAK DI BIDANG PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BEI PADA TAHUN 2011 2014 1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Kinerja perusahaan yang naik turun yang memberikan indikasi negatif mengenai informasi yang terkandung dalam laporan keuangan yang dipublikasikan. 2. Debt to Equity Ratio yang terus naik setiap tahun menunjukan bahwa perusahaan ketergantungan pada pinjaman pihak ketiga yang akan menimbulkan biaya modal, yang akan menjadi penyebab kegagalan perusahaan apabila perusahaan tidak bisa mengendalikan penggunaan hutangnya. 3. Ukuran perusahaan yang terus meningkat menunjukan kekayaan perusahaan yang bertambah, namun tidak bisa memanfaatkan kekayaan yang ada untuk meningkatkan profit perusahaan, sehingga kinerja perusahaan menjadi turun.

16 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka penulis perlu membatasi masalah dalam penelitian ini : 1. Variabel independen yang diuji yaitu Struktur Modal, Kepemilikan Managerial, dan ukuran perusahaan terhadap variabel dependent kinerja keuangan yang diukur dengan ROA, dengan Agency cost sebagai variabel intervening. 2. Perusahan yang akan diteliti adalah perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 2014. 3. Periode pengamatan penelitian hanya 4 tahun yaitu tahun 2011 2014. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan pemabatasan masalah, maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah struktur modal, kepemilikan manajerial, dan ukuran perusahaan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap kinerja pada perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014? 2. Apakah struktur modal berpengaruh terhadap kinerja pada perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014?

17 3. Apakah kepemilikan saham manajerial berpengaruh terhadap kinerja pada perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014? 4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja pada perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014? 5. Apakah Agency cost berpengaruh terhadap kinerja pada perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014? 6. Apakah struktur modal, kepemilikan manajerial, dan ukuran perusahaan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap Agency cost pada perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014? 7. Apakah struktur modal berpengaruh terhadap Agency cost pada perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014? 8. Apakah kepemilikan saham manajerial berpengaruh terhadap Agency cost pada perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014? 9. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Agency cost pada perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014?

18 1.5 Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah struktur modal, kepemilikan manajerial, dan ukuran perusahaan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap kinerja pada perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014? 2. Untuk mengetahui apakah struktur modal berpengaruh terhadap kinerja pada perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014? 3. Untuk mengetahui apakah kepemilikan saham manajerial berpengaruh terhadap kinerja pada perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014? 4. Untuk mengetahui apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja pada perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014? 5. Untuk mengetahui apakah Agency cost berpengaruh terhadap kinerja pada perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014? 6. Untuk mengetahui apakah struktur modal, kepemilikan manajerial, dan ukuran perusahaan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap Agency cost pada perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014?

19 7. Untuk mengetahui apakah struktur modal berpengaruh terhadap Agency cost pada perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014? 8. Untuk mengetahui apakah kepemilikan saham manajerial berpengaruh terhadap Agency cost pada perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014? 9. Untuk mengetahui apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Agency cost pada perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014? 1.6 Manfaat penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para manajer dalam pengambilan kebijakan perusahaan yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan menyajikan laporan keuangan yang berkualitas 2. Bagi investor Bagi investor dan calon investor, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengambilan keputusan sebelum berinvestasi. Mana investasi yang aman dan membeikan keuntungan yang diinginkan oleh para investor. Perusahaan mana yang benar-benar memiliki kinerja yang terbaik dan yang bisa terus bertumbuh.