II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia di suatu Negara. Oleh karena itu pemerintah berupaya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pengertian Belajar Menurut Nasution (1982 : 2) belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2013 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SIFAT BAHAN DAN KEGUNAANNYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pendapat yang berbeda mengenai definisi belajar. Berikut ini definisi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara konstruktivisme, istilah belajar diartikan sebagai proses pengkonstruksian

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

BAB I PENDAHULUAN. dengan isu sosial. Masalah-masalah sosial dalam materi pelajaran IPS khususnya

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu

Oleh: Ani Ratnawati SDN 1 Sumberingin, Karangan, Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang handal, tentunya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan

Penerbit AR-RUZZ MEDIA, Yogyakarta, hal ) Esa Nur Wahyuni, Baharuddin, 2008, Teori Belajar dan Pembelajaran,Cetakan III,Mei 2008,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

Nur Cholisah Matematika, FMIPA, UNESA Kampus Ketintang Surabaya 60231, telp (031) , Ps. 304,

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

Sejalan dengan hal tersebut Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi Awal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. nasional, pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar para siswa atau sering disebut peserta didik

Transkripsi:

II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD sampai SMP. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Di masa yang akan datang peserta didik akan menghaddapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selali]u mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

12 Pembelajaran IPS berasal dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang kemudian diorganisasi dan disederhanakan untuk kepentingan pendidikan. Dengan demikian pengembangan pembelajaran IPS pada setiap jenjang pendidikan memiliki karakteristik tersendiri yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia siswa. Sumantri (dalam Sapriya, 2006: 70) mengemukakan bahwa IPS adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Selanjutnya Sumantri (dalam Sapriya, 2001: 89) mengungkapkan bahwa IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa IPS ialah penyederhanaan dari disiplin ilmu-ilmu sosial, mengakaji tentang fakta dan isu-isu sosial yang berhubungan dengan lingkungan sekitar. Melalui mata pelajaran IPS siswa diarahkan menjadi warga Negara Indonesia yang baik dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Menurut permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

13 1. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2. memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4. memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Sedangkan menurut Hasan (dalam Sapriya, 2006: 5) tujuan pendidikan IPS dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu pengembangan intelektual siswa, pengembangan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa, serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi. Selanjutnya menurut Martorella (dalam Sapriya, 2006: 8) mengemukakan tujuan utama dari pembelajaran IPS di SD adalah untuk mengembangkan pribadi warga negara yang baik (good citizen). Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS ialah untuk mendidik para siswa agar prestasi belajar siswa meningkat dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan sebagai bekal untuk memecahkan segala persoalan dalam kehidupan bermasyarakat. Keterampilan tersebut meliputi, keterampilan berpikir kritis, meningkatkan keterampilan bekerjasama dengan teman, dan meningkatkan berpikir kreatif. Selain itu tujuan pembelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan pribadi warga negara yang baik.

14 2.2 Prestasi Belajar Seluruh proses pendidikan, terdapat kegiatan yang disebut belajar. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya tujuan pencapaian proses pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai subjek pendidikan. Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia, dan berlangsung seumur hidup. Hasil dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar, perubahan yang diharapkan adalah perubahan ke arah yang positif atau yang lebih baik baik berupa kognitif, afektif dan psikomotor. Perubahan dalam belajar terjadi secara sadar, permanen, bersifat positif, aktif, bertujuan atau terarah, dan mencangkup seluruh aspek kehidupan. Belajar sebagai sebuah aktivitas, sehingga belajar sangat dipengaruhi faktor intern dan faktor ekstern diri seseorang. Faktor intern berupa kesehatan, cacat tubuh, inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif atau tujuan, kesiapan, kecakapan dan kelelahan baik berupa jasmani atau rohani. Faktor ekstern berupa cara orang tua mendidik, perhatian orang tua, relasi antara anggota keluarga, keadaan ekonomi keluarga, suasana tempat belajar, cara guru mengajar, kurikulum, relasi siswa dengan guru, relasi antar siswa, peraturan sekolah, dan lain-lain. Secara konstruktivisme, istilah belajar diartikan sebagai proses pengkonstruksian pengetahuan yang dilakukan oleh siswa sendiri. Menurut Sardiman (2012: 38) belajar ialah kegiatan yang aktif dimana si subjek belajar

15 membangun sendiri pengetahuannya, dan subjek belajar juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari. Sedangkan, menurut Hamalik (2007: 28) belajar ialah suatu bentuk pertumbuhan dan perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara tingkah laku yang baru sebagai hasil dari pengalaman. Selanjutnya, menurut Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses atau usaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku dan penguasaan materi ilmu pengetahuan secara sadar berdasarkan pengalaman sendiri menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Kata prestasi belajar berasal dari bahasa belanda prestatile kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Kata ini banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan lain seperti olah raga, kesenian dan pendidikan. Ruang lingkup pendidikan setiap jangka waktu tertentu diadakan suatu tes untuk mengetahui tingkat penyerapan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diberikan. Tes tersebut digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami konsep yang telah diberikan guru selama pembelajaran berlangsung sebagai hasil interaksi guru dan siswa. Menurut Djamarah (2008: 54) prestasi belajar pada hakekatnya ialah hasil akhir dari sebuah proses belajar. Untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik, guru biasanya melakukan evaluasi terhadap materi belajar yang

16 selama ini telah diberikan. Seberapa besar peserta didik mampu memberikan feed back dari setiap evaluasi yang diberikan oleh pendidik. Selanjutnya Nasution (2004: 54) prestasi belajar ialah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dalam berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum memenuhi target dalam kriteria tersebut. Sedangkan menurut Dimyati (2002: 36) prestasi belajar adalah prestasi yang ditunjukan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil belajar berupa aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dari sebuah proses belajar yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yag diberikan oleh guru. 2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Dalam bahasa Inggris Pembelajaran Kooperatif lazimnya disebut sebagai cooperative learning. Johnson (dalam Isjoni, 2013) mengemukakan: Cooperatif means working together to accomplish shared goals. Within cooperative activities individuals seek outcomes that are beneficial to all other groups members. Cooperative Learning is the instructional use off small groups that allows student to work together to maximize their own and each other as learning. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diartikan bahwa pembelajaran kooperatif berarti bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam

17 kegiatan kerjasama individu mencari hasil yang menguntungkan bagi semua anggota kelompok. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan pembelajaran yang menuntut siswa belajar dalam kelompok dengan rekan sebaya dan saling bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan guru. Menurut Lie (2002: 12) pembelajaran kooperatif yaitu suatu sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling bekerja sama dalam mengerjakan tugas-tugas terstruktur dan guru di sini bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompokkelompok kecil yang memungkinkan peserta didik untuk bekerja sama dan me-maksimalkan kemampuan mereka sendiri dan orang lain sebagai pembelajaran. Slavin (2005: 15) mengatakan bahwa, in cooperative learning methods, student work together in four members teams to master mate-rial initially presented by the teacher. Hal tersebut dapat diartikan bahwa dalam pembelajaran kooperatif, para peserta didik akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berlandaskan pada prinsip kerjasama tim atau gotong royong. Kerjasama yang dilakukan bertujuan untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok secara bersama.

18 Keberhasilan individu bergantung pada keberhasilan kerja dari semua anggota kelompoknya. Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran IPS adalah model pembelajaran tipe Student Teams Achievement Division. Strategi Student Teams Achievement Division sebagai salah satu strategi Cooperative Learning dan berorientasi konstruktivistik memiliki sintaks yang menekankan aktivitas belajar pada siswa (student centered). Selain itu, strategi Student Teams Achievement Division merupakan tipe Cooperative Learning yang paling sederhana dan sangat membantu bagi guru yang belum terbiasa mengaplikasikan Cooperative Learning. Hal ini sangat membantu guru menuju pergeseran filosofi dari behavioristik menjadi konstruktivistik. Strategi Student Teams Achievement Division dalam aplikasi sintaksnya memiliki komponen presentasi kelas, kerja kelompok, pengembangan individu, dan evaluasi. Nurhadi (2004: 116) mengemukakan bahwa model pembelajaran Cooperatif Learning tipe Student Teams Achievement Division merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok atau tim yang masing-masing terdiri atas 4 sampai 5 orang anggota kelompok yang memiliki latar belakang kelompok yang heterogen, baik jenis kelamin, ras etnik, maupun kemampuan intelektual (tinggi, rendah, dan sedang). Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim.

19 Sedangkan menurut Rahayu (2003: 13) mengemukakan bahwa model pembelajaran Student Teams Achievement Division adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan sebuah model yang bagus untuk memulai bagi seorang guru yang baru untuk mendekatkan pendekatan kooperatif. Metode ini dimaksudkan agar siswa mampu dan terbiasa belajar secara kooperatif dan kerjasama antar teman. Siswa menjadi lebih aktif dan interaksi sesama teman. Metode ini diasumsikan mampu meningkatkan semangat belajar siswa yang berujung pada prestasi belajar yang baik. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran Student Teams Achievement Division ialah salah satu model pembelajaran kooperatif yang menggunakan kelompok belajar sebagai langkah dalam pelaksanaan belajar sebagai upaya peningkatan prestasi belajar. Menurut Indrawati (2009: 80) secara garis besar tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Tahapan persiapan Pada tahap ini, guru mempersiapkan materi berikut perangkat pengajaran termasuk lembar kerja siswa dan soal kuis serta menentukan metode pembelajaran dan penyajian materi pada awal pembelajaran. Pembagian kelompok diataur berdasarkan skor awal, masing-masing kelompok terdiri dari 4-6 orang dengan prestasi yang bervariasi, jenis kelamin dan ras yang berbeda. Guru menjelaskan bahwa tugas utama kelompok adalah membantu anggota untuk menguasai materi dan mempersiapkan kuis serta tiap anggota hendaknya berusaha memperoleh nilai yang baik karena prestasi individu akan berpengaruh besar terhadap kelompok. 2. Tahapan penyajian materi Sebelum pembelajaran, guru mengkonfirmasikan kepada siwa tujuan yang hendak dicapai dan prasyarat yang harus dimiliki.

20 Penyajian materi dilakukan secara klasikal. Dalam menyajikan pelajaran, guru memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Mengembangkan materi pelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok, b. Menekankan kepada siwa bahwa belajar adalah memahami makna bukan hapalan, c. Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin, d. Memberikan penjelasan tentang benar atau salahnya jawaban dari suatu pertanyaan. Setelah siswa memahami permasalahan, selanjutnya beralih pada materi berikutnya. 3. Tahapan kegiatan kelompok Pada tahap ini, siswa mempelajari materi dan mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam lks. Kegiatan kelompok siswa tersebut saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas kelompoknya. Peran guru dalam tahap ini sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok. 4. Tahapan pelaksanaan tes individu Setelah materi dipelajari dan dibahas secara berkelompok, siswa diberi tes dengan tujuan untuk mangetahui sejauh mana keberhasilan yang telah dicapainya. Hasil tes digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan untuk perolehan skor kelompok. 5. Tahapan perhitungan skor perkembangan individu Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih perolehan tes sebelumnya (skor awal) dengan tes akhir. Berdasarkan skor awal, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Sedangkan menurut Trianto (2011: 68) pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tahaptahap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) antara lain: 1) penyampaian tujuan

21 pembelajaran, 2) penyampaian materi, 3) kegiatan kelompok, 4) kegiatan individu (kuis), 5) penghitungan skor tes individu. 2.4 Kerangka Pikir Secara umum materi IPS disampaikan oleh guru dengan metode ceramah melalui cerita, mencatat, dan masih menggunakan model konvensional. Pola pembelajarannya masih berpusat pada guru (teacher centered). Guru lebih terpaku dengan menggunakan media pembelajaran pada satu buku teks saja. Penggunaan waktu yang kurang efisien dalam penyajian materi IPS yang rata-rata berbetuk naratif memakan waktu yang cukup lama. Hal ini menimbulkan kejenuhan dan kebosanan pada diri siswa, siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran. Salah satu cara untuk menarik perhatian anak untuk dapat tertarik terhadap pembelajaran IPS yaitu dengan cara menerapkan model pembelajaran dimana pembelajaran berpusat pada siswa (student centered) bukan berpusat pada guru (teacher centered) salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan model pembelajaran yang didalamnya siswa dibentuk kedalam kelompok belajar yang terdiri dari lima atau enam anggota yang mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda atau kelompok ditentukan secara heterogen. Siswa yang berkemampuan rendah mendapat kesempatan untuk

22 dibimbing oleh temannya yang memiliki wawasan lebih tinggi, sedangkan siswa yang lebih tinggi kemampuannnya mempunyai kesempatan untuk menjadi tutor sebaya sehingga pemahamannya semakin baik. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran yang dianggap cocok untuk mata pelajaran IPS. Dimana dalam model pembelajaran ini penanaman sikap kepada anak yang terlihat dalam penerapan. Hal ini sesuai dengan tujuan dari pembelajaran IPS itu sendiri. Sehingga diharapkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD), siswa dapat meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas belajar menjadi jauh lebih baik daripada sebelumnya. Berdasarkan pembahasan di atas terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap prestasi belajar IPS. Dengan kata lain diduga semakin tinggi pengaruh penerapan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD), maka diduga semakin baik pula prestasi belajar IPS siswa di sekolah. Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: X Y Gambar 2.1 Diagram Pengaruh Variabel Bebas dengan Variabel Terikat (Keterangan : X = Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division; Y = Prestasi Belajar)

23 2.5 Hipotesis Penelitian Menurut Siregar (2013: 65) hipotesis merupakan pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya, maka perlu diuji kebenarannya. Sedangkan menurut Sugiyono (2013: 96) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat di simpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan yang bersifat sementara yang harus di uji kebenarannya. Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan di atas dirumuskan hipotesis yaitu terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 2 Pringsewu Timur.