1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bidang yang memegang peranan penting bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Pendidikan diselenggarakan sebagai sarana untuk menghasilkan berbagai inovasi baik dalam bidang pemerintahan, pembangunan nasional, serta dalam berbagai bidang kehidupan Pendidikan juga berperan penting dalam aspek fisik, intelektual, religius, moral, sosial, emosi, dan pengalaman bagi yang melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pendidikan para lembaga pendidikan harus bisa mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang bisa mengaktifkan peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya (Suharjo, 2006: 1). Penyelenggaraan pendidikan dapat dilakukan mulai dari jenjang pendidikan terendah. Jenjang pendidikan di Indonesia meliputi TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Jenjang Sekolah Dasar (SD) yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun bagi anak-anak usia 6-12 tahun. Karakteristik peserta didik tiap jenjang pendidikan berbeda-beda. Karakteristik peserta didik tingkat sekolah dasar yang memiliki rentang usia antara 6 sampai dengan 12 tahun sedang mengalami pertumbungan dan perkembangan baik secara fisik maupun secara mental. Menurut Piaget, anakanak pada usia 6-12 tahun berada pada tahap operasi konkret. Pada tahap ini anak sudah dapat mengetahui simbol-simbol, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak (Suharjo, 2006: 37). Pendidikan di SD sebagai sistem pendidikan nasional mempunyai peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Melalui pendidikan dasar diharapkan mampu membentuk manusia Indonesia yang berkualitas. Demi mewujudkan dan meningkatkan SDM yang berkualitas, pendidikan di Indonesia membutuhkan suatu proses pendidikan yang berkualitas pula (Suharjo, 2006: 1). 1
2 Proses pendidikan yang berkualitas tidak luput dengan adanya pendidik yang berkualitas. Pendidik yang berkualitas yaitu guru harus selalu tampil secara profesional dalam melaksanakan komepetensinya. Kompetensi guru sebagai pendidik profesional mencakup kompetensi profesional, pedagogik, sikap, dan sosial yang dilaksanakan secara proporsional berkaitan dengan pelaksananaan kurikulum dalam pelaksanaan model pembelajaran (Ma rifah, 2014: 2). Pelaksanaan model pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan guru sebisa mungkin harus membuat siswa aktif dan mampu mengembangkan potensi siswa sebagaimana yang telah diatur dalam tujuan Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara Paparan di atas mengisyaratkan bahwa penerapan model pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru adalah menempatkan murid sebagai pusat perhatian. Selain itu, dalam pernyataan di atas juga tersurat bahwa siswa dalam mengembangkan potensi tidak hanya potensi kecerdasan saja, melainkan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, ahlak mulia, serta keterampilanketerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara, sehingga siswa mampu menjadi anak yang kritis, sosial, bertanggungjawab, dan peduli terhadap bangsa dan negara. Salah satu mata pelajaran yang mampu menjadikan siswa kritis, sosial, bertanggung jawab, dan peduli terhadap bangsa adalah mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggungjawab. Selain itu IPS juga mengajarkan hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Di
mulai dari lingkungan terdekat yakni keluarga sampai dengan lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat (Susanto, 2014: 33). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006, tujuan pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar adalah sebagai berikut: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. 3 Berkaitan dengan tujuan pendidikan di Indonesia mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Mutaqin (2004) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah membina anak didik menjadi warga negara yang baik, melatih kemampuan berpikir matang untuk menghadapi permasalahan sosial dan agar mewarisi dan melanjutkan budaya bangsanya (Susanto, 2014: 30). Kemudian tujuan IPS dari Hasan (2007) yaitu untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sikap, dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sosial dan budaya (Susanto, 2014: 34). Pada kenyataannya, berdasarkan observasi data nilai siswa kelas IV SD Negeri Gadungrejo pada pembelajaran IPS yang peneliti peroleh dari guru kelas IV, menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 80 sedangkan nilai terendahnya yaitu 30 dengan rata-rata nilai yang diperoleh siswa yakni 59,25. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS masih banyak yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 68. Dari 20 siswa kelas IV, siswa yang telah mencapai nilai ketuntasan sebanyak 5 siswa atau 25%, sedangkan siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan sebanyak 15 siswa atau 75%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa kelas IV untuk pembelajaran pada mata pelajaran IPS di SD Negeri Gadungrejo masih rendah.
4 Berdasarkan hasil wawancara kepada siswa dan observasi pembelajaran IPS yang dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 6 November 2015 di kelas IV SD Negeri Gadungrejo dapat diketahui bahwa saat proses pembelajaran: (1) siswa merasa takut untuk menanyakan hal yang belum dipahami kepada guru; (2) siswa merasa malu apabila ditunjuk untuk mempresentasikan jawabannya di depan kelas; (3) hanya siswa deretan bangku depan yang selalu menjawab pertanyaan guru sedangkan yang duduknya di bangku belakang tidak memberikan jawaban atau pendapatnya; (4) saat berkelompok untuk diskusi menjawab pertanyaan guru, siswa lebih bersifat individual dengan mencari jawabannya sendiri-sendiri sehingga jawaban mereka berbeda; (5) saat mengerjakan soal evaluasi tidak tenang, terlihat siswa tengak-tengok ke teman yang lain untuk memperoleh jawaban; dan (6) siswa mengobrol dengan teman sebangkunya saat guru menjelaskan materi. Berdasarkan data yang telah dipaparkan, pada data nomor 1, nomor 2, dan nomor 3 menunjukkan siswa kurang aktif ketika pembelajaran. Pada data nomor 4 menunjukkan siswa kurang dalam aspek kerjasama. Pada data nomor 5 dan 6 ditarik kesimpulan bahwa siswa kurang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas belajarnya. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada guru kelas IV SDN Gadungrejo yang dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 6 November 2015, diperoleh data: (1) guru merasa materi IPS terlalu banyak, sedangkan waktu untuk memberikan materi IPS di kelas IV masih kurang, sehingga guru cenderung pada pencapaian target materi menurut kurikulum atau berdasarkan runtutan materi pada buku acuan, dan guru lebih aktif supaya materi bisa selesai; (2) guru sudah menggunakan model pembelajaran, namun belum terlaksana secara maksimal ketika siswa berdiskusi dan tidak ada kesimpulan dari diskusi yang telah dilakukan siswa; (3) guru sudah melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, seperti adanya tanya jawab dan diskusi, namun saat diskusi siswa tidak ditegaskan untuk bekerjasama dengan kelompoknya; (4) untuk kegiatan diskusi, guru tidak membuatkan siswa LKS; (5) belum memanfaatkan sumber belajar yang beragam, karena guru hanya menggunakan buku pegangan yang dibeli pihak sekolah saja; dan 6) guru hanya memanfaatkan media papan tulis dalam setiap pembelajaran
5 untuk merangkum materi. Hal ini yang diduga sebagai penyebab proses dan hasil belajar siswa kelas IV untuk pembelajaran pada mata pelajaran IPS di SD Negeri Gadungrejo masih rendah. Jika keadaan di atas terus berlangsung, maka tujuan pembelajaran IPS di SD diduga tidak akan tercapai. Oleh karena itu, perlu mengadakan perbaikan dan peningkatan. Salah satu alternatif atau solusi masalah di atas yaitu penerapan model pembelajaran yang dapat mendayagunakan seluruh kemampuan siswa. Belajar yang baik adalah dengan menggabungkan gerakan fisik dan pendayagunaan seluruh indra yang dimiliki siswa. Salah satu model yang dapat dijadikan solusi adalah model Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK). Herdian menyatakan bahwa model pembelajaran VAK diartikan sebagai pembelajaran yang dilaksanakan dengan memanfaatkan potensi siswa yang telah dimilikinya dengan melatih dan mengembangkannya. Selanjutnya, DePorter (1999) menyatakan bahwa pembelajaran dengan model ini mementingkan pengalaman belajar secara langsung dan menyenangkan bagi siswa. Pengalaman belajar secara langsung dengan cara belajar dengan mengingat (Visual), belajar dengan mendengar (Auditory), dan belajar dengan gerak dan emosi (Kinesthetic). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model Visual, Auditory, Kinesthetic (VAK) memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar langsung dengan bebas menggunakan modalitas yang dimilikinya untuk mencapai pemahaman dan pembelajaran yang efektif, sehingga meningkatkan proses dan hasil belajar siswa (Shoimin, 2014: 226). Pemilihan model VAK juga didukung dengan adanya penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Sunaryo (2014) yang menyatakan bahwa model VAK dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas IV SD Negeri Abean. Model Visual, Auditory, Kinesthetic (VAK) akan lebih maksimal hasilnya apabila didukung oleh media yang variatif seperti multimedia. Oblinger menjelaskan multimedia merupakan penyatuan dua atau lebih media komunikasi seperti teks, grafik, animasi, audio dan video dengan ciri-ciri interaktivitas komputer untuk menghasilkan suatu presentasi yang menarik. Secara umum, multimedia dalam pembelajaran memberikan manfaat yaitu, proses pembelajaran
6 lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan dan proses belajar mengajar dapat dilakukan di mana dan kapan saja, serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan (Munir, 2013: 2). Pemilihan Multimedia juga didukung dengan adanya penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Mania (2015) yang menyatakan bahwa multimedia dapat meningkatkan pembelajaran IPA siswa kelas V SDN 1 Kuwarasan. Berdasarkan pada uraian di atas, peneliti termotivasi dan tertarik untuk melakukan perbaikan kualitas pembelajaran dengan harapan tingkat kelulusan siswa kelas IV pada mata pelajaran IPS akan meningkat. Peneliti bermaksud mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul Penerapan Model Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK) dengan Multimedia dalam Peningkatan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas IV SD Negeri Gadungrejo Tahun Ajaran 2015/2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini. 1. Bagaimana penerapan model Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK) dengan multimedia dalam peningkatan hasil belajar IPS tentang masalah sosial pada siswa kelas IV SD Negeri Gadungrejo tahun ajaran 2015/2016? 2. Apakah penerapan model Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK) dengan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang masalah sosial pada siswa kelas IV dengan di SD Negeri Gadungrejo tahun ajaran 2015/2016? 3. Apa kendala dan solusi penerapan model Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK) dengan multimedia dalam peningkatan hasil belajar IPS tentang masalah sosial pada siswa kelas IV SD Negeri Gadungrejo tahun ajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu memperoleh paparan yang jelas, tentang.
7 1. Mendeskripsikan penerapan model Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK) dengan multimedia dalam peningkatan hasil belajar IPS tentang masalah sosial pada siswa kelas IV SD Negeri Gadungrejo tahun ajaran 2015/2016. 2. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar IPS tentang masalah sosial pada siswa kelas IV dengan menerapkan model Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK) dengan multimedia di SD Negeri Gadungrejo tahun ajaran 2015/2016. 3. Mengidentifikasi kendala dan solusi penerapan model Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK) dengan multimedia dalam peningkatan hasil belajar IPS tentang masalah sosial pada siswa kelas IV SD Negeri Gadungrejo tahun ajaran 2015/2016. D. Manfaat Penelitian Penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan diharapkan dapat memberi manfaat baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis untuk berbagai pihak. 1. Manfaat teoretis Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat di bidang pendidikan diantaranya: a. Menambah wawasan atau khasanah keilmuan tentang model VAK dengan multimedia dalam peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD. b. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi pada penelitian selanjutnya yang mempunyai pokok permasalahan yang hampir sama dengan penelitian ini tentang model VAK dengan multimedia dalam peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD. c. Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap penerapan model VAK dengan multimedia pada pembelajaran IPS. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat yang dapat diterapkan dalam kehidupan oleh berbagai pihak, diantaranya.
8 a. Bagi Guru Memperkaya wawasan guru dan mengembangkan keterampilan guru dalam mengajar mengenai penerapan model pembelajaran, salah satunya model VAK dengan multimedia dalam peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD dalam proses belajar mengajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan sesuai dengan target. b. Bagi Siswa Dengan menerapkan model VAK dengan multimedia dalam peningkatan hasil belajar IPS, siswa kelas akan memperoleh pengalaman belajar seperti percaya diri untuk mengemukakan pendapat, melakukan presentasi untuk menyampaikan materi, menanamkan rasa tanggung jawab, dan bekerja sama dalam kelompok serta meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif. c. Bagi Sekolah Penelitian ini dapat memberikan sumbangsih kepada sekolah tentang model pembelajaran yang inovatif yaitu model VAK dengan multimedia sebagai solusi untuk mengatasi kesulitan pembelajaran IPS dan meningkatkan hasil belajar IPS. d. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang penerapan model VAK dengan multimedia dalam peningkatan hasil belajar IPS pada peningkatan hasil belajar IPS dan sebagai tambahan dokumen ilmiah.