II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Singkat 2.2. Karakteristik Jambu Biji

Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB

PENGARUH PENGGUNAAN JARAK TANAM TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG PANJANG ( VIGNA SINENSIS ) OLEH NINDA AYU RACHMAWATI

VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Empirik Komoditas Tomat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaan Usahatani Pembedengan Bibit

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

Budidaya Tanaman Obat. Elvira Syamsir

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

Cara Menanam Cabe di Polybag

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. penelitian ini dilakukan di Gang Metcu, Desa Guru Singa, Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya.

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan.

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

PENGENALAN DAN PENANGANAN HAMA PENYAKIT PADA TANAMAN TOMAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE

Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Umum Nanas

Teknik Budidaya Tanaman Durian

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

II. TINJAUAN PUSTAKA

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

IV. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

JAMBU BIJI. ( Psidium guajava L. )

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Sawo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September November 2016.

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang

3. METODE DAN PELAKSANAAN

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Jambu Getas Merah Red guava atau jambu getas merah (Psidium guajava L.) adalah salah satu tanaman buah jenis perdu. Tanaman ini berasal dari Brazilia Amerika Tengah yang menyebar ke Thailand kemudian ke negara Asia lainnya seperti Indonesia. Hingga saat ini, jambu getas merah telah dibudidayakan dan menyebar luas di daerah-daerah di Pulau Jawa. Tanaman jambu getas merah merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh di daerah sub-tropis dengan intensitas curah hujan yang diperlukan berkisar antara 1000-2000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Tanaman jambu getas merah dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 23-28 derajat C di siang hari. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kerdil), yang ideal musim berbunga dan berbuah pada waktu musim kemarau yaitu sekitar bulan Juli - September sedang musim buahnya terjadi bulan Nopember - Februari bersamaan musim penghujan. Jambu getas merah dapat tumbuh subur pada daerah tropis dengan ketinggian antara 5-1200 m dpl. Tanaman ini dapat tumbuh pada semua jenis tanah yang mengandung banyak unsur nitrogen dan derajat keasaman tanah (ph) antara 4,5-8,2 (Parimin, 2006). Jambu getas merah (Psidium guajava L.) merupakan tanaman hortikultura yang mengandung berbagai zat gizi yang baik bagi kesehatan tubuh. Bentuknya yang bulat dengan aneka varietas membuat jambu getas merah dapat diolah menjadi aneka makanan bergizi tinggi. Teknik pembudidayaannya pun relatif mudah karena jambu getas merah dapat tumbuh pada kondisi tanah dan cuaca yang berubah-ubah. Jambu getas merah memiliki kandungan vitamin dan gizi yang tinggi dengan kadar gula yang relatif rendah, yaitu 8 persen (Wirakusumah, 1996). Seluruh bagian tanaman jambu getas merah seperti daun, daging buah, kulit, akar, maupun kayunya dapat diolah dan dimanfaatkan menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis tinggi. Oleh karena itu, jambu getas merah merupakan salah satu jenis tanaman holtikultura yang baik untuk dikembangkan. 9

Vitamin yang paling banyak terdapat dalam jambu getas merah yaitu vitamin A dan C. Kandungan vitamin C jambu getas merah hampir dua kali lipat jeruk manis yang hanya 49 mg per 100 gram buah. Vitamin C pada jambu getas merah terkonsentrasi pada kulit dan daging buah bagian luarnya yang lunak dan tebal. (Wirakusumah, 1996). Tabel 4 memperlihatkan uraian singkat mengenai kandungan jambu getas merah. Tabel 4. Kandungan Gizi Jambu Getas Merah untuk tiap 100 Gram Buah Kandungan Satuan Jumlah Energi Kalori 49,00 Protein Gram 0,90 Lemak Gram 0,30 Karbohidrat Gram 12,20 Kalsium Miligram 14,00 Fosfor Miligram 28,00 Besi Miligram 1,10 Vitamin A Miligram 25 Vitamin B1 Miligram 0,05 Vitamin B2 Miligram 0,04 Vitamin C Miligram 87,00 Niasin Miligram 1,10 Serat Gram 5,60 Air Gram 86 Bagian yang dapat dimakan Persen 82 Sumber : Ditjen Tanaman Pangan dan Holtikultura, 1996 Jambu getas merah merupakan salah satu jenis komoditas hortikultura yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Sesuai dengan namanya, jambu getas merah memiliki warna daging buah yang merah sewaktu buah sudah masak. Jambu getas merah dapat digunakan dalam bentuk segar maupun yang sudah diolah. Produk olahan jambu getas merah dapat berupa jus jambu, selai jambu, dan manisan jambu. Produk olahan jambu getas merah tersebut mempunyai keuntungan, diantaranya penggunaan yang praktis, awet, dan mudah dalam mengangkut serta menyimpannya. Karakteristik jambu getas merah adalah memiliki warna daging buah yang merah pada saat masak, bentuknya bulat, dan memiliki ukuran yang relatif besar. Jambu getas merah ini telihat lebih segar dibandingkan jambu biji varietas lainnya. Sebagian besar petani di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor melakukan budidaya jambu getas merah dengan menyewa lahan dari pemilik lahan. Di Kelurahan Sukaresemi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor 10

terdapat beberapa pedagang pengumpul yang siap membeli hasil panen jambu getas merah dari para petani secara langsung tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu. 2.2. Budidaya Jambu Getas Merah Keberhasilan usaha produksi jambu getas merah sangat ditentukan oleh aspek teknis budidaya di lapangan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dengan baik dalam pelaksanaan teknis budidaya jambu getas merah menurut Parimin (2006) adalah sebagai berikut : 1. Dalam budidaya tanaman jambu getas merah, angin berperan dalam penyerbukan. Tanaman ini merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh di daerah sub-tropis dengan intensitas curah hujan yang diperlukan berkisar antara 1000-2000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. 2. Pohon jambu getas merah memiliki umur produktif tertinggi pada saat berumur lima sampai dengan delapan tahun. Umur menghasilkan buah (umur produktif) dari pohon jambu getas merah yaitu 12 tahun dan umur teknis dari pohon jambu getas merah adalah 20 tahun. Jambu getas merah mulai dapat berbuah sejak bermur 1 tahun dengan produktivitas kurang dari lima kilogram setiap pohonnya. 3. Jambu getas merah dapat tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta banyak mengandung unsur nitrogen, bahan organik atau pada tanah yang keadaan liat dan sedikit pasir. 4. Jenis pupuk yang dapat diberikan pada tanaman jambu getas merah adalah pupuk organik dan nonorganik. 5. Selama dua minggu pertama setelah bibit yang berasal dari cangkokan atau okulasi ditanam, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi dan sore. Dan minggu-minggu berikutnya penyiraman dapat dikurangi menjadi satu kali sehari. Apabila tanaman jambu getas merah telah tumbuh benar-benar kuat, frekuensi penyiraman bisa dikurangi lagi yang dapat dilakukan saat-saat diperlukan saja. Dan bila turun hujan terlalu lebat 11

diusahakan agar sekeliling tanaman tidak tegenang air dengan cara membuat lubang saluran untuk mengalirkan air. 6. Cara pemanenan yang terbaik adalah dipetik beserta tangkainya, yang sudah matang (hanya yang sudah masak) sekaligus melakukan pemangkasan pohon agar tidak menjadi rusak, waktunya setelah 4 bulan umur buah. Keberhasilan produksi jambu getas merah sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh kualitas benih yang digunakan. Sifat unggul tersebut dicerminkan oleh tingginya produksi, ketahanan terhadap hama dan penyakit serta tingkat adaptasi tinggi terhadap perubahan iklim dan kaya organik. Derajat keasaman tanah (ph) yang ditentukan tidak terlalu jauh berbeda dengan tanaman lainnya, yaitu antara 4,5-8,2 dan bila kurang dari ph tersebut maka perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu. Sedapat mungkin berbagai jenis gulma harus bersih dari lahan budidaya. Teknik budidaya jambu getas merah dapat dijelaskan sebagai berikut. Pembenihan Pembibitan pohon jambu getas merah dilakukan melalui sistem pencangkokan dan okulasi, walaupun dapat juga dilakukan dengan cara menanam biji dengan secara langsung. 1. Teknik Penyemaian Benih Pilih lahan yang gembur dan sudah mendapat pengairan serta mudah dikeringkan disamping itu mudah diawasi untuk penyemaian. Cara penyemaian adalah sebagai berikut: tanah dicangkul sedalam 20-30 cm sambil dibersihkan dari rumput-rumput, batu-batu dan sisa pepohonan dan benda keras lainnya, kemudian tanah dihaluskan sehingga menjadi gembur dan dibuat bedengan yang berukuran lebar 3-4 m dan tinggi sekitar 30 cm, panjang disesuaikan dengan lahan yang idel sekitar 6-7 m, dengan keadaan bedengan membujur dari utara ke selatan, supaya mendapatkan banyak sinar matahari, dengan jarak antara bedeng 1 m, dan untuk menambah kesuburan dapat diberi pupuk hijau, kompos/pupuk kandang sebanyak 40 kg dengan keadaan sudah matang dan benih siap disemaikan. Selain melalui proses pengecambahan biji juga dapat langsung ditunggalkan pada 12

bedeng-bedang yang sudah disiapkan, untuk menyiapkan pohon pangkal lebih baik melalui proses pengecambahan, biji-biji tersebut ditanam pada bedeng-bedeng yang berjarak 20-30 cm setelah berkecambah sekitar umur 1-2 bulan, sudah tumbuh daun sekitar 2-3 helai maka bibit dapat dipindahkan dari bedeng persemaian ke bedeng penanaman. Setelah mencapai keinggian 5-6 m, kurang lebih telah berumur 6-9 bulan pencangkokan atau okulasi dapat dimulai dengan mengerat cabang sepanjang 10-15 cm kemudian diberi media tanah yang telah diberi pupuk kandang, kemudian dibalut dengan sabut kelapa atau plastik yang telah diberi lubang-lubang sirkulasi, kemudian diikat dengan tali plastik supaya menjaga petumbuhan akar tidak mengalami hambatan. Setelah berumur 2-3 minggu, tali dilepas dan pohon pangkal diatas okulasi setinggi 5 cm direndahakan supaya memberi kesempatan mata terebut untuk berkembang dan setelah itu pohon pangkal dipotong, bibit hasil okulasi dapat dipindah pada pot-pot atau kantong plastik, kemudian dilakukan pemotongan pada akar tunggang sedikit supaya akar akan lebih cepat berkebang. Setelah itu baru dilakukan penanaman dalam lobang-lobang bedengan yang telah dipersiapkan. 2. Pemeliharaan Pembenihan/Penyemaian Pemberian pupuk kandang sebelum disemaikan akan lebih mendorong pertumbuhan benih secara cepat dan merata. Setelah itu dilakukan penyiraman pagi-sore secara rutin, hingga kecambah dipindah ke bedeng pembibitan. 3. Pemindahan Benih Cara pemindahan bibit yang telah berkecambah atau telah dicangkok maupun diokulasi dapat dengan mencungkil atau membuka plastik yang melekat pada media penanaman dengan cara hati-hati jangan sampai akar menjadi rusak. Pencungkilan dilakukan dengan kedalaman 5 cm agar tumbuh akar lebih banyak maka dalam penanaman kembali akar tunggangnya dipotong sedikit untuk menjaga terjadinya penguapan yang berlebihan, kemudian lebar daun dipotong separuh. Penyiraman dilakukan secara rutin tiap hari 2 kali kecuali ditanam pada musim penghujan. 13

Penanaman 1. Persiapan Media Tanam Tanah yang akan dipergunakan untuk kebun jambu getas merah dibersihkan dari tanaman pengganggu seperti semak-semak, rerumputan dan benda-benda keras. kemudian tanah dibajak atau dicangkul dalam, dengan mempertimbangkan bibit yang mau ditanam. Bila bibit berasal dari cangkokan pengolahan tanah tidak perlu terlalu dalam (30 cm), tetapi bila hasil okulasi perlu pengolahan yang cukup dalam (50 cm). Tanah yang kurus dan kurang humus/ tanah cukup liat diberikan pupuk hijau yang dibuat dengan cara mengubur ranting-ranting dan dedaunan. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan bedengan sesuai dengan kebutuhan. 2. Teknik Penanaman Setelah terjadi proses perkecambahan biji yang telah cukup umur, maka bibit tersebut ditempatan pada bedeng-bedang yang telah siap. Penanaman tidak perlu terlalu dalam, Batas antara akar dan batang jambu getas merah diusahakan setinggi permukaan tanah yang ada disekelilingnya. Kemudian dilakukan penyiraman secara rutin 2 kali sehari (pagi dan sore) kecuali pada musim hujan tidak perlu dilakukan penyiraman. 3. Pemeliharaan Tanaman Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses pemeliharaan jambu getas merah adalah: a. Penjarangan dan Penyulaman Kondisi tanah yang gembur menyebabkan mudah bagi tanaman lain untuk tumbuh terutama gulma (tanaman pengganggu) seperti rumputrumputan sehingga harus disiangi di sekeliling tanaman. Apabila bibit tidak tumbuh dengan baik, maka segera dilakukan penggantian dengan bibit cadangan. Apabila tumbuh tanaman terlalu jauh jaraknya, maka perlu dilakukan penyulaman dan sebaliknya apabila tumbuhnya sangat berdekatan maka dilakukan penjarangan. b. Penyiangan Selama dua minggu setelah bibit yang berasal dari cangkokan/ okulasi ditanam di lahan, maka selanjutnya perlu dilakukan penyiangan pada 14

batang dahan tua (warna coklat) dengan dahan muda (warna hijau). Selain itu, apabila buah terlalu banyak, tunas yang ada dalam satu ranting bisa dikurangi. Pengurangan tunas yang tidak diperlukan akan mengakibatkan buah menjadi besar dan rasanya menjadi manis. c. Pembubunan Supaya tanah tetap gembur dan subur, maka perlu dilakukan penggemburan tanah agar tanah tetap dalam keadaan lunak. Hal ini dilakukan setiap 1 bulan sekali hingga tanaman dianggap telah kuat benar. d. Perempalan Agar tanaman jambu getas merah mendapatkan tajuk yang rimbun, maka setelah tanaman berumur 2 tahun segera dilakukan perempelan/ pemangkasan pada ujung cabang-cabangnya. Disamping untuk memperoleh tajuk yang seimbang, hal ini juga berguna untuk memberi bentuk tanaman, memperbanyak dan mengatur produksi tanaman sehingga tanaman tetap terpelihara. Selain itu, pemangkasan juga perlu dilakukan setelah masa panen buah berakhir, dengan harapan agar muncul tajuk-tajuk baru sebagai tempat munculnya bunga baru pada musim berikutnya. e. Pemupukan Jenis pupuk yang dapat diberikan pada tanaman jambu getas merah adalah pupuk organik. Pupuk organik berupa pupuk kandang yang berupa kotoran kambing. Cara pemupukan dilakukan dengan membuat torakan yang mengelilingi tanaman persis di bawah ujung tajuk dengan kedalaman sekitar 30-40 cm dan pupuk segera di tanam dalam torakan tersebut dan ditutup kembali dengan bekas galian terdahulu. f. Pengairan dan Penyiraman Selama dua minggu pertama setelah bibit yang berasal dari cangkokan atau okulasi ditanam, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi dan sore. Dan minggu-minggu berikutnya penyiraman dapat dikurangi menjadi satu kali sehari. Apabila tanaman jambu getas merah telah tumbuh benar-benar kuat frekuensi penyiraman bisa 15

dikurangi lagi yang dapat dilakukan saat-saat diperlukan saja. Dan bila turun hujan terlalu lebat diusahakan agar sekeliling tanaman tidak tegenang air dengan membuat lubang saluran untuk mengalirkan air. g. Waktu Penyemprotan Pestisida Penyemprotan dengan menggunakan pestisida perlu dilakukan untuk mencegah tumbuhnya penyakit atau hama yang ditimbulkan baik karena kondisi cuaca dan juga dari hewan-hewan perusak. Pestisida yang digunakan pada umumnya adalah decis untuk menghindarkan adanya ulat jambu, tikus, semut-semutan, lalat buah, dan kutu daun dan disemprot sebanyak dua kali seminggu dan dihentikan setelah sebulan sebelum panen. 2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu 2.3.1. Kajian Empiris Mengenai Usahatani Penelitian Tirtayasa (2009) yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Biji Petani Primatani di Kota Depok Jawa Barat menunjukkan produksi jambu biji pada daerah Primatani lebih banyak dibandingkan daerah non- Primatani. Hal ini ditunjukkan oleh produktivitas jambu biji per pohon milik petani di daerah Primatani lebih tinggi dibandingkan produktivitas jambu biji per pohon milik petani di daerah non-primatani. Kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani Primatani dan petani non- Primatani menguntungkan. Namun usahatani yang dilakukan petani non- Primatani lebih menguntungkan dibandingkan petani Primatani. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rasio R/C atas biaya tunai petani non-primatani 2,56 sedangkan rasio R/C petani Primatani besarnya 2,27. Rasio R/C atas biaya total petani non-primatani sebesar 2,07 dan petani Primatani sebesar 1,88. Penelitian Rachmawati (2003) yang berjudul Analisis Usahatani dan Pemasaran Beras Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang dan Cugenang menunjukkan bahwa usahatani yang dilakukan oleh pemilik penggarap dan penggarap menguntungkan. Namun usahatani yang dilakukan petani pemilik penggarap lebih menguntungkan dibanding dengan penggarap. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rasio R/C atas biaya tunai petani pemilik penggarap 3,14 16

sedangkan rasio R/C penggarap besarnya 1,19. Rasio R/C atas biaya total petani pemilik penggarap sebesar 1,35 dan penggarap sebesar 1,18. 2.3.2. Kajian Empiris Mengenai Tataniaga Rachma (2008) melakukan Analisis Efisiensi Tataniaga Cabai Merah Besar dengan mengambil studi kasus di Desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Desa Cibeuruem terdapat lima saluran tataniaga cabai merah besar dengan tujuan pemasaran Ciamis, Tasikmalaya, dan Bandung. Struktur pasar yang terjadi adalah monopsoni karena hanya terdapat satu pedagang pengumpul selaku pembeli tunggal. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat cenderung sama pada setiap saluran. Perilaku pasar di tingkat petani, pedagang pengumpul, dan pedagang grosir cenderung sama. Hasil analisis marjin tataniaga, farmer s share, serta rasio keuntungan dan biaya menujukkan bahwa saluran tataniaga V merupakan saluran tataniaga yang paling efisien. Hal ini terlihat dari marjin tataniaga yang rendah, farmer s share serta rasio biaya keuntungan yang tinggi. Penelitian Hasian (2008) yang berjudul Usahatani dan Tataniaga Kacang Kapri di Kecamatan Warungkondang, Cianjur, Provinsi Jawa Barat diketahui bahwa terdapat dua pola saluran tataniaga yang terdapat di Kecamatan Warungkondang yaitu pola I petani ke koperasi sebesar 60 persen dan pola II petani ke pedagang pengumpul sebesar 40 persen. Besarnya marjin tataniaga pada pola I adalah Rp 9.200,00 dan pola II adalah Rp 4.500,00. Dari kedua saluran tataniaga tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Kacang kapri yang masuk ke pasar-pasar tradisional mempunyai kualitas yang lebih rendah namun jumlahnya banyak. Sedangkan untuk kacang kapri yang kualitasnya lebih baik dipasarkan ke supermarket namun dengan jumlah yang lebih sedikit. Berdasarkan marjin tataniaga pola II memiliki marjin yang kecil tetapi memiliki farmer s share yang lebih besar. Anniro (2009) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Sistem Tataniaga Beras Pandan Wangi Di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terdapat 16 17

saluran tataniaga beras pandan wangi, yaitu 15 saluran tataniaga beras pandan wangi campuran dan 1 saluran tataniaga beras pandan wangi murni. Petani melakukan penjualan kepada tiga lembaga tataniaga, yaitu kepada tengkulak, penggilingan dan Gapoktan Citra Sawargi. Dari volume total produksi petani pandan wangi, sebanyak 59 persen dijual kepada tengkulak, 23 persen dijual kepada penggilingan, dan sisanya 18 persen dijual kepada Gapoktan Citra Sawargi. Saluran tataniaga beras pandan wangi yang paling efisien adalah saluran 11 dan Saluran tataniaga beras pandan wangi campuran yang paling tidak efisien adalah saluran 9. Struktur pasar yang dihadapi oleh masing-masing lembaga tataniaga adalah mendekati pasar persaingan sempurna. Struktur pasar yang berbeda adalah struktur pasar yang dihadapi oleh pabrik beras sebagai pembeli, baik dalam bentuk malai kering panen padi pandan wangi maupun dalam bentuk beras, adalah struktur pasar yang mendekati pasar oligopsoni. Pembeda penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah jenis komoditas yang dianalisis yaitu jambu getas merah dan penelitian ini berusaha menganalisis perbandingan tingkat pendapatan usahatani jambu getas merah antara petani pemilik lahan dan petani penyewa lahan berdasarkan keragaan usahatani jambu getas merah, pendapatan usahatani dengan pendekatan penerimaan dan biaya usahatani, dan R/C rasio untuk melihat tingkat efisiensi usahatani di Kelurahan Sukaresmi dan mengkaji efisiensi operasional tataniaga jambu getas merah melalui pendekatan marjin tataniaga, farmer s share, dan rasio keuntungan dan biaya tataniaga jambu getas merah melalui pendekatan analisis harga (Rp/Kg) jambu getas merah. Adanya analisis mengenai efisiensi operasional tataniaga jambu getas merah dapat diketahui saluran tataniaga jambu getas merah yang memberikan keuntungan bagi petani dan konsumen, karena pada umumnya petani menerima harga yang rendah (tidak adanya bargaining position) dan konsumen mendapat harga yang lebih tinggi (panjangnya rantai tataniaga). Pada akhirnya, dari analisis ini dapat diketahui tingkat pendapatan usahatani jambu getas merah dan dikaji alternatif saluran tataniaga jambu getas merah di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat yang paling efisien dan menguntungkan bagi semua lembaga tataniaga yang terlibat. Selain itu, diharapkan dapat meningkatkan bagian yang diterima 18

petani (farmer s share) sehingga petani jambu getas merah akan lebih termotivasi untuk meningkatkan produktivitasnya. Tabel 5 memperlihatkan kajian empiris terdahulu yang berkaitan dengan penelitian. Tabel 5. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian Nama Penulis Tahun Judul Metode Analisis Rachmawati 2003 Analisis Usahatani dan Pemasaran Beras Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang dan Cugenang R/C rasio, margin tataniaga, farmer s share David Hasian Erick 2008 Usahatani dan Tataniaga Kacang Kapri di Kecamatan Warungkondang, Cianjur, Provinsi Jawa Barat Analisis pendapatan usahatani, rasio R/C, marjin tataniaga, farmer s share Medina Rachma 2008 Efisiensi Tataniaga Cabai Merah Besar (studi kasus di Desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat.) marjin tataniaga, farmer s share, dan keterpaduan pasar Mochhammad Fajar Tirtayasa 2009 Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Biji Petani Primatani di Kota Depok Jawa Barat Analisis pendapatan usahatani, R/C, rasio Najmi Anniro 2009 Analisis Sistem Tataniaga Beras Pandan Wangi Di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. marjin tataniaga, farmer s share, 19