BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak lama telah diketahui bahwa pekerjaan dapat mengganggu kesehatan dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan pelaksanaan upaya kesehatan dan keselamatan kerja adalah mencakup aktivitas kerja yang aman dan sehat (healthy and safe work). Pencapaian tujuan ini pada awalnya ditempuh dengan melakukan perlindungan kepada pekerja melalui hirarki pengendalian dan manajemen risiko dari bahaya yang timbul akibat interaksi antara pekerja, pekerjaan (material dan peralatan). Adanya standar kerja yang mewajibkan pemberi kerja untuk bertanggung jawab dalam pemeliharaan lingkungan kerja dalam prosedur kerja yang aman, serta memberikan intervensi pengobatan, rehabilitasi, serta kompensasi bagi pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Kemenkes RI, 2013). Penyakit akibat kerja merupakan hal yang menjadi perhatian dalam dunia ketenagakerjaan. Hal ini dikarenakan penyakit akibat kerja sangat berpengaruh terhadap efektivitas dan efisiensi pekerjaan dari seorang pekerja yang pada akhirnya akan menyebabkan penurunan produktivitas karyawan. Di Indonesia, Perhatian terhadap penyakit akibat kerja telah dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya melalui peraturan perundang-undangan. Sebagai contoh yang termuat dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 01/Men/1981 tentang kewajiban melaporkan penyakit akibat 1
2 kerja dan juga keputusan Menteri Tenaga Kerja RI. No.KPTS.333/ Men/1989 tentang diagnosa dan pelaporan penyakit akibat kerja (Buchari, 2007). Semua kegiatan fisik yang dilakukan oleh pekerja termasuk kegiatan dalam bidang pengembangan akan mengalami risiko kecelakaan, mulai dari luka luka, menjadi cacat seumur hidup ataupun meninggal dunia. Kecelakaan terjadi karena kesalahan manusia (human error), namun sering juga kecelakaan timbul karena tidak berfungsinya peralatan. Apabila terjadi hal yang seperti itu, para pekerja tidak dapat berbuat apa-apa. Walaupun demikian manusia tetap harus berusaha dengan cara : melakukan pemeriksaan rutin pada peralatan yang menjadi tanggung jawabnya, segera memperbaiki apabila ketahuan ada sesuatu hal yang tidak beres. Dalam dunia pengembangan, membeli alat untuk menggantikan alat yang sudah tidak dapat berfungsi dengan baik merupakan suatu hal yang dianggap murah, dibandingkan apabila perusahaan terpaksa kehilangan tenaga kerja profesional akibat kecelakaan kerja. Pekerja tambang melaksanakan kerja berat, menghadapi medan yang kadang tidak bersahabat dan buas, yakin pada kemampuan diri (Sukandarrumidi, 2009). Kecelakaan dan sakit di tempat kerja menyebabkan kematian atau lebih banyak korban jika dibandingkan dengan perang dunia. Riset yang dilakukan oleh organisasi perburuhan internasional International Labor Organization tahun 2003 menghasilkan kesimpulan bahwasanya setiap hari rata - rata 6.000 orang meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik, atau 2,2 juta orang per tahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Jumlah pria yang meninggal dua kali lebih banyak ketimbang wanita, karena mereka lebih
3 mungkin melakukan pekerjaan berbahaya. Secara keseluruhan, kecelakaan di tempat kerja telah menewaskan 350.000 orang. Sisanya meninggal karena sakit yang diderita dalam pekerjaan seperti membongkar zat kimia beracun (Suardi, 2005). Salah satu jenis penyakit akibat kerja yang sering terjadi adalah penyakit gangguan muskuloskeletal. Studi tentang gangguan muskuloskeletal pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang, dan otot-otot bagian bawah. Diantara keluhan sistem muskuloskeletal tersebut yang banyak dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang (Low Back Pain = LBP). Laporan dari the Bureau of Labour Statistics (BLS) Departemen tenaga Kerja Amerika Serikat yang dipublikasikan pada tahun 1982 menunjukkan bahwa hampir 20% dari semua kasus sakit akibat kerja dan 25% biaya kompensasi yang dikeluarkan sehubungan dengan adanya keluhan/sakit pinggang. Hasil estimasi yang dipublikasikan oleh National Intitute for Occupational Safety and Health menunjukkan bahwa biaya kompensasi untuk keluhan sistem muskuloskeletal sudah mencapai 13 milyar U$ setiap tahun. Biaya tersebut merupakan yang terbesar bila dibandingkan dengan biaya kompensasi untuk keluhan/sakit akibat kerja lainnya. Sementara itu National Safety Council melaporkan bahwa sakit akibat kerja yang frekuensi kejadiannya paling tinggi adalah sakit punggung, yaitu 22% dari 1.700.000 kasus (Tarwaka, 2011).
4 Berdasarkan data dari Bureau of Labor Statistics (BLS) of the U.S. Department of Labor, menyebutkan kira-kira terdapat 705.800 kasus hilangnya hari kerja yang diakibatkan oleh pekerjaan yang terlalu keras dan pergerakan berulang dan juga berdampak pada gangguan muskuloskeletal. Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya gangguan muskuloskeletal disebabkan oleh multifaktor antara lain peregangan otot yang berlebihan, aktivitas berulang, sikap kerja yang tidak alamiah, faktor sekunder yang meliputi berbagai lingkungan fisik (getaran, suhu, dan tekanan), serta faktor individu dari pekerja (umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, kekuatan otot, dan antropometri) dan juga masa kerja (Bernard,1997). Pabrik feronikel yang berada di PT. Antam (Persero), Tbk, UBPN Sultra, merupakan pabrik pengolahan nikel yang di dalamnya terdapat berbagai macam kegiatan pokok seperti pengolahan, peleburan bijih nikel, serta pemurniannya. Pada bagian Smelting (peleburan) proses kerja menggunakan alat-alat yang besar dan dalam jumlah yang banyak dan kegiatan pengerahan otot yang besar. Karakteristik kegiatan berupa kegiatan mengangkat, menarik, mendorong, mencungkil disertai dengan gerakan yang berulang. Hal tersebut diperparah dengan kondisi lingkungan pabrik seperti kebisingan, suhu panas, dan getaran sehingga memiliki risiko besar dalam berkontribusi menyebabkan penyakit akibat kerja khususnya gangguan muskuloskeletal bagi karyawan pabrik tersebut. Gangguan muskuloskeletal merupakan salah satu penyakit yang menjadi trend selama beberapa tahun terakhir di PT. Antam Persero (Tbk), Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara. Berdasarkan data Resume Pelayanan
5 Hiperkes Antam (2010, 2011, dan 2012) menunjukkan bahwa pada tahun 2010 jumlah kejadian gangguan muskuloskeletal sebanyak 650 kasus, untuk tahun 2011 terdapat 578 kasus, sedangkan untuk tahun 2012 sebanyak 489 kasus. Meskipun jumlah kasusnya mengalami penurunan dari beberapa tahun terakhir tetapi penyakit gangguan muskuloskeletal merupakan salah satu masalah kesehatan yang selalu menempati posisi teratas pada pelayanan rawat jalan dari masalah kesehatan yang dialami karyawan di perusahaan tersebut. Faktor risiko berupa umur, masa kerja, kebiasaan merokok, dan stress kerja merupakan faktor yang pada umumnya berpotensi menyebabkan gangguan muskuloskeletal pada pekerja di industri. Beranjak dari kenyataan tersebut, maka kami bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai analisis gangguan muskuloskeletal ditinjau dari umur, masa kerja, stress akibat kerja, dan kebiasaan merokok di Pabrik Feronikel Bagian Smelting PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk, Unit Bisnis Pengembangan Nikel Sulawesi Tenggara. B. Rumusan Masalah Permasalahan yang diangkat dalam penulisan tesis ini adalah hal apa yang menjadi faktor-faktor yang menyebabkan penyakit gangguan muskuloskeletal ditinjau dari umur, masa kerja, stress akibat kerja, dan kebiasaan merokok di Pabrik feronikel bagian Smelting PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara.
6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan gangguan muskuloskeletal di pabrik Feronikel bagian Smelting PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk, Unit Bisnis Pengembangan Nikel Sulawesi Tenggara. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui hubungan umur dengan gangguan muskuloskeletal pada pekerja Pabrik Feronikel bagian Smelting PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara. 2. Untuk mengetahui hubungan masa kerja dengan gangguan muskuloskeletal pada pekerja Pabrik Feronikel bagian Smelting PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara. 3. Untuk mengetahui hubungan stres kerja dengan gangguan muskuloskeletal pada pekerja Pabrik Feronikel bagian Smelting PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara. 4. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan gangguan muskuloskeletal pada pekerja Pabrik Feronikel bagian Smelting PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara. 5. Untuk mengetahui hubungan umur, masa kerja, stress kerja, dan kebiasaan merokok dengan gangguan muskuloskeletal pada pekerja Pabrik Feronikel
7 bagian Smelting PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan informasi mengenai penyakit gangguan muskuloskeletal di Pabrik Feronikel Bagian Smelting PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk, Unit Bisnis Pengembangan Nikel Sulawesi Tenggara. b. Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan kajian lebih lanjut utuk peneliti selanjutnya dalam rangka untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang kesehatan dan keselamatan kerja. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan dalam rangka pengambilan keputusan terhadap perlindungan tenaga kerja. b. Bagi perusahaan, dapat memberikan gambaran mengenai penyakit muskuloskeletal sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap penyakit tersebut yang terjadi di perusahaan tambang nikel. c. Bagi pekerja, dapat menambah wawasan mengenai pentingnya kondisi tempat kerja yang aman, nyaman, sehat, dan selamat sebagai upaya untuk menghindari penyakit akibat kerja.
8 d. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan mampu menjadi pengalaman berharga dalam menuntut ilmu di perguruan tinggi dan sebagai upaya terhadap pengabdian terhadap masyarakat. E. Keaslian Penelitian 1. Jayanti (2011). Carpal Tunnel Sindrome pada pemecah batu di Desa Rowosari Kecamatan Tembalang Semarang. Jenis penelitian ini adalah explanatory dengan rancangan potong lintang dengan jumlah sampel sebanyak 79 orang. Variabel bebas adalah faktor risiko terjadinya CTS berupa faktor pekerjaan (frekuensi, berat palu, kesesuaian pegangan palu dan tangan, panjang pegangan palu, masa kerja). Variabel terikat adalah Carpal Tunnel Sindrome (CTS). Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokasi, variabel, dan metode penelitian yang digunakan. 2. Soleman (2012). Kualitas Fisik, Beban Kerja Fisik Dan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Di Balai Yasa Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas fisik dan beban kerja fisik terhadap keluhan muskuloskeletal pada pekerja di Balai Yasa Yogyakarta. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Variabel bebas yaitu kualitas fisik pekerja (hemoglobin darah, status gizi, asupan kalori protein) dan beban kerja fisik. Variabel terikat penelitian ini adalah keluhan muskuloskeletal. Variabel sertaan yaitu usia pekerja, lama kerja, tingkat pendidikan, dan kebiasaan merokok. Variabel pengganggu adalah stres kerja, lingkungan fisik kerja, status sosial
9 ekonomi, kelelahan kerja, dan ergonomi kerja. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokasi dan beberapa variabel. 3. Cahyani (2008). Sikap Kerja Sebagai Faktor Risiko Gangguan Muskuloskeletal pada Pekerja Bagian Sewing (jahit) di PT. Mataram Tunggal Garment Yogyakarta. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap kerja. Variabel terikatnya adalah Gangguan Muskuloskeletal. Sedangkan variabel pengganggu adalah Faktor individu (umur, jenis kelamin) dan masa kerja. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokasi dan beberapa variabel