BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat. Aktivitas

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. efektif dalam arti perlunya kecermatan penggunaan daya, usaha, pikiran, dana dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB I PENDAHULUAN. pekerja, serta pekerja dengan pekerjaannya (International Labour Organization, 1985).

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB I PENDAHULUAN. dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi disegala bidang maka perindustrian di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas yang sering dilakukan oleh manusia Peter Vi, (2000) dalam Tarwaka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesesuaian hubungan antara sistem manusia-alat dalam dunia industri dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang cukup lama. Dalam perkembangan pasar dunia bebas, Keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

1 Universitas Indonesia


BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. perhatian terhadap aspek keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Lemahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ketenagakerjaan, antara lain masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis risiko..., Septa Tri Ratnasari, FKMUI, 2009

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

I. PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada daerah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan kerja, yang merupakan perlindungan tenaga kerja terhadap

BAB I PENDAHULUAN. industri. Persaingan industri yang semangkin ketat menuntut perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama diterapkan di berbagai sektor industri, kecuali di sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. (Azhar, 2011). Banyak ditemui keluhan dari para pekerja terkait masalah

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas kerja akan tercapai jika semua komponen dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. permanen dalam bekerja. Pada tahun 2010 World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencukupi kehidupan dan/atau untuk aktualisasi diri. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kerja yang meliputi pencegahan dan pengobatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerja untuk mencapai tujuannya melalui kombinasi sumber daya yang dimiliki. Salah

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nyeri punggung semasa hidupnya. Nyeri punggung bawah tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terkait keselamatan di RS yaitu: keselamatan pasien, keselamatan pekerja atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas manusia sehingga kreativitas manusia adalah sumber ekonomi. pada produksi kreativitas dan inovasi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menyebutkan industri kreatif

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara agraris, yang dimana. mayoritas penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan memanfaatkan fasilitas serta sumber daya yang ada (1).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi dan industri di Indonesia, mendorong

BAB I PENDAHULUAN. seperti faktor modal, alam, dan tenaga kerja. Ketiga faktor tersebut merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan tenaga kerja mengalami hilangnya konsentrasi pada saat bekerja. sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak lama telah diketahui bahwa pekerjaan dapat mengganggu kesehatan dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan pelaksanaan upaya kesehatan dan keselamatan kerja adalah mencakup aktivitas kerja yang aman dan sehat (healthy and safe work). Pencapaian tujuan ini pada awalnya ditempuh dengan melakukan perlindungan kepada pekerja melalui hirarki pengendalian dan manajemen risiko dari bahaya yang timbul akibat interaksi antara pekerja, pekerjaan (material dan peralatan). Adanya standar kerja yang mewajibkan pemberi kerja untuk bertanggung jawab dalam pemeliharaan lingkungan kerja dalam prosedur kerja yang aman, serta memberikan intervensi pengobatan, rehabilitasi, serta kompensasi bagi pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Kemenkes RI, 2013). Penyakit akibat kerja merupakan hal yang menjadi perhatian dalam dunia ketenagakerjaan. Hal ini dikarenakan penyakit akibat kerja sangat berpengaruh terhadap efektivitas dan efisiensi pekerjaan dari seorang pekerja yang pada akhirnya akan menyebabkan penurunan produktivitas karyawan. Di Indonesia, Perhatian terhadap penyakit akibat kerja telah dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya melalui peraturan perundang-undangan. Sebagai contoh yang termuat dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 01/Men/1981 tentang kewajiban melaporkan penyakit akibat 1

2 kerja dan juga keputusan Menteri Tenaga Kerja RI. No.KPTS.333/ Men/1989 tentang diagnosa dan pelaporan penyakit akibat kerja (Buchari, 2007). Semua kegiatan fisik yang dilakukan oleh pekerja termasuk kegiatan dalam bidang pengembangan akan mengalami risiko kecelakaan, mulai dari luka luka, menjadi cacat seumur hidup ataupun meninggal dunia. Kecelakaan terjadi karena kesalahan manusia (human error), namun sering juga kecelakaan timbul karena tidak berfungsinya peralatan. Apabila terjadi hal yang seperti itu, para pekerja tidak dapat berbuat apa-apa. Walaupun demikian manusia tetap harus berusaha dengan cara : melakukan pemeriksaan rutin pada peralatan yang menjadi tanggung jawabnya, segera memperbaiki apabila ketahuan ada sesuatu hal yang tidak beres. Dalam dunia pengembangan, membeli alat untuk menggantikan alat yang sudah tidak dapat berfungsi dengan baik merupakan suatu hal yang dianggap murah, dibandingkan apabila perusahaan terpaksa kehilangan tenaga kerja profesional akibat kecelakaan kerja. Pekerja tambang melaksanakan kerja berat, menghadapi medan yang kadang tidak bersahabat dan buas, yakin pada kemampuan diri (Sukandarrumidi, 2009). Kecelakaan dan sakit di tempat kerja menyebabkan kematian atau lebih banyak korban jika dibandingkan dengan perang dunia. Riset yang dilakukan oleh organisasi perburuhan internasional International Labor Organization tahun 2003 menghasilkan kesimpulan bahwasanya setiap hari rata - rata 6.000 orang meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik, atau 2,2 juta orang per tahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Jumlah pria yang meninggal dua kali lebih banyak ketimbang wanita, karena mereka lebih

3 mungkin melakukan pekerjaan berbahaya. Secara keseluruhan, kecelakaan di tempat kerja telah menewaskan 350.000 orang. Sisanya meninggal karena sakit yang diderita dalam pekerjaan seperti membongkar zat kimia beracun (Suardi, 2005). Salah satu jenis penyakit akibat kerja yang sering terjadi adalah penyakit gangguan muskuloskeletal. Studi tentang gangguan muskuloskeletal pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang, dan otot-otot bagian bawah. Diantara keluhan sistem muskuloskeletal tersebut yang banyak dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang (Low Back Pain = LBP). Laporan dari the Bureau of Labour Statistics (BLS) Departemen tenaga Kerja Amerika Serikat yang dipublikasikan pada tahun 1982 menunjukkan bahwa hampir 20% dari semua kasus sakit akibat kerja dan 25% biaya kompensasi yang dikeluarkan sehubungan dengan adanya keluhan/sakit pinggang. Hasil estimasi yang dipublikasikan oleh National Intitute for Occupational Safety and Health menunjukkan bahwa biaya kompensasi untuk keluhan sistem muskuloskeletal sudah mencapai 13 milyar U$ setiap tahun. Biaya tersebut merupakan yang terbesar bila dibandingkan dengan biaya kompensasi untuk keluhan/sakit akibat kerja lainnya. Sementara itu National Safety Council melaporkan bahwa sakit akibat kerja yang frekuensi kejadiannya paling tinggi adalah sakit punggung, yaitu 22% dari 1.700.000 kasus (Tarwaka, 2011).

4 Berdasarkan data dari Bureau of Labor Statistics (BLS) of the U.S. Department of Labor, menyebutkan kira-kira terdapat 705.800 kasus hilangnya hari kerja yang diakibatkan oleh pekerjaan yang terlalu keras dan pergerakan berulang dan juga berdampak pada gangguan muskuloskeletal. Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya gangguan muskuloskeletal disebabkan oleh multifaktor antara lain peregangan otot yang berlebihan, aktivitas berulang, sikap kerja yang tidak alamiah, faktor sekunder yang meliputi berbagai lingkungan fisik (getaran, suhu, dan tekanan), serta faktor individu dari pekerja (umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, kekuatan otot, dan antropometri) dan juga masa kerja (Bernard,1997). Pabrik feronikel yang berada di PT. Antam (Persero), Tbk, UBPN Sultra, merupakan pabrik pengolahan nikel yang di dalamnya terdapat berbagai macam kegiatan pokok seperti pengolahan, peleburan bijih nikel, serta pemurniannya. Pada bagian Smelting (peleburan) proses kerja menggunakan alat-alat yang besar dan dalam jumlah yang banyak dan kegiatan pengerahan otot yang besar. Karakteristik kegiatan berupa kegiatan mengangkat, menarik, mendorong, mencungkil disertai dengan gerakan yang berulang. Hal tersebut diperparah dengan kondisi lingkungan pabrik seperti kebisingan, suhu panas, dan getaran sehingga memiliki risiko besar dalam berkontribusi menyebabkan penyakit akibat kerja khususnya gangguan muskuloskeletal bagi karyawan pabrik tersebut. Gangguan muskuloskeletal merupakan salah satu penyakit yang menjadi trend selama beberapa tahun terakhir di PT. Antam Persero (Tbk), Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara. Berdasarkan data Resume Pelayanan

5 Hiperkes Antam (2010, 2011, dan 2012) menunjukkan bahwa pada tahun 2010 jumlah kejadian gangguan muskuloskeletal sebanyak 650 kasus, untuk tahun 2011 terdapat 578 kasus, sedangkan untuk tahun 2012 sebanyak 489 kasus. Meskipun jumlah kasusnya mengalami penurunan dari beberapa tahun terakhir tetapi penyakit gangguan muskuloskeletal merupakan salah satu masalah kesehatan yang selalu menempati posisi teratas pada pelayanan rawat jalan dari masalah kesehatan yang dialami karyawan di perusahaan tersebut. Faktor risiko berupa umur, masa kerja, kebiasaan merokok, dan stress kerja merupakan faktor yang pada umumnya berpotensi menyebabkan gangguan muskuloskeletal pada pekerja di industri. Beranjak dari kenyataan tersebut, maka kami bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai analisis gangguan muskuloskeletal ditinjau dari umur, masa kerja, stress akibat kerja, dan kebiasaan merokok di Pabrik Feronikel Bagian Smelting PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk, Unit Bisnis Pengembangan Nikel Sulawesi Tenggara. B. Rumusan Masalah Permasalahan yang diangkat dalam penulisan tesis ini adalah hal apa yang menjadi faktor-faktor yang menyebabkan penyakit gangguan muskuloskeletal ditinjau dari umur, masa kerja, stress akibat kerja, dan kebiasaan merokok di Pabrik feronikel bagian Smelting PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara.

6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan gangguan muskuloskeletal di pabrik Feronikel bagian Smelting PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk, Unit Bisnis Pengembangan Nikel Sulawesi Tenggara. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui hubungan umur dengan gangguan muskuloskeletal pada pekerja Pabrik Feronikel bagian Smelting PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara. 2. Untuk mengetahui hubungan masa kerja dengan gangguan muskuloskeletal pada pekerja Pabrik Feronikel bagian Smelting PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara. 3. Untuk mengetahui hubungan stres kerja dengan gangguan muskuloskeletal pada pekerja Pabrik Feronikel bagian Smelting PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara. 4. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan gangguan muskuloskeletal pada pekerja Pabrik Feronikel bagian Smelting PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara. 5. Untuk mengetahui hubungan umur, masa kerja, stress kerja, dan kebiasaan merokok dengan gangguan muskuloskeletal pada pekerja Pabrik Feronikel

7 bagian Smelting PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan informasi mengenai penyakit gangguan muskuloskeletal di Pabrik Feronikel Bagian Smelting PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk, Unit Bisnis Pengembangan Nikel Sulawesi Tenggara. b. Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan kajian lebih lanjut utuk peneliti selanjutnya dalam rangka untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang kesehatan dan keselamatan kerja. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan dalam rangka pengambilan keputusan terhadap perlindungan tenaga kerja. b. Bagi perusahaan, dapat memberikan gambaran mengenai penyakit muskuloskeletal sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap penyakit tersebut yang terjadi di perusahaan tambang nikel. c. Bagi pekerja, dapat menambah wawasan mengenai pentingnya kondisi tempat kerja yang aman, nyaman, sehat, dan selamat sebagai upaya untuk menghindari penyakit akibat kerja.

8 d. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan mampu menjadi pengalaman berharga dalam menuntut ilmu di perguruan tinggi dan sebagai upaya terhadap pengabdian terhadap masyarakat. E. Keaslian Penelitian 1. Jayanti (2011). Carpal Tunnel Sindrome pada pemecah batu di Desa Rowosari Kecamatan Tembalang Semarang. Jenis penelitian ini adalah explanatory dengan rancangan potong lintang dengan jumlah sampel sebanyak 79 orang. Variabel bebas adalah faktor risiko terjadinya CTS berupa faktor pekerjaan (frekuensi, berat palu, kesesuaian pegangan palu dan tangan, panjang pegangan palu, masa kerja). Variabel terikat adalah Carpal Tunnel Sindrome (CTS). Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokasi, variabel, dan metode penelitian yang digunakan. 2. Soleman (2012). Kualitas Fisik, Beban Kerja Fisik Dan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Di Balai Yasa Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas fisik dan beban kerja fisik terhadap keluhan muskuloskeletal pada pekerja di Balai Yasa Yogyakarta. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Variabel bebas yaitu kualitas fisik pekerja (hemoglobin darah, status gizi, asupan kalori protein) dan beban kerja fisik. Variabel terikat penelitian ini adalah keluhan muskuloskeletal. Variabel sertaan yaitu usia pekerja, lama kerja, tingkat pendidikan, dan kebiasaan merokok. Variabel pengganggu adalah stres kerja, lingkungan fisik kerja, status sosial

9 ekonomi, kelelahan kerja, dan ergonomi kerja. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokasi dan beberapa variabel. 3. Cahyani (2008). Sikap Kerja Sebagai Faktor Risiko Gangguan Muskuloskeletal pada Pekerja Bagian Sewing (jahit) di PT. Mataram Tunggal Garment Yogyakarta. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap kerja. Variabel terikatnya adalah Gangguan Muskuloskeletal. Sedangkan variabel pengganggu adalah Faktor individu (umur, jenis kelamin) dan masa kerja. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokasi dan beberapa variabel