STUDI PERUBAHAN PANJANG BENANG JARING Polyamide (PA) YANG DIRENDAM DIDALAM AIR TAWAR DAN AIR LAUT OLEH TRI RAHMADHANI

dokumen-dokumen yang mirip
Absorption and sinking speed of the strand from bark of Terap (Artocarpus elasticus)

Velysiana Ayunda Puspita Sari, Herry Boesono*), Indradi Setiyanto

Study On Bundung Grass (Scirpus Grossus L.) as The Natural Fibre For Fishing Gear Material With The Sinking Speed and Absorption Test

Perubahan Sifat-sifat Fisik Mata Jaringan Insang Hanyut Setelah Digunakan 5, 10, 15, dan 20 Tahun

Muhammad Rifai Siregar 1), Irwandy Syofyan 2), and Isnaniah 2) Fisheries and Marine Science Faculty Riau University ABSTRACT

STUDI PENGAWETAN PUKAT PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN SERAT KAYU SALAM

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

Dedi Suryadi¹, Irwandy Syofyan² and Isnaniah³ ABSTRACT

Eldha Kusumasteti, Sardiyatmo* ), Faik Kurohman

Diterima : 2 Maret 2010 Disetujui : 19 Maret 2010 ABSTRAK

BAB III BAHAN DAN METODE

PEMBAGIAN KEKENDURAN PADA TRAMMEL NET: PENGARUHNYA TERHADAP KOMPOSISI DAN KERAGAMAN HASIL TANGKAPAN SUGENG HARTONO

KARAKTERISTIK TALI JARING JENIS POLYETHYLENE

THE STUDY OF USING FIBER STEM OF KEPOK BANANA (MUSA BALBISIANA) AS FISHING GEAR MATERIAL. ABSTRACT

STUDY ON STRENGTH BROKE AND ELONGATION YARN POLYAMIDE

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS ALAT TANGKAP JARING KURAU YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PERAIRAN KABUPATEN BENGKALIS

BAB III BAHAN DAN METODE

HASAN BASRI PROGRAM STUDI

THE EFFICIENCY OF SUPPLIES CHARGING TIME GILL NET AT FISHING PORT DUMAI CITY RIAU PROVINCE ABSTRACT.

THE CONDITION OF MAIN FACILITY IN THE VILLAGE OF FISH MARKETING PAKNINGASAL BUKITBATU DISTRICT OF BENGKALIS REGENCY IN RIAU PROVINCE

Muhamad Farhan 1), Nofrizal 2), Isnaniah 2) Abstract

PENGARUH UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI KECAMATAN TANJUNG MUTIARA KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT OLEH

ABSTRACT. Keyword : contribution, coal, income

Time Efficiency Of Fish Landing Toward Mooring Time Sondong Fishing Boats In Pangkalan Pendaratan Ikan Dumai City Riau Province ABSTRACT

Oleh : Mukhtar, A.Pi, M.Si

EFEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE GAP) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR UNTUK MENUNJANG KELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN

CARA MENGUKUR MATA JARING Oleh : Mukhtar, A.Pi, M.Si

Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia.

STUDY ON STRENGTH BROKE

STUDY ON THE PVC TRAP FOR ELL (Monopterus albus)

THE STUDY USE BETEL LEAVES EXTRACT ( Piper betle ) WITH DIFFERENT CONCENTRATION OF BREAKING STRENGTH AND ELENGATION TETORON YARN Oleh :

Kesesuaian ukuran soma pajeko dan kapalnya di Labuan Uki Kabupaten Bolaang Mongondow

2. TINJAUAN PUSTAKA Sifat Jaring. Raharjo (1978) yang diacu oleh Robinson (1981) menyebutkan bahwa selama

HUBUNGAN FREKUENSI KEBERANGKATAN KAPAL 3 GT DENGAN JUMLAH LOGISTIK MELAUTNYA DI PPI DUMAI PADA MUSIM BARAT DAN MUSIM TIMUR ABSTRAK

ABSTRACT. Keywords : Biofilter, Cherax quadricarinatus, Glochidia

By: Febria Khairi ¹. Yusuf Syofyan ². Nofrizal ². ABSTRACT

PERILAKU MEKANIK BETON BERONGGA MENGGUNAKAN AIR LAUT

PENGARUH LAMA PERENDAMAN BENANG TERHADAP KEKUATAN MARLON SEBAGAI MATERIAL PEMBUAT JARING

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan

DESTILASI AIR LAUT MENGGUNAKAN PEMANAS MATAHARI DENGAN REFLEKTOR CERMIN CEKUNG

Keywords: Agam regency, contribution, fisheries sector, Tiku fishing port

3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH VARIASI PERAWATAN BETON TERHADAP SIFAT MEKANIK HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE UNTUK MEMPRODUKSI BETON KUAT TEKAN NORMAL

PEMANFAATAN SERAT PELEPAH PISANG SEBAGAI BAHAN TALI TAHAN AIR

TALI SERAT BERBAHAN DASAR SERAT ALAMI TANAMAN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata laurentii)

3 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA KAJIAN TEGANGAN BETON DENGAN CAMPURAN SERAT AMPAS TEBU (BAGGASE) ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA BENTUK KASKO MODEL KAPAL IKAN DENGAN TAHANAN GERAK Relationship Between Hull Form of Fishing Vessel Model and its Resistance

Randy Aditya, Paulus Taru dan Adnan

ANALISIS KECENDERUNGAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN LAUT HALMAHERA TAHUN Adrian A. Boleu & Darius Arkwright

VISIBILITY OF MONOFILAMENT AND MULTIFILAMENT AS FISHING GEAR MATERIALS IN WATERS. Abstract

Role and Contribution Of Fisheries Sector for Economy at Rokan Hilir Regency Riau Province ABSTRACT

ANALISIS USAHA PENANGKAPAN RAWAI DAN PENGEMBANGANNYA DI KOTA DUMAI. Suliani 1), Irwandy Syofyan 2), T.Ersti Yulika Sari 2)

STUDI PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN NIAS SABAR JAYA TELAUMBANUA

PENYEDIAAN AIR TAWAR DARI PENYULINGAN ENERGI SURYA MENGGUNAKAN TEKNIK REFLEKTOR CERMIN CEKUNG

PENGARUH BENTUK DAN LETAK CELAH PELOLOSAN (Escape Gap) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR TERHADAP KELESTARIANSUMBERDAYA IKAN

ABSTRACT. Keywords: private port, purse seine, efficiency charging time supplies

PENENTUAN KUALITAS PAVING BLOCK BERDASARKAN SIFAT FISIS VARIASI CAMPURAN PASIR DAN SEMEN. Yon Fajri, Riad Syech, Sugianto

Study Construction of Gillnet In The Village Nipah Panjang 1, Subdistrict of Nipah Panjang, East Tanjung Jabung Regency, Province of Jambi.

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) BERDASARKAN SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

SELEKSI UNIT PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN MAJENE PROPINSI SULAWESI BARAT Selection of Fishing Unit in Majene Regency, West Celebes

STABILISASI TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN CAMPURAN GYPSUM SINTETIS (CaSO4 2H2O) dan GARAM DAPUR (NaCl) DITINJAU DARI PENGUJIAN CBR

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

Oleh. Ahsanur Rizqi 1), Arthur brown M.Si 2), Pareng Rengi Si,Pi, M.Si 2) ABSTRAK

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

BAB III LANDASAN TEORI

The Effect Of Shortening The Difference Catches Gill Net Fishing Gear By ABSTRACT

PENENTUAN KUALITAS BATU BATA MERAH BERDASARKAN KONDUKTIVITAS TERMAL

PENGARUH KONSENTRASI BAHAN PEMBERSIH DAN PEMUTIH TERHADAP MUTU SERAT WOL HASIL PENGOLAHAN SKRIPSI NURUDDIN

Ledhyane Ika Harlyan. Dept. of Fisheries Resources Utilization and Marine Science Fisheries Faculty, Brawijaya University

PENENTUAN SIFAT LISTRIK AIR PADA WADAH ALUMINIUM DAN BESI BERDASARKAN PENGARUH RADIASI MATAHARI

Longline. By. Ledhyane Ika H. Dept. of Fisheries and Marine Resources Management Fisheries Faculty, Brawijaya University 1

SKRIPSI. PENGARUH PENAMBAHAN SILIKON TERHADAP LAJU KOROSI PADA PADUAN PERUNGGU TIMAH PUTIH ( 85 Cu 15 Sn ) Oleh : Yoppi Eka Saputra NIM :

Jurnal Mangrove dan Pesisir IX (1), Februari 2009: ISSN: PENGARUH ARUS TERHADAP TEGANGAN DAN BENTUK KELENGKUNGAN MODEL TRAMMEL NET

Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net)

BREAKING STRENGTH BENANG PA MULTIFILAMEN 2100/6 PAOA PENYIMPANAN 01 RUANG TERBUKA

ANALISIS KELEMBAGAAN PEMASARAN DAN MARGIN TATANIAGA HASIL PERIKANAN TANGKAP DIDESA BULUH CINA KECAMATAN SIAK HULU KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU By

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Analisis Kuat Tekan Batako dengan Penambahan Serat Pelepah Kelapa Sawit

Kajian Awal Pemanfaatan Rumput Teki (Fimbristylis sp), Linggi (Penicum sp) dan Sianik (Carex sp) sebagai Serat Alami untuk Bahan Alat Penangkapan Ikan

IKHWANUL CHAIR NAWAR PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

Pengaruh Waktu Perendaman Terhadap Uji Kuat Tekan Paving Block Menggunakan Campuran Tanah dan Semen dengan Alat Pemadat Modifikasi

ANALISIS SISTEM PENGERING OPAK SINGKONG TIPE RUANG KABINET DENGAN MENGGUNAKAN BIOMASSA LIMBAH PELEPAH PINANG DAN PELEPAH KELAPA

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN SEMEN-GIPSUM

Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net ) induk udang

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN ADONAN TERHADAP SIFAT FISIK ROTI

Bentuk baku konstruksi jaring insang permukaan multifilamen lemuru

KAJIAN PEMANFAATAN LEMAK AYAM RAS PEDAGING DAN MINYAK KELAPA SEBAGAI BAHAN PERMINYAKAN KULIT SAMAK KAMBING

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu :

ABSTRACT. Fira Noprita 1), M.Ramli 2), Zulkarnaini 3)

Analisa Pengaruh Absorpsi Air Laut Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Serat Pelepah Sawit

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

Aspek Biologi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Sebagai Landasan Pengelolaan Teknologi Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal

Transkripsi:

STUDI PERUBAHAN PANJANG BENANG JARING Polyamide (PA) YANG DIRENDAM DIDALAM AIR TAWAR DAN AIR LAUT OLEH TRI RAHMADHANI FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 217

STUDI PERUBAHAN PANJANG BENANG JARING Polyamide (PA) YANG DIRENDAM DIDALAM AIR TAWAR DAN AIR LAUT JURNAL DALAM BIDANG PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau OLEH TRI RAHMADHANI NIM: 134115494 TIM PENGUJI: 1. Irwandy Syofyan, S.Pi, M.Si 2. Polaris Nasution, ST, MT 3. Ir. H. Syaifuddin, M.Si 4. Ir. Bustari, M.Si 5. Isnaniah, S.pi, M.Si FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 217

STUDI PERUBAHAN PANJANG BENANG JARING Polyamide (PA) YANG DIRENDAM DIDALAM AIR TAWAR DAN AIR LAUT Tri Rahmadhani 1) Irwandy Syofyan 2) dan Polaris Nasution 2) E-mail: tri.rahmadhani23@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada 5 April hingga 15 Mei 217, yang bertempat di Laboratorium Bahan Alat Tangkap Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertambahan panjang benang jaring PA setelah perendaman pada air tawar dan air laut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, data hasil tersebut diolah menggunakan rumus yang sesuai dengan SNI 8-889-1989 dan selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Dari hasil penelitian yang dilakukan terdapat perubahan panjang benang jaring polyamide (PA) setelah perendaman diair tawar dan diair laut dengan rata-rata perubahan panjang setelah perendaman di air tawar dan diar laut sebesar 12,51 mm dan 12,89 mm sedangkan rata-rata perubahan panjang setelah pengkondisian di air tawar dan air laut sebesar 12,51 mm dan 12,79 mm. Penulis menyarankan agar dilakukan penelitian lanjutan terhadap perubahan panjang benang jaring setelah perendaman didalam air tawar dan air laut dengan penambahan lamanya perendaman dan dilakukan penelitian mengenai kekuatan tarik benang PA setelah perendaman. Kata Kunci: Perubahan Panjang Benang Jaring PA, Air Tawar, Air Laut 1) Mahasiswa Fakultas Perikanan Dan Kelautan, Universitas Riau 2) Dosen Fakultas Perikanan Dan Kelautan, Universitas Riau

STUDY OF THE CHANGE Polyamide (PA) NET YARN IMMERSION IN FRESH WATER AND SEA WATER Tri Rahmadhani 1) Irwandy Syofyan 2) and Polaris Nasution 2) E-mail: tri.rahmadhani23@gmail.com ABSTRACT This research was conducted in April 5 to May 15, 217 in Laboratory of Fishing Gear Material of Aquatic Resources Faculty of Fisheries and Marine University of Riau, Pekanbaru. The purpose of this research is to know the increase of PA net yarn length after soaking in fresh water and sea water. The method used in this research is the experimental method, the result data for changes of the length net yarn is processed using the formula according to SNI 8-889-1989 and then analyzed descriptively. From the result of this research, there are changes of polyamide (PA) yarn length after soaked in fresh water and sea water with average length will change after soaking in freshwater and sea water of 12.51 mm and 12.89 mm while average change of length after several condition in freshwater and seawater of 12.51 mm and 12.79 mm. The authors suggest to do for further research on the changes of the net yarn length after soaking in freshwater and sea water with the addition of soaking time and conducted research on the tensile strength of PA yarn after immersion. Keywords: Changes Of Net Yarn, Fresh Water, Sea Waters. 1) Student of Faculty of Fisheries and Marine, University of Riau 2) Lecturer at the Faculty of Fisheries and Marine Affairs, University of Riau

STUDY OF THE CHANGE Polyamide (PA) NET YARN IMMERSION IN FRESH WATER AND SEA WATER Tri Rahmadhani 1) Irwandy Syofyan 2) and Polaris Nasution 2) E-mail: tri.rahmadhani23@gmail.com ABSTRACT This research was conducted in April 5 to May 15, 217 in Laboratory of Fishing Gear Material of Aquatic Resources Faculty of Fisheries and Marine University of Riau, Pekanbaru. The purpose of this research is to know the increase of PA net yarn length after soaking in fresh water and sea water. The method used in this research is the experimental method, the result data for changes of the length net yarn is processed using the formula according to SNI 8-889-1989 and then analyzed descriptively. From the result of this research, there are changes of polyamide (PA) yarn length after soaked in fresh water and sea water with average length will change after soaking in freshwater and sea water of 12.51 mm and 12.89 mm while average change of length after several condition in freshwater and seawater of 12.51 mm and 12.79 mm. The authors suggest to do for further research on the changes of the net yarn length after soaking in freshwater and sea water with the addition of soaking time and conducted research on the tensile strength of PA yarn after immersion. Keywords: Changes Of Net Yarn, Fresh Water, Sea Waters. 3) Student of Faculty of Fisheries and Marine, University of Riau 4) Lecturer at the Faculty of Fisheries and Marine Affairs, University of Riau I. PENDAHULUAN Latar Belakang Benang dan jaring PA merupakan salah satu jenis benang dan jaring yang umum digunakan dibidang perikanan. PA yang lebih dikenal dengan nylon memiliki karakteristik yang lentur dan sifatnya yang mudah untuk tenggelam (Klust, 1983 dalam Ardidja, Supardi., 21). Bahan nylon dipilih sebagai bahan dasar gill net karena memiliki karakteristik yang sesuai sebagai bahan dasar gill net. Sifat nylon menurut Soeprijono dan Hartoyo (1975) sebagai berikut: nylon memiliki kekuatan berkisar dari 8,8 gram/denier sampai 4,3 gram/denier dan daya mulur berkisar dari 18% sampai 45%. Kekuatan basahnya 8-9% dari kekuatan kering, nylon mempunyai tahan tekukan dan

gosokan yang tinggi. Tahan gosokan nylon sekitar 4-5 kali tahan gosok wol, nylon mempunyai elastisitas yang tinggi (22%). Pada penarikan 8% nylon elastis 1% dan pada penarikan sampai 16% nylon masih mempunyai elastisitas 91%. Permasalahan yang sering muncul pada jenis jaring ini adalah berkurangnya kekuatan putus dan kemuluran akibat sering dioperasikan dan pengaruh bahanbahan kimia (seperti bahan bakar dan oli). Akibat yang muncul dari waktu pengoperasian adalah semakin seringnya alat terpengaruh oleh suhu udara/air, salinitas, gesekan saat penarikan (hauling), baik dengan badan perahu, maupun dengan alatalat perlengkapan perahu dan dasar perairan, tarikan akibat gerakan ikan dan tarikan akibat arus/gelombang (Klust, 1987 dalam Ardidja, Supardi., 21). Dalam pengoperasian alat tangkap kekuatan putus dan kemuluran jaring alat tangkap sangat mempengaruhi teknik pengoperasian alat tangkap sehingga dibutuhkan perlakuan terhadap alat tangkap. Melalui penelitian ini salah satu permasalahan yang harus dicermati adalah perubahan panjang benang jaring PA. Dimana para nelayan banyak menggunakan bahan sintetis tetapi tidak tahu kekuatan dari bahan tersebut. Sehingga peneliti ingin melakukan uji coba terhadap dengan lamanya perendaman diperairan yang berbeda yaitu, diperairan tawar dan perairan laut. Apakah dengan lamanya perendaman diperairan yang berbeda dapat memberikan pengaruh perubahan panjang benang jaring. Perumusan Masalah Pada saat ini, jaring merupakan alat penangkapan ikan yang terbuat dari serat sintetis. PA adalah salah satu serat sintetis yang banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan jaring, baik itu jaring yang dioperasikan diperairan tawar maupun diperairan laut. Pengoperasian jaring tersebut berlangsung sekitar 3-5 jam. Jika pengoperasiannya lebih lama dari 5 jam, akan mengakibatkan ikan-ikan yang tertangkap sudah mulai membusuk atau kadang-kadang dimakan oleh ikan lain yang lebih besar. Selama alat tangkap ini dioperasikan, maka kondisi lingkungan akan mempengaruhi alat tangkap tersebut. Salah satu faktor yang mempengaruhi kekuatan benang dan jaring adalah perairan, yaitu perairan tawar maupun perairan laut. Lamanya perendaman jaring (3-5 jam) tentunya akan mempengaruhi bahan alat tangkap tersebut, salah satu efeknya adalah perubahan panjang benang jaring. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian terhadap PA yang direndam dalam air tawar dan air laut. Tujuan dan Manfaat Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertambahan panjang benang jaring PA setelah perendaman pada air tawar dan air laut. Manfaat dari penelitian ini adalah dapat menjadi bahan pertimbangan bagi nelayan dan pihak-

pihak yang memerlukan dimana benang jaring tersebut layak digunakan terhadap alat penangkapan ikan yang berkaitan dengan kemuluran bahan atau material akibat pembebanan tertentu. II. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada 5 April hingga 15 Mei 217, yang bertempat di Laboratorium Bahan Alat Tangkap Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benang PA multifilament 21d/12, air tawar dan air laut. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah alat penguji dengan beban,5 kg, ember hitam, thermometer, hand-refractometer, timbangan digital, peralatan tulis, kamera, gunting, meteran dan jangka sorong. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, data hasil perubahan panjang benang jaring tersebut diolah menggunakan rumus yang sesuai dengan SNI 8-889-1989 dan selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Prosedur Penelitian Air tawar dan air laut dimasukkan ke wadah masing-masing sebanyak 1 liter. Sebelum benang uji direndam didalam air tawar maupun air laut, benang uji tersebut dikondisikan dalam ruangan kondisi standar selama 24 jam. Lalu benang uji tersebut diletakkan pada alat uji. Benang uji ditandai mm. Rendam benang uji didalam air tawar maupun air laut dengan lama perendaman yang berbeda-beda, yaitu selama 1 hari, 2 hari, 3 hari, 4 hari dan 5 hari. Setelah mencapai waktu perendamannya di pasang pada alat uji. Catat hasil pengukuran panjang. Benang uji tersebut dibiarkan tanpa tegangan dalam ruangan kondisi standar selama 24 jam. Setelah itu, pasang kembali benang uji dalam alat uji. Catat hasil pengukuran panjang. Ulangi pengujian tersebut untuk 5 contoh uji sesuai dengan SNI 8-889- 1989. Analisis Data Untuk melihat perubahan panjang benang jaring PA pada air tawar dan air laut, maka hasil perhitungan perubahan panjang benang jaring PA disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan diolah menggunakan rumus yang sesuai dengan SNI 8-889-1989 dan selanjutnya dianalisis secara deskriptif. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Benang Benang yang digunakan dalam penelitian ini adalah benang Polyamide (PA) multifilamen 21d/12 yang panjangnya masing-masing 2 m yang mempunyai struktur 3 strand 65 yarn dengan arah pilinan kekanan (S) merek Dolphin Fish. Kondisi Laboratorium Selama penelitian dilakukan pengukuran terhadap benang sampel, temperatur ruangan laboratorium yang diukur dengan thermometer berkisar antara 27-3 o C.

Salinitas dan Suhu Perairan Selama penelitian dilakukan pengukuran terhadap benang sampel, salinitas air tawar yang diukur dengan hand-refractometer adalah o /oo, sedangkan salinitas air laut berkisar antara 3-4 o /oo. Suhu air tawar yang diukur menggunakan thermometer berkisar antara 27,1-29, o C sedangkan suhu air laut berkisar antara 27,4-29,2 o C. Perubahan Panjang Benang Jaring Tanpa Perendaman (Kontrol) Benang PA yang dibiarkan diruangan laboratorium selama 1, 2, 3, 4 dan 5 hari kemudian diukur diameter, berat, densitas dan perubahan panjang benangnya yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Fisik Benang PA Kontrol Hari ke- Diameter Berat Densitas A B C (mm) (g) (kg/m 3 ) (mm) (mm) (mm) B% C% 1 2 3 4 5,36,36,36,36,36,65,62,64,64,63 114 114 114 114 114 Total 1,8 3,18 57 5 5 5 Ratarata,36,64 114 Keterangan: A = Panjang permulaan B = Panjang setelah perendaman C = Panjang setelah pengkondisian B% = Perubahan panjang rata-rata setelah perendaman C%= Perubahan panjang rata-rata setelah pengkondisian Pada Tabel 1 tersebut menunjukkan bahwa tidak adanya yang tidak diberi perlakuan (kontrol). Pada hari ke-1 sampai dengan hari ke- 5 benang PA tidak mengalami tanpa benang jaring tetap, yaitu mm. Benang kontrol memiliki diameter tetap yaitu,36 mm dan berat rata-rata adalah,64 gr. Perubahan Panjang Benang Jaring di Air Tawar Benang PA yang sudah direndam di air tawar selama 1, 2, 3, 4 dan 5 hari kemudian diukur diameter, berat, densitas dan perubahan panjang benangnya yang dapat dilihat pada Tabel 2. adanya perendaman. Pada hari ke- 1 sampai dengan hari ke- 5 panjang

Pada Tabel 2 tersebut menunjukkan adanya perubahan panjang benang jaring yang direndam di air tawar. Pada hari ke-1 sampai dengan hari ke- 3 benang PA belum mengalami perubahan panjang benang jaring baik setelah perendaman maupun setelah pengkondisian. Perubahan panjang benang jaring setelah perendaman pada hari ke 4 yaitu 16,14 mm atau sebesar,61% dan pada hari ke 5 yaitu 16,42 mm atau sebesar,64%. Sedangkan setelah pengkondisian pada hari ke 4 yaitu 16,14 mm atau sebesar,61% dan pada hari ke 5 yaitu 16,36 mm atau sebesar,63% Perubahan Panjang Benang Jaring di Air Laut Benang PA yang sudah direndam di air laut selama 1, 2, 3, 4 dan 5 hari kemudian diukur diameter, berat, densitas dan perubahan panjang benangnya yang dapat dilihat pada Tabel3. Tabel 2. Karakteristik Fisik Benang PA di Air Tawar Hari ke- Diameter Berat Densitas A B C (mm) (g) (g/m 3 ) (mm) (mm) (mm) B% C% 1 2 3 4 5,32,31,3,28,28 1,22 1,25 1,27 1,3 1,31 87 89 9 93 94 16,14 16,42 16,14 16,36,61,64,61,63 Total 1,49 6,35 453 5 512,56 512,5 1,25 1,24 Ratarata,3 1,27 96 12,51 12,5,25,24 Tabel 3. Karakteristik Fisik Benang PA di Air Laut Hari Diameter Berat Densitas A B C ke- (mm) (g) (g/m 3 ) (mm) (mm) (mm) B% C% 1 2 3 4 5,32,32,31,29,28 1,24 1,25 1,28 1,33 1,34 88 89 9 95 95 17,16 17,29 17,14 16,81,72,73,71,68 Total 1,52 6,44 458 5 514,45 513,95 1,45 1,39 Ratarata,3 1,28 916 12,89 12,79,29,27

Pada Tabel 3 tersebut menunjukkan adanya perubahan panjang benang jaring di air laut. Pada hari ke-1 sampai dengan hari ke- 3 benang PA belum mengalami baik setelah perendaman maupun setelah pengkondisian. Perubahan panjang benang jaring setelah perendaman pada hari ke 4 yaitu 17,16 mm atau sebesar,72% dan pada hari ke 5 yaitu 17,29 mm atau sebesar,73%. Sedangkan setelah pengkondisian pada hari ke 4 yaitu 17,14 mm atau sebesar,71% dan pada hari ke 5 yaitu 16,81 mm atau sebesar,68%. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa benang kontrol tidak mengalami perubahan panjang benang jaring. Hal ini disebabkan karena benang kontrol tidak mengalami perendaman dan pengaruh suhu relatif kecil berpengaruh terhadap karakteristik benang. Hal ini didukung oleh Murdiyanto (1975) yang menyatakan kondisi standar ruangan pengujian direkomendasikan memiliki suhu standar, yaitu 2 ± 2 o C. Namun untuk daerah tropis dan subtropis digunakan alternatif suhu sebesar 27 ± 2 o C. Jika ruangan pengujian tidak dapat memenuhi kondisi suhu standar, maka suhu ketika dilakukan pengujian harus dicatat. Menurut Klust (1983b) dalam Puspito, Gondo (29) pengaruh suhu relatif kecil terhadap PA, karena material pembuat serat PA lebih bersifat thermoplastic. Temperatur ruangan laboratorium yang diukur dengan thermometer pada saat penelitian berkisar antara 27-3 o C. Sedangkan benang jaring yang direndam diair tawar pada hari ke 1 belum mengalami perubahan, yaitu panjang mula-mula mm lalu panjang setelah direndam tetap mm dan panjang setelah pengkondisian juga tetap sama mm. Begitu juga pada hari ke- 2 dan hari ke- 3. Setelah hari ke- 4 benang jaring mengalami perubahan panjang benang jaring, yaitu setelah perendaman dan setelah pengkondisian sebesar 16,14 mm (,61%). Pada hari ke- 5 benang jaring mengalami perubahan panjang benang jaring, yaitu setelah perendaman dan setelah pengkondisian sebesar 16,42 mm (,64%) dan 16,36 mm (,63%). Sama halnya dengan benang jaring yang direndam air tawar, perubahan panjang benang jaring yang direndam diair laut terjadi pada hari ke- 4 dan hari ke- 5. Pada hari ke- 4 benang jaring mengalami, yaitu setelah perendaman dan setelah pengkondisian sebesar 17,16 mm (,72%) dan 17,14 mm (,71%). Pada hari ke- 5 benang jaring mengalami perubahan panjang benang jaring, yaitu setelah perendaman dan setelah pengkondisian sebesar 17,29 mm (,73%) dan 16,81 mm (,68%). Hal ini disebabkan karena lamanya perendaman terhadap benang, karakteristik benang PA, pembebanan yang dilakukan selama pengujian, dan juga adanya faktor lingkungan berupa salinitas. Hal ini didukung oleh pernyataan IDES (28) dalam Prasetyo, Andhika P (29) bahwa PA diklasifikasikan sebagai crystalline polymer. Bentuk area crystalline disebabkan oleh

kelompok amida dari polimer menjadi polar. PA memiliki sifat, bahwa beberapa atom tidak membagi electron dengan jumlah yang sama. Air yang merupakan molekul polar. Ketika molekul PA berinteraksi dengan air, maka terbentuk rantai lemah antara keduanya. Jika proses tersebut berlanjut, molekul air akan berdifusi masuk kedalam material melalui pori-pori dan menekan rantai polimer sehingga terlepas. Hal ini menyebabkan PA mengembang seiring dengan bertambahnya kelembaban. Menurut McKenna et al. (24), nylon merupakan serat yang paling umum digunakan sistem tali kapal yang membutuhkan penyerapan energi yang besar dan nylon juga memiliki satu kelemahan yaitu menyerap air, dimana akan mengurangi gayanya. Nilai gaya putus basahnya akan berkurang paling tidak 1% dari yang kering, serta akan kembali pulih saat telah kering. IV. Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa benang PA mengalami perubahan panjang benang jaring setelah perendaman pada air tawar dan air laut. Perubahan panjang benang jaring yang direndam di air tawar dan air laut terjadi pada hari ke- 4 dan hari ke- 5. Perubahan panjang benang jaring setelah perendaman di air tawar pada hari ke 4 yaitu 16,14 mm atau sebesar,61% dan pada hari ke 5 yaitu 16,42 mm atau sebesar,64%. Sedangkan setelah pengkondisian pada hari ke 4 yaitu 16,14 mm atau sebesar,61% dan pada hari ke 5 yaitu 16,36 mm atau sebesar,63%. Perubahan panjang benang jaring setelah perendaman di air laut pada hari ke 4 yaitu 17,16 mm atau sebesar,72% dan pada hari ke 5 yaitu 17,29 mm atau sebesar,73%. Sedangkan perubahan panjang benang jaring setelah pengkondisian pada hari ke 4 yaitu 17,14 mm atau sebesar,71% dan pada hari ke 5 yaitu 16,81 mm atau sebesar,68%. Benang jaring yang tidak diberi perlakuan tidak mengalami pada hari ke- 1 sampai hari ke- 5, yaitu panjang mula-mula mm lalu panjang setelah direndam tetap mm dan panjang setelah pengkondisian juga tetap sama mm. Saran Berdasarkan hasil pengamatan dan pengujian dalam penelitian ini, benang PA mengalami setelah perendaman selama 5 hari dengan diameter yang sama, penulis menyarankan agar dilakukan penelitian lanjutan terhadap di air tawar dan air laut dengan penambahan lamanya perendamandan dilakukan penelitian mengenai kekuatan tarik benang PA setelah perendaman di air tawar dan air laut. Daftar Pustaka Ardidja, S. 21. Bahan Alat Penangkapan Ikan. Jakarta: STP PRESS Edisi 1 (satu). 189 hal. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 21. Alat Penangkap Ikan

Berbahan Jaring - Penentuan Gaya Putus dan Gaya Putus Simpul Benang Jaring. Jakarta (ID): BSN. McKenna HA, Hearle JWS, dan O Hear N. 24. Handbook of Fibre Rope Technology. Cambridge (GB): Woodhead Publishing Ltd. 48 hlm. Murdiyanto, B. 1975. Suatu Pengenaan Tentang Fishing Gear Material. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 117 hal. Prasetyo, Andhika P. 29. Kekuatan Putus (Breaking Strength) Benang dan Jaring PA Multifilamen pada Penyimpanan di Ruang Terbuka dan Tertutup. Skripsi [tidak dipublikasikan]. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK-IPB. Puspito, Gondo. 29. Perubahan Sifat-sifat Fisik Mata Jaringan Insang Hanyut Setelah Digunakan 5, 1, 15, dan 2 Tahun. Jurnal Penelitian Sains Vol 12 No. 3D 1231. [SNI] Standar Nasional Indonesia 8-889-1998. Cara Uji Perubahan Panjang Benang Jaring Setelah Perendaman Dalam Air. Badan Standarisasi Nasional-BSN, Jakarta. Soeprijono, P dan Hartoyo. 1973. Serat-serat Tekstil. Institut Teknologi Tekstil. Bandung. 394 hal.