DISTRIBUSI SEBARAN KONDUKTIVITAS HIDRAULIK DARI HASIL UJI AKUIFER CONSTANT HEAD PERMEABILITAS PADA BATUAN SEDIMEN SECARA HETEROGEN

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI LITERATUR PENDUGAAN NILAI KONDUKTIVITAS HIDRAULIK DENGAN MENGGUNAKAN DATA UJI HIDRAULIK LAPANGAN DAN DATA LOGING GEOTENIK

Pascalia Vinca Alvando 1* Achmad Darul 2 Dasapta Erwin Irawan 3 1. Mahasiswi Sarjana Institut Teknologi dan Sains Bandung 2

DAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HIDROGEOLOGI DAERAH RENCANA PENAMBANGAN BATUBARA OPEN- PIT PT. BHARINTO EKATAMA KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Air Tanah. Air Tanah adalah

SIMULASI PENGUKURAN KETEPATAN MODEL VARIOGRAM PADA METODE ORDINARY KRIGING DENGAN TEKNIK JACKKNIFE. Oleh : DEWI SETYA KUSUMAWARDANI

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x

Tedy Agung CAHYADI 1, Lilik Eko WIDODO 2, Zuher SYIHAB 3), Sudarto NOTOSISWOYO 2)

Seminar Hasil Tugas Akhir (Rabu, 16 Juli 2014)

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... ix. A Latar Belakang...1

Ahli Hidrogeologi Muda. Ahli Hidrogeologi Tingkat Muda. Tenaga ahli yang mempunyai keahlian dalam Hidrogeologi Tingkat Muda

GEOSTATISTIK MINERAL MATTER BATUBARA PADA TAMBANG AIR LAYA

PENDUGAAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI DESA TELLUMPANUA KEC.TANETE RILAU KAB. BARRU SULAWESI-SELATAN

Eksplorium ISSN Volume 34 No. 1, Mei 2013: 35-50

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Studi Analisis Airtanah Pada Confined Aquifer, Unconfined Aquifer dan Half-Confined Aquifer

PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG UNTUK RENCANA DRAINASE TAMBANG BATUBARA BAWAH

Estimasi Konduktivitas Hidraulik Rekahan Batuan Menggunakan ANFIS : Perbandingan dengan HC-System

BAB V ANALISIS SEKATAN SESAR

PENDUGAAN IMBUHAN AIRTANAH BEBAS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI CIKAPUNDUNG, BANDUNG UTARA DENGAN MENGGUNAKAN METODA DRASTIC TUGAS AKHIR

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM

Seminar Nasional ke-2: Sains, Rekayasa & Teknologi UPH Rabu - Kamis, Mei 2017, Gedung D, Kampus UPH Karawaci, Tangerang

Metode Point Kriging Untuk Estimasi Sumberdaya Bijih Besi (Fe) Menggunakan Data Assay (3D) Pada Daerah Tanjung Buli Kabupaten Halmahera Timur

PENGUKURAN PERMEABILITAS BATUAN SAMPEL DENGAN MENGGUNAKAN METODE FALLING HEAD DAN PERBANDINGAN DENGAN ANALISIS CITRA DIGITAL TUGAS AKHIR

2.2 PENENTUAN BATAS CEKUNGAN AIR TANAH

GEOSTATISTIKA. Peranan Geostatistik dalam Kegiatan Eksplorasi Sumber Daya Alam

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

UNIVERSITAS DIPONEGORO PEMETAAN ZONA KERENTANAN AIRTANAH MENGGUNAKAN METODE AQUIFER VULNERABILITY INDEX (AVI) DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) SALATIGA

STUDI HIDROGEOLOGI DAN POTENSI RESAPAN AIR TANAH DAERAH PUNCRUT DAN SEKITARNYA, BANDUNG TUGAS AKHIR

PEMETAAN KERENTANAN AIRTANAH DAN PERANANNYA DALAM PERENCANAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebuah hubungan, misalnya ilmu alam yang berkaitan erat dengan

BAB III LANDASAN TEORI

IDENTIFIKASI KEDALAMAN AQUIFER DI KECAMATAN BANGGAE TIMUR DENGAN METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Jurusan Ilmu Komputasi, Fakultas Informatika Universitas Telkom, Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMETAAN RISIKO PENCEMARAN AIRTANAH DI KECAMATAN PIYUNGAN, KABUPATEN BANTUL MENGGUNAKAN METODE DRASTIC MODIFIKASI

Week 8 AKIFER DAN BERBAGAI PARAMETER HIDROLIKNYA

IDENTIFIKASI AIR TANAH DAN PEMANFAATANYA UNTUK PERTANIAN. Hendri Sosiawan. Identifikasi Air Tanah dan Pemanfaatannya untuk Pertanian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN METODE ORDINARY KRIGING PADA PENDUGAAN KADAR NO 2 DI UDARA

Berkala Fisika ISSN : Vol 10., No.1, Januari 2007, hal 1-5

STUDI POTENSI AIRTANAH BEBAS DI DAERAH KEBUMEN JAWA TENGAH

B-100. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode II ISSN : X Yogyakarta, 11 Desember 2010

METODE ROBUST KRIGING UNTUK MENGESTIMASI DATA SPASIAL BERPENCILAN

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

Week 10 AKIFER DAN BERBAGAI PARAMETER HIDROLIKNYA

BAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Estimasi Produksi Minyak dan Gas Bumi di Kalimantan Utara Menggunakan Metode Cokriging

SIMULASI PENGUKURAN KETEPATAN MODEL VARIOGRAM PADA METODE ORDINARY KRIGING DENGAN TEKNIK JACKKNIFE

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) PALU BERDASARKAN SATUAN HIDROMORFOLOGI DAN HIDROGEOLOGI. Zeffitni *)

*Corresponding Author :

PENGEMBANGAN METODE PENGELOLAAN AIRTANAH DENGAN TEORI PERMAINAN (Studi Kasus Cekungan Air Tanah Salatiga) TESIS

PENENTUAN PARAMETER PERMEABILITAS KONDISI TIDAK JENUH AIR METODE FREDLUND & XING

Kajian Pemilihan Model Semivariogram Terbaik Pada Data Spatial (Studi Kasus : Data Ketebalan Batubara Pada Lapangan Eksplorasi X)

BAB I PENDAHULUAN. modern ini, baik untuk kebutuhan sehari-hari yang bersifat individu maupun

PENGARUH UKURAN BUTIR TERHADAP KOEFISIEN PERMEABILITAS MATERIAL CRUSHEDLIMESTONE ABSTRAK

SNI 2435:2008 Standar Nasional Indonesia

PEMODELAN KUALITAS AIR DI KAWASAN PEGUNUNGAN KENDENG DENGAN PENDEKATAN ORDINARY KRIGING DAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS)

BAB IV PEMODELAN PETROFISIKA RESERVOIR

BAB I PENDAHULUAN. Tambang bawah tanah adalah salah satu metoda penambangan yang dapat

Pemodelan 3 Dimensi Reservoar Lapangan Batang. Pemodelan 3D reservoar. Permeability Modelling with SGS collocated cokriging

Metode Vertical Electrical Sounding (VES) untuk Menduga Potensi Sumberdaya Air

Asri P.H. dan Waterman Sulistyana B. Magister Teknik PertambanganUPN Veteran Yogyakarta

ANALISIS DATA GEOSTATISTIK MENGGUNAKAN METODE ORDINARY KRIGING

Bab V Pembahasan. Hasil perhitungan cadangan dengan menggunakan masing-masing metode dapat di lihat pada tabel 5.1 (lampiran B)

SIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN. mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

PROSIDING TPT XXV PERHAPI 2016 MASALAH PENCOCOKAN MODEL VARIOGRAM PADA PENAKSIRAN KADAR MEMAKAI METODE GEOSTATISTIKA

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB III DASAR TEORI 3.1 Sistem Airtanah

Gambar I.1. : Lokasi penelitian terletak di Propinsi Sumatra Selatan atau sekitar 70 km dari Kota Palembang

Perencanaan sumur filtrasi bantaran sungai dengan uji pemompaan. Riverbanks filtration wells plan with pumping test

ESTIMASI SEBARAN SUSEPTIBILITAS BATUAN PERMUKAAN MENGGUNAKAN GEOSTATISTIK DI KECAMATAN LORE PEORE

BAB III PEMBAHASAN. Metode kriging digunakan oleh G. Matheron pada tahun 1960-an, untuk

BAB III Metodologi Penelitian

HALAMAN PENGESAHAN...

Jurnal OFFSHORE, Volume 1 No. 1 Juni 2017 : ; e -ISSN :

Dera Yornanda*, Juandi M

Prof. Dr. Ir. Sari Bahagiarti, M.Sc. Teknik Geologi

Bab IV Hasil dan Diskusi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tata cara analisis dan evaluasi data uji pemompaan dengan metode Papadopulos Cooper

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN PROGRAM RETC UNTUK KARAKTERISASI FUNGSI RETENSI AIR DAN KONDUKTIVITAS HIDRAULIK TANAH

BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI

GEOPHYSICAL WELL LOGGING (PENLOGAN SUMUR GEOFISIK )

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Eksplorasi PGA adalah langkah pertama dalam menghitung kriging. PGA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III TEORI DASAR. Hidrogeologi adalah bagian dari hidrologi (sub-surface hydrology) yang

BAB I PENDAHULUAN. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik

Penentuan Zonasi Kawasan Imbuhan Cekungan Air Tanah (CAT) Subang yang ada di Wilayah Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat

BAB III DATA dan PENGOLAHAN DATA

Analisa Pola dan Sifat Aliran Fluida dengan Pemodelan Fisis dan Metode Automata Gas Kisi

Bab IV Analisis dan Diskusi

Transkripsi:

352 DISTRIBUSI SEBARAN KONDUKTIVITAS HIDRAULIK DARI HASIL UJI AKUIFER CONSTANT HEAD PERMEABILITAS PADA BATUAN SEDIMEN SECARA HETEROGEN Tedy Agung Cahyadi 1), Sudarto Notosiswoyo 2), Lilik Eko Widodo 3), Irwan Iskandar 4), Suyono 5) 1) Mahasiswa Pascasarjana, Rekayasa Pertambangan, ITB 2) 3) 4) Staff Pengajar Rekayasa Pertambangan, ITB 5) Staff Pengajar Teknik Pertambangan, UPN Veteran Yogyakarta ABSTRAK Hydraulic conductivity is the ability of a rock to drain ground water at a certain speed. Hydraulic conductivity in fractured rock has a complexity (the degree of heterogeneity and anisotropic) higher than the hydraulic conductivity in sedimentary rocks. Generally in modeling the distribution hidroulik distribution, sedimentary rocks studied in homogeneous and isotropic. With hidroulik conductivity distribution in heterogeneous sedimentary rocks, will provide an understanding that in the natural distribution of nonuniform distribution of sedimentary rocks, although in one layer. Hidroulik conductivity values obtained from the test aquifer with constant head permeability method on samples of core drilling. Simulator SGeMS using kriging interpolation method is able to explain the distribution of conductivity distribution hidroulik in sedimentary rocks. Validation of the model by using the correlation coefficient between the model results and field test data. Keywords: Hydraulic conductivity, Constant Head Permeability Test, Kriging, Sedimentary rocks, Heterogeneous Konduktivitas hidroulik merupakan kemampuan suatu batuan untuk mengalirkan airtanah pada kecepatan tertentu. Konduktivitas hidraulik pada batuan terkekarkan memiliki kompleksitas (derajat heterogenitas dan anisotrop) yang lebih tinggi dibandingkan dengan konduktivitas hidraulik pada batuan sedimen. Umumnya dalam pembuatan model distribusi sebaran hidroulik, batuan sedimen dikaji secara homogen dan isotrop. Dengan melakukan distribusi konduktivitas hidroulik batuan sedimen secara heterogen, akan memberikan pemahaman bahwa di alam distribusi sebaran batuan sedimen tidak seragam walaupun dalam satu lapisan. Nilai konduktivitas hidroulik didapatkan dari uji akuifer dengan metode constant head permeabilitas pada sampel hasil pemboran inti. Simulator SGeMS menggunakan metode interpolasi kriging mampu menjelaskan sebaran distribusi konduktivitas hidroulik pada batuan sedimen. Validasi model dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi antara hasil model dan data uji dilapangan. Kata Kunci : Konduktivitas Hidroulik, Uji Constan Head Permeabilitas, Kriging, Batuan Sedimen, Heterogen

353 1. LATAR BELAKANG Komponen utama dalam pemodelan aliran air tanah adalah persebaran nilai konduktivitas hidraulik. Konduktivitas hidraulik merupakan kemampuan suatu batuan untuk mengalirkan airtanah pada kecepatan tertentu. Konduktivitas hidraulik pada batuan terkekarkan memiliki kompleksitas (derajat heterogenitas dan anisotrop) yang lebih tinggi dibandingkan dengan konduktivitas hidraulik pada batuan sedimen. Umumnya dalam pembuatan model aliran air tanah, untuk menyederhanakan kondisi lapangan yang cukup komplek, parameter nilai konduktivitas hidraulik diasumsikan memiliki nilai yang sama dalam satu lapisan. Keadaan di lapangan, nilai konduktivitas hidroulik memiliki nilai yang berbeda beda walaupun dalam satu lapisan batuan (heterogen). Hal itu bisa dibuktikan dari hasil pengujian akuifer dengan metode constant head permeabilitas. Penelitian ini merupakan data dari pengeboran inti sebanyak 7 lubang bor (Iskandar, 2007). Dari 7 lubang bor tersebut, dilakukan pengujian akuifer dengan metode constant head sebanyak 34 sampel. Kondisi litologi lokasi penelitian terdiri dari batuan sedimen (mudstone dan limestone), volcanic rock (andesite) dan quarter alluvial deposit. Data permeabilitas yang jumlahnya sangat terbatas dapat digunakan untuk menduga nilai konduktivitas hidraulik dengan cara interpolasi dengan metode kriging menggunakan open source SGeMS (Standford Geostatistic Modeling Software (Remy N et al, 2006)). Metode tersebut telah terbukti untuk melakukan prediksi sebaran As berdasarkan pengaruh bobot, jarak, dan arah (Iskandar et al, 2007). Sebaran konduktivitas hidraulik yang beragam dikontrol dengan validasi model dan kondisi geologi. Hasil pemodelan konduktivitas hidraulik yang heterogen pada batuan sedimen tersebut dapat digunakan sebagai data masukan dalam input data permodelan aliran air tanah. 2. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menduga nilai konduktivitas hidraulik berdasarkan data uji constant head permeabilitas yang terbatas. 3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan metode penggabungan antara teori, data lapangan dan hasil pengujian di laboratorium, sehingga dari ketiganya dapat diperoleh kesimpulan. Adapun tahapan metode yang dilaksanakan meliputi studi litaratur, hasil pengujian dari laboratorium, mengolah dan menganalisis hasil pengolahan data, serta mengambil kesimpulan. 4. STUDI KASUS Lokasi penelitian berlokasi di daerah Sulawesi Utara. Litologi batuan yang ada di lokasi berupa batuan sedimen (mudstone dan limestone), batuan volcanic (andesite) dan quarter alluvial deposit. Sistem akuifer yang ada terdiri dari 2 jenis, akuifer dangkal yang terdiri dari deposit alluvial, lapisan lempung dan akuifer dalam yang terdiri dari batuan terkekarkan (mudstone, limestone dan andesite).

354 5. PELAKSANAAN PENELITIAN 5.1. Uji Akuifer Constant Head Permeabilitas Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan batuan (kelulusan) material tanah atau batuan dalam meluluskan air dengan prinsip tekanan tetap. Sketsa alat pengujian constant head permeabilitas sebagai berikut : Gambar 1 Sketsa Komponen Uji Constan Head Keterangan : 1. Kompresor Udara 2. Tabung Air 3. Manometer Tekanan 4. Fitting 5. Tabung Sampel 6. Tabung Ukur Volume 7. Keran Dengan menggunakan persamaan Darcy, pengujian constant head permeabilitas menghasilkan nilai konduktivitas hidraulik. QxL K = HxA K merupakan nilai konduktivitas hidraulik (cm/dtk), Q merupakan debit aliran (m 3 /dtk), H merupakan head (cm), A merupakan luas penampang sampel (cm 2 ), L merupakan panjang sampel (cm). Hasil yang diperoleh dari pengujian akuifer sebagai berikut : Tabel 1 Hasil Pengujian Constan Head Permeabilitas NO BOR X Y Z Permeability (m/dtk) log K 1 24300-1200 -6,45 1.14E-05-4.94310 2 24300-1200 -12,50 5.08E-06-5.29414 3 24300-1200 -20,60 0.000277-3.55752 BOR 1 4 24300-1200 -28,05 1.81E-05-4.74232 5 24300-1200 -33,15 0.000547-3.26201 6 24300-1200 -35,55 1.82E-05-4.73993 7 22500-2300 -6,50 0.00011-3.95787 BOR 2 8 22500-2300 -16,70 2.55E-05-4.59394

355 NO BOR X Y Z Permeability (m/dtk) log K 9 22500-2300 -21,50 3.88E-05-4.41128 10 22500-2300 -26,00 6.74E-05-4.17114 11 22500-2300 -30,50 2.35E-05-4.62841 12 22500-2300 -35,90 0.000104-3.98186 13 22500-2300 -39,50 5.65E-06-5.24765 14 23200-2000 -3,50 3.44E-05-4.46404 15 23200-2000 -12,50 0.000713-3.14702 BOR 3 16 23200-2000 -32,90 0.000127-3.89582 17 23200-2000 -40,30 0.000269-3.57007 18 22700-1300 -6,20 3.89E-05-4.40954 19 BOR 4 22700-1300 -13,40 2.67E-06-5.57303 20 22700-1300 -14,00 9.98E-05-4.00065 21 23000 1000-3,30 1.5E-05-4.82257 22 BOR 5 23000 1000-6,00 1.85E-05-4.73239 23 23000 1000-7,70 8.22E-05-4.08526 24 23800 0-12,40 2.89E-05-4.53857 25 23800 0-18,10 0.000339-3.46965 26 BOR 6 23800 0-24,40 7.29E-05-4.13717 27 23800 0-36,40 0.000125-3.90309 28 23800 0-39,40 0.000478-3.32056 29 25000-1100 -6,00 2.08E-05-4.68124 30 25000-1100 -11,10 3.24E-05-4.48936 31 25000-1100 -21,25 7.41E-05-4.13033 BOR 7 32 25000-1100 -23,20 1.85E-05-4.73239 33 25000-1100 -29,10 1.5E-06-5.82257 34 25000-1100 -47,10 2.08E-05-4.68124 5.3. Pemodelan Sebaran Konduktivitas Hidraulik dengan Kriging Model kriging mengestimasi nilai pada daerah tidak tersampel dengan melakukan perataan bobot sampel di sekitarnya berdasarkan jarak dan arah. Korelasi antar data yang berdekatan dimodelkan sebagai fungsi jarak geografis antar data pada area studi, didefinisikan sebagai variogram. Kriging sebagai teknik interpolasi telah diterapkan secara luas untuk memperkirakan variabel hidrogeologi di lokasi unsampled dari titik data pencar, seperti transmisivitas dan konduktivitas hidraulik (Fabbri, 1997) dan kontaminan (Iskandar, et al 2011). Variogram mencerminkan korelasi spasial pada sampel data di lapangan. Variogram didefinisikan sebagai berikut : x = koordinat/lokasi, h = jarak terpisah, n(h) = jumlah sampel pasangan terhadap h, z = bobot data

356 Jenis semivariogram yang digunakan tipe spherical. Setelah semivariogram dibentuk, kriging dapat mulai menaksir nilai parameter primer pada lokasi yang tidak tersampel dengan menggunakan bobot rataan. Dimana n adalah jumlah tetangga terdekat dari z1 dan z2. Nilai bobot untuk masing-masing data didapat dengan memecahkan persamaan linier dengan meminimalkan nilai variansi kriging. Dari 34 data inti bor yang telah dilakukan uji constant head, sebanyak 5 sampel diambil untuk tidak digunakan dalam proses pemodelan. Fungsi sampel yang diambil tersebut digunakan proses validasi, yaitu membandingkan hasil sebaran konduktivitas hidraulik berdasarkan hasil model dan data kondisi sebenarnya dari lapangan. Dengan menggunakan semivariogram spherical, variogram yang diperoleh berdasarkan sebaran sampel 29 buah sebagai berikut : Gambar 2 Sebaran Semivariogram Distribusi semivariogram dibuat mulai dari azimuth 0, 45, 90, 135. Berdasarkan hasil intepretasi data, didapatkan nilai semivariogram yang sama pada semua arah. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi lapisan batuan relative datar pada semua arah. Nilai sill pada semivariogram omnidirectional tercapai pada nilai 0,5, sedangkan nugget effect bernilai 0,27.

357 Pendugaan konduktivitas hidraulik dengan metode kriging dibuat dalam area dengan dimensi 2700 m 5500 m 4700 m. Untuk melihat hasil pendugaan konduktivitas hidraulik dengan metode kriging ini secara lebih detail, hasil direpresentasikan dalam bentuk fence diagram atau slice dalam arah X, Y, Z. Hasil estimasi pada daerah penelitian dapat dilihat. Gambar 3 3 D Sebaran Konduktivitas Hidraulik 6. PEMBAHASAN 6.1. Hasil Uji Permeabilitas Hasil pengujian nilai konduktivitas hidraulik berdasarkan uji constant head, menunjukkan rentangan nilai dari 1,5 x 10-6 m/dtk 0,7 x 10-3 m/dtk. Nilai tersebut merupakan representasi dari litologi berupa lapisan aluvial, batuan sedimen, serta batuan terkekarkan. Apabila sebaran nilai konduktivitas hidraulik tersebut diproyeksikan dalam bentuk histogram, akan menghasilkan sebaran data yang cenderung miring ke kiri (skewnes kiri). Hal ini digunakan untuk melihat sebaran data yang dihasilkan pada saat pemodelan konduktivitas hidraulik. Nilai sebaran konduktivitas hidraulik dikonversikan dalam bentuk log K. Nilai konduktivitas hidraulik log -5, mempunyai arti nilai tersebut adalah 10-5 m/dtk. log K Jumlah Sampel -5 4-4.5 11-4 9-3.5 6 More 4 Gambar 4 Persebaran Data Awal sebelum Dilakukan Pemodelan

358 6.2. Hasil Pemodelan Distribusi Kondutivitas Hidraulik Berdasarkan hasil penentuan konduktivitas hidraulik dengan menggunakan metoda kriging, dari jumlah 29 buah data menghasilkan 44.415 nilai konduktivitas hidraulik, yang memiliki nilai yang berbeda antara titik blok model yang satu dengan yang lainnya. Untuk melihat sebaran data yang dihasilkan dari model tersebut perlu dibuat histogram. Sebaran data menghasilkan pola yang mirip dengan kondisi data awal, yaitu sebaran data yang cenderung terdistribusi miring ke kiri (skewnes kiri). log K Jumlah Hasil Model -5 9751-4.5 31339-4 3210-3.5 80 More 35 Gambar 5 Persebaran Data Awal setelah Dilakukan Pemodelan Histogram tersebut memberikan gambaran, bahwa nilai permeabilitas batuan yang ada di alam dari titik yang yang satu ke titik yang lainnya memiliki nilai yang berbeda (heterogen). Sehingga dalam satu lapisan litologi, nilai konduktivitas hidraulik akan bervariasi. Hasil variogram menunjukkan bahwa, dengan azimuth 0, 45, 90, dan 135 memberikan sebaran yang relative sama pada range 2.500 m. Gambar dibawah ini menunjukkan perbedaan lapisan batuan ditunjukkan oleh perbedaan warna dominan biru dan kuning ke merah. Sehingga hal itu menunjukkan bahwa walau dalam satu lapisan litologi yang sama, memberikan distribusi sebaran nilai konduktivitas hidraulik yang relative heteregon. 3 m Lapisan lempung Lapisan pasir Batuan terkekarkan 47 m Gambar 6 Lapisan Batuan Sedimen dan Batuan Terkekarkan

359 Nilai konduktivitas hidraulik pada warna biru merupakan representasi dari lapisan lempung yang relative impermeabel, sehingga mencerminkan nilai konduktivitas hidraulik yang kecil. Lapisan pasir pada model ditunjukkan pada warna kuning yang menunjukkan lapisan akuifer pada kondisi yang dangkal. Nilai permeabilitas yang besar dijumpai pada lokasi penelitian di arah utara. Warna merah tersebut merupakan representasi akuifer dalam yang berada pada batuan terkekarkan, yaitu batugamping. Untuk mengukur ketepatan estimasi nilai konduktivitas hidraulik di daerah penelitian, metode yang digunakan adalah cross-validation. Lima (5) sampel yang tidak digunakan sebagai data masukan model berfungsi untuk membandingkan hasil distribusi sebaran konduktivitas hidraulik berdasarkan metoda kriging. Perbandingan hasil nilai K dari model dan data uji akuifer disajikan pada tabel berikut : Tabel 2 Perbandingan Hasil Konduktivitas Hidraulik Model dan Uji Constan Head Permeabiltas x y z log K obs Log K prediksi 24300-1200 -2805-4.7423214-4.824351 22500-2300 -2600-4.1711395-3.916717 23200-2000 -3290-3.8958228-3.601869 23800 0-2440 -4.1371732-3.424596 25000-1100 -2320-4.7323938-4.813883 Gambar 7 Hubungan Data Konduktivitas Hidraulik Model dan Uji Constan Head Permeabiltas Verifikasi model dilakukan dengan tujuan agar pemodelan yang dibuat sesuai dengan kondisi lapangan yang sebenarnya. Hasil pemodelan dari SeGMS dibandingkan hasil 5 sampel uji yang tidak digunakan dalam data masukan model. Sesuai atau tidaknya model matematis tersebut dengan data yang digunakan dapat ditunjukkan dengan mengetahui besarnya nilai r 2 atau juga yang disebut sebagai koefisien determinasi (cooficient of determination).

360 Koefisien determinasi dalam statistika dapat diintepretasikan sebagai proporsi dari variasi yang ada dalam nilai y dan dijelaskan oleh model persamaan regresi. Dengan kata lain, koefisien determinasi menunjukkan seberapa jauh kesalahan dalam memprakirakan besarnya y dapat direduksi dengan menggunakan informasi yang dimiliki variable x. Model persamaan dianggap sempurna apabila nilai r 2 = 1. Sebaliknya, apabila variasi yang ada pada nilai y tidak ada yang bisa dijelaskan oleh model persamaan regresi yang diajukan, maka nilai r 2 = 0. Dengan demikian, model persamaan regresi dikatakan semakin baik apabila besarnya r 2 mendekati 1 (Ating, S. 2006). Hasil r 2 pada pemodelan tersebut menghasilkan nilai sebesar 0,89. Angka tersebut menunjukkan bahwa antara data hasil pemodelan dengan nilai konduktivitas hidraulik yang sebenarnya menghasilkan hubungan angka cukup signifikan. Sehingga dengan hasil distribusi sebaran nilai K dengan cara kriging mencerminkan bahwa batuan sedimen yang ada di alam memiliki nilai K yang heterogen. 7. KESIMPULAN Distribusi sebaran konduktivitas hidraulik berdasarkan hasil uji akuifer constan head permeabilitas dengan metode kriging mampu menjelaskan keberadaan nilai K di batuan sedimen yang relative heterogen. Heterogenitas nilai K sangat mempengaruhi suatu aliran air pada media airtanah. Metode kriging terbukti mampu menduga nilai konduktivitas hidraulik pada daerah yang tidak memiliki data. 8. DAFTAR PUSTAKA Remy N., Boucher A., Wu J. (2006) : SGeMS User Guide. Iskandar I., Koike K, (2011) : Distinguishing potential sources of arsenic released to groundwater around a fault zone containing a minesite. Fabbri, P., (1997) : Transmissivity in the geothermal Euganean basin: a geostatistical analysis. Ground Water 35 (5), 881 887. Ating, S., (2006) : Aplikasi Statistika dalam Penelitian, Pustaka Setia, Bandung. 9. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada segenap rekan rekan Prodi Rekayasa Pertambangan dan Teknik Air Tanah - ITB. Selain itu juga penulis mengucapkan terimakasih kepada Laboratorium Hidrogeologi Tambang-ITB, Aris Arnanto, Odus Natan, Novita Douw, Indra Bagus, dkk yang telah memberikan bantuan sehingga makalah ini dapat dipresentasikan.