DAYA TAHAN ROTAN YANG DIAWETKAN DENGAN CUKA KAYU GALAM TERHADAP SERANGAN BUBUK Dinoderus minutus Farb.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN CUKA KAYU GALAM PADA PENGAWETAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SERANGAN RAYAP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Anonim, 2006). Dengan. Banyak faktor yang membuat potensi hutan menurun, misalnya

PENINGKATAN DAYA TAHAN BAMBU DENGAN PROSES PENGASAPAN UNTUK BAHAN BAKU KERAJINAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH CUKA KAYU TERHADAP SERANGAN HAMA PERUSAK DAUN DAN PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril)

PENGAWETAN ROTAN KURANG DIKENAL SEBAGAI BAHAN BAKU MEBEL MENGGUNAKAN RENDAMAN DINGIN

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan

Vini Nur Febriana 1, Moerfiah 2, Jasni 3. Departemen Kehutanan, Gunung Batu Bogor ABSTRAK

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kayu saat ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan

PERLAKUAN KIMIA DAN FISIK EMPAT JENIS ROTAN SESUDAH PENEBANGAN CHEMICAL AND PHYSICAL TREATMENT OF FOUR RATTAN SPECIES AFTER FELLING

PENGAWETAN KAYU MANGGA (Mangifera indica) SECARA TEKANAN DENGAN PERMETHRIN UNTUK MENCEGAH SERANGAN RAYAP KAYU KERING

PEMBUATAN CUKA KAYU DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN. Oleh : Sri Komarayati

SERBUK GERGAJIAN KAYU JATI (Tectona grandis) SEBAGAI BAHAN PENGAWET KAYU DURIAN (Durio zibethinus)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi.

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.

ABSTRAK. Kata kunci : papan partikel, konsentrasi bahan pengawet, asap cair, kayu mahoni, kayu sengon PENDAHULUAN

Perlakuan Kimia dan Fisik Empat Jenis Rotan sesudah Penebangan (Chemical and Physical Treatments of Four Rattan Species after Felling)

Kata kunci: seng khlorida-dikhromat,rayap tanah, rayap kayu kering,bubuk kayu kering, uji kuburan

BAB III BAHAN DAN METODE

PERBAIKAN SIFAT KAYU KELAS KUAT RENDAH DENGAN TEKNIK PENGEMPAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN ANTI NYAMUK (Mosquito repellent) dari AKAR TUBA (Derris elliptica (Roxb.) Benth)

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

Oleh/By: Jasni dan Adi Santoso ABSTRACT. wood species are susceptible to wood destroying organisms, particularly termite.

APLIKASI ASAP CAIR DARI KAYU LABAN

UJI DAYA RACUN BAHAN PENGAWET. 1. Uji Kultur Agar

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu

PENGARUH KONSENTRASI DAN WAKTU APLIKASI EKSTRAK KULIT BUAH MAHONI

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. nyawa makhluk hidup karena mempunyai beberapa kelebihan seperti hampir tidak

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BAMBU DENGAN STABILISASI DIMENSI. The Increasing of Bamboo Quality Using Dimensional Stabilization

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

DAYA TAHAN 16 JENIS ROTAN TERHADAP BUBUK ROTAN. ( The Resistance of 16 Rattan Species Against Powder Post Beetles Dinoderus Minutus Fabr.

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan

EFEKTIFITAS BAHAN PENGAWET DARI ASAP CAIR TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

OPTIMASI PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SEKAM PADI DAN APLIKASINYA SEBAGAI PUPUK TANAMAN HIDROPONIK

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

KELAS AWET JATI CEPAT TUMBUH DAN LOKAL PADA BERBAGAI UMUR POHON (Durability class of Fast Growing and Local Teak On Various Tree Ages)

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya (Parwiro,

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mortalitas dan Kecepatan Kematian. Tingkat mortalitas walang sangit pada aplikasi kontak dengan konsentrasi

LAPORAN AKHIR TEKNOLOGI PEMBUATAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI PESTISIDA ORGANIK DAN PENGAWET PANGAN ALAMI YANG MURAH DAN APLIKATIF

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK NEGERI DI KOTA PEKANBARU

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan komoditas strategis yang secara. kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. menyerang produk biji-bijian salah satunya adalah ulat biji Tenebrio molitor.

PENGAWETAN KAYU KARET MENGGUNAKAN BAHAN ORGANIK DENGAN TEKNIK PERENDAMAN PANAS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang

Fauzi Febrianto 1 *, Adiyantara Gumilang 2, Sena Maulana 1, Imam Busyra 1, Agustina Purwaningsih 1. Dramaga, Bogor 16680

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi

QUALITY ASSESSMENT OF SMOKED SELAIS (Cryptopterus bicirrhis) RESULTS USING LABAN WOOD SMOKE WITH DIFFERENT METHODS FOR THE STORAGE ROOM TEMPERATURE

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan selama satu bulan pada bulan April 2016 hingga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

UJI BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP PENGENDALIAN KUMBANG BERAS (Sitophylus oryzae) (Coeloptera: Curculionidae) DI LABORATORIUM SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

Bab III Metodologi Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENGARUH KONSENTRASI CUKA KAYU DARI TEMPURUNG KELAPA TERHADAP KUALITAS IKAN GABUS (Ophiocephalus striatus)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan

PESTISIDA ALAMI ALKALOID DENGAN EKSTRAK KECUBUNG PASTI MANJUR DAN AMAN

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

Pengawetan Kayu Mahoni Secara Tekanan dengan Deltamethrin terhadap Serangan Rayap Kayu Kering

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

Pengawetan Kayu Pulai (Alstonia scholaris L.) Dengan Asap Cair Ampas Tebu Terhadap Serangan Hama Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren.

Oleh/ By : Barly, Neo Endra Lelana & Agus Ismanto

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

Transkripsi:

DAYA TAHAN ROTAN YANG DIAWETKAN DENGAN CUKA KAYU GALAM TERHADAP SERANGAN BUBUK Dinoderus minutus Farb. THE RESISTANT OF RATTAN THAT IS PRESERVED BY GALAM VINEGAR TO ATTACK OF Dinoderus minutus Farb POWDER Evy Setiawati *) *) Peneliti Baristand Industri Banjarbaru ABSTRAK Rotan pada umumnya sering diserang oleh kumbang bubuk kering (Tellu, 2001). Upaya pencegahan serangan bubuk perusak rotan dilakukan dengan pengawetan. Peningkatan keawetan rotan dari serangan serangga dapat dilakukan dengan bahan pengawet yang ramah lingkungan, yaitu cuka kayu galam. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan konsentrasi pengawet paling efektif yang menunjukkan tingkat serangan bubuk D. minutus Farb yang paling rendah. Rotan yang digunakan adalah rotan hijau (Calamus sp). Konsentrasi bahan pengawet yang digunakan sebesar 10%, 40%, 70% dan 100%. Pengujian serangan bubuk menggunakan metode umpan paksa. Parameter pengujian keefektifan pengawet cuka kayu terhadap serangan bubuk yang diamati meliputi derajat proteksi bubuk Dinoderus minutus Farb., kehilangan berat rotan, dan nilai mortalitas bubuk kering Dinoderus sp untuk menguji toksikologis dari cuka kayu. Hasil pengujian menunjukkan bahwa derajat proteksi bubuk pada rotan semakin bertambah seiring dengan peningkatan konsentrasi bahan pengawet. Semakin tinggi konsentrasi cuka kayu semakin kecil kehilangan berat rotan dan semakin tinggi pula tingkat mortalitas serangga. Kata kunci : daya tahan rotan, cuka kayu, Dinoderus minutus. ABSTRACT Rattan on frequently attacked by the powder post beetle (Tellu, 2001). The prevention of dry powder attacks is done by preservation. The increasing resistant of rattan from insect attack can be done by an environmentally friendly preservative, the Galam wood vinegar. This research aims to determine the most effective concentration of preservative that shows the lowest attacks level of D. Farb minutus powder. The rattan used is green rattan (Calamus sp.) The concentration of preservative that are used:10%, 40%, 70% and 100%. The testing of dry powder attack used force feedback method. The effectiveness test parameters of wood vinegar to dry powder attacks included degree of protection Dinoderus minutus Farb. powder, reduction percentage of rattan weight and the mortality of dry powder Dinoderus sp for toxicological testing of wood vinegar. The test results showed that the degree of protection powder in rattan growing along with the increased concentration of preservatives. The higher the concentration of wood vinegar, the smaller the reduction of rattan weight and the higher the mortality rate of dry powder. Keywords: resistant of rattan, wood vinegar, Dinoderus minutus. I. PENDAHULUAN Rotan sebagai salah satu sumber hayati di Indonesia, telah memberikan kontribusi besar sebagai komoditas perdagangan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Penurunan mutu dan kekuatan rotan akibat serangan organisme perusak rotan menyebabkan penurunan daya saing produk rotan olahan Indonesia. Salah satu cara untuk meningkatkan daya saing produk rotan adalah dengan cara 8

Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.2, No.2, Desember 2010 :8-12 meningkatkan mutu produk dan efisiensi proses. Pada dasarnya masalah utama pada rotan adalah serangan kumbang bubuk kering (powder post beetle). Jenis bubuk yang sering menyerang rotan di Asia Tropik berasal dari genus Dinoderus (Dinoderus minutus, Dinoderus brevis, dan Dinoderus ocelaris) (Rachman dan Jasni, 2008). Bubuk D. minutus merupakan salah satu jenis bubuk yang banyak dijumpai. Bubuk kayu kering termasuk serangga perusak kedua yang ganas setelah rayap. Sampai saat ini daya tahan rotan terhadap serangan bubuk masih belum terpecahkan (Tellu, 2001). Untuk menanggulangi serangan bubuk pada rotan maka perlu dilakukan upaya pencegahan dengan cara pengawetan dan umumnya menggunakan bahan-bahan kimia yang bersifat racun ataupun penolak organisme perusak rotan. Pengawetan rotan dapat meningkatkan umur pakai dan menghemat biaya pemeliharaan, memperpanjang siklus pemanenan serta meningkatkan proses pematangan selama pertumbuhan. Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan bahaya lingkungan akibat penggunaan pestisida kimia, peningkatan keawetan rotan dari serangan serangga dapat dilakukan dengan bahan pengawet yang ramah lingkungan. Salah satu bahan alami yang dapat dipakai sebagai pengawet adalah cuka kayu galam. Cuka kayu atau asap cair adalah cairan organik yang berwarna kuning sampai coklat kehitaman dan berbau sengak (asap) mengandung banyak komponen kimia yang dikelompokkan pada senyawa asam, phenol, dan alkohol (Pujilestari, 2006). Aplikasi penyemprotan cuka kayu yang mengandung asam, fenol, dan turunan fenol pada sengon telah dilakukan dan menunjukkan adanya penurunan intensitas serangan hama ulat jengkal (Dendang, dkk, 2007). Hasil penelitian Kurniawan T. P. (2006) menunjukkan bahwa pemberian cuka kayu (wood vinegar) pada media kertas selulosa, memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas rayap Coptotermes curvignathus Holm yang diumpankan. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai daya tahan rotan hasil hutan Kalimantan terhadap serangan bubuk perusak rotan yaitu bubuk Dinoderus minutus Farb. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai daya tahan rotan terhadap serangan bubuk D. Minutus Farb. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menetapkan konsentrasi paling efektif yang menunjukkan tingkat serangan bubuk D. minutus Farb yang paling rendah. II. BAHAN DAN METODA Rotan yang digunakan adalah rotan hijau (Calamus sp)., diambil dari daerah Martapura Kalimantan Selatan. Bahan penelitian yang digunakan untuk pembuatan cuka kayu adalah kayu galam (Melaleuca cajuput). Kayu galam dimanfaatkan secara acak, tidak dibedakan berdasarkan umur dan diameter batang. Kayu galam diambil dari daerah Liang Anggang Banjarbaru Kalimantan Selatan. Peralatan yang diperlukan meliputi satu unit alat pengolah cuka kayu yang dilengkapi dengan jerigen penampung cuka kayu. Pengambilan serangga Dinoderus minutus Farb. dari CV. Findora Internusa, Cirebon. Rotan hijau yang digunakan adalah diameter 0.8 cm. Rotan yang telah masak tebang, kemudian dipotong-potong sepanjang 10 cm. Rotan yang telah kering udara ditimbang untuk mengetahui berat awalnya. Selanjutnya rotan tersebut dimasukkan dalam bak pengawetan yang berisi larutan cuka kayu galam 10%, 40%, 70% dan 100% dan 0% (sebagai kontrol). Di atas tumpukan rotan dipasang penahan agar rotan tidak terapung dengan lama perendaman 3 (tiga) jam, kemudian dikeringkan dan ditimbang. Pengujian serangan bubuk mengacu pada prosedur pengujian komisi pestisida, Kementerian Pertanian dengan menggunakan metode umpan paksa. Sampel rotan yang telah diberikan perlakuan pengawetan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada suhu kamar selama 15 hari sampai menjadi kering udara kembali. Rotan yang sudah 9

diawetkan, kemudian dimasukkan ke dalam kotak ditutup plastik bersama-sama dengan 50 ekor imago Dinoderus sp. yang berumur 1 bulan. Kotak pengujian yang telah berisi rotan dan kumbang Dinoderus sp. disimpan di kamar gelap selama 8 minggu (Anonim, 2008). Parameter pengujian keefektifan pengawet cuka kayu terhadap serangan bubuk yang diamati meliputi: Derajat proteksi bubuk Dinoderus minutus Farb.. Kehilangan berat contoh uji, yaitu 0% (kontrol), 10%, 40%, 70%, dan 100%. Nilai mortalitas bubuk kering Dinoderus sp untuk menguji toksikologis dari cuka kayu III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Derajat Proteksi Rotan terhadap Serangan Dinoderus minutus Farb. Derajat proteksi rotan hijau setelah diawetkan ditunjukkan dalam Tabel 1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa derajat proteksi bubuk pada rotan semakin bertambah seiring dengan peningkatan konsentrasi bahan pengawet. Tabel 1. Derajat Proteksi Rotan Hijau Setelah Diawetkan dengan Cuka Kayu. Konsentrasi pengawet (%) Nilai Kondisi serangan 10 70 Sedang (masuk belum meluas) 40 90 Sedikit (nyata di permukaan) 70 100 100 Utuh Pada konsentrasi pengawet 70% dan 100% tidak menunjukkan adanya serangan bubuk di permukaan. Hal ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi cuka kayu sebesar 70% telah efektif mengawetkan rotan terhadap serangan bubuk. Efektivitas cuka kayu sebagai bahan pengawet alami pada rotan untuk mencegah serangan D.minutus Farb, erat kaitannya dengan kandungan cuka kayu yang berfungsi sebagai pengawet. Anonim (2007), mengemukakan bahwa kandungan cuka kayu yang berfungsi sebagai pengawet adalah senyawa asam 61,01%, phenol (4,13%), dan karbonil (11,30%). Dua senyawa utama dalam cuka kayu yang mempunyai efek bakteriostatik adalah phenol dan asam organik (Pujilestari, 2008). Kondisi serangan rotan yang diawetkan dengan cuka kayu 40% adalah nyata di bagian permukaan. Sedangkan kondisi serangan rotan yang diawetkan dengan cuka kayu 10% adalah masuk di permukaan. Adanya serangan di permukaan merupakan indikator kerusakan rotan akibat serangan D.minutus. Hal ini menggambarkan bahwa pengawetan rotan dapat dilakukan dengan perendaman larutan cuka kayu pada konsentrasi yang tepat. Tellu (2001) menyatakan bahwa daya serang serangga berhubungan dengan jumlah serangga perusak. Daya serang serangga semakin berkurang apabila serangga perusak yang datang tidak dapat hidup bertahan lebih lama. Berdasarkan hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi pengawet cuka kayu, semakin tinggi derajat proteksi serangga perusak, dan semakin rendah pula derajat serangan serangga perusak. 3.2. Kehilangan Berat Rotan Rotan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rotan hijau (Calamus sp). Rotan yang digunakan tergolong rotan besar karena berdiameter > 18 mm (Jasni, Damayanti, Kalima, 2007). Pada Tabel 2 terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi cuka kayu semakin kecil kehilangan berat rotan. Tabel 2. Data Kehilangan Berat Rotan No Perlakuan Perendaman Cuka Kayu Rata-Rata Kehilangan Berat (%) 1 kontrol (0%) 37,259 2 10% 29,932 3 40% 19,294 4 70% 1,859 5 100% 1,716 Kadar air rotan awetan lebih rendah dari yang tidak diawetkan Sanjaya (2005). 10

Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.2, No.2, Desember 2010 :8-12 Oleh karena itu pengurangan berat rotan ini bukan dikarenakan pengurangan kadar air, tetapi lebih diakibatkan adanya serangan bubuk D. minutus. Kehilangan berat erat hubungannya dengan derajat serangan bubuk. Kehilangan berat disebabkan karena pati yang terdapat dalam rotan dimakan oleh bubuk sehingga rotan menjadi lebih ringan. Bubuk D. Minutus menyerang isi rotan karena kandungan karbohidratnya tinggi (Tellu, 2001). Berdasarkan Tabel 2, persentase kehilangan berat rotan sebelum diawetkan (kontrol) yaitu sebesar 37.259%, hal ini menunjukkan bahwa rotan hijau termasuk dalam kategori kelas V (penurunan berat >28%). Pada konsentrasi pengawet 70% dan 100% mampu menghasilkan kehilangan berat rotan yang paling kecil. Hal ini menunjukkan bahwa setelah diawetkan menggunakan cuka kayu 70 dan 100 %, rotan hijau termasuk dalam kategori kelas I (penurunan berat <2.303%). Rotan pada pengawet cuka kayu 70% dan 100% tidak menunjukkan pengurangan berat yang berarti. Artinya volume rotan tidak mengalami perubahan yang signifikan, hal ini disebabkan karena jumlah serangga banyak yang mati. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa perlakuan perendaman rotan dalam larutan cuka kayu 70% memberikan pengaruh yang optimal dalam upaya pengawetan rotan, atau dapat dikatakan bahwa konsentrasi cuka kayu sebesar 70% telah efektif membunuh bubuk. 3.3. Pengujian Mortalitas Dinoderus minutus Tingkat mortalitas/kematian bubuk D.minutus merupakan indikator daya serang terhadap sasaran. Semakin rendah tingkat mortalitas, maka semakin tinggi daya serangnya, dan sebaliknya. Oleh karena itu daya tahan dan keawetan rotan akan semakin menurun. Pada Tabel 3 terlihat bahwa tingkat kematian serangga pada konsentrasi pengawet cuka kayu bekisar antara 58,8% - 100%. Penelitian ini tergolong berhasil karena nilai mortalitas 55% (Jasni dan Santoso, 2006). Tabel 3. Mortalitas D.minutus setelah 8 Minggu. Konsentrasi Bahan Pengawet Jumlah Serangga yang mati setelah 8 minggu Kontrol 22 % 10 % 58 % 40 % 74 % 70 % 98 % 100 % 100 % Konsentrasi pengawet 70 % dan 100% memberikan respons yang hampir sama antara satu dengan yang lainnya. Variasi konsentrasi memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat mortalitas bubuk Dinoderus minutus. Semakin tinggi konsentrasi pengawet cuka kayu, semakin tinggi pula tingkat mortalitas serangga. Hal ini telah sesuai dengan hasil penelitian Tellu (2001) yang menyatakan bahwa perlakuan perendaman rotan dalam larutan pengawet dengan konsentrasi tertentu memberikan pengaruh positif dalam upaya pengawetan rotan. IV. KESIMPULAN 1. Dalam upaya meningkatkan daya tahan rotan terhadap serangan bubuk Dinoderus minutus Farb., larutan cuka kayu dapat digunakan sebagai bahan pengawet 2. Konsentrasi cuka kayu 70% merupakan konsentrasi yang paling efektif dalam mengawetkan rotan terhadap serangan bubuk Dinoderus minutus 3. Terdapat interaksi positif antara konsentrasi pengawet cuka kayu dengan derajat proteksi bubuk dan tingkat mortalitas bubuk Dinoderus minutus. Sedangkan terdapat interaksi negatif antara konsentrasi pengawet cuka kayu dengan nilai pengurangan berat. 11

V. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim, 2007, Usaha Arang Terpadu, Satu Proses Produksi Dapat Dua Komoditi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor. 2. Anonim, 2008, Pengujian Laboratorium Efikasi Pengawet Kayu terhadap Bubuk Kayu Kering Pada Rotan, Komisi Pestisida, Departemen Pertanian Indonesia. 3. Dendang, B., Sudomo, A., Raciman E., dan Rusdi, 2007, Pengendalian Hama Ulat Jengkal pada Sengon dengan Ekstrak Daun Suren dan Cuka Kayu, Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Warta Benih 8(1). 4. Jasni, Damayanti, Kalima, 2007, Atlas Rotan Indonesia, Puslitbang Hasil Hutan, CV.Simpati, Bogor. 5. Jasni dan Santoso, A., 2006, Pengujian Resin Berbasis Lignin sebagai Bahan Pencegah Serangan Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cynocephalus Light), Jurnal Penelitian Hasil Hutan 24(4):301-308. 7. Pujilestari, T., 2006, Penggunaan Cuka Kayu / Asap Cair untuk Pengawetan Ikan, Baristand Industri Banjarbaru 8. Pujilestari, T., 2008, Rekayasa Produk Cuka Kayu untuk Mengurangi Bau pada Industri Peternakan Ayam, Baristand Industri Banjarbaru. 9. Rachman, O., Jasni, 2008, Rotan Sumber daya, Sifat, dan Pengolahannya, Puslitbang Hasil Hutan, CV.Simpati, Bogor. 10. Sanjaya, 2005, Studi Pendahuluan Mengenai Efek Pengawet terhadap Rotan Sega (Calamus caesius BL.), Tesis Institut Teknologi Bandung. 11. Tellu, A., T., 2001, Daya Tahan Jenis- Jenis Rotan Hasil Hutan Sulawesi Tengah dengan Menggunakan Fermetrin terhadap Serangan Bubuk Dinoderus minitus Farb., Sci&Tech, Vol. 2 (1): 35-46. 6. Kurniawan, T.P., 2006, Efikasi Cuka Kayu (Wood Vinegar) terhadap rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holm) dari limbah kayu Mahoni (Swietenia macrophylla King) dan kayu Kihiyang (Albizzia procera Benth). 12