BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin meningkatnya perkembangan kehidupan masyarakat dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan karunia Tuhan yang senantiasa membawa perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

BAB I PENDAHULUAN. 2. Persamaan perlakuan dan pelayanan; 5. Penghormatan harkat dan martabat manusia;

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia telah lahir beberapa peraturan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergeseran paradigma dalam hukum pidana, mulai dari aliran klasik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penduduk Indonesia yang sangat besar jumlah pertumbuhan penduduknya yaitu

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai salah satu institusi

BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat- zat adiktif lainnya (NAPZA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pemidanaan di Indonesia secara berangsur mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat- zat adiktif lainnya (NAPZA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pemasyarakatan yang merupakan proses pembinaan yang

kehidupan bangsa sesuai dengan tujuan nasional seperti tercantum pada alinea IV

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan secara terus menerus usaha usaha dibidang pengobatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu lembaga atau

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1 Sebagai masa depan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

I. PENDAHULUAN. Perhatian terhadap diri dan hakikat anak sudah dimulai pada akhir abad ke- 19, dimana anak

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masalah pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran tertentu 2. Topik

BAB I PENDAHULUAN. menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum.

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Setelah adanya Keputusan Konferensi Dinas Para

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana bersikap, bertutur kata dan mempelajari perkembangan sains yang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, tidak lepas dari kaidah hukum yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. tahun), termasuk anak yang masih dalam kandungan. 1 Anak adalah amanah

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. berhak untuk mendapat perlakuan yang sama di hadapan hukum (equality before

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. maupun dewasa bahkan orangtua sekalipun masih memandang pendidikan

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB I PENDAHULUAN. atau narapidana agar mereka dapat kembali hidup bermasyarakat dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut belum mempunyai kemampuan untuk melengkapi serta. kepentingan pribadi mereka masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. Negara indonesia adalah negara hukum rechstaats. 1 Sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, pendidikan, dan pengajaran 1. Penggunaannya diluar pengawasan dokter atau dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sasaran Pendidikan adalah manusia. Pendidikan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pidana penjara atau pemasyarakatan merupakan salah satu bagian dari

INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN PEMAHAMAN TENTANG KEDISIPLINAN PENGARUHNYA TERHADAP KETAATAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. ada juga kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak. Anak yaitu seorang yang belum berumur 18 tahun dan sejak masih dalam

BAB I PENDAHULUAN. harapan-harapan dari orang tua dan negara ini berada. Dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk melaporkan aneka kriminalitas. di berbagai daerah menunjukkan peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

SKRIPSI PERAN BAPAS DALAM PEMBIMBINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN YANG MENJALANI CUTI MENJELANG BEBAS. (Studi di Balai Pemasyarakatan Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara yang sangat menentang tindak

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. 1 Hal ini berarti setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membicarakan hukum adalah membicarakan hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pendidikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin meningkatnya perkembangan kehidupan masyarakat dalam berbagai bidang, maka semakin berkembang pula pelanggaran terhadap hukum. Perkembangan pelanggaran terhadap hukum yang dilakukan oleh masyarakat saat ini tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa saja, akan tetapi pelanggaran hukum yang dilakukan oleh anak - anak juga semakin marak terjadi. Kemajuan di era globalisasi ini cukup memberikan harapan yang lebih baik, tetapi disisi lain masih ada masalah yang memprihatinkan khususnya mengenai tingkah laku sebagian generasi muda terutama anak - anak yang terperangkap dalam penyalahgunaan psikotropika. Pada awalnya psikotropika sangat bermanfaat untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kesehatan, tetapi sekarang banyak disalah gunakan oleh beberapa orang termasuk anak - anak. Psikotropika menurut Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1997 Pasal 1 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10 adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Penyalahgunaan psikotropika dapat menyebabkan ketergantungan apabila digunakan tidak dibawah pengawasan dan petunjuk tenaga kesehatan. Hal ini tidak hanya merugikan bagi penyalahguna, 1

2 tetapi juga berdampak secara sosial, ekonomi dan keamanan nasional, sehingga dapat mengancam kehidupan bangsa dan negara. Keberadaan anak di lingkungan kita memang perlu mendapat perhatian, terutama mengenai tingkah lakunya, yang kadang - kadang seorang anak melakukan perbuatan yang lepas kontrol sehingga dapat merugikan dirinya sendiri. Keadaan seperti ini sungguh memprihatinkan, apalagi pelakunya sebagian besar adalah generasi muda yang diharapkan dapat menjadi penerus bangsa dimasa depan. Kalangan anak muda mudah terpengaruh terhadap penyalahgunaan psikotropika, terutama para remaja karena masa remaja merupakan masa seorang anak mengalami perubahan dalam segala bidang. Tingkah laku yang demikian disebabkan karena sikap dan mental anak belum stabil dan masalah lingkungan pergaulan anak itu sendiri. Dengan adanya persamaan kedudukan antara orang dewasa dengan anak - anak dimuka hukum, maka pelanggaran hukum yang dilakukan anak - anak juga diberi sanksi sesuai dengan hukum yang berlaku. Pembinaan terhadap anak dilingkungan Lembaga Pemasyarakatan perlu adanya pendampingan dari petugas pendamping khusus anak. Menurut pasal 1 angka 14 Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2002 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109 tentang perlindungan anak yang dimaksud dengan pendamping adalah pekerja sosial yang mempunyai kompetensi profesional dalam bidangnya. Pekerja sosial menekankan pada 3 dimensi yaitu kerangka pengetahuan, nilai, dan ketrampilan yang dalam pendidikannya harus

3 dikembangkan ketiganya secara seimbang 1. Pekerja sosial sejak semula mempunyai komitmen terhadap penanaman nilai dan proses pendidikan. Seorang pendamping harus mempunyai kualitas sebagai pendamping yaitu memiliki ciri kematangan pribadi, kreatifitas, pengamatan diri, keinginan untuk menolong, keberanian, dan kepekaan. Sistem pembinaan dan sasaran pembinaan ditetapkan sesuai dengan ketentuan Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan bahwa sistem pembinaan mencakup pengayoman, persamaan perlakuan dan pelayanan, pendidikan, pembimbingan, penghormatan harkat martabat manusia, kehilangan kemerdekaan merupakan satu - satunya penderitaan, terjaminnya hakuntuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang lain 2. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang pembinaan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 68 yang dimaksud dengan pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan, meningkatan intelektual, perilaku, professional, kesehatan jasmani dan rohani narapidana dan anak didik pemasyarakatan. 3 Pelaksanaan dan tujuan pembinaan pada dasarnya ditujukan kepada Lembaga Pemasyarakatan Anak untuk membangun atau menumbuhkan kesadaran para narapidana anak dalam beragama, berbangsa, taat terhadap hukum, pengintegrasian mereka kepada masyarakat, serta untuk meningkatkan 1. www.rumahkita2010.wordpress.com, pada hari rabu tanggal 16 Februari 2011. 2. Dr. Wagiati Soetodjo,SH.,M.S., Hukum Pidana Anak (Bandung: Refika Aditama, 2006), hlm.111. 3. PP Nomor 31 Tahun 1999 tentang pembinaan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan dalam bukunya Prof. Dr. Dwidja Priyatno, SH.,MH.,Sp.N, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia (Bandung: Refika Aditama, 2006 ), hlm.194.

4 kemampuan intelektual atau kecerdasan mereka dan berharap dapat berguna bagi narapidana anak setelah selesai menjalani masa hukumannya. Usaha pembinaan kemampuan intelektual atau kecerdasan yang diberikan kepada narapidana anak dilakukan agar pengetahuan dan kemampuan berpikir anak semakin meningkat dan diharapkan dapat menunjang pelaksanaan program pembinaan yang lain. Pembinaan intelektual atau kecerdasan para narapidana anak ini dilaksanakan melalui pendidikan formal. Pendidikan formal di selenggarakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui pendidikan SD, SLTP, dan SLTA, sedangkan untuk pendidikan non formal melalui kursus dan latihan ketrampilan 4. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan potensi dan membentuk watak dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu serta bertanggung jawab. Tujuan akhir dari program pendampingan terhadap anak adalah untuk membantu mereka agar mampu membuat keputusan sendiri. Pendamping diperlukan dalam proses pembinaan sebab pendamping bertugas untuk mendampingi warga binaan dalam menjalani pembinaan, penghubung antara warga binaan dengan pihak lembaga pemasyarakatan, mengamati segala perilaku warga binaan dan perkembangan pembinaan yang diterima oleh warga pembinaan. 4. Ibid., hlm. 114.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah pendamping sudah dapat melaksanakan perannya dalam pembinaan anak korban penyalahgunaan psikotropika di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Bantul? 2. Kendala apa yang dihadapi oleh pendamping dalam pelaksanaan pembinaan anak korban penyalahgunaan psikotropika di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Bantul? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pendamping sudah dapat melaksanakan perannya atau belum dalam pelaksanaan pembinaan anak korban penyalahgunaan psikotropika di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Bantul. 2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh pendamping dalam pelaksanaan pembinaan anak korban penyalahgunaan psikotropika di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Bantul. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Obyektif : penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya khususnya bidang hukum

6 mengenai peran pendamping dalam pelaksanaan pembinaan anak korban penyalahgunaan psikotropika di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Bantul. 2. Secara Subyektif : a. Bagi penulis: hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis terutama mengenai peran pendamping dalam pelaksanaan pembinaan anak korban penyalahgunaan psikotropika di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Bantul. b. Bagi masyarakat : hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bahan informasi bagi masyarakat mengenai peran pendamping dalam pelaksanaan pembinaan anak korban penyalahgunaan psikotropika di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Bantul. E. Batasan Konsep 1. Menurut Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang perlidungan anak yang dimaksud dengan pendamping adalah pekerja sosial yang mempunyai kompetensi profesional dalam bidangnya. 2. Undang - Undang pengadilan anak yaitu Undang - Undang Nomor 3 Tahun 1997 merumuskan, bahwa yang dimaksud dengan anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal yang telah berumur 8 tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun dan belum pernah menikah.

7 3. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang pembinaan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan, yang dimaksud dengan pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan, meningkatkan intelektual, perilaku, meningkatkan profesional, kesehatan jasmani dan rohani narapidana dan anak didik pemasyarakatan. 4. Menurut Prof. Dr. JE. Sahetapy yang dimaksud dengan korban adalah seseorang yang menderita kerusakan, kesakitan atau bentuk - bentuk yang lain baik fisik maupun mental. 5. Penyalahgunaan psikotropika merupakan penggunaan salah satu atau beberapa jenis psikotropika secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan gangguan fungsi sosial 6. Menurut Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan memberikan pengertian lembaga pemasyarakatan atau LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Hukum Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian hukum dengan melakukan abstraksi melalui proses deduksi norma hukun positif yang berupa sistematisasi hukum dan sinkronisasi

8 hukum secara vertikal dan horisontal dilakukan deskripsi, sistematisasi, analisis, interpretasi dan menilai hukum positif terhadap permasalahan yang menyangkut tentang peran pendamping dalam pelaksanaan pembinaan anak korban penyalahgunaan psikotropika dilingkungan Lembaga Pemasyarakatan. 2. Sumber Data Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif, memerlukan data sekunder sebagai data utama yang terdiri dari : a. Bahan hukum primer Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang diperoleh dari hukum positif Indonesia yang berupa peraturan perundang - undangan yaitu: 1. Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang psikotropika. 2. Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. 3. Undang - Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang pengadilan anak 4. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan 5. Undang - Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban 6. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang pembinaan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan.

9 b. Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari segala sumber yaitu : buku - buku dan website. 3. Metode Pengumpulan Data Metode penngumpulan data dalam penelitian hukum normatif dilakukan dengan cara studi pustaka dan wawancara langsung dengan narasumber. Studi pustaka menyangkut penelitian yang kegiatannya dilakukan dengan mengumpulkan data dari berbagai buku, jurnal ilmiah, peraturan perundang - undangan baik dari perpustakaan ataupun dari tempat lain yang berhubungan dengan permasalahan hukum yang diteliti. Sedangkan wawancara dilakukan dengan tanya jawab kepada narasumber untuk memperoleh jawaban mengenai permasalahan yang diteliti. Narasumber adalah individu yang berwenang dan mempunyai keterkaitan dengan permasalahan yang menjadi obyek penelitian. 4. Metode Analisis Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini lebih ditekankan pada penelitian hukum normatif yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Proses penalarannya dengan menarik kesimpulan dengan menggunakan metode berpikir deduktif yakni pengambilan kesimpulan yang dimulai dari hal -hal yang bersifat umum menuju pada suatu kesimpulan yang bersifat khusus.

10 G. Sistematika Penulisan Penulisan hukum ini disusun secara sistematis dalam bab per bab agar penulisan hukum ini menghasilkan keterangan yang jelas dan sistematis. Adapun bab per bab tersebut adalah : BAB I : PENDAHULUAN BAB Pendahuluan ini di dalamnya menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Batasan Konsep, Metode Penelitian. BAB II : PERAN PENDAMPING TERHADAP KORBAN PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA BAB pembahasan ini dimulai dengan menjelaskan mengenai Tinjauan tentang peran pendamping dalam pelaksanaan pembinaan anak yang terdiri dari pengertian pendamping, peran dan fungsi pendamping, pengertian anak, pengertian pembinaan anak pidana, hak - hak dan kewajiban anak pidana, dan menjelaskan mengenai Tinjauan tentang korban penyalahgunaan psiktropika di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan yang terdiri dari pengertian korban, hak - hak korban, pengertian psikotropika dan penyalahgunaan psikotropika, penggolongan dan jenis psikotropika, akibat penyalahgunaan psikotropika, fungsi dan tujuan Lembaga Pemasyarakatan serta kondisi Lembaga Pemasyarakatan Bantul.

11 Selanjutnya penulis menjelaskan mengenai Pelaksanaan pendampingan terhadap pembinaan anak korban penyalahgunaan psikotropika di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Bantul yang terdiri dari tugas pendamping sebagai wali dari warga binaan, metode yang digunakan pendamping, pelaksanaan peran pendamping terhadap pembinaan anak korban penyalahgunaan psikotropika di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Bantul. Akhir pembahasan penulis menguraikan mengenai kendala yang dihadapi oleh pendamping terhadap pelaksanaan pembinaan anak korban penyalahgunaan psikotropika di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Bantul. BAB III : PENUTUP BAB III berisi kesimpulan dan saran dari penulis setelah melakukan penelitian hukum sebagai jawaban dari permasalahan.