12 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Jakarta Islamic Indeks Jakarta Islamic Index adalah salah satu indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung indeks harga rata rata saham untuk jenis saham saham yang memenuhi kriteria syariah. Pembentukan JII tidak lepas dari kerja sama antar pasar modal Indonesia (dalam hal ini PT. Bursa Efek Jakarta) dengan PT. Danareksa Invesment Manajemen (PT. DIM). saham yang masuk JII berjumlah 30 saham yang memenuhi kriteria syariah. JII menggunakan hari dasar tanggal 1 Januari 1995 dengan nilai dasar 100. Bagi investor yang ingin berinvestasi saham dengan prisip syariah, BEI telah memperkenalkan Jakarta Islamic Index yang diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000. JII mengacu pada 30 saham yang sektor usahanya memenuhi prinsip Syariah Islam. Fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahun 2004 tersebut mengatur prinsip-prinsip syariah di bidang pasar modal, yang menyatakan bahwa suatu sekuritas/efek di pasar modal dipandang telah memenuhi prinsip-prinsip syariah apabila telah memperoleh pernyataan kesesuaian syariah secara tertulis dari DSN-MUI. Ke -30 saham anggota JII tersebut dinilai memenuhi syarat yang ditetapkan oleh DSN-MUI. Intinya saham-saham yang masuk ke dalam JII-30 harus memenuhi unsur yang sama dengan indeks lainnya kecuali unsur haram dalam pandangan MUI. Unsur haram yang disyaratkan DSN-MUI pada umumnya terkait
13 dengan kegiatan bisnis, yaitu tidak melakukan kegiatan bisnis yang terkait: Alkohol, Perjudian, Produksi dengan bahan baku babi, Pornografi, Jasa Keuangan dan Asuransi konvensional. Era pasar modal di Indonesia Pada hari Rabu tanggal 12 September 2007, Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan (LK) telah menerbitkan Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-325/BL/2007 tentang Daftar Efek Syariah. Dikeluarkannya keputusan tersebut adalah tindak lanjut dari diterbitkannya Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah, lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-314/BL/2007. Menurut peraturan tersebut, Daftar Efek Syariah (DES) merupakan panduan investasi bagi Reksa Dana Syariah dalam menempatkan dana kelolaannya. Selain itu, Daftar Efek Syariah ini juga dapat dipergunakan oleh investor yang mempunyai keinginan untuk berinvestasi pada portofolio Efek Syariah. DES meliputi 20 (dua puluh) Efek Syariah dengan jenis sukuk/obligasi syariah, 169 (seratus enam puluh sembilan) Efek Syariah dengan jenis saham yang dikeluarkan oleh Emiten dan 5 (lima) Efek Syariah dengan jenis saham Perusahaan Publik. Daftar Efek Syariah disusun oleh sebuah tim yang beranggotakan pejabat dan pegawai di lingkungan Bapepam dan LK, PT. Bursa Efek Jakarta, PT. Bursa Efek Surabaya dan anggota DSN-MUI. Sumber data yang digunakan sebagai bahan penelaahan dalam penyusunan Daftar Efek Syariah dimaksud adalah berasal dari Laporan Keuangan Tahunan dan atau Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik per 31 Desember 2006 serta data pendukung lainnya berupa
14 data tertulis yang diperoleh dari Emiten atau Perusahaan Publik maupun dari pihak pihak lainnya yang dapat dipercaya. Secara periodik Bapepam dan LK akan melakukan review atas Daftar Efek Syariah berdasarkan Laporan Keuangan Tengah Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan dari Emiten atau Perusahaan Publik. Review atas Daftar Efek Syariah juga dilakukan apabila terdapat Emiten atau Perusahaan Publik yang Pernyataan Pendaftarannya telah menjadi efektif dan memenuhi kriteria Efek Syariah atau apabila terdapat aksi korporasi, informasi, atau fakta dari Emiten atau Perusahaan Publik yang dapat menyebabkan terpenuhi atau tidak terpenuhinya kriteria Efek Syariah. Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa efek. JII juga diharapkan dapat mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio saham yang halal. Penentuan kriteria dalam pemilihan saham dalam JII melibatkan Dewan Pengawas Syariah PT DIM. Saham-saham yang akan masuk ke JII harus melalui filter syariah terlebih dahulu. Berdasarkan arahan Dewan Pengawas Syariah PT
15 DIM, ada 4 syarat yang harus dipenuhi agar saham-saham tersebut dapat masuk ke JII: 1. Emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. 2. Bukan lembaga keuangan konvensional yang menerapkan sistem riba, termasuk perbankan dan asuransi konvensional. 3. Usaha yang dilakukan bukan memproduksi, mendistribusikan, dan memperdagangkan makanan/minuman yang haram. 4. Tidak menjalankan usaha memproduksi, mendistribusikan, dan menyediakan barang/jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat. Selain filter syariah, saham yang masuk ke dalam JII harus melalui beberapa proses penyaringan (filter) terhadap saham yang listing, yaitu: 1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan, kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar. 2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir yang memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal sebesar 90%. 3. Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama 1 (satu) tahun terakhir. 5. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler selama 1 (satu) tahun terakhir.
16 Pengkajian ulang akan dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan penentuan komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha utama emiten akan dimonitor secara terus menerus berdasarkan data publik yang tersedia. Perusahaan yang mengubah lini bisnisnya menjadi tidak konsisten dengan prinsip syariah akan dikeluarkan dari indeks. Sedangkan saham emiten yang dikeluarkan akan diganti oleh saham emiten lain. Semua prosedur tersebut bertujuan untuk mengeliminasi saham spekulatif yang cukup likuid. Sebagian saham-saham spekulatif memiliki tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler yang tinggi dan tingkat kapitalisasi pasar yang rendah. Perhitungan JII dilakukan oleh BEJ dengan menggunakan metode perhitungan indeks yang telah ditetapkan yaitu dengan bobot kapitalisasi pasar (market cap weighted). Perhitungan indeks ini juga mencakup penyesuaian - penyesuaian (adjustments) akibat berubahnya data emiten yang disebabkan adanya corporate action. Periode jaman Belanda, pasar modal yang kita kenal sekarang ini dengan nama bursa efek jakarta, didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda di Batavia (Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912 dengan nama vereniging voor the effection handel. Periode kedua adalah periode orde lama, setelah Jepang meninggalkan Indonesia 1 September 1951. Bursa Efek Jakarta diaktifkan kembali tangal 3 Juni 1952. Periode ketiga adalah periode orde baru, Bursa Efek Jakarta dikatakan lahir kembali pada tahun 1977 dalam periode orde baru sebagai
17 hasil dari keputusan presiden no. 52 tahun 1976, keputusan ini menetapkan pendirian pasar modal. Pembentukan badan pelaksana pasar modal (Bapepam) dan PT. Danareksa. Periode keempat dimulai tahun 1988 adalah periode bangunnya pasar modal dari tidur yang panjang. Periode kelima adalah periode otomatisasi pasar modal mulai tahun 1985 karena peningkatan kegiatan transaksi yang dirasakan sudah melebihi kapasitas manual, maka BEJ memutuskan untuk mengotomatisasikan kegiatan transaksi di bursa. Periode keenam adalah periode krisis moneter pada bulan Agustus 1997. Krisis moneter melanda negara-negara Asia termasuk Indonesia, Malaysia, dari penurunan nilai-nilai mata uang negara-negara tersebut relatif terhadap dollar Amerika. Penurunan nilai mata uang ini disebabkan karena spekulasi dari pedagang-pedagang valas, kurang percaya masyarakat terhadap nilai-nilai mata uang negaranya sendiri dan tidak kalah pentingnya adalah kurang kuatnya pondasi perekonomian. 2.2. Lingkup dan Bidang Usaha Saham-saham yang masuk kriteria JII adalah saham-saham halal, yang operasionalnya tidak mengandung unsur ribawi dan struktur permodalan perusahaan bukan mayoritas dari hutang. Selain halal, saham-saham yang masuk dalam JII juga merupakan saham-saham yang paling besar kapitalisasi pasarnya, dan paling likuid. Maka saham-saham JII ini pada umumnya mempunyai struktur modal yang sehat dan tidak terbebani bunga hutang berlebihan, dengan kata lain
18 debt-to equity rasionya masih proporsional. Rasio DER yang lebih wajar berpotensi meningkatkan keuntungan emiten dan terhindar dari beban keuangan jangka panjang (BEI, 2008). 2.3. Sumber Daya Saham-saham yang masuk ke dalam JII harus memenuhi unsur yang sama dengan indeks lainnya kecuali unsur haram dalam pandangan MUI. Unsur haram yang disyaratkan DSN MUI pada umumnya terkait dengan kegiatan bisnis, yaitu tidak melakukan kegiatan bisnis yang terkait: Alkohol, Perjudian, Produksi dengan bahan baku babi, Pornografi, Jasa Keuangan dan Asuransi konvensional. Dengan memenuhi unsur tersebut maka sumber daya yang di dapat dari kegiatan bisnis yang dijalankan tidak bertentangan dengan prinsip syariah, contohnya pada sumber daya keuangan (dana). Hal yang terpenting didalam menjalankan suatu usaha ialah sumber daya. Salah satunya adalah sumber daya keuangan (dana). Setiap kegiatan perusahaan tentunya membutuhkan dana, Oleh karena itu didalam perusahaan yang berkembang yang melakukan go public perusahaan senantiasa menghadapi permasalahan mengenai bagaimana memperoleh dana, menggunakan dan mengembalikan dana yang diperoleh dengan suatu tingkat pengembalian yang dapat memuaskan pihak pemberi dana. Perusahaan dapat memperoleh dana dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan cara menerbitkan dan menjual saham kepada para investor. Bila saham telah terjual, maka perusahaan harus memberikan dividen kepada investor.
19 Bagi para pemegang saham, pemberian dividen oleh perusahaan merupakan hal yang penting selain pertumbuhan perusahaan. Pemegang saham ingin mengetahui berapa laba bersih yang diperoleh perusahaan karena mereka telah menginvestasikan dana untuk perusahaan tersebut dan berapa yang akan dibagikan sebagai dividen kepada mereka. Di lain pihak pemberian dividen dimaksudkan oleh perusahaan untuk menunjukkan suatu bukti kepada pemegang saham, bahwa pihak manajemen atau perusahaan bersungguh-sungguh berusaha mensejahterakan pemegang saham, disamping untuk memperlihatkan kinerja perusahaan. 2.4. Tantangan Bisnis Tantangan yang dihadapi dalam investasi syariah adalah konsep bagi hasil yang tidak mampu memberikan patokan tingkat penghasilan yang pasti. Pintar tidaknya pengelola dana akan menjadi ukuran sekaligus berdampak pada hasil yang bisa diperoleh investor. Disadari bahwa instrumen investasi syariah masih terbatas, sehingga kemampuan pengelola dana dalam mengatur portofolionya juga harus piawai. Diversifikasi investasi yang terbatas jelas akan menyulitkan pengelola dana. Oleh karena itu, investasi syariah mempunyai risiko yang lebih tinggi. Tantangan yang dihadapi oleh perusahaan yang sahamnya tergabung dalam JII bisa berasal dari dalam maupun luar perusahaan. Namun setiap perusahaan harus siap dalam menghadapi segala tantangan yang tak terduga yang bisa datang, misalnya dalam bentuk kebijakan pemerintah yang tidak konsisten, gugatan
20 hukum yang tak terduga, ketidakmampuan perusahaan dalam membayar gaji, tunggakan tagihan dan pajak, adanya pengunduran diri tak terduga staf dari kantor sensitif, adanya tunggakan hutang dari pelanggan, kehilangan pangsa pasar, persediaan saham yang tidak memadai, berkurangnya modal kerja. Tantangan-tantangan ini jika tidak ditangani dengan baik bisa merusak rencana perusahaan untuk membangun bisnis yang sukses. Tantangan lainnya adalah peningkatan tak terduga dalam pengeluaran bisnis. Jika tidak ditangani dengan benar mungkin akan mengakibatkan arus kas negatif konstan dan dapat menimbulkan penutupan usaha (kebangkrutan). 2.5. Proses Bisnis Berdasarkan jenis kegiatan usahanya, Jenis usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah: perjudian dan permainan yang tergolong judi; perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa; perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu; bank berbasis bunga; perusahaan pembiayaan berbasis bunga; jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian dan/atau judi, diantaranya adalah asuransi konvensional; memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau menyediakan barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi), barang atau jasa haram bukan karena zatnya yang ditetapkan oleh DSN-MUI; dan/atau, barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat; dan melakukan transaksi yang mengandung unsur suap. Perkembangan produk syariah di pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir memang cukup menggembirakan. Namun, pengembangan produk
21 syariah tersebut juga mengalami beberapa hambatan. Berdasarkan hasil studi tentang investasi syariah di Indonesia oleh Tim Studi tentang Investasi Syariah di Indonesia Bapepam LK menunjukkan terdapat beberapa hambatan dalam pengembangan pasar modal berbasis syariah di Indonesia, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang pasar modal syariah; 2. Ketersediaan informasi tentang pasar modal syariah; 3. Minat pemodal atas efek syariah; 4. Kerangka peraturan tentang penerbitan efek syariah; 5. Pola pengawasan (dari sisi syariah) oleh lembaga terkait; 6. Pra-proses (persiapan) penerbitan Efek syariah; 7. Kelembagaan atau Institusi yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal syariah di Indonesia. Jakarta Islamic Index direview setiap 6 bulan, yaitu setiap bulan Januari dan Juli atau berdasarkan periode yang ditetapkan oleh Bapepam-LK. Sedangkan perubahan jenis usaha emiten akan dimonitor secara terus menerus berdasarkan data publik yang tersedia. Perusahaan yang sahamnya tergabung dalam JII dalam aktivitasnya secara garis besar ialah melakukan kegiatan yang meliputi mulai dari kegiatan pembelian, pengeluaran uang, penjualan dan penerimaan uang. 1. Pembelian : Dalam sebuah perusahaan yang sahamnya tergabung dalam JII, pembelian meliputi pembuatan aktiva produksi dan pembelian barang dagangan dalam kegiatan usaha. Pembelian tersebut dapat dilakukan secara
22 kredit maupun tunai dan pada umumnya dilakukan kepada beberapa supplier. Yang terikat pada suatu syarat jual beli tertentu. 2. Pengeluaran uang : Dalam pembelian suatu barang akan diikuti pembayaran. Kapan suatu pembelian harus dibayar, tergantung pada syarat jual beli yang ditetapkan. Disamping pembelian barang dan jasa, pembayaran dapat dilakukan untuk keperluan lain, misalnya menegembalikan pinjaman atau laba kepada pemilik. 3. Penjualan : Untuk kegiatan penjualan. Pada saat menjual barang dagangannya, maka diperoleh suatu keuntungan atau pendapatan. Jumlah yang dibebankan kepada pembeli untuk barang dagang yang diserahkan merupakan pendapatan perusahaan yang bersangkutan. Penjualan juga dapat dilakukan secara kredit maupun tunai pada umumnya kepada beberapa pelanggan. 4. Penerimaan uang : Di dalam setiap penjualan perdagangan pastilah diharapkan suatu penerimaan uang. Suatu penjualan akan diikuti penerimaan uang. seperti halnya pembelian, penerimaan uang dari suatu penjualan, tergantung pada syarat jual beli yang telah ditetapkan. Di samping dari penjualan, perusahaan juga mungkin dapat menerima uang dari sumber-sumber lain, misalnya setoran modal pemilik, pinjaman kreditur dan lain-lain.