BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. yang menghitung indeks harga rata rata saham untuk jenis saham saham yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PASAR MODAL SYARIAH DAN PROSES SCREENING DES

SKRIPSI. Disusun oleh :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hak atau batil. Rasul SAW selalu menganjurkan kepada umatnya agar

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan investasi syariah. Jakarta Islamic Index (JII) merupak an subset dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Di negara-negara maju,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini jika berbicara mengenai investasi tentu kita akan

BAB IV SCREENING DES DI PT. BETONJAYA MANUNGGAL TBK. A. Analisis Implementasi Screening DES di PT. Betonjaya Manunggal Tbk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada masa ini pembangunan nasional yang semakin meningkat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. diperjualbelikan, salah satunya dalam bentuk ekuitas (saham). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang berlandaskan prinsip syariah demi menarik perhatian masyarakat,

BAB III KEPUTUSAN KETUA BAPEPAM DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-314/BL/2007 TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA


BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sektor ekonomi dan keuangan mengalami banyak perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana berinvestasi bagi masyarakat dalam instrument keuangan seperti

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

1.2 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi mengenai investasi dan deregulasi pemerintah sehingga meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi),

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal atau Capital market merupakan pasar yang. memperdagangkan instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang akan datang. Salah satu pilihan bagi para investor tersebut adalah dengan

I. PENDAHULUAN. ingin memperoleh dana tambahan untuk operasional perusahaan serta

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pa

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern seperti saat ini, perkembangan suatu negara bisa juga

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian untuk mengelola investasinya. Menurut Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai kepada seluruh pengguna yang berkepentingan. Sehingga

PRODUK DAN REGULASI PASAR MODAL SYARIAH. Training of Trainer Modul

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /POJK.04/2017 TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH

-2- a. memperluas cakupan pihak yang wajib menggunakan Daftar Efek Syariah yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan; b. memperluas cakupan jenis Ef

IV. GAMBARAN UMUM. Pasar Modal (UUPM), Reksadana mulai dikenal di Indonesia sejak diterbitkannya

BAB I PENDAHULUAN. lokal maupun asing. Berdasarkan data World Federation Of Exchange,

SOSIALISASI. POJK Nomor 35/POJK.04/2017 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah. Jakarta, 2017

BAB I PENDAHULUAN. sektor riil dan keuangan juga dapat mempengaruhi gejolak pasar.

BAB I PENDAHULUAN. keuangannya. Dalam teori market efficiency, Fama (1969) dan Fama (1991)

LAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia semakin lama semakin berkembang pesat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Investasi syariah yang semakin berkembang di negara-negara maju menyadarkan

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat pembangunan suatu negara. Hal ini dimungkinkan karena

BAB II LANDASAN TEORI. dan kreditor membuat keputusan investasi dan kredit yang baik (white et

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan. Hadirnya lembaga keuangan tidak lain untuk memberikan

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI JII PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. peluang kepada masyarakat untuk menerima return saham, sesuai dengan. karakteristik investasi yang dipilih sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB IV. Setelah dipaparkan pada bab II tentang fatwa Dewan Syariah Nasional dan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak yang besar bagi pihak-pihak yang bergelut dalam

BAB I PENDAHULUAN. bersumber dari dalam negeri misalnya tabungan luar negeri, tabungan pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu negara dapat mempengaruhi pasar modal lainnya di negara yang. untuk negara yang masih berkembang (

BAB I PENDAHULUAN. investasi pasar modal yang dikenal saat ini cukup beragam diantaranya saham,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara dibutuhkan biaya atau dana yang tidak sedikit. Dana tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mengembalikan dana yang diperoleh tersebut. melakukan penerbitan dan penjualan saham di Pasar Modal atau Bursa Efek.

BAB I PENDAHULUAN. yang memproduksi, mendistribusikan, dan memperdagangkan barang haram.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi suatu negara menjadi bagian terpenting untuk mengukur

BAB I PENDAHULUAN. Supriyadi, Pasar Modal Syariah di Indonesia (Menggagas Pasar Modal Syariah dari Aspek Praktik), Kudus, STAIN Kudus, 2009, hlm. 30.

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara Umum reksa dana syariah dan reksa dana konvesional tidak jauh

BAB I PENDAHULUAN. suku bunga menyebabkan pengembalian (return) yang diterima oleh investor pun

BAB I PENDAHULUAN. terkini di tengah-tengah kehidupan umat Islam di abad modern. Bahkan hampir

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. penting sebagai media investasi dan wadah penyediaan modal bagi perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencatatkan saham di pasar modal (listing). konvensional ataupun saham-saham syariah di BEI.

BAB I PENDAHLUAN. keuangan yaitu pertama, memaksimumkan nilai perusahaan. Kedua, menjaga

BAB I PENDAHULUAN. hlm Inggrid Tan, Bisnis dan Investasi Sistem Syariah, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2009,

I. PENDAHULUAN. Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang

BAB III OBYEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. aktif diperdagangkan hingga penelitian ini dilakukan.

BAB III IMPLEMENTASI SCREENING DES DI PT. BETONJAYA MANUNGGAL TBK. 1. Sejarah Pendirian PT. Betonjaya Manunggal Tbk

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh kalangan-kalangan tertentu yang mahir dan mengetahui trend

BAB I PENDAHULUAN. Index Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat diketahui perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dana bagi investor serta menambah pilihan investasi, yang dapat juga diartikan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan di Indonesia. Hal ini diperkuat dengan munculnya Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal syariah. Masalah asymmetric information yang dihadapi oleh industri

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari disiplin ilmu lainnya. Ilmu ekonomi memberikan pelajaran tentang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan di masa mendatang. Seorang investor harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana dapat mengeluarkan surat berharga yang akan. diperjualbelikan di pasar modal sehingga mereka dapat memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia menunjukkan perkembangan yang luar biasa beberapa tahun

BAB III PRAKTIK JUAL BELI SAHAM SYARIAH DI IDX (INDONESIA STOCK EXCHANGE) 1. Sejarah Singkat Bedirinya PT. Bursa Efek Surabaya.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1V PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. 1. Gambaran Umum Pasar Modal Di Indonesia

Sistem Keuangan di Indonesia setelah UU No. 21/ 2011, terdiri dari:

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOMOR /POJK.04/2017 TENTANG KRITERIA DAFTAR EFEK SYARIAH

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang memiliki siitem perekonomian

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/POJK.04/2015 TAHUN 2015 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL ( STUDI PADA EMITEN SYARIAH DI BEI TAHUN ) Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan munculnya lembaga-lembaga keuangan yang. berbasis syariah. Kondisi ini menurut para akademisi dan praktisi

INVESTASI DI PASAR MODAL SYARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. penelitian terdahulu yang berhubungan dengan devidend payout ratio: Tabel 2.1

BAB I PENDAHULUAN. atau pasar modal yaitu Bursa Efek Jakarta ( Jakarta Stock Exchange ) dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat menggunakan hasil penilaian kinerja perusahaan sebagai

Proses Bank Syariah Go Publik

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia juga terbilang berkembang dengan pesat. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. tambahan tersebut dapat diperoleh dari investor yang menanamkan modalnya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah perusahaan yang dikeluarkan secara periodik oleh perusahaan, akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Terhadap Pasar Modal Indonesia. Pada zaman penjajahan Belanda telah ada badan yang bernama Vereneging

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities maupun perusahaan swasta.

Transkripsi:

12 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Jakarta Islamic Indeks Jakarta Islamic Index adalah salah satu indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung indeks harga rata rata saham untuk jenis saham saham yang memenuhi kriteria syariah. Pembentukan JII tidak lepas dari kerja sama antar pasar modal Indonesia (dalam hal ini PT. Bursa Efek Jakarta) dengan PT. Danareksa Invesment Manajemen (PT. DIM). saham yang masuk JII berjumlah 30 saham yang memenuhi kriteria syariah. JII menggunakan hari dasar tanggal 1 Januari 1995 dengan nilai dasar 100. Bagi investor yang ingin berinvestasi saham dengan prisip syariah, BEI telah memperkenalkan Jakarta Islamic Index yang diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000. JII mengacu pada 30 saham yang sektor usahanya memenuhi prinsip Syariah Islam. Fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahun 2004 tersebut mengatur prinsip-prinsip syariah di bidang pasar modal, yang menyatakan bahwa suatu sekuritas/efek di pasar modal dipandang telah memenuhi prinsip-prinsip syariah apabila telah memperoleh pernyataan kesesuaian syariah secara tertulis dari DSN-MUI. Ke -30 saham anggota JII tersebut dinilai memenuhi syarat yang ditetapkan oleh DSN-MUI. Intinya saham-saham yang masuk ke dalam JII-30 harus memenuhi unsur yang sama dengan indeks lainnya kecuali unsur haram dalam pandangan MUI. Unsur haram yang disyaratkan DSN-MUI pada umumnya terkait

13 dengan kegiatan bisnis, yaitu tidak melakukan kegiatan bisnis yang terkait: Alkohol, Perjudian, Produksi dengan bahan baku babi, Pornografi, Jasa Keuangan dan Asuransi konvensional. Era pasar modal di Indonesia Pada hari Rabu tanggal 12 September 2007, Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan (LK) telah menerbitkan Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-325/BL/2007 tentang Daftar Efek Syariah. Dikeluarkannya keputusan tersebut adalah tindak lanjut dari diterbitkannya Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah, lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-314/BL/2007. Menurut peraturan tersebut, Daftar Efek Syariah (DES) merupakan panduan investasi bagi Reksa Dana Syariah dalam menempatkan dana kelolaannya. Selain itu, Daftar Efek Syariah ini juga dapat dipergunakan oleh investor yang mempunyai keinginan untuk berinvestasi pada portofolio Efek Syariah. DES meliputi 20 (dua puluh) Efek Syariah dengan jenis sukuk/obligasi syariah, 169 (seratus enam puluh sembilan) Efek Syariah dengan jenis saham yang dikeluarkan oleh Emiten dan 5 (lima) Efek Syariah dengan jenis saham Perusahaan Publik. Daftar Efek Syariah disusun oleh sebuah tim yang beranggotakan pejabat dan pegawai di lingkungan Bapepam dan LK, PT. Bursa Efek Jakarta, PT. Bursa Efek Surabaya dan anggota DSN-MUI. Sumber data yang digunakan sebagai bahan penelaahan dalam penyusunan Daftar Efek Syariah dimaksud adalah berasal dari Laporan Keuangan Tahunan dan atau Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik per 31 Desember 2006 serta data pendukung lainnya berupa

14 data tertulis yang diperoleh dari Emiten atau Perusahaan Publik maupun dari pihak pihak lainnya yang dapat dipercaya. Secara periodik Bapepam dan LK akan melakukan review atas Daftar Efek Syariah berdasarkan Laporan Keuangan Tengah Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan dari Emiten atau Perusahaan Publik. Review atas Daftar Efek Syariah juga dilakukan apabila terdapat Emiten atau Perusahaan Publik yang Pernyataan Pendaftarannya telah menjadi efektif dan memenuhi kriteria Efek Syariah atau apabila terdapat aksi korporasi, informasi, atau fakta dari Emiten atau Perusahaan Publik yang dapat menyebabkan terpenuhi atau tidak terpenuhinya kriteria Efek Syariah. Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa efek. JII juga diharapkan dapat mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio saham yang halal. Penentuan kriteria dalam pemilihan saham dalam JII melibatkan Dewan Pengawas Syariah PT DIM. Saham-saham yang akan masuk ke JII harus melalui filter syariah terlebih dahulu. Berdasarkan arahan Dewan Pengawas Syariah PT

15 DIM, ada 4 syarat yang harus dipenuhi agar saham-saham tersebut dapat masuk ke JII: 1. Emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. 2. Bukan lembaga keuangan konvensional yang menerapkan sistem riba, termasuk perbankan dan asuransi konvensional. 3. Usaha yang dilakukan bukan memproduksi, mendistribusikan, dan memperdagangkan makanan/minuman yang haram. 4. Tidak menjalankan usaha memproduksi, mendistribusikan, dan menyediakan barang/jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat. Selain filter syariah, saham yang masuk ke dalam JII harus melalui beberapa proses penyaringan (filter) terhadap saham yang listing, yaitu: 1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan, kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar. 2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir yang memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal sebesar 90%. 3. Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama 1 (satu) tahun terakhir. 5. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler selama 1 (satu) tahun terakhir.

16 Pengkajian ulang akan dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan penentuan komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha utama emiten akan dimonitor secara terus menerus berdasarkan data publik yang tersedia. Perusahaan yang mengubah lini bisnisnya menjadi tidak konsisten dengan prinsip syariah akan dikeluarkan dari indeks. Sedangkan saham emiten yang dikeluarkan akan diganti oleh saham emiten lain. Semua prosedur tersebut bertujuan untuk mengeliminasi saham spekulatif yang cukup likuid. Sebagian saham-saham spekulatif memiliki tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler yang tinggi dan tingkat kapitalisasi pasar yang rendah. Perhitungan JII dilakukan oleh BEJ dengan menggunakan metode perhitungan indeks yang telah ditetapkan yaitu dengan bobot kapitalisasi pasar (market cap weighted). Perhitungan indeks ini juga mencakup penyesuaian - penyesuaian (adjustments) akibat berubahnya data emiten yang disebabkan adanya corporate action. Periode jaman Belanda, pasar modal yang kita kenal sekarang ini dengan nama bursa efek jakarta, didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda di Batavia (Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912 dengan nama vereniging voor the effection handel. Periode kedua adalah periode orde lama, setelah Jepang meninggalkan Indonesia 1 September 1951. Bursa Efek Jakarta diaktifkan kembali tangal 3 Juni 1952. Periode ketiga adalah periode orde baru, Bursa Efek Jakarta dikatakan lahir kembali pada tahun 1977 dalam periode orde baru sebagai

17 hasil dari keputusan presiden no. 52 tahun 1976, keputusan ini menetapkan pendirian pasar modal. Pembentukan badan pelaksana pasar modal (Bapepam) dan PT. Danareksa. Periode keempat dimulai tahun 1988 adalah periode bangunnya pasar modal dari tidur yang panjang. Periode kelima adalah periode otomatisasi pasar modal mulai tahun 1985 karena peningkatan kegiatan transaksi yang dirasakan sudah melebihi kapasitas manual, maka BEJ memutuskan untuk mengotomatisasikan kegiatan transaksi di bursa. Periode keenam adalah periode krisis moneter pada bulan Agustus 1997. Krisis moneter melanda negara-negara Asia termasuk Indonesia, Malaysia, dari penurunan nilai-nilai mata uang negara-negara tersebut relatif terhadap dollar Amerika. Penurunan nilai mata uang ini disebabkan karena spekulasi dari pedagang-pedagang valas, kurang percaya masyarakat terhadap nilai-nilai mata uang negaranya sendiri dan tidak kalah pentingnya adalah kurang kuatnya pondasi perekonomian. 2.2. Lingkup dan Bidang Usaha Saham-saham yang masuk kriteria JII adalah saham-saham halal, yang operasionalnya tidak mengandung unsur ribawi dan struktur permodalan perusahaan bukan mayoritas dari hutang. Selain halal, saham-saham yang masuk dalam JII juga merupakan saham-saham yang paling besar kapitalisasi pasarnya, dan paling likuid. Maka saham-saham JII ini pada umumnya mempunyai struktur modal yang sehat dan tidak terbebani bunga hutang berlebihan, dengan kata lain

18 debt-to equity rasionya masih proporsional. Rasio DER yang lebih wajar berpotensi meningkatkan keuntungan emiten dan terhindar dari beban keuangan jangka panjang (BEI, 2008). 2.3. Sumber Daya Saham-saham yang masuk ke dalam JII harus memenuhi unsur yang sama dengan indeks lainnya kecuali unsur haram dalam pandangan MUI. Unsur haram yang disyaratkan DSN MUI pada umumnya terkait dengan kegiatan bisnis, yaitu tidak melakukan kegiatan bisnis yang terkait: Alkohol, Perjudian, Produksi dengan bahan baku babi, Pornografi, Jasa Keuangan dan Asuransi konvensional. Dengan memenuhi unsur tersebut maka sumber daya yang di dapat dari kegiatan bisnis yang dijalankan tidak bertentangan dengan prinsip syariah, contohnya pada sumber daya keuangan (dana). Hal yang terpenting didalam menjalankan suatu usaha ialah sumber daya. Salah satunya adalah sumber daya keuangan (dana). Setiap kegiatan perusahaan tentunya membutuhkan dana, Oleh karena itu didalam perusahaan yang berkembang yang melakukan go public perusahaan senantiasa menghadapi permasalahan mengenai bagaimana memperoleh dana, menggunakan dan mengembalikan dana yang diperoleh dengan suatu tingkat pengembalian yang dapat memuaskan pihak pemberi dana. Perusahaan dapat memperoleh dana dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan cara menerbitkan dan menjual saham kepada para investor. Bila saham telah terjual, maka perusahaan harus memberikan dividen kepada investor.

19 Bagi para pemegang saham, pemberian dividen oleh perusahaan merupakan hal yang penting selain pertumbuhan perusahaan. Pemegang saham ingin mengetahui berapa laba bersih yang diperoleh perusahaan karena mereka telah menginvestasikan dana untuk perusahaan tersebut dan berapa yang akan dibagikan sebagai dividen kepada mereka. Di lain pihak pemberian dividen dimaksudkan oleh perusahaan untuk menunjukkan suatu bukti kepada pemegang saham, bahwa pihak manajemen atau perusahaan bersungguh-sungguh berusaha mensejahterakan pemegang saham, disamping untuk memperlihatkan kinerja perusahaan. 2.4. Tantangan Bisnis Tantangan yang dihadapi dalam investasi syariah adalah konsep bagi hasil yang tidak mampu memberikan patokan tingkat penghasilan yang pasti. Pintar tidaknya pengelola dana akan menjadi ukuran sekaligus berdampak pada hasil yang bisa diperoleh investor. Disadari bahwa instrumen investasi syariah masih terbatas, sehingga kemampuan pengelola dana dalam mengatur portofolionya juga harus piawai. Diversifikasi investasi yang terbatas jelas akan menyulitkan pengelola dana. Oleh karena itu, investasi syariah mempunyai risiko yang lebih tinggi. Tantangan yang dihadapi oleh perusahaan yang sahamnya tergabung dalam JII bisa berasal dari dalam maupun luar perusahaan. Namun setiap perusahaan harus siap dalam menghadapi segala tantangan yang tak terduga yang bisa datang, misalnya dalam bentuk kebijakan pemerintah yang tidak konsisten, gugatan

20 hukum yang tak terduga, ketidakmampuan perusahaan dalam membayar gaji, tunggakan tagihan dan pajak, adanya pengunduran diri tak terduga staf dari kantor sensitif, adanya tunggakan hutang dari pelanggan, kehilangan pangsa pasar, persediaan saham yang tidak memadai, berkurangnya modal kerja. Tantangan-tantangan ini jika tidak ditangani dengan baik bisa merusak rencana perusahaan untuk membangun bisnis yang sukses. Tantangan lainnya adalah peningkatan tak terduga dalam pengeluaran bisnis. Jika tidak ditangani dengan benar mungkin akan mengakibatkan arus kas negatif konstan dan dapat menimbulkan penutupan usaha (kebangkrutan). 2.5. Proses Bisnis Berdasarkan jenis kegiatan usahanya, Jenis usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah: perjudian dan permainan yang tergolong judi; perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa; perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu; bank berbasis bunga; perusahaan pembiayaan berbasis bunga; jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian dan/atau judi, diantaranya adalah asuransi konvensional; memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau menyediakan barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi), barang atau jasa haram bukan karena zatnya yang ditetapkan oleh DSN-MUI; dan/atau, barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat; dan melakukan transaksi yang mengandung unsur suap. Perkembangan produk syariah di pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir memang cukup menggembirakan. Namun, pengembangan produk

21 syariah tersebut juga mengalami beberapa hambatan. Berdasarkan hasil studi tentang investasi syariah di Indonesia oleh Tim Studi tentang Investasi Syariah di Indonesia Bapepam LK menunjukkan terdapat beberapa hambatan dalam pengembangan pasar modal berbasis syariah di Indonesia, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang pasar modal syariah; 2. Ketersediaan informasi tentang pasar modal syariah; 3. Minat pemodal atas efek syariah; 4. Kerangka peraturan tentang penerbitan efek syariah; 5. Pola pengawasan (dari sisi syariah) oleh lembaga terkait; 6. Pra-proses (persiapan) penerbitan Efek syariah; 7. Kelembagaan atau Institusi yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal syariah di Indonesia. Jakarta Islamic Index direview setiap 6 bulan, yaitu setiap bulan Januari dan Juli atau berdasarkan periode yang ditetapkan oleh Bapepam-LK. Sedangkan perubahan jenis usaha emiten akan dimonitor secara terus menerus berdasarkan data publik yang tersedia. Perusahaan yang sahamnya tergabung dalam JII dalam aktivitasnya secara garis besar ialah melakukan kegiatan yang meliputi mulai dari kegiatan pembelian, pengeluaran uang, penjualan dan penerimaan uang. 1. Pembelian : Dalam sebuah perusahaan yang sahamnya tergabung dalam JII, pembelian meliputi pembuatan aktiva produksi dan pembelian barang dagangan dalam kegiatan usaha. Pembelian tersebut dapat dilakukan secara

22 kredit maupun tunai dan pada umumnya dilakukan kepada beberapa supplier. Yang terikat pada suatu syarat jual beli tertentu. 2. Pengeluaran uang : Dalam pembelian suatu barang akan diikuti pembayaran. Kapan suatu pembelian harus dibayar, tergantung pada syarat jual beli yang ditetapkan. Disamping pembelian barang dan jasa, pembayaran dapat dilakukan untuk keperluan lain, misalnya menegembalikan pinjaman atau laba kepada pemilik. 3. Penjualan : Untuk kegiatan penjualan. Pada saat menjual barang dagangannya, maka diperoleh suatu keuntungan atau pendapatan. Jumlah yang dibebankan kepada pembeli untuk barang dagang yang diserahkan merupakan pendapatan perusahaan yang bersangkutan. Penjualan juga dapat dilakukan secara kredit maupun tunai pada umumnya kepada beberapa pelanggan. 4. Penerimaan uang : Di dalam setiap penjualan perdagangan pastilah diharapkan suatu penerimaan uang. Suatu penjualan akan diikuti penerimaan uang. seperti halnya pembelian, penerimaan uang dari suatu penjualan, tergantung pada syarat jual beli yang telah ditetapkan. Di samping dari penjualan, perusahaan juga mungkin dapat menerima uang dari sumber-sumber lain, misalnya setoran modal pemilik, pinjaman kreditur dan lain-lain.