BAB V KESIMPULAN Perubahan iklim telah berdampak pada ekosistem dan manusia di seluruh bagian benua dan samudera di dunia. Perubahan iklim dapat menimbulkan risiko besar bagi kesehatan manusia, keamanan pangan global, dan pembangunan ekonomi. Tindakan untuk mengurangi emisi sangat penting dan mendesak untuk dilakukan guna menghindari bahaya perubahan iklim. Adaptasi sangat penting untuk dilakukan guna menghadapi risiko perubahan iklim. Tingkatan adaptasi yang diperlukan bergantung pada keberhasilan kegiatan mitigasi. Masyarakat dapat beradaptasi dengan mempersiapkan menghadapi beberapa risiko perubahan iklim, tetapi hal ini saja tidak cukup. Oleh karena itu kita perlu untuk secara signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca untuk membatasi dampak yang ditimbulkannya. Kanada merupakan salah satu negara terbesar kedua di dunia menurut ukuran luas wilayah. Menjadi sebuah negara besar, Kanada memiliki berbagai ekosistem, danau dan sungai menutupi 7 persen wilayah negara. Sebagai salah satu negara dengan perekonomian maju serta industri-industri besar menjadikan Kanada mempunyai emisi cukup besar yaitu sebesar 22,9 metric ton CO untuk per kapita terbesar ketiga setelah Australia dan Amerika Serikat, dan 2,0% untuk emisi global dengan urutan kedelapan. Oleh karena itu, dampak dari Perubahan Iklim ini tentu dirasakan oleh Kanada dari kenaikan suhu hingga mencapai 1.6 C, bagian utara Kanada mengalami peningkatan suhu yang sangat ekstrim, perbedaan 72
suhu yang terjadi di musim dingin dan musim semi berkontribusi terhadap dampak perubahan iklim yang dirasakan Kanada. Kanada juga merupakan negara maritime dengan 8 dari 10 provinsi dan 3 wilayah yang berbatasan dengan laut (termasuk teluk Hudson Bay). Sehingga banyak daerah Kanada juga akan merasakan dampak dari perubahan lingkungan laut, termasuk perubahan rata-rata permukaan laut, rezim gelombang, dan kondisi es. Pengurangan drastir dari lapisan es di laut Kutub Utara telah terbukti dan telah dikaitkan dengan pemanasan global yang disebabkan oleh manusia. Upaya pemerintah Kanada untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang akan dirasakan oleh masyarakat dan juga terhadap perekonomian negara telah dilakukan dengan mengeluarkan kebijakan nasional maupun internasional seperti bergabung dalam perjanjian-perjanjian perubahan iklim seperti meratifikasi Perjanjian Paris. Terkait dengan perjanjian Perubahan Iklim, Kanada memiliki dinamika kebijakan lingkungan tersendiri terkait dengan perjanjian tersebut. Diawal pembentukan Protokol Kyoto, Kanada telah meratifikasi Protokol tersebut pada tahun 2002 pada masa pemerintahan Liberal dibawah pimpinan Perdana Menteri Jean Chretien. Dengan meratifikasi Protokol Kyoto, maka Kanada berkomitmen untuk menurunkan emisi sebanyak 6% atau sekitar 570 metric tonnes (Mt). Namun, perubahan pemerintahan dengan Partai Konservatif menduduki pemerintahan pada tahun 2006 membawa dampak terkait dengan ratifikasi tersebut, Stephen Haper selaku Perdana Menteri yang menjabat saat itu memutuskan untuk mengeluarkan Kanada dari Protokol Kyoto tahun 2011 dengan 73
berbagai pertimbangan terutama terkait dengan perekonomian Kanada. Menurut Stephen Harper, Protokol Kyoto ini dapat memberikan dampak terhadap perekonomian Kanada karena implementasi Protokol Kyoto dapat meningkatkan tingkat pengangguran dan kerugian besar terhadap industri-industri Kanada, pemerintah provinsi dan juga masyarakat. Pada tahun 2015, pemilihan federal Kanada berlangsung dengan memutuskan Justin Trudeau dari Partai Liberal sebagai pemenang Perdana Menteri Kanada yang baru. Sebagai Perdana Menteri yang baru, Justin Trudeau mengeluarkan berbagai kebijakan luar negeri yang tentu memberikan keuntungan kepada Kanada salah satunya yakni dengan meratifikasi Perjanjian Paris sebagai instrument legal baru menggantikan Protokol Kyoto yang telah berakhir pada tahun 2015. Dibawah pemerintahan Justin Trudeau, Kanada meratifikasi Perjanjian Paris pada oktober 2016 diikuti dengan rancangan Kanada untuk berkomitmen dalam menurunkan emisi GRK yang dihasilkan. Keputusan untuk meratfikasi ini tentu memberikan perubahan terkait dengan kebijakan lingkungan Kanada dan sekaligus terhadap politik luar negeri Kanada di kancah Internasional. Kebijakan untuk meratifikasi Perjanjian Paris tersebut tentunya mengindikasikan kepada publik internasional bahwa ada pengaruh atau penyebab tertentu sehingga Kanada memutuskan untuk merubah kebijakan lingkungannya. Dalam teorinya yaitu, Kebijakan Politik Luar Negeri, William D. Coplin secara detail telah memberikan penjelaskan dalam menjawab fenomena pada perilaku suatu negara. Dalam teks besarnya, Coplin menyampaikan bahwa dalam membaca suatu kebijakan politik luar negeri suatu negara maka setidaknya 74
terdapat tiga konsiderasi sebagai alat pendekatan pemahamanan terkait determinan atau penyebab subjek negara untuk kemudian memutuskan suatu kebijakan politik luar negeri bagi negaranya. Tiga konsiderasi tersebut ialah: (1) konteks internasional yang mempengaruhi aspek politik, ekonomi dan militer domestik, (2) kondisi politik dalam negeri yang mempengaruhi pengambilan keputusan atas politik luar negeri, (3) kondisi ekonomi dan militer yang mempengaruhi pengambilan keputusan atas politik luar negeri. Dari ketiga konsiderasi tersebut, dalam hasil penelitian ini maka yang mempengaruhi kebijakan Kanada tersebut adalah kondisi politik dalam negeri yang memegang peran penting terhadap politik luar negerinya. Secara kondisi politik dalam negeri Kanada, Pengaruh Policy Influencer yakni yang pertama adalah beuraucratic influencer menunjuk pada keterlibatan berbagai individu serta organisasi di dalam lembaga eksekutif pemerintah suatu negara yang berkontribusi dalam proses penyusunan politik luar negeri, dalam pemerintahan Kanada beuraucratic influencer ini mengarah pada Perdana Menteri dan Kabinet Kanada. dalam proses pengambilan keputusan luar negeri Kanada, posisi tertinggi dalam memutuskan keputusan berada di tangan Perdana Menteri dan Kabinet Kanada yang dibawah kekuasaan Perdana Menteri. Justin Trudeau sebagai Perdana Menteri yang terpilih saat ini memiliki kedudukan dan peran serta nilai strategisitas yang tinggi yaitu sebagai kendali utama. Oleh karena itu, Perdana Menteri Justin Trudeau memiliki porsi besar dalam kontribusi penyusunan kebijakan ratifikasi Perjanjian Paris sebagai salah satu langkah Kanada untuk mengurangi emisi GRK dan dampak dari perubahan iklim. 75
Kedua, Policy Influencer yang juga memiliki pengaruh terkait dengan kebijakan luar negeri Kanada adalah Partisan Influencer yakni terkait dengan Partai Politik Kanada. Semenjak diratifikasinya Protokol Kyoto hingga masa pelaksanaan, kemudian dilanjutkan dengan bergantinya Protokol Kyoto ke Perjanjian Paris terjadi perubahan rezim kekuasaan di Kanada dari sistem pemerintahan Liberal ke sistem pemerintahan Konservatif dan sekarang menjadi pemerintahan Liberal lagi. Perubahan ini meliputi perubahan badan pemerintahan berdasarkan partai yang memenangkan kompetisi. Kondisi ini dapat dikategorikan ke dalam perubahan kekuasaan secara keseluruhan di antara partai atau kelompok bersaing. Dalam beberapa tahun, terdapat pemilihan federal di Kanada yang bertujuan untuk menghasilkan jumlah kursi dalam House of Commons (lower house of parliament) yang akan diduduki oleh partai-partai yang bersaing. Partai yang mendapat jumlah kursi terbanyak akan memimpin pemerintahan. Masing-masing kelompok partai memiliki perbedaan prinsip dalam menjalankan pemerintahan. Pada masa Protokol Kyoto masih berlaku hingga munculnya Perjanjian Paris ini, Partai Konservatif menjadi pihak yang menentang atau tidak mendukung dengan adanya perjanjian perubahan iklim ini, bagi mereka baik Protokol Kyoto maupun Perjanjian Paris dapat menjadi ancaman bagi Kanada. Sementara Partai New Democratic (NDP), Partai Hijau, Partai Liberal, dan Partai Bloc Québécois merupakan partai-partai yang pro dan setuju dengan Perjanjian Paris ini. Selanjutnya dalam teori Rezim Internasional, seperti yang didefinisikan Krasner, rezim internasional merupakan kumpulan norma, nilai, dan prinsip- 76
prinsip yang terkandung dan mampu mempengaruhi perilaku sebuah negara. Maka setelah sebuah rezim terbentuk, selanjutnya menjadi keputusan dari pemerintah suatu negara untuk menyepakatinya atau tidak melalui proses ratifikasi maupun aksesi. Ketika norma, prinsip dan aturan tersebut telah terbentuk dalam sebuah perjanjian internasional, negara-negara di dunia akan cenderung untuk mematuhi dan mengimplementasi perjanjian tersebut karena norma internasional yang terkandung, sehingga ketika negara memutuskan untuk tidak mematuhi maka akan menimbulkan penilaian dari negara-negara lain terkait dengan reputasi negara tersebut. Terbentuknya rezim hukum lingkungan internasional Perjanjian Paris hasil dari interaksi antar aktor-aktor internasional dan lingkungan internasional yang mengandung serangkaian norma, prinsip dan aturan. Sebagai sebuah rezim internasional, Perjanjian Paris memiliki pengaruhnya terhadap bergabungnya Kanada dalam perjanjian tersebut. Perjanjian Paris menyediakan keuntungankeuntungan yang akan diperoleh oleh negara ketika memutuskan untuk bergabung. Dengan mengusung prinsip Common but differentiated responsibilities and respective capability, in the light of different national circumstances, Perjanjian Paris menawarkan kontribusi adil bagi seluruh negara pihak dengan mempertimbangkan keadaan dan kemampuan masing-masing. hal ini tentu memberi keuntungan bagi Kanada untuk bergabung karena tanggung jawab untuk menurunkan emisi tidak dibebankan hanya kepada negara-negara maju saja namun untuk seluruh negara pihak namun tetap didasarkan pada keadaan negara. 77
Dalam Perjanjian Paris juga, negara-negara tidak dibebankan dengan target penurunan emisi yang harus dicapai negara melainkan menawarkan kerangka umum di mana masing-masing negara (atau aliansi negara) diundang untuk menentukan NDC dengan mempertimbangkan tujuan keseluruhan Konvensi dan Perjanjian serta kapasitas mereka sendiri. Harapannya adalah bahwa dengan meningkatnya transparansi dan target keseluruhan yang ambisius, negara-negara akan melangkah maju dengan rencana nasional yang ambisius sehingga mencapai tujuan dari perjanjian ini untuk menurunkan emigi gas rumah kaca dan mencegah dampak bahaya dari perubahan iklim. 78