BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
SIFAT DAN KARAKTERISTIK KOMPOSIT POLIESTER TAK JENUH BERPENGISI ABU SEKAM PADI PUTIH DENGAN MENGGUNAKAN KATALIS METIL ETIL KETON PEROKSIDA (MEKP)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. endemik. Bambu merupakan jenis rumput rumputan yang beruas. yang tinggi. Beberapa jenis bambu mampu tumbuh hingga sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag)

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sambungan material komposit yang telah. banyak menggunakan jenis sambungan mekanik dan

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE

BAB I PENDAHULUAN. Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis

I. PENDAHULUAN. Dalam industri manufaktur dibutuhkan material yang memiliki sifat-sifat baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Menurut penelitian Hartanto (2009), serat rami direndam pada NaOH 5%

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEKUATAN TARIK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK EPOXY

PENGARUH KONSENTRASI SERAT RAMI TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIESTER SERAT ALAM SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. 3 bulan. Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Program Teknik Mesin,

PENGARUH PENAMBAHAN PROSENTASE FRAKSI VOLUME HOLLOW GLASS MICROSPHERE KOMPOSIT HIBRIDA SANDWICH TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK DAN BENDING

ANALISIS PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT POLIESTER DENGAN FILLER ALAMI SERABUT KELAPA MERAH

I. PENDAHULUAN. otomotif saja, namun sekarang sudah merambah ke bidang-bidang lain seperti

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

STUDI PERLAKUAN SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER BUSA SERTA ANALISA UJI LENTUR

PEMANFAATAN PARTIKEL TEMPURUNG KEMIRI SEBAGAI BAHAN PENGUAT PADA KOMPOSIT RESIN POLIESTER

PENGARUH UKURAN PARTIKEL DAN KOMPOSISI ABU SEKAM PADI HITAM TERHADAP SIFAT KEKUATAN TARIK KOMPOSIT POLIESTER TIDAK JENUH

I. PENDAHULUAN. mempunyai sifat lebih baik dari material penyusunnya. Komposit terdiri dari penguat (reinforcement) dan pengikat (matriks).

Studi Eksperimental Pengaruh Jumlah Lapisan Stainless Steel Mesh dan Posisinya Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending Komposit Serat Kaca Hibrida

PENGARUH KETEBALAN SERAT PELEPAH PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIESTER-SERAT ALAM

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Jurusan Teknik Mesin, Universitas Brawijaya Jl. MT Haryono 167, Malang

III. METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Penambahan Mepoxe Terhadap Sifat Mekanik dan Stabilitas Thermal Epoksi sebagai Bahan Adhesif ASTM A-36

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan

I. PENDAHULUAN. alami dan harga serat alam pun lebih murah dibandingkan serat sintetis. Selain

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Fraksi Volume Serat Buah Pinang pada Komposit terhadap Kekuatan Mekanik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 3.1. Tahapan proses penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dengan perkembangan dunia industri sekarang ini. Kebutuhan. material untuk sebuah produk bertambah seiring penggunaan material

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kekuatan Tarik Komposit Partikel Tempurung Kelapa

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *) ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam membuat berbagai

Pengaruh Penambahan Cobalt (II) Aniline Terhadap Sifat Mekanik dan Thermal Epoksi Sebagai Bahan Adhesif Baja ASTM A-36

LAMPIRAN. 3). 94% Resin, 3% Serat Pelepah Salak, dan 3% Serat Glass. 4). 94% Resin, 4% Serat Pelepah Salak, dan 2% Serat Glass.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

PRESENTASI TUGAS AKHIR PENGARUH SIFAT MEKANIK TERHADAP PENAMBAHAN BUBBLE GLASS, CHOPPED STRAND MAT DAN WOVEN ROVING PADA KOMPOSIT BENTUK POROS

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

Bab III Metodologi Penelitian

PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME, TEMPERATUR DAN WAKTU POST-CURING TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK KOMPOSIT POLYESTER PARTIKEL HOLLOW GLASS MICROSPHERES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN POLIMER KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN UNTUK APLIKASI INDUSTRI OTOMOTIF DAN ELEKTRONIK

Bahan yang digunakan pada pembuatan panel kayu sengon laut ini adalah:

Studi Experimental Pengaruh Fraksi Massa dan Orientasi Serat Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Berbahan Serat Nanas

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi pada era globalisasi mengalami. perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai inovasi yang

ANALISA PENGARUH KETEBALAN INTI (CORE) TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT SANDWICH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PEMBEBANAN STATIK TERHADAP PERILAKU MEKANIK KOMPOSIT POLIMER YANG DIPERKUAT SERAT ALAM

Kevin Yoga Pradana Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Wajan Berata, DEA

Volume 1, Nomor 1 Juni 2008 Jurnal Flywheel, ISSN :

TINJAUAN PUSTAKA. Kata komposit dapat diartikan sebagai dua atau lebih bahan atau material yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI SIFAT MEKANIK DAN MORFOLOGI KOMPOSIT SERAT DAUN NANAS-EPOXY DITINJAU DARI FRAKSI MASSA DENGAN ORIENTASI SERAT ACAK

Gambar 2.6 Kerangka Konsep BAB III METODE PENELITIAN. atau laksanakan di Bengkel dan Laboratorium produksi Universitas Medan Area.

PENGARUH KOMPOSISI CAMPURAN HARDENER DENGAN RESIN POLYESTER TERHADAP KUAT TARIK DAN BENDING POLIMER TERMOSET

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT SERAT KULIT JAGUNG DENGAN MATRIKS EPOKSI. Eldo Jones Surbakti, Perdinan Sinuhaji,Tua Raja Simbolon

3 Metodologi Penelitian

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pengaruh Penambahan Styrofoam dan Partikel Karet Terhadap Sifat Mekanik Resin Polyester Tak Jenuh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian tarik dilakukan pada empat variasi dan masing-masing variasi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

Pengaruh Penambahan Prosentase Fraksi Volume Hollow Glass Microsphere Komposit Hibrid Sandwich Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN KOMPOSIT Perkataan komposit memberikan suatu pengertian yang sangat luas dan berbedabeda mengikut situasi dan perkembangan bahan itu sendiri. Gabungan dua atau lebih bahan untuk mencari sifat material yang lebih baik merupakan suatu konsep yang diperkenalkan untuk menerangkan definisi komposit [14]. Walaupun demikian defenisi ini terlalu umum karena komposit ini merangkumi semua bahan termasuk plastik yang diperkuat dengan serat, logam alloy, keramik, kopolimer, plastik berpengisi atau apa saja campuran dua bahan atau lebih untuk mendapatkan suatu bahan yang baru [14]. Secara garis besar ada 3 macam jenis komposit berdasarkan penguat yang digunakannya, yaitu [14] : 1. Fibrous Composites (Komposit Serat) Merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu lamina atau satu lapisan yang menggunakan penguat berupa serat / fiber. Fiber yang digunakan bisa berupa glass fibers, carbon fibers, aramid fibers (poly aramide), dan sebagainya. Fiber ini bisa disusun secara acak maupun dengan orientasi tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih kompleks seperti anyaman. 2. Laminated Composites (Komposit Laminat) Merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau lebih yang digabung menjadi satu dan setiap lapisnya memiliki karakteristik sifat sendiri. 3. Particulalate Composites (Komposit Partikel) Merupakan komposit yang menggunakan partikel/serbuk sebagai penguatnya dan terdistribusi secara merata dalam matriksnya. 2.2 KONSTITUEN KOMPOSIT Pada prinsipnya, komposit dibentuk berdasarkan kombinasi antara dua atau lebih material seperti bahan logam, organik ataupun nonorganik. Meskipun ada terdapat kombinasi bahan yang tidak terbatas, tetapi bentuk konstituen lebih terbatas. Bentuk konstituen yang umum digunakan dalam bahan komposit yaitu serat, partikel, laminae (lapisan), serpihan (flakes), pengisi, dan matriks. Bentuk-bentuk ini

ditunjukkan pada Gambar 2.1. Matriks merupakan konstituen utama yang melindungi dan memberikan bentuk pada komposit. Serat, partikel, laminae, serpihan, dan pengisi merupakan konstituen struktural. Hal ini berarti bahwa mereka menentukan struktur internal dari komposit. Secara umum, meskipun tidak selalu konstituen struktural dianggap sebagai fasa tambahan [15]. Gambar 2.1 Bentuk-bentuk konstituen yang berbeda [15] Jenis komposit yang paling umum dijumpai adalah jenis dimana konstituen struktural dikelilingi dalam matriks, tetapi ada banyak komposit juga yang tidak memiliki matriks dan tersusun dari satu atau lebih bentuk konstituen yang merupakan gabungan dua atau lebih bahan. Sebagai contoh istilah sandwich dan laminates merupakan susunan dari beberapa lapis yang bila digabung akan memberikan bentuk komposit. Banyak barang tenunan tidak memiliki matriks konstituen tetapi terdiri dari serat dengan sejumlah komposisi dengan atau tanpa ikatan fasa [15].

2.3 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIFAT MEKANIK KOMPOSIT Penelitian yang mengabungkan antara matrik dan serat harus memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi komposit antara lain [16] : 1. Faktor Serat Serat adalah bahan pengisi matrik yang digunakan untuk dapat memperbaiki sifat dan struktur matrik yang tidak dimilikinya, juga diharapkan mampu menjadi bahan penguat matrik pada komposit untuk menahan gaya yang terjadi. 2. Letak Serat Dalam pembuatan komposit tata letak dan arah serat dalam matrik yang akan menentukan kekuatan mekanik komposit, dimana letak dan arah dapat mempengaruhi kinerja komposit tersebut. Menurut tata letak dan arah serat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : a. One dimensional reinforcement, mempunyai kekuatan dan modulus maksimum pada arah axis serat. b. Two dimensional reinforcement (planar), mempunyai kekuatan pada dua arah atau masing-masing arah orientasi serat. c. Three dimensional reinforcement, mempunyai sifat isotropic kekuatannya lebih tinggi dibanding dengan dua tipe sebelumnya. Pada pencampuran dan arah serat mempunyai beberapa keunggulan, jika orientasi serat semakin acak ( random ) maka sifat mekanik pada 1 arahnya akan melemah, bila arah tiap serat menyebar maka kekuatannya juga akan menyebar ke segala arah maka kekuatan akan meningkat. 3. Panjang Serat Panjang serat dalam pembuatan komposit serat pada matrik sangat berpengaruh terhadap kekuatan. Ada 2 penggunaan serat dalam campuran komposit yaitu serat pendek dan serat panjang. Serat panjang lebih kuat dibanding serat pendek. Serat alami jika dibandingkan dengan serat sintetis mempunyai panjang dan diameter yang tidak seragam pada setiap jenisnya. Oleh karena itu panjang dan diameter sangat berpengaruh pada kekuatan maupun modulus komposit. Panjang serat berbanding diameter serat sering disebut dengan istilah aspect ratio. Bila aspect ratio makin besar maka makin besar pula kekuatan tarik serat pada komposit tersebut. Serat panjang (continous fiber) lebih efisien dalam peletakannya daripada serat pendek.

Akan tetapi, serat pendek lebih mudah peletakannya dibanding serat panjang. Panjang serat mempengaruhi kemampuan proses dari komposit serat. Pada umumnya, serat panjang lebih mudah penanganannya jika dibandingkan dengan serat pendek. Serat panjang pada keadaan normal dibentuk dengan proses filament winding, dimana pelapisan serat dengan matrik akan menghasilkan distribusi yang bagus dan orientasi yang menguntungkan. Ditinjau dari teorinya, serat panjang dapat mengalirkan beban maupun tegangan dari titik tegangan ke arah serat yang lain. Pada struktur continous fiber yang ideal, serat akan bebas tegangan atau mempunyai tegangan yang sama. Selama fabrikasi, beberapa serat akan menerima tegangan yang tinggi dan yang lain mungkin tidak terkena tegangan sehingga keadaan di atas tidak dapat tercapai. Sedangkan komposit serat pendek, dengan orientasi yang benar, akan menghasilkan kekuatan yang lebih besar jika dibandingkan continous fiber. Hal ini terjadi pada whisker, yang mempunyai keseragaman kekuatan tarik setinggi 1500 kips/in 2 (10,3 GPa). Komposit berserat pendek dapat diproduksi dengan cacat permukaan yang rendah sehingga kekuatannya dapat mencapai kekuatan teoritisnya Faktor yang mempengaruhi variasi panjang serat chopped fiber composites adalah critical length (panjang kritis). Panjang kritis yaitu panjang minimum serat pada suatu diameter serat yang dibutuhkan pada tegangan untuk mencapai tegangan saat patah yang tinggi. 4. Bentuk Serat Bentuk Serat yang digunakan untuk pembuatan komposit tidak begitu mempengaruhi, yang mempengaruhi adalah diameter seratnya. Pada umumnya, semakin kecil diameter serat akan menghasilkan kekuatan komposit yang lebih tinggi. Selain bentuknya kandungan seratnya juga mempengaruhi. 5. Faktor Matrik Matrik dalam komposit berfungsi sebagai bahan mengikat serat menjadi sebuah unit struktur, melindungi dari perusakan eksternal, meneruskan atau memindahkan beban eksternal pada bidang geser antara serat dan matrik, sehingga matrik dan serat saling berhubungan.

2.4 POLIESTER TIDAK JENUH (UNSATURATED POLYESTER RESIN) Poliester tak jenuh merupakan resin sintetik yang tersusun dari rantai lurus, yang dihasilkan dari reaksi glikol dengan asam difungsional seperti asam maleat, asam adipat, dll. Penggunaan umum dari poliester tak jenuh ini adalah untuk impregnasi fiber glass yang selanjutnya dicetak menjadi bentuk yang diinginkan dengan proses ikatan silang menjadi produk plastik yang bersifat lebih ringan dari pada aluminium, atau dapat lebih kuat dari baja [38]. Unsaturated Polyester Resin (UPR) merupakan sebuah makromolekul dengan adanya gugus poliester dan tergolong kategori resin termoset dimana resin ini merupakan produk dari reaksi tahap demi tahap (step-growth) antara asam jenuh seperti asam phtalat atau isophtalat dengan asam tidak jenuh seperti asam maleat atau fumarat yang dikondensasikan dengan alkohol dihidris [44]. UPR berupa resin cair dengan viskositas yang cukup rendah, mengeras pada suhu kamar dengan penggunaan katalis tanpa menghasilkan gas sewaktu pengesetan seperti banyak resin termoset lainnya. Gambar 2.2 Struktur Poliester [42] Unsaturated Polyester Resin (UPR) yang digunakan dalam penelitian ini adalah seri Yukalac 157 BQTN-EX Series, dimana memiliki beberapa spesifikasi yang dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Spesifikasi Unsaturated Polyester Resin Yukalac 157 BTQN-EX [17] Item Satuan Nilai Tipikal Catatan Berat Jenis - 1,215 25 0 C Kekerasan _ 40 Barcol/GYZJ 934-1 Suhu distorsi panas o C 70 Penyerapan air % 0,188 24 jam ( suhu ruang) % 0,466 7 hari Kekuatan Fleksural MPa ±90 _ Modulus Fleksural kg/mm 2 300 _ Daya Rentang kg/mm 2 5,5 _ Modulus Rentang kg/mm 2 300 _ Elongasi % 7 _

Poliester tak jenuh juga sering digunakan dalam industri otomotif. Gambar 2.5 dapat dilihat persentase resin yang digunakan dalam industri otomotif. Gambar 2.3 Persentase Resin Yang Digunakan Dalam Industri Otomotif [39] Dari Gambar 2.5 diketahui bahwa 19 % industri otomotif menggunakan UPR sebagai matriks pada produknya. Gambar 2.6 dapat dilihat persentase aplikasi UPR dalam industri otomotif. Gambar 2.7 menunjukkan beberapa aplikasi komposit UPR dalam industri otomotif. Gambar 2.4 Persentase Aplikasi UPR Dalam Industri Otomotif [39] Gambar 2.5 Beberapa Aplikasi Komposit UPR dalam Industri Otomotif [39] 2.5 ABU SEKAM PADI Abu sekam padi ternyata mengandung senyawa silika cukup tinggi. Hasil analisa menunjukkan kandungan SiO 2 93 %, ph = 8, kadar air 2,70 %, luas permukaan butiran 68 m 2 /gr pada ukuran butir 325 mesh. Abu dengan sifat demikian terbukti dapat dipakai sebagai bahan penguat komposit karet alam. Campuran abu karet dapat dikerjakan dengan mudah di dalam gilingan open mill. Pada penambahan abu

sebanyak 40 60 phr kedalam karet dapat menghasilkan viskositas kompon antara 40 60 satuan Mooney, suatu harga yang umum dipakai di dalam pengolahan komposit [14]. Gambar 2.2 menunjukkan gambar sekam padi dan hasil pembakaran sekam padi berupa abu sekam padi putih. (a) (b) Gambar 2.6 Sekam Padi (a) dan Abu Sekam Padi Putih (b) Abu sekam padi putih merupakan hasil dari sekam padi yang dibakar dengan suhu tinggi. Pembakaran sekam padi akan menghasilkan abu sekam padi putih dan hitam. Abu sekam padi hitam masih mengandung lignoselulosa, sedangkan abu sekam padi putih tidak mengandung lignoselulosa karena telah habis terbakar (pembakaran sempurna). Dari Tabel 2.2 dapat kita lihat komponen dan % berat abu sekam padi. Tabel 2.2 Komposisi Kimia Abu Sekam Padi [18] Komponen % Berat SiO 2 86,90 97,30 K 2 O 0,58 2,50 Na 2 O 0,00 1,75 CaO 0,20 1,50 MgO 0,12 1,96 Fe 2 O 3 0,00 0,54 P 2 O 5 0,20 2,84 SO 3 0,10 1,13 Cl 0,00 0,42

2.6 METIL ETIL KETON PEROKSIDA (MEKP) Metil Etil Keton Peroksida (MEKP) adalah suatu bahan kimia yang dikenal dengan sebutan katalis. Katalis ini termasuk senyawa polimer dengan bentuk cair, berwarna bening. Fungsi dari katalis adalah mempercepat proses pengeringan (curing) pada bahan matriks suatu komposit. Semakin banyak katalis yang dicampurkan pada cairan matriks akan mempercepat proses laju pengeringan, tetapi akibat mencampurkan katalis terlalu banyak adalah membuatan komposit menjadi getas. Penggunaan katalis sebaiknya diatur berdasarkan kebutuhannya [19]. 2.7 METODA PENCETAKAN TERBUKA Metoda pencetakan terbuka merupakan metoda pencetakan komposit yang dilakukan di dalam keadaan terbuka (suhu ruangan). Awalnya matriks dan pengisi dicampurkan beaker glass, lalu dituang ke dalam cetakan plastisin yang berada di atas kaca, yang sebelumnya telah dilapisi dengan release agent secara terbuka. Gambar 2.3 menunjukkan gambar pencetakan komposit dengan menggunakan cetakan plastisin. Alas Kaca Release Agent Malam Gambar 2.7 Menunjukkan Pencetakan Komposit Dengan Cetakan Clastisin Menggunakan Metoda Terbuka [44] 2.8 PENGUJIAN/KARAKTERISASI BAHAN KOMPOSIT 2.8.1 ANALISA KEKUATAN TARIK (TENSILE STRENGTH) Kekuatan tarik merupakan salah satu sifat bahan polimer yang terpenting dan sering digunakan untuk uji sifat suatu bahan polimer. Penarikan suatu bahan biasanya menyebabkan terjadi perubahan bentuk dimana penipisan pada tebal dan pemanjangan. Kekuatan tarik (tensile strength) suatu bahan ditetapkan

dengan membagi gaya maksimum dengan luas penampang mula-mula, dimensinya sama dengan tegangan [20]. Persamaan untuk tegangan tarik adalah : Tegangan ( gaya) Tegangan tarik =...(1) Luas Permukaan F τ = (Pa)...(2) A Tegangan tarik (kekuatan tarik) tergantung pada gaya yang diberikan, waktu, suhu, struktur dan morfologi bahan polimer (non Kristal, semi kristal atau kristal). Jika pada suatu bahan dikenakan beban tarik, maka bahan tersebut akan mengalami perubahan panjang yang disebut dengan pemanjangan (elongation). Persamaan untuk pemanjangan : Perpanjang an = Perubahan panjang Panjang Awal...(3) ε = l l l o o (100%)...(4) Sementara sifat elastisitas suatu bahan polimer (modulus young) merupakan perbandingan antara tegangan tarik dengan pemanjangan, atau : τ E =...(5) ε Pada peregangan suatu bahan polimer, pemanjangan tidak selalu berbanding lurus dengan beban yang diberikan, dan pada penurunan kembali beban, sebahagian regangannya hilang, karena bahan polimer bukan merupakan bahan sepenuhnya elastis tetapi ada sifat viskositasnya [20]. 2.8.2 ANALISA KEKUATAN BENTUR (IMPACT STRENGTH) Kekuatan impak adalah suatu kriteria penting untuk mengetahui ketegasan bahan atau ketahanan bahan terhadap daya dengan kecepatan tinggi (hantaman). Kekuatan impak suatu bahan polimer dapat diukur dengan menggunakan alat impact test. Untuk kekuatan impak, bahan dapat dibagi dalam dua klasifikasi, yaitu bahan yang rapuh (brittle) dan elastis (ductile). Kegagalan pada bahan yang rapuh dapat terjadi pada energi yang rendah di mana keretakan bermula

dan berlanjut sebelum terjadinya yelding. Ciri-ciri yang ditunjukkan biasanya bagian yang putus/patah menunjukkan permukaan yang halus dan kaku. Untuk bahan ductile, akan terbentuk yelding di mana akan tampak stress whitening pada daerah yang putus. Pengujian impak biasanya dilakukan dengan metoda Charphy atau Izod [20]. Adapun rumus kekuatan bentur dapat dilihat di bawah ini. Kekua tan = Energi yang dibutuhkan untuk patah (J/m) Tebal bahan 2.8.3 ANALISA KEKUATAN LENTUR (FLEXURAL STRENGTH) Material komposit mempunyai sifat tekan lebih baik dibanding tarik, pada perlakuan uji lentur spesimen, bagian atas spesimen terjadi proses tekan dan bagian bawah terjadi proses tarik sehingga kegagalan yang terjadi akibat uji bending yaitu mengalami patah bagian bawah karena tidak mampu menahan tegangan tarik [30]. 2.8.4 KARAKTERISASI FOURIER-TRANSFORM INFRA-RED (FT IR). Spektrofotometer infra merah terutama ditujukan untuk senyawa organik yaitu menentukan gugus fungsional yang dimiliki senyawa tersebut. Pola pada daerah sidikjadi sangat berbeda satu dengan yang lain, karenanya hal ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi senyawa tersebut. Penetapan secara kualitatif dapat dilakukan dengan membandingkan tinggi peak (transmitansi) pada panjang gelombang tertentu yang dihasilkan oleh zat yang diuji dan zat yang standar. Dalam ilmu material analisa ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya reaksi atau interaksi antara bahan-bahan yang dicampurkan. Selain itu, nilai intensitas gugus yang terdeteksi dapat menentukan jumlah bahan yang bereaksi atau yang terkandung dalam suatu campuran [20].

2.8.5 KARAKTERISASI SCANNING ELECTRON MICROSCOPE (SEM) Analisa SEM dilakukan untuk mempelajari sifat morfologi terhadap sampel. SEM adalah adalah alat yang dapat membentuk bayangan permukaan spesimen secara mikroskopik. Berkas elektron dengan diameter 5-10 nm diarahkan pada spesimen. Interaksi berkas elektron dengan spesimen menghasilkan beberapa fenomena yaitu hamburan balik berkas elektron, sinar X, elektron sekunder, dan absorpsi elektron [21]. Teknik SEM pada hakekatnya merupakan pemeriksaan dan analisa permukaan. Data atau tampilan yang diperoleh adalah data dari permukaan atau dari lapisan yang tebalnya sekitar 20 um dari permukaan. Gambar permukaan yang diperoleh merupakan tofografi dengan segala tonjolan, lekukan dan lubang pada permukaan. Gambar toforgrafi diperoleh dari penangkapan elektron sekunder yang dipancarkan oleh spesimen. Sinyal elektron sekunder yang dihasilkan ditangkap oleh detektor yang diteruskan ke monitor. Pada monitor akan diperoleh gambar yang khas menggambarkan struktur permukaan spesimen. Selanjutnya gambar di monitor dapat dipotret dengan menggunakan film hitam putih atau dapat pula direkam ke dalam suatu disket [21]. Sampel yang dianalisa dengan teknik ini harus mempunyai konduktifitas yang tinggi, karena polimer mempunyai konduktifitas rendah, maka bahan perlu dilapisi dengan bahan konduktor (bahan pengantar) yang tipis. Bahan yang biasa digunakan adalah perak, tetapi jika dianalisa dalam waktu yang lama, lebih baik digunakan emas atau campuran emas dan pallladium [21]. 2.9 APLIKASI DAN KEGUNAAN PRODUK KOMPOSIT Poliester tak jenuh adalah bahan yang memiliki berbagai aplikasi dan mengalami perubahan konstan dan modifikasi sesuai permintaan pasar untuk produk yang lebih teknis dan peka terhadap lingkungan. Komposit poliester tidak jenuh sering digunakan di banyak industri seperti industri automotif, pembuatan kapal laut, dan masih banyak lagi. Komposit poliester tidak jenuh digunakan sesuai dengan kuat

atau tidaknya sifat sifat mekanik dan karakteristiknya. Misalnya komposit poliester tidak jenuh dengan nilai flame retardant yang tinggi, biasanya digunakan pada industri peralatan listrik dan lampu [34]. Salah satu aplikasi dari komposit poliester tak jenuh pada industri adalah pipa bermerk Kemrock. Komposit pipa Kemrock diproduksi dengan poliester, vinilester, dan resin epoksi baik menggunakan teknik filament heliks ganda berliku (discontinuous) maupun teknik mandrel filament berliku (continouos). Pipa yang dihasilkan memiliki spesifikasi yang berbeda hingga diameter 3000 mm. Pipa bermerk Kemrock ini memiliki ketahan korosi yang unggul, sifat mekanik dan fisik yang tinggi serta kemudahan penanganan, transportasi, dan instalasi bila dibandingkan dengan bahan bahan tradisional. Kemrock adalah salah satu produsen pipa komposit yang juga memproduksi resin thermosetnya sendiri, sehingga kualitas dari pasokan resin ke pabrik lebih diperhatikan [35]. Gambar 2.4 menunjukkan gambar produk pipa komposit bermerk Kemrock. Gambar 2.8 Pipa Komposit Kemrock [35] 2.10 ANALISIS BIAYA Dalam penelitian ini, dilakukan suatu analisa biaya terhadap pembuatan komposit poliester tidak jenuh (UPR) berpengisi abu sekam padi putih (ASPP). Adapun biaya untuk perancangan bahan mentah (raw material) produk membutuhkan bahan-bahan yakni sebagai berikut: 1. Poliester Tidak Jenuh Yukalac 157 BTQN-EX 2. Katalis Metil Etil Keton Peroksida (MEKP) 3. Abu Sekam Padi Putih (ASPP) 4. Biaya Tambahan seperti release agent 5. Pelat Besi Cetakan

Rincian biaya bahan, peralatan dan analisa diberikan dalam Tabel 2.3, Tabel 2.4 dan Tabel 2.5. Tabel 2.3 Rincian Biaya Bahan Pembuatan Komposit UPR Berpengisi ASPP Bahan dan Peralatan Jumlah Harga (Rp) Biaya Total (Rp) Poliester Tidak Jenuh 5 kg Rp 37.000,-/kg 185.000,- Yukalac 157 BTQN EX Katalis Metil Etil Keton 2 botol Rp 10.000,-/botol 20.000,- Peroksida (MEKP) Lilin Cetakan (Malam) 2 buah Rp 10.000,-/buah 20.000,- Abu Sekam Padi Putih 2 goni Rp 30.000,-/goni 60.000,- (ASPP) Release Agent (KIT) 1 botol Rp. 20.000,-/botol 20.000,- TOTAL 305.000,- Tabel 2.4 Rincian Biaya Peralatan Pembuatan Komposit UPR Berpengisi ASPP Bahan dan Peralatan Jumlah Harga (Rp) Biaya Total (Rp) Pembuatan Besi 1 buah Rp 5.000,-/ buah 5.000,- Cetakan Uji Bentur Pembuatan Besi 1 buah Rp 5.000,-/ buah 5.000,- Cetakan Uji Lentur Kaca 8 buah - - TOTAL 10.000,- Tabel 2.5 Rincian Biaya Analisa Pembuatan Komposit UPR Berpengisi ASPP Bahan dan Peralatan Jumlah Harga (Rp) Biaya Total (Rp) Analisa Sifat Mekanik 36 sampel - 300.000,- Analisa Fourier Transform Infra-Red (FTIR) 3 sampel Rp 75.000,-/sampel 225.000,- Analisa Scanning Electron Microscopy (SEM) 4 sampel Rp 75.000,-/ sampel 300.000,- TOTAL 825.000,- Dari rincian biaya yang telah dilakukan diatas maka total biaya yang diperlukan untuk membuat komposit UPR-ASPP yaitu sebesar Rp 1.140.000,-. Produk yang dihasilkan nantinnya akan memiliki sifat kekuatan bentur yang tinggi oleh karena itu maka sasaran produk yang ingin dihasilkan dapat berupa produk misalnya bumper.

Syarat sebuah bumper mobil layak untuk dipakai apabila memiliki kekuatan lentur di atas 32 MPa [43] pada produk ini memiliki nilai kekuatan lentur 69.744 MPa. Spesifikasi bumper yang ingin dibuat, yaitu memiliki panjang 1,5 m, berdiameter 5 cm dan memiliki ketebalan 3,5 mm. Maka pembuatan bumper membutuhkan poliester tak jenuh dan abu sekam padi putih sebanyak : Volume bumper = (p x l x t) + (2 x п x r 2 ) = (150 cm x 0,35 cm x 5 cm) + (2 x 3,14 x 2,5 2 ) = 262,5 + 39,25 = 301,75 cm 3 302 cm 3 Densitas bumper = Densitas Komposit pada komposisi 80 : 20 = 1,570 gr/cm 3 Massa bumper = Densitas bumper x Volume bumper = 1,570 x 302 = 474,14 gram = 0,474 kg 0,48 kg Pembuatan bumper dibuat atas dasar perbandingan poliester tak jenuh : abu sekam padi putih (95:5 b/b). Karena pada komposisi ini lah niai kekuatan benturnya yang paling baik diantara semua komposisi. Massa UPR yang digunakan = 95% x massa bumper = 0,95 x 0,48 kg = 0,456 kg Massa abu sekam padi putih yang digunakan = 5% x massa bumper = 0,05 x 0,48 = 0,024 kg Maka, biaya pembuatan bumper untuk 1 buah dapat dilihat pada Tabel 2.6. Tabel 2.6 Perkiraan Rincian Biaya Pembuatan Produk Bahan dan Peralatan Poliester Tidak Jenuh Yukalac 157 BTQN-EX Katalis Metil Etil Keton Peroksida (MEKP) Jumlah yang Biaya Total (Rp) diperlukan 1 kg 37.000,- 1 botol 10.000,-

Pelat Besi 1 buah 50.000,- Pelat Besi Lingkaran 2 buah 20.000,- Abu Sekam Padi Putih 1 goni 30.000,- (ASPP) Cetakan Plastisin 10 buah 100.000,- Total Rp 247.000,- Gambar 2.8 merupakan gambar bumper bagian belakang yang ingin dibuat. Bumper ini bisa digunakan untuk mobil double cabin seperti Mitsubishi Triton, Mitsubishi Strada L200, Ford Ranger dan Toyota Hilux [40]. Gambar 2.8 Bumper Tanduk Belakang Cabin Cat Hitam 3 [40] Total biaya yang diperkirakan untuk membuat 1 buah produk bumper yaitu sebesar Rp 247.000,-. Harga produk sejenis di pasaran memiliki rentang harga Rp. 100.00,- s/d Rp. 1.000.000,- [40-41]. Oleh karena itu, maka produk ini memiliki potensi untuk dipasarkan dan bersaing dengan produk lainnya yang sejenis.