Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2010, hlm ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

PENGARUH DOSIS PAKAN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS Cyprinus carpio DAN IKAN BAUNG Macrones sp DENGAN SISTEM CAGE-CUM-CAGE

Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi

PENGARUH PERBEDAAN SUHU TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN BUJUK (Channa lucius Cuvier)

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

Keragaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) strain rajadanu dengan kepadatan berbeda

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

PENGARUH PERBEDAAN SUHU TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAS KOI (Cyprinus carpio)

PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

BAB III METODE PENELITIAN

Angki Ismayadi, Rosmawati, Mulyana Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor

PERUBAHAN RESPON PAKAN PADA IKAN MAS KOKI (Carasias auratus) DENGAN RANSANGAN WARNA LAMPU

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2014 di Laboratarium Budidaya. Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

BAB III BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERBEDAAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN Tubifex sp. TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU PERTUMBUHAN BENIH IKAN GABUS (Channa striata)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember

Oleh: RINIANINGSIH PATEDA NIM: Telah Diperiksa dan Disetujui Untuk Diuji. Mengetahui, KetuaJurusan/Program StudiBudidayaPerairann

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.)

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

BAB 4. METODE PENELITIAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

BAB III BAHAN DAN METODE

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan produksi perikanan adalah melalui budidaya (Karya

RESPONS PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS LIMBAH SAYURAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium

[ GROUPER FAPERIK] [Pick the date]

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KETINGGIAN AIR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUPBENIH IKAN LELE SANGKURIANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

III. BAHAN DAN METODE

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN:

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS KIAMBANG

SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH DALAM PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi campuran tepung tulang

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juli 2014, di Laboratorium Budidaya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. BAHAN DAN METODE

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

II. BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Siam

PENGARUH SUMBER ASAM LEMAK PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BOTIA Botia macracanthus Bleeker

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 selama 50

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

Pengaruh Sumber Makanan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Ikan Kelabau Padi (Osteochilus melanopleura) yang Dipelihara Dalam Hapa di kolam

BAB III BAHAN DAN METODE

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypopthalmus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM BIOFLOK PADA Feeding Rate YANG BERBEDA

VARIASI PADAT PENEBARAN TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp) YANG DIPELIHARA DALAM HAPA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

Pengaruh Ketinggian Air yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERGANTIAN PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN PANJANG LARVA IKAN SEPAT COLISA (Trichogaster lalius)

Tingkat Kelangsungan Hidup

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMBINASI PAKAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KELULUSHIDUPAN DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN SELAIS (Kryptopterus lais)

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli hingga Agustus 2011 yang bertempat di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari

Transkripsi:

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2010, hlm 71-81 ISSN 0126-6265 Vol 38 No.1 71

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2010, hlm 71-81 ISSN 0126-6265 Vol 38 No.1 PENGARUH SUHU TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN MAS (Cyprinus carpio) By Dominggas M. Kelabora 1) Diterima: 8 November 2009 / Disetujui: 10 Desember 2009 ABSTRACT Cyprinus carpio has a particular optimum temperature for its appetite. Marine temperature increase and oxygen needs of organism is according to Van t Hoff law that every chemistry change, its reaction rapidity increase by twice to third times every temperature increase of 10 C. Treatment tested is in temperature of 26 O C; 28 O C; 30 O C and 32 O C. Parameter observed is fish relative weight growth, length increase and survival rate. Research yield indicating that the relative weight growth (%) and larvae length increase of highest gold fish (Cyprinus carpio) is that on temperature of 28 O C) and according to equals Y = -56.597x 2 + 3204x - 41537 it is known that the optimum temperature for larvae supervising of Cyprinus carpio is in temperature of 28.305 O C. Keywords : Gold Fish, Cyprinus carpio and optimum temperature. PENDAHULUAN 1 Faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan selain pakan adalah kualitas air terutama suhu. Karena suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan nafsu makan ikan. Suhu dapat mempengaruhi aktivitas penting ikan seperti pernapasan, pertumbuhan dan reproduksi. Suhu yang tinggi dapat mengurangi oksigen terlarut dan mempengaruhi selera makan ikan Ikan mempunyai suhu optimum tertentu untuk selera makannya. Menurut Cholik et al (1986) bahwa kenaikan suhu perairan diikuti oleh derajat 1) Staf Pengajar Politeknik Perikanan Negeri Tual Maluku Tenggara metabolisme dan kebutuhan oksigen organisme akan naik pula, hal ini sesuai dengan hukum Van t Hoff yang menyatakan bahwa untuk setiap perubahan kimiawi, kecepatan reaksinya naik 2 3 kali lipat setiap kenaikan suhu sebesar 10 C. Djajasewaka dan Djajadireja (1990) menyatakan bahwa suhu optimum untuk selera makan ikan adalah 25 27 O C. Suhu optimum seperti ini akan dicapai pada pagi dan sore hari. Menurut Wardoyo (1975) meskipun ikan dapat beraklimatisasi pada suhu yang relatif tinggi, tetapi pada suatu derajat tertentu kenaikan suhu dapat menyebabkan kematian ikan. Cholik et al (1986) menyebutkan bahwa perubahan drastis suhu sampai mencapai 5 O C dapat menyebabkan stress pada ikan atau membunuhnya. 71

Usaha pembenihan ikan mas hingga saat ini telah berkembang pesat, sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Salah satu mata rantai usaha budidaya ikan adalah tersedianya benih yang mencukupi baik kuantitas maupun kualitas. Walaupun usaha pembenihan ikan khususnya ikan mas telah lama dilakukan, tetapi kebutuhan benih hingga saat ini masih belum mencukupi. Salah satu kendala dalam usaha pembenihan yaitu tingkat kelangsungan hidup yangrendah dan pertumbuhan ikan yang relative lambat. Diperkirakan hanya sekitar 30 40% kelangsungan hidup larva ikan mas dapat dicapai setiap satu ekor induk yang dipijahkan. Kondisi ini salah satunya disebabkan oleh adanya perubahan suhu atau tidak stabilnya suhu, sehingga larva ikan menjadi stress dan mati. Selain itu, tidak stabilnya suhu juga mengakibatkan pertumbuhan larva ikan menjadi lambat. Hal ini disebabkan suhu sangat berpengaruh terhadap proses metabolisme dan proses metabolisme akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Dalam rangka meningkatkan kelangsungan hidup dan mempercepat proses pertumbuhan larva ikan mas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai suhu terbaik untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan mas. Tujuan dan Manfaat Penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui suhu optimum bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan mas. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah agar mahasiswa dan para peternak ikan dapat mengaplikasikan suhu yang optimum bagi larva ikan mas. Metode Penelitian Wadah Penelitian Wadah yang digunakan adalah baskom berbentuk bulat dengan volume 20 liter daan diisi air dengan volume 15 liter. Wadah penelitian sebanyak 9 buah. Setiap wadah dilengkapi dengan Water Heater (pemanas air) untuk mempertahankan suhu agar sesuai perlakuan dan dilengkapi dengan aerasi untuk mempertahankan oksigen terlarut. Ikan Uji Ikan uji yang digunakan adalah larva ikan mas yang berumur 7 hari dengan padat tebar setiap bak adalah 50 ekor. Pakan Uji Pakan uji yang digunakan adalah kuning telur untuk sepuluh hari pertama. Selanjutnya pada sepuluh hari kedua, ketiga dan keempat diberi pakan berupa tepung ikan. Pakan diberikan dengan metode ad libitum dengan frekuensi pemberian pakan 8 kali sehari dengan reng waktu 3 jam sekali. Prosedur Penelitian Persiapan Penelitian Selama masa persiapan, alat dan bahan dipersiapkan satu minggu sebelum penelitian dimulai. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam persiapan penelitian antara lain : 72

Menyiapkan wadah penelitian dan mengatur sesuai nomor pengacakan Mengatur heater untuk mengatur suhu media penelitian Mengadaptasikan ikan uji sesuai perlakuan media penelitian Menyiapkan pakan yang digunakan dalam penelitian Mengadaptasi ikan uji dengan pakan Pelaksanaan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian tahapan yang dilakukan yaitu : Memasukkan ikan uji dalam wadah penelitian dengan cara menghitung jumlah larva setiap wadah penelitian, agar jumlahnya sama setiap perlakuan. Mengambil sampel larva dari bak stok dan diukur panjangnya. Memberikan pakan uji dengan frekuensi 8 kali sehari Mengontrol kualitas air setiap 5 hari sekali (ph, oksigen terlarut dan amonia) sedangkan suhu pengontrolannya dilakukan setiap hari. Mengamati jumlah larva yang mati setiap hari hingga penelitian selesai untuk menghitung tingkat kelangsungan hidup larva Hari terakhir panjang ikan diukur untuk mengetahui pertumbuhan larva ikan. Rancangan percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah suhu yang berbeda yaitu suhu 26 O C; 28 O C; 30 O C dan 32 O C. Variabel Pengamatan Variabel-variabel yang dihitung selama penelitian : a. Pertumbuhan berat relatif ikan Wt - Wo h = x 100% Wo Keterangan : H = Kecepatan pertumbuhan relative Wt = Bobot akhir penelitian (g) Wo = Bobot awal penelitian (g) b. Pertambahan panjang ikan. Menurut Effendie (1978) pertambahan panjang dapat dihitung dengan menggunakan rumus : P = Pt - Po Keterangan : P = Pertambahan panjang ikan Pt = Panjang akhir ikan (cm) Po = Panjang awal ikan (cm) c. Kelangsungan hidup. Tingkat kelangsungan hidup dihitung sesuai yang dirumuskan oleh Djajasewaka (1985) : Nt SR = x100% No Keterangan: SR = Kelangsungan hidup ikan selama percobaan (%) Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian No = Jumlah ikan pada awal penelitian Pengukuran kualitas air dilakukan seperti pengukuran suhu dilakukan setiap hari, pengukuran ph 73

air, oksigen terlarut dan amoniak dilakukan setiap 10 hari. HASIL DAN PEMBAHASAN penelitian yang dilakukan, diperoleh data yang meliputi data pertumbuhan berat dan panjang larva ikan mas, kelangsungan hidup serta data parameter kualitas air sebagai data penunjang. Pertumbuhan Berat Relatif (%) Larva Ikan Mas penelitian yang dilakukan selama tiga puluh hari, diperoleh data pertumbuhan berat. Pertumbuhan berat relatif larva ikan mas selama penelitian berkisar antara 2933.33-4150.00%. Rata-rata pertumbuhan relatif larva ikan mas selama masa penelitian pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata pertumbuhan berat relatif (%) larva ikan mas. Perlakuan A B C D Panjang hari ke- 0 30 0.006 0.006 0.006 0.006 0.197 0.239 0.220 0.190 Pertumbuhan Berat Relatif (%) 3183.33 3877.78 3572.22 3061.11 Pertambahan berat larva ikan mas yang dikan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini : Pertambahan berat (g) 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 A B C D Perlakuan Gambar 1. Pertambahan berat (g) larva ikan mas pertumbuhan berat relatif larva ikan mas sesuai tabel 1 dan gambar 1 diketahui bahwa perlakuan B (suhu 28 O C ) memberikan tertinggi. diikuti perlakuan C (suhu 30 O C). kemudian perlakuan A (suhu 26 O C) dan yang terendah perlakuan D (suhu 32 O C). Pada perlakuan B (suhu 28 O C) memberikan tingkat pertumbuhan berat relatif larva ikan mas yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan A (suhu 26 O C) dan perlakuan D (suhu 32 O C).. pengamatan selama penelitian dan analisis polynomial orthogonal dapat diketahui bahwa suhu optimum untuk larva ikan mas pada suhu : dy dx dan = 2 x( 56.597Χ) + 3204 3204 x = = 113,194 28,305 74

analisis persamaan dapat dilihat pada Gambar 2 berikut : 4000 3800 3600 3400 3200 3000 2800 2600 2400 2200 2000 y = -56.597x 2 + 3204x - 41537 R 2 = 0.434 22 24 26 28 30 32 34 Gambar 2. Hubungan antara pertumbuhan berat (g) larva ikan mas dengan suhu Gambar 2, terlihat bahwa titik optimum suhu untuk larva ikan mas pada 28.2985 O C, karena pada suhu 28.305 O C tingkat pertumbuhan larva ikan mas menunjukkan pertumbuhan tertinggi. pertumbuhan berat berat (g) larva ikan mas selama penelitian ini diketahui bahwa pada perlakuan B (suhu 28 O C) memberikan tingkat pertumbuhan berat (g) yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan A (suhu 26 O C). Kondisi ini menggambarkan bahwa suhu 28 O C memberikan tingkat pertumbuhan berat yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan A. Hal ini membuktikan bahwa suhu media pemeliharaan dapat memberikan laju pertumbuhan yang tinggi padaikan larva ikan mas. Perbedaan suhu air media dengan tubuh ikan akan menimbulkan gangguan metabolisme. Kondisi ini dapat mengakibatkan sebagian besar energi yang tersimpan dalam tubuh ikan digunakan untuk penyesuian diri terhadap lingkungan yang kurang mendukung tersebut, sehingga dapat merusak sistem metabolisme atau pertukaran zat. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan ikan karena gangguan sistem percernaan. Menurut Asmawi (1983) bahwa suhu air mempunyai pengaruh besar terhadap pertukaran zat atau metabolisme mahkluk hidup di perairan. Oleh karena itu peningkatan suhu lebih tinggi dapat menghambat pertumbuhan dan menyebabkan tingginya mortalitas ikan. Hal ini terlihat pada perlakuan A dan D yang memperoleh laju pertumbuhan berat lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan B. penelitian dengan memperhatikan nilai pertumbuhan berat pada masingmasing perlakuan hingga pada akhir pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan B dengan suhu media pemeliharaan suhu 28 O C merupakan perlakuan yang tertinggi pertumbuhannya dan merupakan media yang paling baik untuk larva ikan mas. 75

Pertambahan Panjang Larva Ikan Mas Hasil penelitian yang dilakukan selama tiga puluh hari, diperoleh data pertumbuhan panjang. Selanjutnya data pertumbuhan panjang akhir dikurangkan dengan data pertumbuhan panjang awal, untuk mengetahui pertambahan Tabel 2. Rata-rata pertambahan panjang (cm) larva ikan mas. panjang mutlak pertambahan panjang mutlak (cm) larva ikan mas selama penelitian berkisar antara 1.70-2.20 cm. Rata-rata pertambahan panjang larva ikan mas selama masa penelitian pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Perlakuan A B C D Panjang hari ke- 0 30 0.30 2.07 0.30 2.40 0.30 2.37 0.30 2.03 Pertambahan Panjang ikan (cm) 1.77 2.10 2.07 1.73 Pertambahan panjang (cm) larva ikan mas yang dikan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini : Pertambahan Panjang (cm) 2.5 2 1.5 1 0.5 0 2.1 2.07 1.77 1.73 A B C D Perlakuan Gambar 2. Pertambahan panjang (cm) larva ikan mas pertumbuhan berat relatif dan pertambahan panjang larva ikan mas sesuai tabel 2 dan gambar 2 diketahui bahwa perlakuan B (suhu 28 O C ) memberikan tertinggi, diikuti perlakuan C (suhu 30 O C), kemudian perlakuan A (suhu 26 O C) dan yang terendah perlakuan D (suhu 32 O C). Pada perlakuan B (suhu 28 O C) memberikan tingkat pertumbuhan berat relatif larva ikan mas yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan A (suhu 26 O C) dan perlakuan D (suhu 32 O C). pertumbuhan larva ikan mas sesuai tabel 2 dan gambar 2 diketahui 76

bahwa perlakuan B (suhu 28 O C) memberikan tingkat pertumbuhan berat relatif larva ikan mas yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan A (suhu 26 O C) dan perlakuan D (suhu 32 O C). Hal ini menunjukkan bahwa suhu media pemeliharaan memberikan tingkat pertambahan panjang terhadap larva ikan mas, karena suhu erat dengan proses metabolisme sehingga pertumbuhan ikan akan semakin cepat. Sesuai pendapat Cholik et al (1986) bahwa kenaikan suhu perairan diikuti oleh derajat metabolisme. Namun kenaikan suhu yang semakin tinggi akan menurunkian pertumbuhan, karena selera makan ikan mempunyai suhu yang optimal. Menurut Djajasewaka dan Djajadireja (1990) menyatakan bahwa suhu optimum untuk selera makan ikan adalah 25 27 C. Kondisi ini berbeda dengan penelitian yang memberikan pertumbuhan lebih baik pada suhu suhu 30 O C dibandingkan dengan suhu 26 O C. Pada suhu 32 O C pertumbuhan berat relatif yang dikan semakin menurun, karena suhu tersebut telah melebihi kisaran optimal suhu untuk selera makan ikan. Walupun hukum Van t Hoff menyatakan bahwa untuk setiap perubahan kimiawi, kecepatan reaksinya naik 2 3 kali lipat setiap kenaikan suhu sebesar 10 C. Namun untuk pertumbuhan larva ikan mas, kenaikan suhu tersebut semakin menurunkan pertumbuhan larva ikan mas. Hal ini selain disebabkan kenaikan suhu yang terlalu tinggi, juga karena pada fase larva ikan sangat sensitif, sehingga suhu yang terlalu tinggi selain dapat menghambat pertumbuhan juga akan menurunkan tingkat kelangsungan hidup. Faktor kualitas lainnya tidak menghambat pertumbuhan larva ikan mas, karena berada pada kondisi yang ideal bagi larva ikan mas. Kandungan oksigen terlarut selama masa penelitian berkisar antara 4.30 5.40 ppm. Kondisi oksigen terlarut ini juga cukup mendukung kehidupan ikan selama penelitian. Menurut Cholik et al. (1986) bahwa untuk kehidupan ikan kandungan oksigen tidak boleh kurang dari 3 ppm. Karena kandungan oksigen menurut Lingga (1985) sangat penting untuk kehidupan ikan dan hewan lainnya untuk bernafas dan melakukan proses metabolisme tubuh. penelitian dengan memperhatikan pertambahan panjang larva ikan mas pada masingmasing perlakuan hingga pada akhir pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan B (suhu 28 O C) merupakan perlakuan yang tertinggi pertumbuhannya dan merupakan suhu yang sesuai untuk larva ikan mas. Kelangsungan Hidup. Kelangsungan hidup dinyatakan sebagai persentase jumlah ikan yang hidup selama jangka waktu pemeliharaan dibagi dengan jumlah ikan yang ditebar (Effendie, 1978), dan tingkat kelangsungan hidup merupakan kebalikan dari tingkat mortalitas. Data kelangsungan hidup larva ikan mas selama masa penelitian tiga puluh hari pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 3 77

Tabel 3 Kelangsungan hidup (%) larva ikan mas selama masa penelitian. Pengamatan hari ke Perlakuan 0 30 A 100 58,67 B 100 65,33 C 100 62,67 D 100 50,00 100 Kelangsungan hidup 90 80 70 60 50 40 30 20 10 58.67 65.33 62.67 50 0 A B C D Perlakuan Gambar 3. Grafik kelangsungan hidup (%) larva ikan mas Sesuai Tabel 3 dan Gambar 3 tingkat kelangsungan hidup untuk perlakuan A sebesar 5867 %, perlakuan B sebesar 6533 %, perlakuan C sebesar 6267 % dan perlakuan D sebesar 5000 %. tabel 3 dan gambar 3 diketahui bahwa kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan B, diikuti perlakuan C, kemudian perlakuan A dan yang terendah perlakuan D. Tingkat kelangsungan hidup larva ikan mas masih cukup rendah, karena tingkat kelangsungan hidupnya di bawah 70 %. Rendahnya tingkat kelangsungan hidup larva ikan mas dalam penelitian ini disebabkan ukuran larva ynag masih kecil sehingga sangat rentan terhadap perubahan kondisi media seperti perubahan kualitas air walaupun perubahan tersebut sangat kecil. Cholik et al, (1986) menyatakan bahwa kualitas air yang digunakan untuk budidaya merupakan faktor (variabel) yang mempengaruhi kelangsungan hidup, perkembangbiakan, pertumbuhan atau produksi ikan. Fase larva merupakan masa kritis bagi ikan, sehingga tingkat mortalitas tertinggi terjadi pada fase larva. Walaupun kondisi kualitas air relatif normal dan pakan mencukupi, tingkat mortalitas larva sering kali 78

masih tinggi. Apalagi bila kondisi kualitas air tidak mendukung dan pakannya tidak mencukupi baik kualitas maupun kuantitasnya. Kelangsungan hidup larva ikan mas dalam penelitian ini masih cukup baik bila dibandingkan dengan pemeliharaan larva di unit pembenihan rakyat, sesuai informasi petani ikan tingkat kelangsungan hidupnya di bawah 50%. (dari 300.000 ekor larva menjadi 20.000 40.000 ekor). Hal ini terutama disebabkan oleh suhu yang tidak stabil. Pada siang sampai sore hari suhu air dapat mencapai 28 30 O C, tetapi pada malam hingga pagi hari suhu air dapat turun hingga di bawah 25 O C. Selain itu pada umumnya tingkat kelangsungan hidup yang rendah juga disebabkan oleh kandungn oksigen terlarut yang rendah. Hal ini terlihat pada benih ikan yang sering mengapung pada pagi hari dengan posisi mulut berada di permukaan air. Sesuai pendapat Soeseno (1978) bahwa pada umumnya perairan yang mengandung oksigen 5 mg/liter pada suhu air yang bergoncang antara 20 30 C, masih dapat dipandang sebagai air yang cukup baik untuk kehidupan ikan-ikan (derajad kejenuhan oksigen pada suhu tersebut antara 7 9 mg/liter). Selain oksigen terlarut, kondisi ph air dan amoniak juga sangat mendukung kelangsungan hidup larva ikan mas. Hasil pengamatan ph air media penelitian selama masa penelitian diperoleh 6.0 6.5. Hal ini membuktikan bahwa kisaran ph selama masa penelitian berada dalam kisaran yang normal. Sesuai pendapat Huet (1975) bahwa air yang baik untuk budidaya adalah netral atau sedikit alkalis dengan ph antara 7.0 8.0. Cholik, et al (1986) juga mengatakan bahwa bila ph air kolam sekitar 6.5 9.0 pada waktu siang hari adalah kondisi yang baik untuk produksi ikan. Begitu pula halnya dengan kondisi amoniak, yaitu berkisaran antara 0.02 0.03 ppm. Konsentrasi amoniak dalam wadah selama masa penelitian berada dalam kisaran yang rendah. Menurut Wardoyo (1975) bahwa batas toleransi amoniak dalam air berkisar antara 0.1 0.3 ppm. pengamatan dan analisis data menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup sangat dipengaruhi oleh suhu air. di atas, berarti perlakuan B (suhu 28 O C) merupakan suhu terbaik, karena selain memberikan pertumbuhan berat dan panjang tertinggi juga memberikan tingkat kelangsungan hidup tertinggi. KESIMPULAN Kesimpulan pengamatan dan analisis data diperoleh : a. analisis polynomial orthogonal, diperoleh persamaan Y = - 56.597x 2 + 3204x - 41537 dan diketahui bahwa suhu optimal untuk pemeliharaan larva ikan mas yaitu suhu 28,305 O C. b. penelitian dengan memperhatikan pertumbuhan berat relatif (%) dan pertambahan panjang larva ikan mas pada masing-masing perlakuan hingga pada akhir pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan B 79

(suhu 28 O C) merupakan perlakuan yang tertinggi pertumbuhannya dan merupakan suhu yang sesuai untuk larva ikan mas. c. Tingkat kelangsungan hidup larva ikan mas pada perlakuan A sebesar 58.67%, perlakuan B sebesar 65.33%, perlakuan C sebesar 62.67% dan perlakuan D sebesar 50.00%.. d. Selama masa penelitian ph air 6.0 6.5 dan oksigen terlarut berkisar antara 4.30 5.00 ppm serta amoniak berkisar antara 0.02 0.03. Kondisi kualitas air selama penelitian cukup mendukung untuk pemeliharaan larva ikan mas. DAFTAR PUSTAKA Afrianto. E, dan Livawaty. E, 1992. Beberapa Metode Budidaya Ikan. Penerbit Kanesus, Yokyakarta. 103 halaman Armayadi., 1997. Pemberian Jumlah Pakan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Benih Jelawat (Leptobarbus Blkr) di Hapa Dalam Kolam. Skripsi. Fakultas Pertanian Jurusan perikanan. Universitas Muhammadiyah Pontianak. 81 hal. Asmawi, S. 1985. Ekologi Ikan. Fakultas Perikanan Unlam. Penerbit MEDIA KAMPUS Banjarmasin. 105 hal. Balai Informasi Pertanian Kalimantan Selatan., 1994. Budidaya beberapa ikan local air tawar. Kerjasama Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian Bogor. Cholik. F., Artati dan R.Arifudin., 1986. Pengelolaan kualitas air kolam. INFIS Manual seri nomor 26. Dirjen Perikanan. Jakarta. 52 hal. Djajasewaka., 1985. Pakan Ikan. (Makanan Ikan). Yasaguna. Jakarta. 55 hal. Djajasewaka dan Djajadiredja. R., 1990. Budidaya Ikan di Indonesia. Cara Pengembangannya. Badan Litbang Pertanian. Lembaga Penelitian perikanan Darat. Jakarta. 48 hal. Effendie. M.I., 1978. Biologi Perikanan. Diktat Pengantar Perkuliahan. Fakultas Perikanan IPB. Bogor. 79 hal. Eglal. O.A,.M. Nour, and K.D. Guenter. 1989. Kebutuhan Gizi Ikan Mas (Karper) (Cyprinus carpio) P.45-65. Dalam A.Bittner (Editor). Budidaya air. Yayasan Obor Indonesia. 135 hal. Hanafiah, K.A. 1993. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi PT. Raja Grapindo Persada, Jakarta. 53 hal. Jangkaru. Z., 1974. Makanan Ikan. LPPD. Bogor. 57 hal -------------., 1995. Pembesaran ikan air tawar di berbagai 80

lingkungan pemeliharaan. Penebar Swadaya. 49 hal. Lingga. P., 1985. Ikan Mas Dalam Kolam Air deras. Penebar Swadaya. Jakarta. 63 hal. Mudjiman, A., 1985. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. 54 hal Najiyati. S., 1992. Memelihara Lele Dumbo di kolam taman. Penebar Swadaya. 49 hal. Saanin. H., 1994. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid IV. Bina Cipta. Bandung. 256 hal. Schmittou. H.R., 1987. Budidaya Karamba. Satu metode produksi ikan di Indonesia. 125 hal. Soeseno. R.S., 1978. Beternak dan memelihara ikan air tawar. SUPM Bogor. 176 hal. Sudjana, 1992. Metode Statistika. Tarsito, Bandung. 508 hal. Susanto., 1995. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis. Penebar Swadaya. Jakarta. 98 hal. Susanto dan Rochdianto. A., 1997. Kiat Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis. Penebar Swadaya. Jakarta. Tang, U.M., 2003. Teknik Budidaya Ikan Baung. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 47 hal. Wardoyo., S.T.H., 1975. Pengelolaan Kualitas Air. IPB. Bogor. 41 hal. 81