KATA PENGANTAR. Penyusun. persediaan akhir sistem periodik dan sistem perpetual dengan metode FIFO, LIFO dan ratarata

dokumen-dokumen yang mirip
INVENTORY. (Manajemen Persediaan)

Manajemen Persediaan INVENTORY

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pengendalian Persediaan. Fungsi Persediaan (2) Fungsi Persediaan 11/18/2015

BAB II LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

BAB II LANDASAN TEORI

Manajemen Operasional. Metode EOQ

BAB II BAHAN RUJUKAN. Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB II LANDASAN TEORI

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

BAB II LANDASAN TEORI

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR. : Manajemen Operasional Agribisnis

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE EOQ PADA UD. ADI MABEL

#12 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

(2004) dengan penelitian yang diiakukan oleh penulis adalah metode pemecahan

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap usaha yang dijalankan perusahaan bertujuan mencari laba atau

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persediaan (inventory) merupakan barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu.

INVENTORY. Bambang Shofari

Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab II : Manajemen Proyek. Bab III : Manajemen Inventori. Bab IV : Supply-Chain Management

BAB II LANDASAN TEORI

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

MODUL PERKULIAHAN MANAJEMEN KEUANGAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Helsinawati, SE, MM Bisnis

Manajemen Persediaan

MANAJEMEN PERSEDIAAN

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MENGENAL MODEL PERSEDIAAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pengelolaan Persediaan

Akuntansi Biaya. Bahan Baku : Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan (Materials : Controlling, Costing and Planning)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Industrial Management ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU BUAH KELAPA SAWIT PADA PT. BAHARI DWIKENCANA LESTARI

BAB I PENDAHULUAN. produk dapat berakibat terhentinya proses produksi dan suatu ketika bisa

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN. dagang maupun manufaktur. Bagi perusahaan manufaktur, persediaan menjadi. berpengaruh pada kegiatan produksi dan penjualan.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi

Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi;

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertutup, lapangan, gudang terbuka, atau tempat-tempat penyimpanan lain, baik

Proudly present. Manajemen Persediaan. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

Manajemen Operasi Aulia Ishak, ST, MT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) ABSTRAK

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas perkenan- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-nya penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang riset operasi, yang kami sajikan berdasarkan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Makalah ini memuat tentang PERSEDIAAN. Hal yang dibahas adalah mengenai pengertian persediaan, fungsi dan jenis-jenis persediaan, pencatatan persediaan, metode manajemen persediaan, penilaian persediaan serta menghitung nilai persediaan akhir sistem periodik dan sistem perpetual dengan metode FIFO, LIFO dan ratarata (average). Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih. Penyusun

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Persediaan B. Fungsi dan Jenis-Jenis Persediaan C. Metode Pencatatan Persediaan D. Metode Manajemen Persediaan E. Metode Penilaian Persediaan BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun-tahun terakhir ini penilaian persediaan mendapat perhatian lebih besar karena laju inflasi yang tinggi. Pemilihan prinsip atau metode penilaian persediaan mempunyai suatu pengaruh penting pada pendapatan yang dilaporkan dan posisi keuangan perusahaan tertentu. Oleh karena persediaan biasanya merupakan harta lancar yang terpenting, maka metode penilaian persediaan merupakan suatu faktor yang penting dalam menetapkan hasil operasi dan kondisi keuangan. Salah satu tujuan dari akuntansi persediaan, termasuk penilaian persediaan adalah untuk menetapkan penghasilan yang wajar dengan membebankan biaya yang bersangkutan terhadap penghasilan perusahaan. Dalam proses penjualan dan pembelian dapat dilihat bahwa persediaan merupakan nilai yang tersisa setelah jumlah biaya telah dibebankan terhadap penjualan atau sebagai jumlah biaya yang tersisa untuk dibebankan terhadap penjualan di masa yang akan datang. Tujuan dari penilaian persediaan adalah untuk menyajikan secara wajar posisi keuangan perusahaan sebagai suatu going concern dan bukan sebagai perusahaan yang sedang menuju pembubaran atau dalam kondisi likuidasi. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Apa pengetian persediaan? 2. Apa fungsi dan jenis-jenis persediaan? 3. Bagaimanakah metode pencatatan persediaan? 4. Bagaimana metode manajemen persediaan? 5. Bagaimanakah penilaian persediaan itu? 6. Bagaimana cara menghitung nilai persediaan akhir dengan sistem periodik dan perpetual? C. Tujuan Tujuan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Menjelaskan pengertian persediaan. 2. Menjelaskan fungsi dan jenis-jenis persediaan. 3. Menjelaskan bagaimana pencatatan persediaan. 4. Menjelaskan bagaimana metode manajemen persediaan. 5. Menjelaskan bagaimana persediaan dinilai. 6. Menghitung nilai persediaan akhir sistem periodik dan sistem perpetual dengan metode FIFO, LIFO dan rata-rata (average).

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Persediaan Persediaan (inventory), adalah meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi normal perusahaan. Aktiva lain yang dimiliki perusahaan, tetapi tidak untuk dijual atau dikonsumsi tidak termasuk dalam klasifikasi persediaan. Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan industri (manufaktur), apalagi perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi, hampir 50% dana perusahaan akan tertanam dalam persediaan yaitu untuk membeli bahanbahan bangunan. Persediaan yang diperoleh perusahaan langsung dijual kembali tanpa mengalami proses produksi selanjutnya disebut persediaan barang dagang. Perusahaan menggunakan system inventory stock karena perputaran pesediaannya cukup tinggi dan beragam untuk mengantisipasi penjualan supaya tidak terjadi kekurangan persediaan. B. Fungsi dan jenis-jenis persediaan Setiap perusahaan perlu mengadakan persediaan untuk menjamin kelangsungan hidup usahanya. Untuk mengadakan persediaan, dibutuhkan sejumlah uang yang diinvestasikan dalam persediaan tersebut. Oleh karena itu, setiap perusahaan haruslah dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan optimum yang dapat menjamin kebutuhan bagi kelancaran kegiatan perusahaan dalam jumlah dan mutu yang tepat dengan biaya yang serendah-rendahnya. Untuk mengatur tersedianya suatu tingkat persediaan yang optimum, maka diperlukan suatu sistem pengawasan persediaan. Tujuan dari pengawasan persediaan ini adalah (Assauri, 1998): a. Menjaga jangan sampai kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi. b. Menjaga agar pembentukan persediaan tidak terlalu besar atau berlebih, sehingga biaya yang timbul oleh persediaan tidak terlalu besar. c. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena mengakibatkan meningkatnya biaya pemesanan. Jenis-Jenis Persediaan Persediaan dapat dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang tersebut di dalam urutan pengerjaan produk, yaitu (Assauri, 1998): a. Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock) Merupakan persediaan dari barang-barang yang dibutuhkan untuk proses produksi. Barang ini bisa diperoleh dari sumber-sumber alam, atau dibeli darisupplier yang menghasilkan barang tersebut. b. Persediaan Bagian Produk (Purchased Parts)

Merupakan persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, yang secara langsung diassembling dengan parts lain tanpa melalui proses produksi. c. Persediaan Bahan-Bahan Pembantu (Supplies Stock) Merupakan persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu kelancaran produksi, tetapi tidak merupakan bagian dari barang jadi. d. Persediaan Barang Setengah Jadi (Work in Process) Merupakan barang-barang yang belum berupa barang jadi, akan tetapi masih diproses lebih lanjut sehingga menjadi barang jadi. e. Persediaan Barang Jadi (Finished Good) Merupakan barang-barang yang selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk disalurkan kepada distributor, pengecer, atau langsung dijual ke pelanggan. Fungsi fungsi Persediaan Efesiensi operasional suatu organisasi dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi penting persediaan. Pertama, harus diingat bahwa persediaan adalah sekumpulan produk fisikal pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses, dan kemudian barang jadi. Fungsi fungsi dari persediaan antara lain: 1. Fungsi Decoupling Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi operasi perusahaan internal dan eksternal mempunyai kebebasan. Persediaan decouples ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi langganan tanpa terganggu supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar departemen departemen dan proses proses individual perusahaan terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para langganan. Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebut fluctuation stock. 2. Fungsi Economic Lot Sizing Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan membeli sumber daya sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya per unit. Persediaan Lot Size ini perlu mempertimbangkan penghematan dalam hal pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih murah karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya biaya yang timbul karena besarnya persediaan ( biaya sewa gedung, investasi, resiko dan sebagainya ). 3. Fungsi Antisipasi Sering perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman.

Disamping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang selama periode permintaan kembali, sehingga memerlukan kuantitas persediaan ekstra yang sering disebut persediaan pengaman. Pada kenyataannya, persediaan pengaman merupakan pelengkap fungsi decoupling yang telah diuraikan diatas. Persediaan antisipasi ini penting agar kelancaran proses produksi tidak terganggu. Hal Hal Yang Perlu Dipertimbangkan 1. Struktur biaya persediaan. a. Biaya per unit (item cost) b. Biaya penyiapan pemesanan (ordering cost) - Biaya pembuatan perintah pembelian (purchasing order) - Biaya pengiriman pemesanan - Biaya transportasi - Biaya penerimaan (Receiving cost) - Jika diproduksi sendiri maka akan ada biaya penyiapan (set up cost) c. Biaya pengelolaan persediaan (Carrying cost) - Biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang yang hilang apabila nilai persediaan digunakan untuk investasi (Cost of capital). - Biaya yang meliputi biaya gudang, asuransi, dan pajak (Cost of storage). Biaya ini berubah sesuai dengan nilai persediaan. d. Biaya resiko kerusakan dan kehilangan (Cost of obsolescence, deterioration and loss). e. Biaya akibat kehabisan persediaan (Stockout cost) 2. Penentuan berapa besar dan kapan pemesanan harus dilakukan. C. Metode Pencatatan Persediaan Sistem Periodik Menurut Dycman, Dukes, Davis (2000 : 381) mengatakan bahwa : Dalam system persediaan periodik, perhitungan periodik aktual atas barang-barang yang ditangani pada akhir periode akuntansi ketika menyiapkan laporan keuangan. Barangbarang dihitung, ditimbang, atau jika tidak diukur, dan jumlahnya dikaitkan dengan unit biaya untuk memberi nilai persediaan. Sistem Perpetual Menurut Niseonger, Warren, Reeve dan Fess (1999:366) : Dalam system persediaan perpetual, semua kenaikan dan penurunan barang dagang dicatat dengan cara yang sama seperti mencatat kenaikan dan penurunan kas. Akun persediaan barang dagang pada awal periode akuntansi mengindikasikan stok pada tanggal tersebut.

Pada saat pembelian jurnalnya : Persediaan barang dagangan Kas/Utang Usaha Rp xxx Rp xxx Pada saat penjualan jurnalnya HPP Persediaan barang dagangan Rp xxx Rp xxx D. Metode Manajemen Persediaan Metode yang digunakan dalam pengelolaan persediaan adalah seperti yang tercantum dibawah ini. Namun yang menjadi pembahasan dalam makalah ini adalah metode Economic Order Quantity ( EOQ ) dan Analisis ABC. 1. Metoda EOQ (Economic Order Quantity) 2. Metoda Sistem Pemeriksaan Terus Menerus (Continuous Review System) 3. Metoda Sistem Pemeriksaan Periodik (Periodic Review System) 4. Metoda Hybrid 5. Metoda ABC 1. METODA EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) Metoda Economic Order Quantity (EOQ) adalah metoda yang dapat dipergunakan baik untuk barang barang yang dibeli maupun yang diproduksi sendiri. Model EOQ adalah nama yang biasa digunakan untuk barang barang yang dibeli, sedangkan ELS ( Economic Lot Size ) digunakan untuk barang barang yang diproduksi secara internal. Perbedaan pokoknya adalah bahwa, untuk ELS, biaya pemesanan ( ordering cost ) meliputi biaya penyiapan pesanan untuk dikrimkan ke pabrik dan biaya penyiapan mesin mesin ( setup cost ) yang diperlukan untuk mengerjakan pesanan. Model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanann persediaan dan biaya kebalikannya ( inverse cost ) pemesanan persediaan. Model manajemen persediaan dapat dirumuskan sebagai berikut: EOQ (Economic Order Quantity) ELS (Economic Lot Size) Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum menghitung EOQ: I D :Besar laju permintaan (demand rate) dalam unit per tahun. S :Biaya setiap kali pemesanan (ordering cost) dalam rupiah per pesanan C :Biaya per unit dalam rupiah per unit :Biaya pengelolaan (carrying cost) adalah persentase terhadap nilai persediaan per tahun.

Q :Ukuran paket pesanan (lot size) dalam unit TC :Biaya total persediaan dalam rupiah per tahun. Biaya pemesanan per tahun (Ordering cost): OC = S (D/Q) Biaya pengelolaan persediaan per tahun (Carrying cost) CC = ic (Q/2) Maka, total biaya persediaan: TC = S (D/Q) + ic (Q/2) Model EOQ di atas dapat diterapkan bila anggapan anggapan berikut ini dipenuhi: Permintaan akan produk konstan, seragam, dan diketahui (deterministik) Harga/unit produk konstan Biaya simpan/unit/th konstan Biaya pesan/order konstan Wakttu antara pesanan dilakukan dan barang diterima (lead time/l) konstan Tidak terjadi kekurangan barang/back order 2. METODA ABC / ANALISIS ABC Analisis ABC membagi persediaan yang ada ke dalam tiga kelompok berdasarkan volume tahunan dalam jumlah uang. Analisis ABC merupakan penerapan persediaan dari Prinsip Pareto. Prinsip Pareto menyatakan bahwa ada "beberapa yang penting dan banyak yang sepele". Pemikiran yang mendasari prinsip ini adalah bagaimana memfokuskan sumber daya pada bagian persediaan penting yang sedikit itu dan bukan pada bagian persediaan yang banyak namun sepele. Untuk menentukan nilai uang tahunan dari volume dalam analisis ABC, dilakukan pengukuran permintaan tahunan dari setiap butir persediaan dikalikan dengan biaya per unit. Butir persediaan kelas A adalah persediaan-persediaan yang jumlah nilai uang per tahunnya tinggi. Butir-butir persediaan semacam ini mungkin hanya mewakili sekitar 15% dari butir-butir persediaan total, tetapi mewakili 70% sampai 80% dari total biaya persediaan. Butir persediaan kelas B adalah butir-butir persediaan yang volume tahunannya (dalam nilai uang) sedang. Butir-butir persediaan ini mungkin hanya mewakili 30% dari keseluruhan persediaan dan 15% sampai 25% dari nilainya. Butir - butir persediaan yang volume tahunannya kecil, dinamakan kelas C, yang mewakili hanya 5% dari keseluruhan volume tahunan tetapi sekitar 55% dari keseluruhan persediaan. Kriteria selain volume tahunan dalam nilai uang dapat menentukan klasifikasi butir persediaan. Misalnya, perubahan teknis yang diantisipasi, masalah-masalah pengiriman, masalah-masalah mutu, atau biaya per unit yang tinggi dapat membawa butir persediaan yang menaik ke dalam klasifikasi yang lebih tinggi. Keuntungan

pembagian butir-butir persediaan ke dalam kelas-kelas memungkinkan ditetapkannya kebijakan dan pengendalian untuk setiap kelas yang ada. Kebijakan yang dapat didasarkan pada analisis ABC sebagai berikut: 1. Perkembangan sumber daya pembelian yang dibayarkan kepada pemasok harus lebih tinggi untuk butir persediaan A dibandingkan butir persediaan C. 2. Butir persediaan A, berlainan dengan butir persediaan B dan C. harus dikendalikan secara lebih ketat; mungkin karena butir persediaan A ini ditempatkan di wilayah yang lebih tertutup dan mungkin karena keakuratan catatan persediaannya harus lebih sering diverifikasi. 3. Meramalkan butir persediaan A mungkin harus lebih berhati-hati daripada meramalkan butir (kelas) persediaan yang lain. 4. Peramalan yang lebih baik, pengendalian fisik, keandalan pemasok, dan pengurangan besar stok pengaman dapat dihasilkan oleh semua teknik manajemen persediaan semacam analisis ABC. CONTOH KASUS Model Economic Order Quantity 1) Contoh Kasus 1 Diketahui sebuah perusahaan memiliki kebutuhan bahan baku sebesar 10.000 unit per tahun. Biaya pemesanan untuk pengadaan bahan tersebut adalah sebesar Rp 150,-/order. Biaya simpan yang terjadi sebesar Rp 0,75/u/tahun. Hari kerja per tahun adalah 350 hari. Waktu tunggu (lead time) untuk pengiriman bahan tersebut selama 10 hari Pertanyaan: Hitunglah EOQ Berapa total biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pengadaan bahan tersebut Berapa kali perusahaan melakukan pemesanan dalam 1 tahun Berapa lama EOQ akan habis dikonsumsi perusahaan Tentukan reorder point (titik pemesanan kembali) Jawab EOQ = 2x150x10.000 = 2000 unit 0.75 TC = HxQ/2 + S.D/Q = (0.75 x 2000/2) + (150 x 10000/2000) Jumlah pemesanan/th = D/Q = Rp 750,- + Rp 750,- = Rp 1500,- = 10000/2000 = 5 kali Durasi habisnya EOQ = 350/5 = 70 hari Reorder point = L. D/hari kerja setahun = 10 x (10000/350) = 285. 7 hari

2) Contoh Kasus 2 Suatu perusahaan memiliki kebutuhan material sebesar 100.000 unit per tahun. Biaya pesan $35/order. Biaya simpan sebesar 20% dari harga beli material. Pihak supplier menawarkan suatu penawaran khusus untuk pengadaan material tersebut dalam bentuk harga potongan. Adapun syaratnya adalah sbb: Kuantitas pembelian Harga 4000 7999 unit $1.80 Lebih dari 8000 unit $1.70 Pertanyaan: Di unit berapakah sebaiknya perusahaan melakukan pembelian. Kuantitas pembelian paling sedikit 8000 unit Harga beli (C) = $1.70 H = $1.70 x 0.2 = $0.34 EOQ = 2 x 35 x 100000 = 4537.43 unit (tidak feasible) 0.34 TC = 100000 x $1.70 + 0.34 x (8000/2) + 35 x (100000/8000) = $ 171,795.5 Kuantitas pembelian 4000 7999 unit harga beli = $180 H = $1.80 x 0.2 = $0.36 EOQ = 2 x 35 x 100000 = 4409.59 = 4409.59 unit 0.36 TC = 100000 x $1.80 + 0.36 x (4409.59/2) + 35 x (100000/4409.59) = $181,587.5 Jadi yang dipilih adalah kuantitas pembelian 8000 unit karena memiliki total biaya terkecil E. Metode Penilaian Persediaan Penilaian Persediaan Berdasarkan Harga Pokok a. Metode Identifikasi Khusus Dyckman, Dukes, Davis (2000:392) mengatakan bahwa, metode identifikasi biaya khusus mensyaratkan bahwa setiap barang yang disimpan harus ditandai secara khusus sehingga biaya per unitnya dapat diidentifikasi setiap waktu. Metode identifikasi biaya khusus menghubungkan arus biaya secara langsung dengan arus biaya secara periodik. Sebenarnya metode ini sangat menarik tapi memiliki biaya yang tinggi. Apalagi kalau jenis dan harga barang berbeda pasti akan lamban dan membutuhkan banyak biaya. Oleh karena itu metode ini sangat jarang digunakan oleh perusahaan dagang. b. Metode LIFO (last in First Out) Sistem Periodik Sistem Periodik adalah penilaian persediaan yang ditentukan dengan cara saldo periodic yang ada dikalikan harga pokok per unit barang yang masuk pada awal

periode. Bila saldo periodik terlalu besar dari barang yang masuk pada awal periode, diambilkan dari harga pokok per unit yang masuk berikutnya. Sistem Perpetual Sistem Perpetual adalah suatu metode penilaian persediaan yang pencatatan persediaannya dilakukan secara terus-menerus dalam kartu persediaan. HPP dicatat berdasarkan harga pokok pertama kali masuk. Jumlah yang masih tersisa merupakan nilai persediaan akhir. Dalam periode inflasi metode LIFO akan menghasilkan kemungkinan laba bersih terendah. Alasannya karena harga pokok barang yang diperoleh terakhir akan mendekati nilai ganti barang yang dijual. Keuntungan lain adalah penghematan pajak karena laba yang dihasilkan adalah yang paling rendah sehingga akan menghasilkan pajak penghasilan yang lebih rendah. Bila dibandingkan dengan metode FIFO ataupun metode rata-rata dalam periode deflasi, pengaruh yang terjadi adalah kebalikannya. c. Metode FIFO Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 14.21) merumuskan FIFO sebagai berikut, formula MPKP / FIFO mengasumsikan barang dalam persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian. Sistem Periodik Persediaan akhir ditentukan dengan cara saldo periodic yang ada dikalikan dengan harga pokok per unit barang yang terakhir kali masuk. Bila saldo periodic ternyata lebih besar dari jumlah unit terakhir masuk, sisanya dipergunakan harga pokok per unit yang masuk sebelumnya. Sistem Perpetual Suatu metode penilaian persediaan yang pencatatan persediaannya dilakukan terus-menerus dalam kartu persediaan. HPP dicatat berdasarkan harga pokok barang pertama masuk. Jumlah yang masih tersisa merupakan nilai persediaan akhir. Selama periode inflasi penggunaan metode FIFO akan menghasilkan kemungkinan laba tertinggi dibandingkan dengan metode-metode yang lain, karena perusahaan cenderung untuk menaikkan harga jualnya sesuai dengan perkembangan pasar tanpa memperhatikan kenyataan bahwa barang yang terdapat dalam persediaaan telah diperoleh sebelum terjadinya kenaikan harga (inventory profit/laba persediaan atau laba semu/illusory profit). d. Metode Rata-Rata Periodik Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14.21) merumuskan biaya rata-rata tertimbang, biaya setiap barang ditentukan berdasarkan biaya rata-ratatertimbang dari barang serupa pada awal periode dan biaya barang serupa yang dibeli atau diproduksi selama periode. Perhitungan rata-rata dapat dilakukan secara berkala atau pada setiap penerimaan kiriman, bergantung pada keadaan perusahaan. Asumsi metode ini adalah

unit dijual tanpa memperhatikan urutan pembeliaannya dan menghitung harga pokok penjualan serta persediaan akhir. Rata - Rata Bergerak Sistem Pencatatan Perpetual) Metode ini tidak menandingkan biaya per unit paling akhir dengan pendapatan penjualan periode berjalan. Namun menandingkan biaya rata-rata periode tersebut dengan pendapatan dan nilai persediaan akhir, leh karena itu jika biaya per unit pasti meningkat atau menurun maka metode rata-rata bergerak akan memberikan jumlah persediaan dan harga pokok yang berada diantara metode penilaian FIFO dan LIFO.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Persediaan (inventory), adalah meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi normal perusahaan. Metode yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan pencatatan persediaan ada dua, yaitu: Metode Periodik dan Metode Perpetual. Sistem pencatatan (administrasi) persediaan ada dua, yang pertama sistem fisik/periodik (periodic inventory system), berdasarkan sistem ini persediaan ditentukan dengan melakukan menghitung fisik terhadap persediaan. Penghitungan fisik persediaan dilakukan secara periodik. Dalam sistem ini pencatatan terhadap mutasi persediaan tidak selalu diikuti. Oleh karena itu prosedur penghitungan fisik persediaan pada akhir periode harus dilakukan (mandatory procedure) untuk dapat menentukan fisik persediaan yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan. Hasil perhitungan fisik ini dipakai sebagai dasar penentuan nilai persediaan. Yang kedua, sistem perpetual (perpetual inventory system), Pencatatan terhadap mutasi persediaan selalu diikuti secara konsisten, dengan mencatat semua transaksi yang menyebabkan berkurang atau bertambahnya persediaan. B. Saran Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan kesempatan berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA Aminudin, Prinsip-Prinsip Riset Operasi, Erlangga, 2005 Dimyati. Tjutju, Operations Research Model model Pengambilan Keputusan, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2003. Eddy Herjanto, 2003. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Kedua Grasindo. Jakarta Handoko, Dasar dasar Manajemen Produksi Dan Operasi. BPFE, Yogyakarta, 1997. Hamdy Taha, Operation Research An Introduction, Edisi 4, Macmillan, New York Heizer. J & Render B, 2004. Operations Management, Seventh Edition (IE) Prentice Hall. USA Indrio Gitosudarmo, 2002. Manajemen Operasi. BPFE-Yogyakarta Munjiati Munawaraoh, dkk,. 2004. Manajemen Operasi. Unit Penerbiatan Fakultas Ekonomi. (UPFE-UMY) Yogyakarta. Richard Bronson, Theory and Problem of Operation Research, McGraw-Hill, Singapore. Subagyo Pangestu, Marwan Asri, dan T. Hani Handoko. Dasar-Dasar Operation Research, Yogyakarta: PT. BPFE-Yogyakarta, 2000. Yulian Zamit, Manajemen Kuantitatif, BPFE, Yogyakarta

TUGAS ADMINISTRASI PERKANTORAN SISTEM PERSEDIAAN BARANG DAGANG Guru Pengampu : Pak Ajir Rahman, S.Pd. Disusun Oleh: Nama : Kelas : No. Absen : SMK NEGERI 1 DEMAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015