BAB I PENDAHULUAN. Ibadah merupakan hubungan vertikal Allah SWT dengan manusia sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH PADA BAITUL MAAL WAT-TAMWIL (BMT) AMANAH CABANG KENDARI

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

PERANAN BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) BUANA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI DESA MULUR KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. koperasi di indonesia merupakan bagian dari bagian usaha nasional secara keseluruhan. Koperasi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah, Baitul Maal wat Tamwil sangat dibutuhkan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dana pinjaman, membayar zakat, atau melakukan penagihan. 1

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. memajukan suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

terdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN. H. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.33.

BAB I PENDAHULUAN. lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional

BAB I PENDAHULUAN. dengan cepat, canggih, dan dengan pesat. Hal tersebut ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini setiap Usaha Mikro, Kecil dan menengah (UMKM) serta

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah (KJKS) atau yang biasa juga disebut

BAB I PENDAHULUAN. memicu perbankan untuk menjalankan dual banking system yaitu bank. konvensional yang juga menjalankan unit usaha syariah.

BAB I PENDAHULUAN. bunga akan lebih mudah diterapkan secara integral (Heri, 2004: 3). Kehadiran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ditengah-tengah koperasi

BAB 1 PENDAHULUAN. kepuasan kepada pelanggan secara maksimal, karena pada dasarnya tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. muamalah Islam dalam suatu transaksi atau dalam suatu bisnis. 2

BAB I PENDAHULUAN. hubungan manusia dengan Tuhannya. Ibadah juga merupakan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. potensi ekonomi agar berhasil guna secara optimal. Kemajuan ekonomi telah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan produk yang baik, penetapan harga yang menarik, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia), Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1999, hlm. 1. Pustaka Utama, hlm. 10

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat ditandai dengan pertumbuhan industri

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Bank maupun Lembaga Keuangan Non Bank. jelas. Sistem operasionalnya menggunakan syariah islam,hanya produk dan

BAB I PENDAHULUAN. pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan lembaga keuangan sangat berperan dalam ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

BAB I PENDAHULUAN UKDW. warung internet baru yang semakin banyak, tentu saja berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) merupakan lembaga keuangan syariah

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. hlm Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, bumi aksara, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis peran pembiayaan syariah terhadap Peningkatan Perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2012), hlm Sofyan Assauri, Strategic Marketing, (Jakarta: PT RajaGrafindo

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profit merupakan sesuatu yang sangat vital bagi semua unit usaha (perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa perusahaan. Salah satu usaha yang mungkin saat ini menarik bagi

BAB I PENDAHULUAN. Situasi persaingan bisnis perbankan dalam era saat ini semakin ketat,

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang telah berkembang pesat dalam perekonomian dunia maupun di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih lanjut mari kita perhatikan QS Al Israa ayat 26 sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi dengan meningkatnya perkembangan Lembaga Keuangan Jasa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syari ah mapun lembaga keuangan syari ah pada akhir-akhir

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No 7

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketat. Fenomena ini disebabkan oleh semakin banyaknya lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB I PENDAHULUAN. pesat seiring dengan semakin berkembangnya industri perbankan syariah.

BAB I PENDAHULUAN. dibuka tetapi dapat dilihat dari munculnya produk-produk baru dengan segala

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. yang kita ketahui sistem perekonomian negara-negara di dunia. Tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik untuk disimak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang berisi liberalisasi industri perbankan. Para ulama waktu itu telah berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Laju perkembangan ekonomi syari ah di Indonesia dari hari ke hari mengalami

BMT merupakan pelaku ekonomi baru dalam kegiatan perekonomian nasional yang beroperasi dengan menggunakan prinsip syariah. BMT melakukan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. penting menentukan keberhasilan bisnis ini (Suratman, 2012). Seperti penelitian Mustakim (2013) yang menunjukan bahwa krisis

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan agar tidak berpindah ke perusahaan lain (Susanto, 2008:59). nyata dari sektor perbankan (Lupiyoadi dan Hamdani, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang positif, negatif atau netral. Tanggapan emosional ini bertindak

Relationship marketing selanjutnya disebut RM berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. memilih perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, baik perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB I PENDAHULUAN. maksimal dengan melihat kualitas dan kuantitas pekerjaan mereka. karena Allah SWT. Dengan bekerja, individu bisa memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini didukung oleh mulai bermunculnya bank bank syariah ataupun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibadah merupakan hubungan vertikal Allah SWT dengan manusia sebagai hambanya sedangkan mu amalah merupakan hubungan horizontal antar manusia termasuk didalamnya hubungan sosial ekonomi seperti jual beli, sewa- menyewa, perdagangan pinjam- meminjam dan sebagainya. Hubungan muammalah sesuai dengan syariat Islam telah diatur dalam firman Allah SWT : Terjemahannya: Janganlah kalian saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang timbul dari kerelaan di antara kalian... (QS. An-Nisaa : 29 ) 1 Manusia dalam kehidupannya diwajibkan untuk berusaha agar mendapatkan rezeki guna memenuhi kebutuhan dengan tidak melanggar garis- garis syariah yang telah ditentukan Allah SWT sehingga dalam pengembangan 1 Departmen Agama, AlQuran dan Terjemahnya, Surabaya: CV. Pustaka Agung Harapan,2006 h. 107

perekonomian baik investasi maupun perdagangan, umat Islam tidak diizinkan untuk memakan riba. Investasi dalam Bank Islam diartikan sebagai suatu pihak yang berkelebihan dana untuk menyalurkan hartanya kedalam kegiatan yang bersifat produktif dan memberikan kesempatan kerja baru serta memperlancar arus barang maupun jasa. Sejak diberlakukannya Undang- Undang No. 21 tahun 2008, landasan hukum bank syariah di Indonesia sudah cukup baik, baik dari segi kelembagaannya maupun landasan operasionalnya. Seiring dengan hal tersebut, muncullah lembaga-lembaga perekonomian non perbankan lainnya seperti lembaga Baitul Maal Wattamwil. Baitul Maal Wattamwil adalah lembaga keuangan mikro Islam yang berorientasi sosial dan komersial, dari segi sosial BMT menghimpun dan mendistribusikan dana zakat, infaq dan shadaqoh, serta dari segi komersial BMT mendistribusikan kembali kepada anggota dengan imbalan bagi hasil. Hal tersebut mengindikasikan bahwa dengan berdirinya BMT akan memberikan kemudahan pelayanan jasa keuangan terutama bagi pengusaha atau pedagang golongan ekonomi lemah. Seiring dengan banyaknya BMT yang berdiri di Indonesia, perkembangan BMT tersebut juga terlihat di Kota Kendari, salah satunya adalah BMT Amanah. BMT Amanah merupakan lembaga keuangan mikro syariah non bank yang bertujuan membantu pemberdayaan ekonomi ummat melalui kegiatan simpanan dan pembiayaan.

BMT Amanah hadir dikota Kendari karena melihat pangsa pasar yang besar, sebab mayoritas penduduk di kota Kendari adalah mayoritas muslim yang tentunya akan membawa pengaruh terhadap perkembangan BMT. Perkembangan pelayanan dalam bisnis jasa nonperbankan dirasakan sangat pesat, ditunjang dengan kemajuan teknologi yang semakin memanjakan kehidupan manusia. BMT harus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan yang memberikan banyak kemudahan dan keuntungan, untuk menciptakan kepuasan nasabahnya. Persaingan yang semakin ketat, membuat BMT berusaha untuk memberikan pelayanan dengan menawarkan berbagai produk yang dapat memberikan kemudahan kepada nasabah. Pelayanan yang baik sangat mempengaruhi banyaknya jumlah pelanggan dalam suatu perusahaan. 2 Pelayanan yang diberikan kepada nasabah harus baik, karena pelayanan yang baik akan membuat nasabah puas dengan pelayanan yang diberikan, maka nasabah yang lama akan tetap dapat dipertahankan atau dengan kata lain loyal dan kepuasan nasabah lama akan menular kepada nasabah baru sehingga mampu meningkatkan jumlah nasabah. Meningkatnya jumlah nasabah akan memberikan dampak yang bagus untuk berkembangnya suatu perusahaan dan bila pelayanan yang dirasakan nasabah lebih kecil daripada yang diharapkan nasabah, maka para nasabah menjadi tidak tertarik pada penyedia produk. Apabila yang terjadi adalah sebaliknya maka ada kemungkinan nasabah akan menggunakan penyedia produk itu lagi. 2 Antonius Atosokhi Gea Antonina Panca Yuni Wulandari, Relasi dengan Dunia (Alam, Iptek dan Kerja), Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2005, h. 355

Kualitas bukan sekedar hasil, melainkan sebuah proses dari keterpanggilan hati. 3 Kualitas memberikan dorongan kepada nasabah untuk menjalani hubungan yang erat dengan perusahaan sehingga memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan dan kebutuhan, agar nasabah merasa puas, komplain menjadi rendah, yang pada akhirnya akan menciptakan kesetiaan/loyal kepada perusahaan. Kualitas pelayanan yang kurang baik akan membuat nasabah tidak puas. Pepatah lama mengatakan, The Proof Is In The Pudding yang berarti kualitas dari sesuatu dapat diketahui dan dibuktikan setelah digunakan. 4 Nasabah akan mengeluh apabila merasa tidak puas, mereka mengeluh karena harapannya tidak terpenuhi. Nasabah yang tidak puas dapat melakukan tindakan keluhan berupa beralih untuk menyalurkan dananya ketempat lain memberitahukan kepada teman mengenai keluhannya atau keluarga. Seseorang yang merasa tidak puas pada suatu produk rata-rata akan mencerikan kepada setiap orang yang berada didekatnya, sehingga orang yang diceritakan tersebut tidak mau menyimpan dananya, dan tentu saja hal itu berdampak buruk kepada nama perusahaan. Perusahaan juga harus terus-menerus melakukan pembinaan terhadap para nasabah simpanan dalam rangka meningkatkan loyalitas nasabah guna mendukung perkembangan usaha suatu perusahaan. 5 karena jika perusahaan memberikan servis yang melebihi harapan pelanggan, maka pelanggan akan 3 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta: Gema Insani, 2002, h.18 4 James R. Evans William M. Lindsay, An Introduction to Six Sigma & Process Improvement, Wilayah Grand Center Blok D-7 Jl. Wilayah 2 Jakarta: Salemba Empat, 2007, h.20 5 Soetanto Hadinoto, Bank Strategi On Funding & Liability Management, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Gramedia, 2008, h.81

merasa puas. Pelanggan yang merasa puas pasti akan mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap suatu produk dibandingkan dengan nasabah yang tidak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh perusahaan. Dan tentunya hal ini akan menciptakan konsumen yang loyal. Konsumen yang loyal dihasilkan dari konsumen yang puas. 6 Loyalitas nasabah merupakan bentuk kepuasan pelanggan terhadap produk atau jasa yang dirasakannya. Loyalitas dapat terbentuk apabila nasabah merasa puas dengan produk atau tingkat layanan yang diterima dan berniat untuk meneruskan hubungan. Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian berupa skripsi yang berjudul Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Nasabah pada BMT ( Baitul Mal Wat- Tamwil) Amanah Cabang Kendari. 6 Prasetya M. Brata, Provokasi Menyiasati Pikiran Meraih Keuntungan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, h.209

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kualitas pelayanan pada Baitul Maal Wat-Tamwil (BMT) Amanah Cabang Kendari? 2. Bagaimana loyalitas nasabah pada Baitul Maal Wat-Tamwil (BMT) Amanah Cabang Kendari? 3. Pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas nasabah pada Baitul Maal Wat-Tamwil (BMT) Amanah Cabang Kendari? C. Tujuan Penelitan Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas nasabah di Baitul Maal Wat-Tamil (BMT) Amanah Cabang Kendari? D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi penulis, merupakan tambahan pengetahuan yang sangat berharga, karena dapat membandingkan antara pengetahuan teoritis yang didapat dibangku kuliah dan buku literature dengan kenyataan sesungguhnya, khususnya tentang kualitas pelayanan terhadap loyalitas nasabah. 2. Bagi Perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai strategi, kualitas pelayanan yang baik dimata nasabah.

3. Bagi pihak lain, penulis berharap bahwa penelitian ini dapat memberikan wawasan mengenai pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas nasabah, khususnya pada BMT Amanah, dan diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. 4. Bagi Akademik, hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbang kajian ilmu dan pengetahuan, dan dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian berikutnya. E. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan suatu permasalahan yang dijadikan penuntun oleh seorang peneliti dalam rangka melaksanakan penelitian. Dari pernyataan tersebut, maka penulis dapat mengemukakan hipotesis sebagai berikut: Diduga ada pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap loyalitas nasabah Baitul Maal Wat-Tamwil (BMT) Amanah Cabang Kendari.

BAB II KAJIAN PUS TAKA A. Penelitian Relevan Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh peneliti lain yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Adapun penelitian sebelumnya membahas tentang Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Nasabah pada BMT Waleri oleh Ifa Khairul Janah. Penelitian ini menelusuri atau meneliti tentang bagaimana Kualitas Pelayanan pada BMT Amanah Waleri dan bagaimana loyalitas nasabah BMT amanah waleri. Penelitian menyimpulkan bahwa dalam penelitian kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas BMT Amanah Waleri. 1 Penelitian yang dilakukan Edi Rusandi tahun 2004 yang membahas tentang Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Anggota Koperasi Karyawan Omedata (K20) di PT Omedata Electronics Bandung penelitian menyimpulkan bahwa penilaian anggota terhadap kualitas pelayanan K2O untuk dimensi tangible kategorinya cukup, dimensi reliability kategorinya baik sekali, dimensi responsiveness kategorinya baik, dimensi assurance kategorinya baik sekali, dimensi emphaty 1 Ifa Khairul Janah, Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Nasabah BMT Amanah Waleri, Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2012