BAB I PENDAHULUAN. sekitar delapan juta orang mengalami kejadian patah tulang dengan jenis patah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diperlukan pencangkokan tulang. Tulang merupakan jaringan kedua terbanyak. tahun dilakukan diseluruh dunia (Greenwald, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang seperti halnya jaringan hidup lainnya pada tubuh manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. prosedur yang kompleks dengan kemungkinan resiko terhadap pasien

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Fraktur merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada hewan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. transplantasi. Lebih dari satu juta pasien dirawat karena masalah skeletal, bedah

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sedang dikembangkan saat ini adalah komposit kolagen hidroksiapatit.

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi implan tulang merupakan pendekatan yang baik (Yildirim, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi laka lantas MABES Polri tercatat ada 61,616 kasus kecelakaan lalu lintas di

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pathologic fracture). Menurut Piermattei et al. (2006), sekitar 75 80% kejadian

I. PENDAHULUAN. bidang kesehatan bahan ini biasa diimplankan di dalam tubuh manusia untuk

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori

BAB I PENDAHULUAN. organik dan anorganik terutama garam-garam kalsium seperti kalsium fosfat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang merupakan suatu jaringan ikat tubuh terkalsifikasi yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Etiologi timbulnya defek pada mandibula adalah bermacam-macam, mulai

BAB I PENDAHULUAN. biomaterial logam, keramik, polimer dan komposit. kekurangan. Polimer mempunyai kekuatan mekanik yang sangat rendah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Global Burden Disease Report, World Health Organization (WHO)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. periodontitis. Dalam kondisi kronis, periodontitis memiliki gambaran klinis berupa

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. (penyakit pada tulang dan jaringan otot) yang tidak menular dan menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terjadi akibat kerusakan serat kolagen ligamentum periodontal dan diikuti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

I.! PENDAHULUAN. A.!Latar Belakang Masalah. Kasus kerusakan tulang pada bidang kedokteran gigi dapat disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyebabkan hilangnya perlekatan epitel gingiva, hilangnya tulang alveolar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan bahan rehabilitasi. cukup besar, sehingga berbagai upaya dikembangkan untuk mencari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan informasi dari dalam Laurencin and Nair,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan luka pada soket gigi dan tulang alveolar. Proses penyembuhan tulang

PROSES SINTESA DAN PENGUJIAN XRD HIDROKSIAPATIT DARI GIPSUM ALAM CIKALONG DENGAN BEJANA TEKAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jaringan tulang merupakan salah satu jaringan yang paling sering digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi sel darah. Karena peranannya ini, kerusakan tulang dapat

Proses Sintesa dan Pengujian XRD. dengan Proses Terbuka

BAB I PENDAHULUAN. jaringan, setelah transplantasi gigi. Meskipun ada kemungkinan bahwa prosedur

STUDI PENGUJIAN SEM DAN EDX HIDROKSIAPATIT DARI GIPSUM ALAM CIKALONG DENGAN 0

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar

Proses Sintesa dan Pengujian X-Ray Diffraction (XRD) Hidroksiapatit dari Bulk Gipsum Alam Cikalong dengan Bejana Tekan

Studi Kualitas Diamonium Hidrogen Fosfat Brataco Dengan Pengujian XRD dan AAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROSES SINTESA HIDROKSIAPATIT DARI CUTTLEFISH LAUT JAWA (KENDAL) DENGAN BEJANA TEKAN

Sintesa dan Studi XRD serta Densitas Serbuk Hidroksiapatit dari Gipsum Alam Cikalong dengan 0,5 Molar Diamonium Hidrogen Fosfat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. kita. Salah satu komplikasi awal dari fraktur yang terjadi pada tulang adalah nyeri. Nyeri ini

STUDI XRD PROSES SINTESA HIDROKSIAPATIT DENGAN CARA HIDROTERMAL STOIKIOMETRI DAN SINTERING 1400 C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Tanpa tulang tubuh tidak bisa berdiri tegak. Sel tulang alami pada tubuh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengambil kebijakan di bidang kesehatan. Beberapa dekade belakangan ini,

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Tumbuhnya insidensi lesi yang terjadi pada tulang. rawan ditandai oleh peningkatan tajam dari individu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh variasi..., Agung Prasetyo, FT UI, 2010.

BAB 2 BONE GRAFT DAN JENIS BONE GRAFT

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kulit merupakan barier penting tubuh terhadap lingkungan termasuk

ANALISIS DERAJAT KRISTALINITAS, UKURAN KRISTAL DAN BENTUK PARTIKEL MINERAL TULANG MANUSIA BERDASARKAN VARIASI UMUR DAN JENIS TULANG MELLY NURMAWATI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendalaman sulkus gingiva ini bisa terjadi oleh karena pergerakan margin gingiva

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. H DENGAN COMBUSTIO DI BANGSAL ANGGREK BRSUD SUKOHARJO

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gigi, dan 1% terdapat dalam darah (Hill, 1998).

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang bermetabolisme secara aktif dan terintegrasi. Tulang merupakan material komposit,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang adalah jaringan ikat yang keras dan dinamis (Kalfas, 2001; Filho

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Luka merupakan rusaknya integritas kulit, permukaan mukosa atau suatu

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. bagi mikroorganisme dan menghilangkan kelebihan eksudat.

HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahunnya. Sihombing (2009) menyebutkan bahwa menurut data "Indonesian

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

BAB 1 PENDAHULUAN. akan mengalami peningkatan populasi orang tua pada tahun 2025 sebanyak 301% dari

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Makroskopis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implan gigi digunakan untuk mengganti gigi yang hilang dan

BAHAN CANGKOK DEMINERALIZED FREEZE-DRIED BOVINE BONE XENOGRAFT (DFDBBX) DAN HYDROXYAPATITE BOVINE BONE XENOGRAFT (HA-BBX)

CANGKANG TELUR AYAM RAS DENGAN VARIASI KOMPOSISI DAN PENGARUHNYA TERHADAP POROSITAS, KEKERASAN, MIKROSTRUKTUR, DAN KONDUKTIVITAS LISTRIKNYA

Biokeramik pada Dental Implant

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Fakta menunjukkan bahwa pada proses penuaan terjadi kemunduran dan deplesi jumlah sel

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PENYEMBUHAN LUKA POST SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG MAWAR I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut khususnya dalam perawatan konservasi gigi. Pada saat ini perawatan lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Citra diri merupakan sebuah keadaan dalam pikiran tentang diri. Anda, kehilangan citra dirinya dan merasa buruk tentang diri mereka

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.

BAB 2 DEMINERALIZED FREEZE-DRIED BONE ALLOGRAFT. Penyakit periodontal adalah suatu penyakit yang melibatkan struktur

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS

I. PENDAHULUAN. sehingga menurunkan kualitas hidup individu (Deumens et al., 2010). Kejadian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. alami atau akibat pencabutan gigi. Di bidang Prostodonsia seseorang yang kehilangan

ANALISA KUAT TEKAN DAN KEKERASAN MATERIAL BIOKOMPOSIT HIDROKSIAPATIT TULANG SAPI/SHELLAC/TAPIOKA

I. PENDAHULUAN. fosfat dan kalsium hidroksida (Narasaruju and Phebe, 1996) dan biasa dikenal

BAB I PENDAHULUAN. telah tanggal. Selama lebih dari 35 tahun dental implantology telah terbukti

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tulang Rawan. Struktur Dasar, Tipe dan Lokasi

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus cedera di Indonesia dapat dilihat melalui data morbiditas dan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2009 didapatkan sekitar delapan juta orang mengalami kejadian patah tulang dengan jenis patah tulang yang berbeda dan penyebab yang berbeda. Dari hasil survey tim Depkes RI didapatkan 25% penderita patah tulang yang mengalami kematian, 45% mengalami kecacatan fisik, 15% mengalami stress psikologis, dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik (Depkes RI, 2009). Trauma kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada kasus-kasus kecelakaan lalu lintas. Di Inggris misalnya, setiap tahun sekitar 100.000 kunjungan pasien ke rumah sakit berkaitan dengan trauma kepala yang 20% di antaranya terpaksa memerlukan rawat inap. Meskipun dalam kenyataannya sebagian besar trauma kepala bersifat ringan dan tidak memerlukan perawatan khusus, pada kelompok trauma kepala berat tidak jarang berakhir dengan kematian atau kecacatan. (Thornhill et al., 2000) Perbaikan dan regenerasi tulang memang masalah yang kompleks di bidang bedah orthopedi. Tiap tahun, jutaan orang menderita akibat penyakit pada tulang, trauma patah tulang maupun tumor pada tulang (Murugan, 2004). Implan logam telah digunakan secara luas pada banyak kasus bedah tulang dan 1

dinyatakan berhasil. Akan tetapi keberhasilan penanganan ini kurang optimal dikarenakan adanya tegangan pasca penyembuhan, inflamasi kronik karena korosi, dan mengendurnya implan jangka lama (Hu, 2004). Kerusakan jaringan dan tulang yang terjadi pada manusia secara alami akan mengalami angiogenesis dan osteogenesis sebagai respon yang timbul proses penyembuhan luka. Akan tetapi kerusakan berat pada jaringan dan tulang kadang membutuhkan penanganan klinis secara khusus karena sel tidak dapat berregenerasi sendiri secara total (Arnold, 2001). Perbaikan tulang menggunakan biomaterial mendapatkan perhatian cukup besar semenjak keberadaan implan logam yang ditemukan mulai mengalami permasalahan seperti korosi. Logam titanium yang digunakan sebagai implan tulang panggul telah diketahui menekan diferensiasi osteogenik pada sumsum tulang dan sel mesenkimal serta menghalangi mineralisasi matriks ekstraselular (Wang et al., 2003). Material yang dapat digunakan sebagai implan saat ini juga diharapkan dapat mengurangi masalah penolakan dari tubuh dan besarnya biaya terapi terkait dengan pemberian obat-obatan immunosuppresan setelah dilakukan implan pada tulang (Kaihara et al., 2002). Perbaikan tulang saat ini juga telah diupayakan melalui transplantasi tulang secara autograft, allograft, dan xenograft. Akan tetapi teknik ini memiliki kekurangan yakni tidak tersedianya bahan cangkok dan tingkat morbiditas yang tinggi, terkait dengan meningkatnya jumlah dan waktu operasi serta kesakitan pada pendonor atau bagian tubuh yang ditransplantasikan (Uemura et al., 2003). 2

Bahan ceramic hidroksiapatit saat ini cukup mendapat perhatian sebagai alternatif implan tulang. Hidroksiapatit merupakan salah satu komponen mineral utama tulang. Komposisi kimia hidroksiapatit adalah Ca 10 (PO 4 )6(OH) 2. (Ratner et al., 2004). Biokompatibel berarti tidak hanya aman bagi tubuh, akan tetapi bahan tersebut juga dapat berinteraksi dengan jaringan tubuh secara timbal balik. Hal ini dikarenakan sangat penting efek timbal balik dari bahan maupun jaringan tubuh yang dapat timbul di kemudian hari (Hench, 1991). Hidroksiapatit telah banyak digunakan sebagai implan biomedik dan regenerasi tulang karena mempunyai sifat bioaktif dan biodegradable (Yuson et al., 2007). Namun mempunyai kelemahan yaitu bersifat rapuh, tidak bersifat osteoinduktif, sifat mekanik rendah dan ketidakstabilan struktur pada saat bercampur dengan cairan tubuh atau darah pasien. Penyembuhan tulang pada kasus kerusakan tulang (bone defect) merupakan suatu proses yang komplek dimana diperlukan adanya proses osteosis yaitu osteokonduksi dan osteoinduksi (Wanpen et al., 2002). Osteokonduksi adalah kapasitas untuk mengirimkan aliran ion dan molekul dalam proses osteogenesis dan osteoinduksi adalah suatu tindakan atau proses yang merangsang osteogenesis (Anderson, 1994). Jaringan tulang manusia terdiri atas sel pendukung berupa osteoblast dan osteosit, matriks kolagen dan glikosaminoglikan, garam mineral anorganik dalam matriks, dan sel remodeling yakni osteoclast. Osteosit merupakan sel akhir dari diferensiasi osteoblas (Kogianni dan Noble, 2007). Beberapa studi menunjukkan 3

bahwa ukuran osteosit berbeda-beda tergantung pada tipe tulang dan aktivitas serta ukuran dari osteoblas. (Dallas dan Bonewald, 2010). Beberapa peneliti menyebutkan adanya ikatan antara hidroksiapatit buatan dengan tulang penerima HAp tersebut (Ratner et al., 2004). Sementara, bentuk fisik dan kimia dari biomaterial dapat mempengaruhi adhesi, proliferasi, dan morfologi serta penyebaran dari osteoblast (Marquest et al., 2005). Evaluasi mengenai keamanan biomaterial dan efektivitasnya memerlukan banyak penelitian preklinik untuk memperkirakan potensi biologis bahan tersebut. Bahan-bahan pengganti tulang atau implan seharusnya dapat diserap oleh jaringan tubuh. Hidroksiapatit dari gipsum, kalsit, dan bovine bone diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pengganti tulang dan diharapkan membantu remodeling tulang yang sempurna, khususnya pada tulang cranium atau tulang kepala yang sering mengalami trauma. Bahan hidroksiapatit diharapkan dapat memacu pertumbuhan jumlah osteosit dalam rangka perbaikan tulang yang mengalami kerusakan. Pemilihan sumber bahan implan serbuk hidroksiapatit dari gipsum, kalsit, dan bovine bone juga dapat menjadi pertimbangan sesuai tingkat keberhasilan dan ketersediaan di alam khususnya di Indonesia. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan penelitian yang diajukan pada penelitian ini yaitu: 4

1. Bagaimana pengaruh pemberian implan serbuk hidroksiapatit (HAp) dari gipsum, kalsit, dan bovine bone terhadap jumlah osteosit cranium pasca perlukaan? 2. Bagaimana profil jumlah osteosit pada cranium setelah pemberian implan serbuk hidroksiapatit? C. Tujuan Penelitian 1. Mengkaji pengaruh pemberian implan serbuk hidroksiapatit (HAp) dari gipsum, kalsit, dan bovine bone terhadap jumlah osteosit cranium pasca perlukaan. 2. Mengetahui profil jumlah osteosit pada cranium setelah pemberian implan serbuk hidroksiapatit. D. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis 1. Akan diperoleh informasi mengenai pengaruh pemberian implan serbuk hidroksiapatit (HAp) dari gipsum, kalsit, dan bovine bone terhadap jumlah osteosit pada proses remodeling tulang pasca perlukaan. 2. Sebagai dasar informasi ilmiah untuk mengkaji lebih lanjut mengenai penggunaan hidroksiapatit sebagai implan tulang. 5

Manfaat Praktis 1. Sebagai bahan pertimbangan penggunaan bahan dasar hidroksiapatit dari sumber yang ada di Indonesia sebagai alternatif implan. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian mengenai hidroksiapatit memang telah banyak dilakukan, diantaranya telah dilakukan uji sitotoksisitas dan didapatkan hasil bahwa hidroksiapatit tidak bersifat toksik pada sel, dan hanya dapat bersifat toksik pada konsentrasi tertinggi yakni 100% (Theiszova et al., 2005). Penelitian tentang hidroksiapatit antara lain dilakukan oleh Rovira et al. (1996) meneliti secara invitro efek hidroksiapatit pada sel osteoblas dari tulang trabekular selama 15 hari penelitian. Penelitian secara invivo juga pernah dilakukan oleh Sotome et al. (2004) yang meneliti implantasi hidroksiapatit pada tulang femur tikus selama 14 hari. Hal serupa pernah dilakukan oleh Kikuchi et al. (2001) yang meneliti implantasi hidroksiapatit pada tulang tibia selama 54 hari. Penelitian ini berkembang dari penelitian yang sudah ada, dengan modifikasi asal bahan uji, tempat implantasi, dan bentuk bahan hidroksiapatit yang digunakan. Penelitian ini menggunakan hidroksiapatit yang didapat dari bahan lokal di Indonesia yang berupa serbuk dan diimplankan pada tulang cranium tikus. Penelitian ini juga lebih memfokuskan pada satu sel yang berperan dalam proses penulangan yaitu osteosit. 6