BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat

I. PENDAHULUAN. maupun manfaat untuk dimiliki oleh penerima wasiat sebagai pemberian yang

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. Pada waktu manusia dilahirkan ke dunia ini telah tumbuh tugas baru

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang selanjutnya timbul dengan adanya peristiwa kematian

BAB I PENDAHULUAN. milik mawhub lah (yang menerima hibah). Dalam Islam, seseorang dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. hukum tersebut memiliki unsur-unsur kesamaan, walaupun dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

dengan menggunakan garansi pada barang yang akan dijual. Garansi ada beberapa macam di antaranya yaitu garansi replacement (yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. melaksanakan penelitian (yaitu meliputi kegiatan-kegiatan mencari, mencatat,

BAB I PENDAHULUAN. untuk akad nikah.nikah menurut syarak ialah akad yang membolehkan seorang

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

WASIAT WAJIBAH DAN PENERAPANNYA (Analisis Pasal 209 Kompilasi Hukum Islam)

PEMBAHASAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

pengadilan menganggap bahwa yang bersangkutan sudah meninggal.

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Mempunyai anak adalah kebanggaan hidup dalam keluarga supaya kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan

BAB IV WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF. dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan dalam negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya manusia tetap bergantung pada orang lain walaupun sampai

Hibah di Bawah Tangan tanpa Sepengetahuan Pemilik Harta Hibah Ditinjau Berdasarkan Hukum Islam (Studi Kasus Putusan Nomor: 1000/Pdt.G/2011/PA.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. Allah melalui Rasulullah Muhammad SAW, untuk disampaikan kepada

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah. mengikuti ketentuan-ketentuan hukum di dalam syariat Islam.

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa hidup sendiri. Baik itu dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan, yaitu perpindahan harta benda dan hak-hak material dari pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dimaksud adalah tersebut dalam Pasal 25 ayat (3) Undang -Undang

B A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

DAFTAR PUSTAKA. A.Rahman I.Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syariah), Raja. Grafindo Persada, Jakarta, 2002.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK ANGKAT ATAS HARTA YANG DIPEROLEH DARI HIBAH SETELAH ORANG TUA ANGKATNYA MENINGGAL DUNIA RESUME TESIS

A. LATAR BELAKANG. Dari seluruh hukum yang ada dan berlaku dewasa ini di samping hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. harus terjadi perselisihan atau sengketa dalam proses pembagian harta warisan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari perlu berhubungan dengan manusia lain,

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. Islam bukan keluarga besar (extended family, marga) bukan pula keluarga inti

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1

BAB I PENDAHULUAN. barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya pada. ditangguhkan sampai waktu yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat menghormati adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. terjalinnya hubungan antar individu maupun kelompok.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB IV ANALISIS. A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KOMERSIALISASI DOA DI PEMAKAMAN UMUM JERUK PURUT JAKARTA

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pengadilan. Karena dalam hal ini nilai kebersamaan dan kekeluargaan

Telah menjadi kehendak Allah SWT, bahwa manusia harus hidup tolong. menolongbermasyarakat dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

RINGKASAN Bagi umat Islam yang mentaati dan melaksanakan ketentuan pembagian warisan sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah swt.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat mencegah permasalahan mengenai harta warisan tersebut, hukum

BAB I PENDAHULUAN. Helmi Karim, Op Cit, Hlm. 29

BAB II KRITERIA ANAK LUAR NIKAH DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. dunia maupun di akhirat. Secara garis besar ajaran Islam berisi kandungan-kandungan

BAB I PENDAHULUAN. Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h.398

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB IV ANALISIS DATA A. Persamaan dan Perbedaan Hukum Islam dan Hukum Perdata Indonesia Tentang Hibah dalam Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. 2014, hlm.viii. 2 Nurul Ichsan Hasan, Pengantar Perbankan Syariah, Gaung Persada Pers Group, Cet ke-1, Jakarta, 2014, hlm.100.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami kematian, demikian juga

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Mereka saling tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan hidup. Ada beberapa bentuk tolong-menolong untuk menjalin tali silaturrahmi, diantaranya adalah memberikan harta kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan, yang dikenal dengan nama hibah. Dalam hal ini hibah apabila subjeknya adalah Tuhan (Allah SWT) dijelaskan al-qur an surat Al-Imran ayat 8 yang berbunyi: 1

2 Artinya: (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; Karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)". Hibah merupakan akad yang sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan hibah termasuk perbuatan yang dianjurkan atau disyari atkan oleh agama. Akan tetapi oleh kebanyakan orang, hibah hanya dipahami sebagai bentuk pemberian saja, tanpa menyadari apa yang dimaksud dengan hibah tersebut. Oleh karena itu, harus ada Undang-undang yang mengatur hibah di Indonesia. Hibah juga merupakan suatu pemberian berkaitan dengan kehidupan keagamaan. Tetapi yang menjadi pokok pengertian dari hibah ini selain unsur keikhlasan dan kesukarelaan seseorang dalam memberikan sesuatu kepada orang lain adalah pemindahan hak dan hak miliknya. Didalam Hukum Islam yang dimaksud dengan hibah adalah pemindahan hak dan hak milik dari sejumlah kekayaan. 1 Hibah wasiat termasuk salah satu institusi yang sudah lama dikenal sebelum Islam, walaupun pada sebagian periode sejarah ia sempat disalahgunakan untuk berbuat kezaliman. Pada masyarakat Romawi, umpamanya, wasiat pernah digunakan untuk melegitimasi pengalihan atau pengurangan hak kaum kerabat terhadap sesuatu harta dengan jalan mewasiatkan harta itu untuk diberikan kepada pihak lain yang tidak mempunyai hubungan nasab dengan pihak yang berwasiat. Akibatnya, ahli waris mendapat bagian harta warisan yang amat kecil, dan bahkan 1 Abdul Djamali, Hukum Islam Berdasarkan Ketentuan Kurikulum Konsorsium Ilmu Hukum (Bandung: Mandar Maju, 2002), hlm. 180.

3 boleh jadi tidak memperoleh bagian sama sekali. Dalam masyarakat Arab Jahiliyah, wasiat juga diberikan kepada orang asing yang tidak memiliki hubungan kekeluargaan dengan pihak yang berwasiat serta mengesampingkan kaum kerabatnya yang miskin yang amat memerlukan bantuan 2 Datangnya agama Islam tidaklah menghapus dan membatalkan lembaga wasiat yang sudah diterima secara umum oleh masyarakat waktu itu. Agama Islam dapat menerima institusi yang sudah lama berjalan itu dengan jalan memberikan koreksi dan perbaikan seperlunya, sehingga wasiat tetap menjadi sesuatu yang diperlukan yang dalam pelaksanaanya hak kaum kerabat perlu diperhatikan. Dalam konteks inilah turunnya firman Allah SWT dalam surat Al- Baqarah ayat 180-181 yang berbunyi: Artinya: Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibubapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (Ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.maka barangsiapa yang mengubah wasiat itu, setelah ia mendengarnya, Maka Sesungguhnya dosanya adalah bagi orang-orang yang mengubahnya. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. Kata wasiat dalam al-qur an disebutkan sebanyak 9 kali, dan kata lain yang seakar, disebut 25 kali. 3 Sejalan dengan itu, para ahli memberikan rumusan tentang wasiat dengan redaksi yang bervariasi. Sayuti Thalib merumuskan wasiat sebagai pernyataan kehendak oleh seseorang mengenai apa yang akan dlakukan 2 Helmi Karim, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 83 3 Depag RI, Al-Qur an dan Terjemahan, (Surabaya: Surya Cipta Aksara, 1993) hlm. 44

4 terhadap hartanya sesudah dia meninggal kelak. 4 Sedangkan menurut ulama Hanafi, wasiat adalah memberikan milik yang disandarkan kepada keadaan setelah mati dengan cara sedekah atau derma. Demikian pula ulama penganut madzab Maliki menerangkan, wasiat yaitu suatu akad perjanjian yang menimbulkan suatu hak dalam memperoleh sepertiga harta orang yang memberkan janji tersebut yang bisa berlangsung setelah kematiannya. 5 Wasiat apabila dikaitkan dengan suatu perbuatan hukum, maka wasiat tersebut pada dasarnya juga bermakna transaksi pemberian sesuatu kepada pihak lain. Pemberian itu bisa berbentuk penghibahan harta atau pembebanan/pengurangan utang atau pemberian manfaat dari milik pemberi wasiat kepada pihak yang menerima wasiat. Oleh karena itu, harus ada Undangundang yang mengatur tentang wasiat. Di Indonesia persoalan hibah wasiat terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Dalam pasal 968 KUH Perdata ditegaskan bahwa Hibah wasiat mengenai kebendaan tak tentu adalah diizinkan, baik orang yang mewasiatkan meninggalkan kebendaan yang demikian atau tidak. Pasal tersebut secara konkrit menyatakan bahwa seseorang boleh memberi hibah wasiat terhadap benda yang belum jelas bentuknya, jenisnya dan kualitasnya demikian pula seseorang boleh memberi hibah wasiat terhadap benda yang sebetulnya belum ada atau tidak dimiliki pemberi hibah wasiat. Dalam pasal ini bisa menimbulkan dampak yaitu jika seseorang boleh memberi hibah wasiat terhadap benda yang sebetulnya belum ada atau tidak dimiliki pemberi hibah wasiat, maka akan menunjukan tidak adanya kepastian 4 Ahmad Rafiq, Fiqh Mawaris (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002) hlm. 183 5 Sayuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 1995) 104

5 hukum dan penerima hibah wasiat sendiri akan merasa kecewa jika dikemudian hari nanti barang yang diharapkan ternyata tidak ada. Hal ini menunjukan bahwa peran dan fungsi hibah wasiat menjadi berkurang dan orang tidak akan tertarik lagi dengan hibah wasiat karena tidak adanya kepastian hukum tersebut. Dalam Pasal 992 KUH perdata yang menjelaskan tentang Suatu wasiat, baik seluruhnya maupun sebagian, tidak boleh dicabut, kecuali dengan suatu akta notaris yang khusus, yang mengandung pernyataan pewaris tentang pencabutan seluruhnya atau sebagian wasiat yang dulu. sedangkan pasal 212 Kompilasi Hukum Islam dengan sangat tegas menyatakan bahwa Hibah tidak dapat ditarik kembali kecuali hibah orang tua kepada anaknya. Untuk itu penulis ingin mengetahui Apabila ada seseorang yang menghibahkan benda kepada orang lain yang bukan termasuk ahli warisnya bagaiman Pandangan Hakim Pengadilan Agama Kota Malang dalam menyikapi permasalahan tersebut. B. Batasan Masalah Dalam penelitian ini untuk menghindari pembahasan yang terlalu melebar dan kurang mengarah dari pokok permasalahan, maka penulis rasa perlu adanya batasan-batasan yang jelas. Perlu dibatasi masalah untuk menentukan faktor apa yang masuk dan tidak masuk dalam penelitian 6, yaitu hanya mendeskripsikan tentang Pandangan Hakim Pengadilan Kota Malang tentang hibah wasiat dengan hukum islam dalam pasal 968 dan 992 KUH Perdata. 6 Saifullah, Metodologi Penelitian ( Fakultas Syari ah Universitas Islam Negeri Malang, 2006 ) 6

6 C. Definisi Operasional Hibah Wasiat : Salah satu bentuk tolong menolong dalam rangka kebajikan antara sesama manusia. 7 Sedang wasiat sendiri yaitu Pesan terakhir yang disampaikan oleh orang yang akan meninggal (biasannya berkenaan dengan harta kekayaan dsb). 8 Jadi hibah wasiat adalah pemberian dari orang yang akan meninggal dunia. Hukum Islam : peraturan perundang-undangan yang disusun sesuai dengan landasan dan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Al-Qur an dan Sunnah. 9 Pandangan Hakim : Hasil perbuatan memandang (memperhatikan atau melihat, dsb). atau bisa berarti pengetahuhan atau pendapat. 10 Dan hakim sendiri yaitu Seseorang yang mempunyai fungsi mengadili serta mengatur administrasi pengadilan. 11 Berarti pandangan hakim adalah hasil pengetahuan atau pendapat dari orang yang mempunyai fungsi mengadili atau penegak keadilan. 7 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopdia Hukum Islam (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997) jilid 2 540 8 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua,. ( cet. VII; Jakarta: Balai Pustaka, 1995), 723 9 Juhaya S. Praja, Hukum Islam di Indonesia: pemikiran dan praktek, (PT. Remaja Rosdakarya, 1991), 56 10 Depdiknas, Op Cit 11 Kamus Hukum (Bandung: citra kumbara, 2008) 136

7 D. Rumusan Masalah a. Bagaimana pandangan hakim Pengadilan Agama Kota Malang tentang hibah wasiat Perspektif KHI dan hukum Positif dalam pasal 968 KUH Perdata? b. Bagaimana pandangan hakim Pengadilan Agama Kota Malang tentang hibah wasiat Perspektif KHI dan hukum Positif dalam pasal 992 KUH Perdata? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah : a. Mengetahui pandangan hakim Pengadilan Agama Kota Malang tentang hibah wasiat Perspektif KHI dan hukum Positif dalam pasal 968 KUH Perdata b. Mengetahui pandangan hakim Pengadilan Agama Kota Malang tentang hibah wasiat Perspektif KHI dan hukum Positif dalam pasal 992 KUH Perdata. F. Manfaat Penelitian a. Secara Teoritis : Untuk memperkaya wacana keislaman dalam bidang hukum yang berkaitan dengan pandangan hakim tentang hibah wasiat Perspektif KHI dan Hukum Positif pada pasal 968 dan 992 KUH Perdata. Dan untuk Sebagai acuhan referensi bagi peneliti selanjutnya dan bahan tambahan pustaka bagi siapa saja yang membutuhkan, terutama tentang Hibah Wasiat. b. Secara Praktis :

8 Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangan untuk memperkaya khazanah keilmuan khususnya terkait dengan masalah Hibah Wasiat Perspektif KHI dan Hukum Positif dalam Pasal 968 dan 992 KUH Perdata. G. Penelitian Terdahulu 1. Hibah sebagai cara untuk menyiasati pembagian Harta Waris (Studi Hukum Islam di Desa Randuagung kec. Singosari Malang). Penelitian dari Moh. Nafik menjelaskan tentang pelaksanaan hibah orang tua pada anak wanita tidak banyak menimbulkan sengketa. Hal yang demikian itu disebabkan karena semua anak penerima apa yang telah menjadi ketentuan orang tua sebagai rasa hormat mereka terhadap orang tua. Kendatipun ada yang menjadi sengketa, namun tidak sampai kemeja hijau dan diselesaikan secara kekeluargaan. 12 Penelitian tersebut hampir sama dengan penelitian yang penulis angkat, yang sama-sama membahas tentang hibah dan wasiat. Akan tetapi, penelitian tersebut lebih banyak membahas tentang pelaksanaan hibah orang tua pada anak wanita. 2. Wasiat Wajibah bagi Anak Angkat (kajian terhadap pasal 209 KHI) penelitian dari Sahirul Alim menjelaskan tentang wasiat wajibah bagi anak angkat di KHI dirumuskan dalam pasal 209 ayat (2) yang menyatakan bahwa terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat dari orang tua angkatnya diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 warisan. 13 12 Muhammad Nafik, Hibah Sebagai Cara Untuk Menyiasati Pembagian Harta Waris (Studi Hukum Islam Di Desa Randu Agung Kec. Singosari Malang), Skripsi S-1(Malang: Universitas Islam Negeri, 2003) 13 Sahirul Alim, Wasiat Wajibah bagi anak angkat (kajian terhadap pasal 209 KHI), Skripsi S-1 (Malang: Universitas Islam Negeri, 2003)

9 penelitian tersebut hampir sama dengan penelitian yang penulis angkat, yang sama-sama membahas hibah dan wasiat. Akan tetapi penelitian tersebut lebih banyak membahas tentang wasiat wajibah bagi anak angkat dan tidak membahas secara detail tentang hibah wasiat. 3. Wasiat Wajibah bagi Non Muslim (Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 368 K/AG/1995). Penelitian dari M. Arif Arwani menjelaskan tentang wasiat wajibah dalam putusan Mahkamah Agung No. 368 K/AG/1995 dilandasi oleh pendapat sebagian fuqaha yang berpendapat bahwa surat Al-Baqarah ayat 180 masih berlaku dan tidak pernah dinasakh oleh ayat-ayat mawaris. Menurut fuqaha golongan ini bagi ahli waris yang tidak mendapatkan harta pusaka karena adanya ahli waris yang lebih utama atau karena adanya halangan mawaris diberikan wasiat wajibah dengan ketentuan tidak boleh melebihi 1/3. Dalam putusan Mahkamah Agung No. 368 K/AG/1995, disebutkan bahwa bagi orang non Muslim karena merupakan halangan mewaris masih berhak mendapatkan bagian harta pusaka melalui wasiat wajibah sebesar bagian pokoknya. Wasiat wajibah adalah wasiat yang wajib berlakunya tanpa harus adanya persetujuan dari pewaris maupun dari ahli waris yang lain. 14 Penelitian tersebut hampir sama dengan penelitian yang penulis angkat, akan tetapi penelitian tersebut lebih banyak membahas tentang wasiat wajibah bagi non Muslim. H. Sistematika Pembahasan 14 M. Arif Arwani, Wasiat wajibah Bagi Non Muslim (Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 386 K/AG//1995), Skripsi S-1 (Malang: Universitas Islam Negeri, 2004)

10 Sistematika pembahasan adalah rangkaian urutan yang terdiri dari beberapa uraian mengenai suatu pembahasan dalam karangan ilmiah atau penelitian. Berkaitan dengan penelitian ini, secara keseluruhan dalam pembahasannya terdiri dari lima bab : BAB I : PENDAHULUAN; dalam bab ini peneliti akan mengkaji tentang latar belakang masalah, disini akan diuraikan pertimbangan-pertimbangan peneliti untuk membahas tema ini. Setelah menguraikan tentang latar belakang kemudian dirumuskan dalam bentuk yang rinci dan dibuat suatu pertanyaan dalam rumusan masalah. Batasan masalah atau penjelasan kata kunci. Mengenai tujuan penelitian secara keseluruhan diambil dari rumusan masalah, yakni tentang bagaimana pandangan para hakim Pengadilan Agama Kota Malang mengenai Hibah Wasiat Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif dalam Pasal 968 dan 992 KUH Perdata. Manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan sebagai gambaran awal dari penelitian keseluruhannya. BAB II: KAJIAN PUSTAKA; Pada bab ini akan membahas tentang tinjauan hukum islam hibah wasiat meliputi pengertian hibah wasiat dan landasan yuridisnya, syarat dan rukun, kegunaan, batalnya hibah wasiat dan juga membahas hibah wasiat dari prespektif hukum positif meliputi kedudukan hibah wasiat dalam KUH Perdata, cara hibah wasiat dan gugurnya hibah wasiat.. BAB III: METODE PENELITIAN; Pada menguraikan metode-metode penelitian yang dipakai peneliti. Hal ini penting dilakukan demi tercapainya keotentikan data serta dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Selain itu bahasan ini juga dapat merupakan dasar untuk meyakinkan pembaca bahwa penelitian ini dilakukan secara serius dengan metode-metode yang tepat sehingga tidak perlu ada keraguan lagi untuk

11 menjadikan karya ini sebagai salah satu tambahan bahan referensi dalam penelitian berikutnya. Dalam hal ini meliputi obyek penelitian yang berisikan jenis penelitian, pendekatan, sumber data dan metode pengumpulan data serta metode pengolahan data. BAB IV: PAPARAN dan ANALISIS DATA; dalam bab ini peneliti akan menguraikan penyajian data dan analisis data, yang terdiri dari pandangan hakim Pengadilan Agama Kota Malang terhadap Hibah Wasiat Perspektif KHI dan Hukum Positif dalam Pasal 968 dan 992 KUH Perdata. BAB V: PENUTUP; Bab ini berisi kesimpulan dari data-data yang sudah ada pada bab sebelumnya, sehingga bisa memberikan suatu jawaban atas pertanyaan yang telah dirumuskan dalam bab I. Selain itu, juga berisikan saransaran yang kedepannya bisa memberikan keilmuan yang lebih baik baik untuk penulis maupun pembaca.