BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan dunia usaha di Indonesia baik disektor pertanian, perindustrian, maupun disektor perdagangan yang secara umum tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global yang terjadi pada akhir tahun 2008 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. semua kebutuhan keuangan.perekonomian suatu negara sudah sangat bergantung

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I LATAR BELAKANG. dunia perbankan menjadi sangat ketat, dimana bank dituntut memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial intermediary. berharga serta penanaman dana lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, perbankan Indonesia telah mengalami pasang

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peranan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai penggerak perekonomian dalam suatu negara. Menurut Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi dan perbedaan kecepatan

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 60-an dan 70-an merupakan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. ini, mengalami perkembangan yang sangat cepat. Berdasarkan indikator-indikator

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan bank dalam sebuah negara akan memberikan dukungan. ekonomi dan hingga kondisi perbankan pada saat sekarang ini..

PENGARUH RISIKO KRED IT TERHAD AP PROFITABILITAS

BAB I PENDAHULUAN. Peran Perbankan sebagai lembaga intermediasi cukup penting dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sebagai Financial Intermediary (perantara keuangan ) atau perantara

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB I PENDAHULUAN. adalah dalam hal penentuan harga, baik harga jual maupun harga beli. Bank

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992 Undang-Undang No. 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ikhwan Al-Shafa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Perbankan. dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya akan dapat mendorong efektivitas kebijakan moneter. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurunnya kapasitas permintaan dan produksi di sektor riil berpotensi

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perbankan sebagai bagian dari perekonomian, memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keuangan perusahaan merupakan pilar yang sangat penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. efek. Pasar modal menjadi sesuatu yang penting dan sangat berharga. Pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. ketika Bank Muamalat pertama kali berdiri dan beroperasi tahun Lalu. banking system, yakni sistem konvensional dan syariah.

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai dana yang kelebihan dengan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara bahkan dunia. dana tersebut ke masyarakat serta memberi jasa-jasa bank lainnya.

2016 PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERMASALAH DAN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH BERMASALAH TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihakpihak


BAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. sebuah bank di Indonesia perlu diperhatikan oleh pemerintah agar tidak merugikan

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di Indonesia. Dalam Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 bank

II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. dalam sektor perbankan. Hal ini antara lain dipicu pengalaman negara-negara di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar, serta pemenuhan modal yang memadai (Widati, 2012).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dimana kegiatannya hanya menghimpun dana atau kembali

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung hingga tahun 2004 yang dicerminkan oleh return on asset (ROA)

Analisis Tingkat Kesehatan Bank BUMN dengan Menggunakan RGEC. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan telah menjadi ujung tombak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan memegang peranan yang penting dalam kehidupan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan perekonomian di dunia saat ini tidak terlepas dari dunia perbankan. Hampir seluruh aktivitas perekonomian memanfaatkan perbankan sebagai lembaga keuangan yang dapat menjamin berjalannya aktivitas usaha ataupun bisnis. Bank juga memberikan pelayanan dalam lalu lintas sistem pembayaran sehingga kegiatan ekonomi masyarakat dapat berjalan dengan lancar. Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Karena manfaatnya yang sangat penting bagi perekonomian, maka setiap negara berupaya agar perbankan selalu berada dalam kondisi yang baik dan stabil. Sektor perbankan memberikan kontribusi terhadap perbaikan ekonomi nasional dengan tetap menjaga kestabilannya. Peran perbankan dalam perekonomian cukup besar karena kegiatan bank dalam menghimpun atau memobilisasi dana yang menganggur dari masyarakat dan perusahaan-perusahaan dapat disalurkan ke dalam usaha-usaha yang produktif untuk berbagai sektor ekonomi seperti pertanian, pertambangan, perindustrian, perdagangan dan jasajasa lainnya yang akan meningkatkan pendapatan nasional dan pendapatan masyarakat.

2 Kebijakan pemberian kredit bank juga mempunyai peranan yang sangat penting karena turut menentukan pembagian pendapatan masyarakat. Kredit merupakan sarana yang baik bagi mereka yang memperolehnya, sebab dengan memperoleh kredit seseorang dapat menguasai faktor-faktor produksi untuk kegiatan usahanya. Makin besar kredit yang diperoleh, makin besar pula faktor produksi yang dikuasai, sehingga makin besar pula bagian pendapatan masyarakat yang dapat diraihnya. PT Bank Pundi Indonesia, Tbk merupakan salah satu bank yang selalu berupaya melaksanakan fungsinya dalam membantu pemerintah, dengan memberikan kesempatan berusaha dan memberikan pendapatan di dalam masyarakat. PT Bank Pundi Indonesia, Tbk merupakan bank yang baru saja melakukan pergantian nama. RUPS-LB tanggal 30 Juni 2010 menyetujui pergantian nama PT Bank Eksekutif Internasional, Tbk menjadi PT Bank Pundi Indonesia, Tbk (Bank Pundi). Pergantian nama perusahaan telah mendapat pengesahan dari Bank Indonesia melalui Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 12/58/KEP.GBI/2010, tanggal 23 September 2010 tentang Perubahan Penggunaan Izin Usaha Atas Nama PT Bank Eksekutif Internasional, Tbk menjadi izin usaha atas nama PT Bank Pundi Indonesia, Tbk. Sebagai salah satu bank yang baru memperkenalkan identitas baru menjadi PT Bank Pundi Indonesia, Tbk kinerja Bank Pundi Indonesia masih menghadapi berbagai persoalan, seperti penurunan tingkat profitabilitas di setiap tahunnya. Tingkat profitabilitas merupakan indikator utama dalam penilaian kinerja suatu bank yang salah satunya dapat diketahui melalui tingkat kemampuan aset

3 dalam menghasilkan laba (Return On Assets/ROA). Rasio ini menjadi ukuran utama Bank Indonesia dalam menilai profitabilitas suatu bank. Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas bank yang diukur dengan asset karena sebagian besar asset diperoleh dari dana simpanan masyarakat yang memerlukan adanya jaminan keamanan atas penyertaan mereka sehingga kepercayaan masyarakat terhadap bank dapat terpelihara. Hal ini sejalan dengan Dendawijaya (2009:119) bahwa dalam penentuan tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya return on assets (ROA) dan tidak memasukkan unsur return on equity (ROE). ROA menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan laba yang diperoleh dari pemanfaatan aktiva yang dimiliki oleh bank. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan asset (Rivai,2010:866). Profitabilitas PT Bank Pundi Indonesia, Tbk mengalami pertumbuhan yang tidak stabil setiap tahunnya. Tabel 1.1 berikut ini menyajikan perkembangan mengenai perbandingan tingkat profitabilitas PT Bank Pundi Indonesia, Tbk dengan beberapa bank di Indonesia selama lima tahun terakhir dengan menggunakan rasio return on asset (ROA). TABEL 1.1 ROA 3 BANK UMUM DI INDONESIA PERIODE 2006-2010 Tahun Bank Pundi Indonesia Bank Saudara Bank Kesejahteraan 2006-1,02% 2,20% 4,55% 2007 0,05% 3,73% 3,86% 2008-2,00% 3,00% 2,81% 2009-7,88% 2,41% 2,15% 2010-12,90% 2,78% 2,66% Sumber : Laporan keuangan Bank Umum, periode 2006-2010, data diolah

4 Tabel 1.1 menjelaskan ROA yang terjadi pada 3 bank umum di Indonesia periode 2006-2010. Perkembangan ROA yang terjadi pada PT Bank Pundi Indonesia, Tbk cenderung menurun terutama pada periode 2008 sampai dengan tahun 2010. PT Bank Pundi Indonesia, Tbk mengalami peningatan ROA pada tahun 2007 sebesar 0,97% dari -1,02% pada tahun 2006 menjadi 0,05% pada tahun 2007. ROA pada tahun 2007 yang mencapai 0,05% merupakan tingkat profitabilitas terbesar yang dialami oleh PT Bank Pundi Indonesia, Tbk dalam kurun waktu lima tahun terakhir, namun pada tahun 2008 tingkat ROA PT Bank Pundi Indonesia, Tbk mengalami penurunan sebesar -1,95% menjadi -2,00%. Pasca krisis, tingkat ROA yang dicapai PT Bank Pundi Indonesia, Tbk pada tahun 2009 kembali terpuruk, menurun sebesar -5,88% menjadi -7,88%. Pertumbuhan tingkat profitabilitas PT Bank Pundi Indonesia, Tbk berbeda dengan apa yang ditunjukan oleh Bank Saudara dan Bank Kesejahteraan, kedua bank tersebut menunjukan pertumbuhan ROA yang sangat baik dan relatif stabil. Bahkan pada tahun 2010 tingkat ROA PT Bank Pundi Indonesia, Tbk kembali terus menerus terpuruk, mengalami penurunan sebesar -5,02% menjadi -12,90 yang merupakan tingkat profitabilitas terendah dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Angka ini sangat jauh untuk memenuhi persyaratan minimum ROA yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 1,5%. Tingkat profitabilitas PT Bank Pundi Indonesia, Tbk yang setiap tahun semakin menurun menjadi salah satu masalah yang harus diatasi oleh Bank tersebut, penurunan ini ditandai dengan penurunan ROA yang selalu dibawah standar Bank Indonesia. Jika profitabilitas yang terus menurun ini tidak segera

5 dicarikan solusinya maka tingkat kepercayaan nasabah untuk menyimpan uang di Bank Pundi akan menurun serta reputasi dan citra PT Bank Pundi Indonesia, Tbk, di benak para nasabah menjadi kurang baik. Apabila kegiatan usaha bank terganggu, maka akan menyebabkan berkurangnya pendapatan serta menurunnya tingkat profitabilitas. Menurunnya profitabilitas menyebabkan keuntungan dan kemampuan bank dalam mengelola dana dari aktiva tidak berjalan secara optimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank dapat bersumber dari berbagai kinerja profitabilitas yang ditunjukkan beberapa indikator. Salah satu faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank adalah tingkat kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). Menurut Suhardjono (2003:252), non performing loan (NPL) adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan dalam perjanjian kredit, dengan kata lain non performing loan (NPL) merupakan tingkat kredit macet pada bank tersebut. Kredit bermasalah menggambarkan suatu situasi dimana persetujuan pengembalian kredit mengalami resiko kegagalan, bahkan cenderung menuju atau mengalami kerugian potensial. Maka tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa usaha bank sangat dipengaruhi oleh keberhasilan bank mengelola kredit. Penurunan profitabilitas di PT Bank Pundi Indonesia, Tbk menurut Gandhi Ganda Putra selaku Presiden Direktur PT Bank Pundi Indonesia, Tbk, mengemukakan bahwa penurunan profitabilitas ini salah satunya disebabkan dari masalah kredit macet PT Bank Pundi Indonesia, Tbk. Sehingga pada tahun 2009

6 akibat dari peningkatan kredit bermasalah ini PT Bank Pundi Indonesia, Tbk, yang saat itu masih bernama PT Bank Eksekutif Internasional, Tbk, masuk dalam pengawasan khusus Bank Indonesia. Peningkatan non performing loan (NPL) yang dialami perbankan akan mengakibatkan turunnya tingkat profitabilitas. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP Tanggal 14 Desember 2001, Rasio ini dapat diketahui dengan cara menghitung kredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan. Bank Indonesia menetapkan bahwa tingkat NPL yang wajar adalah 5% dari total portofolio kreditnya. Berikut adalah data mengenai perbandingan Non Performing Loan (NPL) PT Bank Pundi Indonesia, Tbk dan Perbankan Nasional : 50 40 30 20 10 6,07 7,89 4,07 3,20 0 2006 2007 2008 2009 2010 Bank Pundi 7,89% 15,17% 15,49% 27,91% 50,96% Bank Pundi Perbankan Nasional Sumber : Annual Report PT Bank Pundi Indonesia, Tbk periode 2006-2010, data diolah GRAFIK 1.1 PERBANDINGAN NON PERFORMING LOAN PT BANK PUNDI INDONESIA, TBK DAN PERBANKAN NASIONAL Gambar 1.1 menjelaskan mengenai perbandingan non performing loan (NPL) PT Bank Pundi Indonesia, Tbk dan Perbankan Nasional dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Berdasarkan pengamatan pada PT Bank Pundi Indonesia, Tbk menunjukan tingkat non performing loan (NPL) PT Bank Pundi 15,17 15,49 27,91 3,31 3,73 50,96

7 Indonesia, Tbk dari tahun 2006 hingga 2010 yang terus bergerak naik mencatat hasil yang negatif, pada akhirnya dapat menurunkan profitabilitas bank yang bersangkutan. Tahun 2009 tingkat non performing loan (NPL) PT Bank Pundi Indonesia, Tbk mengalami kenaikan menjadi 27,91% dibandingkan dari tahun 2008 sebesar 15,49%. Tahun 2010 rasio non performing loan (NPL) PT Bank Pundi Indonesia, Tbk belum berhasil ditekan dibawah ketentuan maksimum Bank Indonesia. Rasio non performing loan (NPL) PT Bank Pundi Indonesia, Tbk kembali terus menurus terpuruk dengan naiknya tingkat non performing loan (NPL) yang sebesar 50,96%. Tingkat non performing loan (NPL) PT Bank Pundi Indonesia, Tbk tidak kunjung membaik dari tahun ke tahunnya, meskipun pada tahun 2007 tingkat non performing loan (NPL) PT Bank Pundi Indonesia, Tbk mencapai titik terendah sebesar 7,89%, tetapi masih lebih rendah dibandingkan Tingkat non performing loan (NPL) perbankan nasional. Peningkatan non performing loan (NPL) yang dialami PT Bank Pundi Indonesia, Tbk akan mengakibatkan turunnya tingkat profitabilitas. Pembengkakan non performing loan (NPL) jauh lebih besar terjadi pada tahun 2010 yakni 50,96%. Meningkatnya non performing loan (NPL) pada tahun 2010 sebesar 50,96% disebabkan akibat bertambahnya jumlah kredit kolektibilitas kategori 5 (Macet) sebesar Rp. 294,578 miliar. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir tingkat non performing loan (NPL) PT Bank Pundi Indonesia, Tbk terus menerus mencatat hasil yang sangat buruk. Ini merupakan kondisi yang kurang positif, indikasinya terlihat sangat jelas dari

8 peningkatan angka nominal non performing loan (NPL). Rasio non performing loan (NPL) PT Bank Pundi Indonesia, Tbk yang terus mengalami peningkatan di atas 5% akan berdampak pada pemburukan kualitas kredit sehingga menunjukkan tingkat kesehatan PT Bank Pundi Indonesia, Tbk tidak baik. Bila kondisi ini tidak segera di atasi maka dapat berpengaruh buruk terhadap tingkat profitabilitas bank. Menurut Dendawijaya (2009:88), timbulnya kredit bermasalah akan mengakibatkan hilangnya kesempatan memperoleh income (pendapatan) dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank. Berdasarkan masalah diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Profitabilitas. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang dihadapi PT Bank Pundi Indonesia, Tbk adalah menurunnya pendapatan bank serta rendahnya tingkat profitabilitas. Tingkat profitabilitas dapat diindikasikan dengan kemampuan perusahaan dalam mengelola kekayaan yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan atau sering disebut dengan return on assets (ROA). Profitabilitas menjadi salah satu indikator kinerja keuangan bank, banyak faktor yang dapat mempengaruhi profitabilitas suatu bank. Kasmir (2010:50), berpendapat bahwa penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank biasanya menggunakan analisis CAMELS, yaitu permodalan (capital), kualitas aset (asset quality), manajemen (management), rentabilitas (earning), likuiditas (liquidity), sensivitas terhadap resiko pasar (sensitivity to market risk). Selain itu ada juga

9 faktor eksternal yang mempengaruhi profitabilitas bank diantaranya adalah kondisi perekonomian makro, serta kondisi keuangan global. Peneliti tidak meneliti semua faktor yang dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas bank, karena keterbatasan waktu dan tenaga, ditambah keterbatasan ilmu yang peneliti miliki pada saat ini. Peneliti hanya memilih salah satu faktor internal bank yaitu kualitas aset aktiva produktif yaitu kredit. Seiring besarnya nilai kredit yang keluar dari sistem perbankan namun di sisi lain semakin meningkatnya tingkat kemungkinan kegagalan dalam penyaluran kredit. Tingginya tingkat kemungkinan kegagalan dalam penyaluran kredit akan mengakibatkan hilangnya kesempatan memperoleh income (pendapatan) dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank. Untuk meningkatkan tingkat profitabilitas, PT Bank Pundi Indonesia, Tbk berupaya memperbaiki tingkat rasio non performing loan (NPL) dengan melakukan pengawasan melekat terhadap debitur yang ada, menjaga kualitas kredit yang sehat, serta melakukan implementasi program restrukturisasi kredit yang lebih cepat. Sehingga berpengaruh baik bagi profitabilitas serta dapat mempertahankan kepercayaan nasabah dan investor terhadap PT Bank Pundi Indonesia, Tbk. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah penelitian penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran non performing loan (NPL) pada PT Bank Pundi Indonesia, Tbk periode 2006-2010

10 2. Bagaimana gambaran profitabilitas PT Bank Pundi Indonesia, Tbk periode 2006-2010 3. Bagaimana pengaruh non performing loan (NPL) terhadap profitabilitas PT Bank Pundi Indonesia, Tbk periode 2006-2010 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap tentang non performing loan (NPL) pada PT Bank Pundi Indonesia, Tbk periode 2006-2010. 2. Untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap tentang Profitabilitas pada PT Bank Pundi Indonesia, Tbk periode 2006-2010. 3. Untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap tentang pengaruh non performing loan (NPL) terhadap tingkat profitabilitas pada PT Bank Pundi Indonesia, Tbk periode 2006-2010. 1.5 Kegunaan Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut. 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam aspek teoritis (keilmuan) yaitu bagi perkembangan ilmu manajemen, khususnya ilmu manajemen keuangan yang berkaitan dengan non performing loan (NPL) terhadap profitabilitas PT Bank Pundi Indonesia, Tbk. 2. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan secara praktis, yaitu untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi industri

11 perbankan nasional khususnya PT Bank Pundi Indonesia, Tbk dalam meningkatkan profitabilitas bank dengan memperbaiki rasio non performing loan (NPL). 3. Hasil penelitian ini diharapakan bisa menjadi sumber informasi sekaligus untuk memberikan rangsangan dalam melakukan penelitian selanjutnya tentang industri perbankan, khususnya mengenai non performing loan (NPL) terhadap profitabilitas PT Bank Pundi Indonesia, Tbk, mengingat banyak lagi faktor-faktor yang belum terungkap.