BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ATAS ASET TETAPPADA BPJSKETENAGAKERJAAN CABANG MEDAN KOTA. Dalam bab ini penulis akan membuat pembahasan mengenai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP BERWUJUD PADA PT HERFINTA FRAM AND PLANTATION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pengertian Aktiva Tetap

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem berasal dari bahasa Latin (systẻma) dan bahasa Yunani (sustẻma),

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika

BAB III SISTEM PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN ASET TETAP PADA PENGADILAN NEGERI MEDAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TOPIK PENELITIAN. aktiva tetap yang dilakukan PT. Agung Sumatera Samudera Abadi. Berdasarkan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pada bab ini akan dikemukakan teori-teori yang dikutip dari literatur

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

TINJAUAN ATAS PEROLEHAN DAN PENYUSUTAN ASET TETAP PADA PT. JAMSOSTEK (PERSERO) CABANG BANDUNG I LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang

BAB III PEMBAHASAN. Aktiva tetap memiliki pengertian yang berbeda-beda tapi pada prinsipnya

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Aset Tetap Pengertian Aset Tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Rudianto (2009:4), menjelaskan bahwa Akuntansi dapat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap. menentukan bagaimana sederhana dan kompleknya suatu badan usaha

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. jangka waktu kurang dari 1 tahun (seperti tagihan) modal, semua milik usaha yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN Tujuan Laporan Keuangan

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

BAB II BAHAN RUJUKAN. Sebelum membahas lebih khusus mengenai aset tetap, perlu dipahami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Akuntansi yang mengatur tentang aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN ATAS PENGAKUAN DAN PENGUKURAN ASET TETAP PADA WIN S HOTEL

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan operasional sebuah perusahaan banyak faktor yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Aset Tetap Definisi Aset Tetap

Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Pada Pt.XYZ Tanjungpinang Adelyana Agness Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK

BAB II BAHAN RUJUKAN

a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

ANALISIS AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PT. SRI AGUNG MULIA PEKANBARU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. prosedur akuntansi yang yang diterapkan pada PT. Dwi Putra Jasa Prima terkait dengan

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori Pengertian Sistem Akuntansi Aktiva Tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAGIAN IX ASET

BAB III SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ASET TETAP PADA BIRO PUSAT ADMINISTRASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana menurut Grady (2000 : 12) transaksi atau kejadian dalam suatu cara tertentu dan dalam ukuran uang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

Implementasi PSAK 16 Tentang Aset Tetap pada PT. SBP

Materi: 11 ASET (ASSETS) (PEROLEHAN, DEPRESIASI & KLASIFIKASI BIAYA ASET)

BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL AKTIVA TETAP PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN ASAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan. Melalui proses

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Perlakuan Akuntansi Atas Aset Tetap Berdasarkan SAK ETAP Pada CV. Sekonjing Ogan Ilir

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Akuntansi dan Perlakuan Akuntansi. Pengertian akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)

AKTIVA TETAP (FIXED ASSET)

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA CV. KRUWING INDAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

ASET TETAP, PSAK 16 (REVISI 2011) ANALISIS PADA PT. BUMI SERPONG DAMAI TBK LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN TAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ATAS ASET TETAPPADA BPJSKETENAGAKERJAAN CABANG MEDAN KOTA Dalam bab ini penulis akan membuat pembahasan mengenai sistempengendalian internal aset tetap yang dilakukan dengan cara membandingkan teoriyang telah dipelajari selama perkuliahan dengan pelaksanaannya yang diperolehdari hasil tinjauan penulis ke BPJS Ketenagakerjaan Cabang Medan Kota. A. Akuntansi Aset Tetap Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya termasuk data-data yang dikumpulkan oleh penulis beserta hasil penelitian yang diperolahdari lapangan, maka pada bab ini penulis mencoba membahas objekpenelitian yang dititik beratkan pada penerapan Standar Akuntansi Keuangan 1. Definisi Aset Tetap Untuk memahami pengertian aset tetap perlu dikemukakanbeberapa definisi mengenai aset tetap tersebut yang dikeluarkan olehbeberapa ahli dibidang akuntansi antara lain : Menurut Reeve (2010), aset tetap adalah aset yang bersifat jangka panjang atau secara relatif memiliki sifat permanen serta dapat digunakan dalam jangka panjang. Aset ini merupakan aset berwujud karena memiliki bentuk fisik. Aset ini dimiliki dan digunakan oleh perusahaan dan tidak dijual sebagai bagian dari kegiatan operasional normal. Definisi aset tetap berdasarkan Pernyataan dari Ikatan Akutansi Indonesia

(2011) Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Sedangkan definisi aset tetap menurut Surya (2012), aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau menyediakan barang atau jasa, untuk disewakan, atau untuk keperluan administrasi, dan diharapkan dapat digunakan lebih dari satu periode. Dari beberapa pengertian aset tetap diatas, maka dapat ditarikkesimpulan bahwa aset tetap memiliki ciri-ciri: a. Aset tetap merupakan barang-barang yang ada secara fisik yang diperoleh dan digunakan oleh dan digunakan oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan atau memproduksi barang-barang atau memberikan jasa pada perusahaan lain ataupelanggannya dalam usaha bisnis yang normal. b. Aset tetap memiliki masa manfaat yang lama, akan tetapi manfaat yang diberikan aset tetap umumnya semakin menurun dan diakhir masa manfaatnya harus diganti atau dibuang, kecuali manfaat yangdiberikan oleh tanah. c. Aset tetap ini bersifat non monetary. Dalam artian manfaat yang dihasilkan dan bukan dari mengkonversi aset ini ke dalam sejumlah uang tertentu. d. Pada umumnya manfaat yang diterima dari aset tetap meliputi suatu periode yang lebih panjang dari satu tahun atau lebih dari satu periode akuntansi.

Aset tetap dimiliki oleh perusahaan sangat beragam untuk membedakan antar aset-aset yang lain dengan aset tetap maka perlu untuk mengklasifikasikan aset tetap agar tidak tercampur dalam aset lainnya. Pengertian aset tetap menurut BPJS Ketenagakerjaan sama dengan pengertianpengertian aset tetap pada umumnya, yaitu aset berwujud yang digunakan dalam operasional organisasi tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal organisasi dan memiliki masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun. 2. Penggolongan Aset Tetap Menurut Skousen (2009), penggolongan dari aset tetapadalah: a. Aset tetap berwujud Aset tetap berwujud memiliki bentuk fisik dan dengan demikian dapat diamati dengan satu alat atau lebih panca indera dan memiliki karakteristik umum,yaitu memberi manfaat ekonomi pada masa mendatang bagi perusahaan, aset tertentu yang umum dilaporkan di dalam katagori ini meliputi: 1) Tanah, merupakan harta yang digunakan untuk bertujuan usaha dan tidak dikenai penyusutan, maka biaya yang dikenakan pada tanah merupakan biaya yang secara langsung berhubungan dengan masa manfaat yang tidak terbatas. 2) Perbaikan tanah, merupakan peningkatan kegunaan dari tanah tersebut. Unsur unsur dari perbaikan tanah, seperti: pemetaan tanah, instalasi listrik, dan lain-lain. 3) Bangunan, yang digunakan untuk menempatkan operasi perusahaan. Baik bangunan untuk kantor, toko, pabrik, maupun gudang yang

digunakan dalam kegiatan utama perusahaan. Akan tetapi bangunan yang tidak digunakan dalam kegiatan perusahaan yaitu bangunan yang belum jadi (dalam tahap pembangunan) tidak dapat diklasifikasikan sebagai aset tetap. 4) Mesin dan peralatan, merupakan aset yang dipergunakan perusahaan dalam proses produksi atau penyediaan jasa. 5) Kendaraan, merupakan aset yang dipergunakan sebgai alat transportasi atau sebagai penyedia jasa dan lain-lain seperti mobil, motor. b. Aset Tak Berwujud Aset tak berwujud didefinisikan sebagai aset yang tidak memiliki bentuk fisik. Bukti adanya aset ini terdapat dalam bentuk perjanjian, kontrak atau paten. Hal ini memenuhi definisi aset karena adanya manfaat mendatang. Aset berikut umumnya dilaporkan aset tidak berwujud: 1) Paten, suatu hak eksklusif yang memungkinkan seseorang penemu/pencipta untuk mengendalikan produksi, penjualan atau penggunaan dari suatu temuan/ciptaannya. 2) Merk Dagang, suatu hak eksklusif yang mengizinkan suatu simbol, label dan rancangan khusus. 3) Hak Cipta, suatu hak eksklusif yang mengizinkan seseorang untuk menjual, memberi izin atau mengendalikan pekerjaannya. 4) Goodwiil, sumber daya, faktor dan kondisi tak berwujud lain yang memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan laba diatas laba normal dengan aset yang dapat diidentifikasi.

Pada BPJS Ketenagakerjaan pengklasifikasikan aset tetap dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Tanah Yaitu tanah yang dimiliki dan dipergunakan untuk menjalankan tugas kegiatan normal perusahaan, antara lain berupa bangunan halaman serta tanah untuk lainnya. Luas tanah yang dimiliki perusahaan adalah 549m. Tanah tersebut diperoleh melalui pembelian tunai dan diakui pada saat harga diterima sesuai dengan harga perolehannya. b. Bangunan Yaitu gedung atau bangunan yang dimiliki serta dipergunakan untuk menjalankan aktivitas BPJS Ketenagakerjaan Cabang Medan Kota memiliki bangunan yang dipergunakan sebagai kantor, yang berada di jalan Pattimura No.334. Bangunan tersebut diperoleh melalui pembelian tunai dan diakui pada saat harga diterima sesuai dengan harga perolehannya. c. Kendaraan Dinas Yaitu kendaraan yang digunakan untuk kegiatan perusahaan. Perusahaan membagi kendaraan dinas ke dalam dua golonganm yaitu mobil dan motor. d. Peralatan Kantor Peralatan kantor yaitu termasuk mesin dan mebelair, yang digunakan untuk melakukan kegiatan perusahaan. Yang dimaksud mesin disini bukan mesin-mesin berat melainkan mesin fotocopi. Mesin hitung dan mesin laminating. Sedangkan mebelair yaitu meja, kursi, lemari pintu kaca geser, rak arsip, dan lain-lain.

e. Peralatan Komputer Peralatan komputer digunakan untuk membantu melakukan kegiatan perusahaan, terdiri dari komputer, server, jaringan, mesin cetak atau printer. f. Peralatan Lain Peralatan lain-lain digunakan untuk membantu menunjang kegiatan perusahaan. Yang termasuk peralatan lain adalah interior gedung, peralatan JPK, dan peralatan lain-lain. Masa manfaat aset tetap berwujud pada BPJS Ketenagakerjaan terdiri dari 4-20 tahun. Untuk lebih jelasnya di bawah ini tabel yang akan menjelaskan mengenai taksiran masa manfaat aset tetap pada BPJS Ketenagakerjaan. Tabel 3.1 Taksiran Masa Manfaat Aset Tetap No. Aset Tetap Masa Manfaat 1 Tanah - 2 Bangunan 5 20 Tahun 3 Kendaraan Dinas 5 20 Tahun 4 Pelaratan Kantor 4 10 Tahun 5 Mesin dan Instalasi 5 20 Tahun 6 Peralatan Lain 5 20 Tahun 3. Perolehan Aset Tetap Berdasarkan Pernyataan dari Ikatan Akutansi Indonesia (2011) tercantum biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika: a. Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa

depan dari aset tersebut; dan b. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. Menurut Jusup (2010), aset tetap yang ada diperusahaan dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain sebagaiberikut: a. Pembelian tunai b. Pembelian angsuran c. Perolehan aset tetap dengan kontruksi sendiri d. Pertukaran dengan aset lain : 1) Pertukaran aset sejenis 2) Pertukaran aset tidak sejenis e. Perolehan aset tetap dengan cara sewa guna usaha (Leasing) 1) Sewa guna usaha modal (Capital Lease) 2) Sewa guna usaha operasi (Operating Leases) Menurut Surya (2012), bahwa cara untuk mendapatkan aset tetap adalah sebagai berikut: a. Pembelian Tunai Aset tetap yang debeli dengan tunai dicatat sebesar uang yang dikeluarkan untuk pembelian tersebut, ditambah dengan biaya-biaya lain sehubungan pembelian tersebut. Bila ada potongan harga atau diskon maka harus dikurangi dari nilai perolehan. Tetapi jika diskon tersebut tidak diambil maka perusahaan harus melaporkan sebagai discount lost. b. Pembelian Angsuran Ada kalanya suatu aset tetap dibeli secara angsuran. Dalam hal demikian, kontrak pembelian dapat menyebutkan bahwa pembayaran akan dilakukan dalam sekian kali angsuran dan terhadap saldo yang belum

bayar dikenakan bunga. Pembelian secara kredit merupakan salah satu cara untuk memperoleh suatu aset. Akan tetapi dengan cara ini timbulah pembayaran yang akan diangsur guna melunasi hutang akibat pembelian kredit ini. c. Penerbitan Surat-surat Berharga Aset tetap yang diperoleh melalui penerbitan surat berharga (misalnya penerbitan saham ataupun obligasi), maka harga dari aset tetap tidak bisa diukur secara cepat. Jadi dasar pencatatan yang mungkin digunakan adalah nilai pasar surat berharga yang diterbitkan. Jika nilai pasar dari surat berharga yang ditukarkan tidak dapat ditentukan, maka nilai pasar aset tetap itu harus ditentukan oleh appraisal yang independen, dan dari hasil penilaian tersebut digunakan sebagai dasar mencatat aset dan penerbitan surat berharga. d. Pertukaran dengan Aset Lain Untuk aset tetap yang diperoleh melalui pertukaran berdasarkanpernyataan dari Ikatan Akutansi Indonesia (2011) adalah Biaya perolehan dari suatu aset tetap diukur pada nilai wajar kecuali: (1) Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; atau (2) Nilai wajar dari aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara andal. Jenis pertukaran aset dapat dilakukan ke dalam dua macam kasusyaitu: (1) Pertukaran Aset Sejenis Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pertukaran aset sejenis ini adalah sebagai berikut:

- Nilai pasar aset tetap yang dipertukarkan tidak diketahui. - Aset tetap yang ditukarkan adalah jenis Pencatatan untuk transaksi pertukaran aset tidak sejenis ini adalah keuntungan dikurangkan pada harga aset tetap sedangkan kerugian dibebankan dalam tahun berjalan. (2) Pertukaran Aset Tidak Sejenis Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pertukaran aset tidak sejenis adalah sebagai berikut: - Aset yang dipertukarkan tidak sejenis. - Aset tetap tersebut sejenis, tetapi tidak termasuk dalam productingassets. - Cost kedua aset tersebut diketahui nilai pasarnya. Pencatatan untuk transaksi pertukaran aset tidak sejenis ini adalah keuntungan atau kerugian dibebankan dalam tahun berjalan. Contohnya pertukaran tanah dengan mesin. e. Perolehan Aset Tetap dengan Konstruksi Sendiri Kadang kala aset tetap dibuat atau dirakit sendiri oleh perusahaan untuk digunakan sendiri. Aset tetap dicatat pada harga perolehannya, termasuk semua pengeluaran yang terjadi untuk membuat aset dan mempersiapkan aset tersebut untuk digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Semua biaya yang dapat dikaitkan dengan konstruksi dapat dibebankan ke aset tersebut antara lain: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, niaya konstruksi, biaya asuransi selama masa pembangunan, dan biaya kontraktor. Selain itu, biaya bunga atas pinjaman yang terjadi akibat pembiayaan pembangunan atau perakitan aset tersebut harus dimasukan sebagai biaya perolehan aset.

Berdasarkan Pernyataan dari Ikatan Akutansi Indonesia (2011) mengemukakan biaya perolehan suatu aset yang dibangun sendiri ditentukan dengan menggunakan prinsip yang sama sebagaimana perolehan aset dengan pembelian. Jika entitas membuat aset serupa untuk dijual dalam usaha normal, biaya perolehan aset biasanya sama dengan biaya pembangunan aset untuk di jual. Oleh karena itu, dalam menetapkan biaya perolehan maka setiap laba internal dieliminasi. Demikian pula jumlah abnormal yang terjadi dalam pemakaian bahan baku, tenaga kerja, atau sumber daya lain dalam proses konstruksi aset yang dibangun sendiri tidak termasuk biaya perolehan aset. f. Perolehan Aset Tetap dari Sumbangan Ketika aset diperoleh melalui sumbangan (donation), tidak ada biaya yang dapat digunakan sebagai dasar perhitungannya. Meskipun adapengeluaran guna memperoleh aset, biasanya jauh lebih kecildibandingkan dengan nilai aset tersebut. Saat sumber daya yang berharga ditemukan pada lahan yang telah dimiliki, penemuan (discovery) ini akan meningkatkan nilai aset. Tetapi, karena hargaperolehan tanah tidak dipengaruhi oleh penemuan tersebut maka kenaikan tersebut biasanya diabaikan. Berdasarkan Pernyataan dari Ikatan Akutansi Indonesia (2011) hibah yang terkait dengan aset adalah hibah pemerintah yang kondisi utamanya adalah bahwa entitas yang memenuhi syarat harus melakukan pembelian, membangun atau membeli aset jangka panjang. Kondisi tambahan mungkin juga ditetapkan dengan membatasi jenis atau lokasi aset atau periode aset tersebut diperoleh atau dimiliki.

g. Perolehan aset tetap dengan cara Sewa Guna Usaha (leasing) Berdasarkan Pernyataan dari Ikatan Akutansi Indonesia (2011) sewa adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan kepada lessee hak untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor. Menurut Ikatan Akutansi Indonesia (2011) suatu aset tetap yang memenuhi kialifikasi untuk diakui sebagai aset pada awalnya harus di ukur sebesar biaya perolehan. Menurut Ikatan Akutansi Indonesia (2011) komponenbiaya meliputi: a. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potonganpotongan lain. b. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen. c. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan. Pencatatan akuntansi terhadap pengeluaran yang berhubungandengan perolehan dan penggunaan aset tetap dapat dibagi menjadi dua,yaitu: a. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditures) Menurut Soemarso (2010), menjelaskan bahwa pengeluaran pendapatan

adalah pengeluaran-pengeluaran yang hanya mendatangkan manfaat untuk tahun dimana pengeluaran tersebut dilakukan. Oleh karena itu, pengeluaran pendapatan akan dicatat sebagai beban. Pengeluaran pendapatan meliputi : 1) Reparasi (Repairs) Pengeluaran untuk memperbaiki aset tetap yang mengalami kerusakan sebagian atau seluruhnya, agar dapat dipergunakan dan menjalankan fungsinya lagi sebagaimana mestinya. Apabila sifat repair ini hanya mengembalikan aset tetap yang rusak menjadiseperti keadaan semula, tanpa mengadakan penggantian terhadap bagian-bagian tertentu dari aset tetap tersebut yang nilainya cukup besar, maka pengeluaran ini dibukukan sebagai biaya dan dicatat dalam perkiraan Repair Expense. 2) Pemeliharaan (Maintenance) Pengeluaran untuk memelihara agar aset tetap yang bersangkutan tidak cepat rusak atau usang dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, Maintenance tidak secara langsung menaikkan nilai aset tetap itusendiri, maka pengeluaran ini dibukukan sebagai biaya dan dicatat dalam perkiraan Repair Expense. 3) Penggantian Penggantian adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengganti aset dengan unit baru yang tipenya sama, misalnya penggantian dinamo mesin. Penggantian seperti biasanya terjadi karena aset tetap lama sudah tidak berfungsi lagi (rusak). Penggantian bagian-bagian aset yang biayanya kecildiperlakukan dengan cara yang sama denganreparasi kecil, yaitu diperlakukan sebagai beban. Apabila biayanyacukup besar, maka harga perolehan bagian itu dihapuskan dari rekening aset dan diganti dengan

biaya perolehan baru. Begitu juga akumulasi dari rekening aset dan diganti dengan harga harga perolahan yang baru. Begitu juga akumulasi depresiasi untuk bagian yang diganti dihapuskan. b. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure) Menurut Soemarso (2010), menjelaskan bahwa pengeluaran modal adalah pengeluaran-pengeluaran yang harus dicatat sebagai aset (dikapitalisasi). Pengeluaran modal ini meliputi: 1) Reparasi besar dan mempunyai manfaat selama sisa umur penggunaan, tetapi tidak menambah umur penggunaannya. Pengeluaran ini adalah untuk memperbaiki aset tetap yang mengalami kerusakan sebagian atau seluruhnya,agar dapat menjalankan fungsinya kembali dengan mengadakan penggunaan dari bagian-bagian tertentu dari aset tersebut yang cukup besar. 2) Reparasi besar yang menambah umur manfaat aset tetap Pengeluaran untuk reparasi ini adalah penggantian aset tetap yang disebabkan karena bagian yang diganti dalam keadaan rusak berat. Pengeluaran ini memberikan manfaat pada periode operasi diluar periode sekarang juga menambah umur penggunaan aset tetap yang bersangkutan. Pengeluaran ini tidak dibukukan sebagai biaya, tetapi dikapitalisasikan dengan mendebet perkiraan akumulasi penyusutan. 3) Perbaikan (Betterment/ Improvement) Pengeluaran yang meningkatkan efisiensi atau kapitalisasi operasi aset tetap selama umur manfaatnya. Jika manfaatnya lebih dari satu periodeakan dikapitalisir oleh dalam cost aset. 4) Penambahan (Addition) Suatu penambahan biasanya mengakibatkan bertambah besarnya fasilitas

fisik. Penambahan dicatat dengan mendebet rekening aset yang penambahan aset pengeluaran tersebut, dan penyusutan selama umur ekonomi. BPJS Ketenagakerjaan menilai aset tetap berdasarkan harga transaksi (harga faktur) dan ditambah biaya-biaya lain sampai membuat aset tetap tersebut siap digunakan. Sampai dengan saat ini BPJS Ketenagakerjaan dalam memperoleh aset tetap berwujudnya hanya melalui cara pembelian tunai. Hal ini karena pertimbangan berbagai hal, salah satunya karena instansi mempunyai dana tersendiri untuk memperoleh aset tetapnya. Danatersebut terpisah dengan dana pengeluaran hal-hal lain. Sehingga hasilyang diperoleh adalah instansi tidak menggunakan cara lain selain pembelian tunai. Perolehan aset tetap dibebankan ke akun Belanja Modal disisi kredit, sedangkan untuk sisi debitnya adalah tentu dicatat pada akun Aset Tetap. Dalam pencatatan perolehan aset tetapnya instansi tidak mencatatnya dalam akun Kas tetapi akun Belanja Modal, hal ini dikarenakan untuk perolehan aset tetap, perusahaan mencadangkan dana tersendiri sehingga tidak disatukan dengan pengeluaran-pengeluaran lain. Prosedur akun Belanja Modal ini sama dengan prosedur akun Petty Cash seperti yang kita ketahui. Aset tetap yang diperoleh melalui pembelian tunai dicatat sebesar harga pokoknya ditambah dengan biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pembelian aset tetap sehingga siap untuk dipakai. Biaya selama masa perolehan aset tetap yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan ada dua yaitu: - Pengeluaran modal adalah pengeluaran-pengeluaran yang kemungkinan

dimasa depan akan memberikan manfaat lebih dibanding sebelum pengeluaran tersebut dikeluarkan. Kriterianya adalah pengeluaran tersebutnilainya lebih atau sama dengan Rp. 2.000.000, menambah masa manfaat dari aset tersebut, dan meningkatkan kualitas maupun kuantitas. Pengeluaran tersebut harus dikapitalisasikan ke dalam perolehan aset tetap yang bersangkutan. - Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran rutin yang dikeluarkaninstansi untuk merawat dan menjaga aset tetapnya untuk dalam tetapkeadaan siap pakai. Misalnya adalah pengeluaran untuk ganti oli kendaraan dinas, dansejenisnya. Pengeluaran tersebut dibebankandalam akun beban tahun berjalan. 4. Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap Berdasarkan Ikatan Akutansi Indonesia (2011), menyatakan jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat: a. Dilepas; atau b. Ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Aset dapat dijual, ditukarkan, atau dibiarkan. Penyusutan yangbelum dicatat untuk periode tersebut dicatat pada tanggal pelepasan. Nilaibuku pada saat penjualan dihitung sebagai selisih antara harga perolehanaset dan akumulasi penyusutan. Jika harga penghentian melebihi nilaibukunya, maka itu suatu kerugian. Menurut Soemarso (2010), pemakaian aset tetap dapat dihentikan dengan cara-cara berikut:

a. Penghentian Aset melalui Penjualan Apabila suatu aset tetap dijual, nilai bukunya dihitung sampai tanggal penjualan. Nilai buku ini, kemudian dibandingkan dengan hasil penjualan yang diterima. Selisih yang diperoleh merupakan keuntungan atau kerugian atas penjulan aset tetap. b. Penghentian Aset melalui Pertukaran Apabila suatu aset tetap telah berkurang masa manfaatnya, dapat ditukarkan dengan yang lain. Penukaran aset tetap dapat dilakukan dengan aset yang sejenis (misalnya mobil dengan mobil), atau dapat juga dilakukan dengan aset tetap tidak sejenis (misalnya mobil dengan mesin), dalam pertukaran (trade-in) aset tetap harus terlebih dahulu ditentukan nilai pasarnya (trade-in allowance) dan selisihnya merupakan jumlah yang harus dibayarkan. Selisih antara nilai tukar dengan nilai buku merupakan keuntungan atau kerugian dari penukaran. Apabila nilai tukar lebih besardari nilai buku, makadiperoleh keuntungan. Sebaliknya, apabila nilai tukar lebih kecil dari pada nilai buku, pertukaran tersebut mendatangkan kerugian. Ada dua cara untuk pencatatan transaksi pertukaran aset, yaitu: (1) Untuk pertukaran aset tidak sejenis, keuntungan atau kerugian dibebankan dalam tahun berjalan. (2) Untuk pertukaran aset sejenis, seringkali peralatan lama ditukarkan dengan yang baru, yang memiliki kegunaan yang sama. Dalam kasus semacam ini, pembeli menerimaperalatan lama yang dimaksud dari penjual. Jumlah ini yang dinamakan nilai tukar tambah (trade-in

allowance), mungkin lebih tinggi atau lebih rendah daripada nilai buku perlatan lama. Saldo yang tersisa, jumlah yang terutang, dapat dibayarkan tunai atau dicatat sebagai kewajiban, selisih ini biasanya dinamakan dengan sisa yang terutang. c. Penghapusan Aset Tetap Kemungkinan lain bagi aset tetap yang sudah tidak bermanfaat adalah dihapuskan. Ini terjadi apabila aset tetap tidak dapat dijual atau ditukarkan. Apabila aset tetap belum disusutkan penuh maka akibatnya penghapusan ini adalah terjadinya kerugian sebesar nilai buku. 5. Penyusutan Aset Tetap Menurut Warren (2011), jenis aset tetap kecuali tanah, akan makin berkurang kemampuannya untuk memberikan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu. Beberapa faktor yang mempengaruhi menurunnya kemampuan ini adalah pemakaian, keausan, ketidakseimbangan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta dan keterbelakangan teknologi. Berkurangnya kapasitas berarti berkurangnya nilai aset tetap yang bersangkutan. Hal ini perlu dicatat dan dilaporkan. Pengakuan adanya penurunan nilai aset tetap berwujud disebut penyusutan(depreciation). Pengertian penyusutan menurut Pernyataan dari Ikatan Akutansi Indonesia (2011) yaitu penyusutan adalahalokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selamaumur manfaatnya. Pengertian penyusutan menurut Surya (2012), yaitu penyusutan adalah alokasi jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset sepanjang masa manfaat yang diestimasikan. Jumlah yangdapat disusutkan dari suatu aset adalah biaya

yang dikeluarkan untukmemperoleh aset tersebut dikurangi dengan estimasi nilai sisa (salvagevalue) aset tersebut pada akhir masa manfaatnya. Sedangkan menurut Dwi (2012), menerangkan bahwa penyusutan adalah metode pengalokasian biaya aset tetap untuk menyusutkan nilai aset secara sistematis selam periode manfaat aset tersebut. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penyusutan adalah suatu metode pengalokasian harga perolehan aset setelah dikurangi nilai sisa yang dialokasikan ke periode-periode yang menerima manfaat dari aset tetap tersebut. Jumlah penyusutan menunjukkan bahwa penyusutan bukan merupakan suatu proses pencadangan, melainkan proses pengalokasian harga perolehan aset tetap. Ada faktor yang menyebabkan kenapa aset tetap harus disusutkanyaitu: a. Faktor fisik Penyusutan dilakukan karena keadaan fisik aset tetap yang semakin menurun dari waktu ke waktu. Hal tersebut tidak dapat dihindari meskipun perawatannya dilakukan dengan baik. Faktor fisik menyebabkan aset tetap menjadi aus karena pemakaiannya, bertambahnya umur serta adanya kerusakan-kerusakan yang timbul. b. Faktor fungsional Faktor fungsional menyebabkan fungsi aset tetap tidak sesuai dengan kebutuhan, misalnya ketidakmampuan aset dalam memenuhi produksidibandingkan dengan aset sejenis lainnya dalam keadaan yang sama.terdapat tiga faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan jumlah beban penyusutan tahunan yang tepat menurut Skousen (2009), yaitu

a). Harga Perolehan Aset Tetap (Cost) Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2011) dalam Standar Akuntansi Keuangan bahwa Biaya perolehan aset tetap meliputi: 1) Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain; 2) Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intens manajemen. 3) Estimasi awal biaya pembongkaran dan dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset tetap. kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan. Harga perolehan suatu aset meliputi semua pengeluaran yang berhubungan dengan perolehan dan persiapan penggunaan aset tersebut. Harga perolehan dikurangi dengan nilai sisa, jika ada, adalah harga perolehan yang dapat disusutkan atau dasar penyusutan, yaitu jumlah harga perolehan aset yang akan dibebankan pada periode-perode mendatang. b). Nilai Residu atau Nilai Sisa (Residual Value) Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2011) dalam Standar Akuntansi Keuangan, bahwa nilai residu aset adalah jumlah estimasian yang dapat

diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset, setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan, jika aset telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya. Nilai sisa (residu) suatu aset adalah perkiraan harga penjualan aset pada saat aset tersebut dijual setelah dihentikan pemakaiannya. Nilai sisa tergantung pada kebijaksanaan penghentian aset pada instansi serta keadaan pasar. c). Umur Ekonomis atau Masa Manfaat Berdasarkan Pernyataan dari Ikatan Akutansi Indonesia (2011) adalah umur manfaat adalah : 1) Periode suatu aset yang diharapkan dapat digunakan entitas, atau 2) Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari suatu aset oleh entitas. Aset operasi tidak lancar selain tanah memiliki masa manfaat yang terbatas sebagai akibat dari faktor fisik dan fungsional. Faktor fisik yang membatasi masa manfaat suatu aset adalah kerusakan, keausan, kehancuran. Kerusakan pada penggunaan aset tetap sepertimobil, gedung, atau furnitur yang menyebabkan aset tersebut tidakdapat dipergunakan kembali. Aset berwujud baik dipakai atau tidak, kadang kala hancur karena usia. Terakhir, kebakaran, banjir, gempa, dan kecelakaam dapat menghentikan masa manfaat dari suatu aset. Faktor fungsional utama yang membatasi masa manfaat aset adalah keusangan. Suatu aset dapat kehilangan kegunaannya sebagai akibat dari perubahan dalam kebutuhan dunia usaha atau kemajuan teknologi, sehingga tidak dapat lagi menghasilkan pendapatan yang mencukupi untuk dijadikan alasan dari

penggunaan aset tersebut. Meskipun aset tersebut secara fisik masih dapat dipergunakan, ketidakmampuannya menghasilkan pendapatan yang memadai telahmemperpendek masa manfaatnya.berdasarkanpernyataandari Ikatan Akutansi Indonesia (2011) dijelaskan bahwa berbagai metode penyusutandapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah tersusutkan dari aset secarasistematis selama umur manfaatnya. Sedangkan menurut Surya (2012), menjelaskan bahwa penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan menurut kriteria berikut: a. Berdasarkan waktu i) Metode Garis Lurus (Straight Line Method) ii) Metode Pembebanan Menurun (Decreasing Charge Method) - Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method) - Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of The Year Digit Method) b. Berdasarkan penggunaan i) Metode jam jasa (Service Hours Method) ii) Metode Jumlah Unit (Productive Output Method) Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis pada BPJSKetenagakerjaan, metode penyusutan yang digunakan dalam menghitungbesarnya biaya penyusutan yaitu dengan menggunakan metode garis lurus(straight line method) untuk semua jenis aset. Hal ini terlihat dari laporan penyusutan yang sama setiap tahunnya. Pemeliharaan penggunaan metode penyusutan garis lurus ini sudah dipertimbangkan oleh manajemen. Alasannya adalah dengan menyesuaikan jenis-

jenis aset tetap yang dimiliki instansi. Karena BPJS Ketenagakerjaan merupakan instansi yang bergerak dalam bidang jasa, maka aset tetap yang dimiliki instansi bukan aset berat seperti yang dimiliki perusahaan industry maupun perusahaan dagang. Aset yang dimiliki instansi kebanyakan mempunyai umur yang relatif kurang dari sepuluh tahun, selain itu penggunaan aset tetap tersebut setiap tahunnya hampir sama, tidak ada perbedaan yang signifikan akan penggunaan asetnya. Metode Garis Lurus (Straight Line Method) Metode garis lurus mengalokasikan jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset dalam jumlah yang sama bedar selama estimasi manfaatnya tidak berubah. Beban penyusutan tiap tahunnya dapat dihitung dengan mengalikan tarif penyusutan dengan dasar penyusutan. Dasar penyusutan yang digunakan adalah biaya perolehan aset dikurangi dengan nilai sisanya. Secara sistematis beban penyusutan dapat dihitung sebagai berikut : Penyusutan per tahun = Harga Perolehan Nilai Residu Esimasi Manfaat (dalam tahun) Jurnal untuk mencatat penyusutan tiap tahunnya adalah: Beban Penyusutan (dr) xxx Akumulasi Depresiasi (cr) xxx Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan dijelaskan cara perhitungan penyusutan aset tetap berdasarkan metode penyusutan yang digunakan oleh BPJS Ketenagakerjaan yaitu metode garis lurus (straight linemethod).bpjs

Ketenagakerjaan melakukan pengadaan gedung pada tanggal 01 Maret 2010 dengan harga pokok Rp. 2.563.707.850, nilai residu Rp. 10 dan umur ekonomisnya 20 tahun. Rp. 2.563.707.850 Rp. 10 Tahun = Rp. 128.185.392 Beban penyusutan pada tahun 2014 dicatat sebagai berikut: Beban Penyusutan (dr) Rp. 128.185.392 Akumulasi Penyusutan (cr) Rp. 128.185.392 Harga perolehan, beban penyusutan per tahun, akumulasi penyusutan dan nilai buku gedung tersebut selama 20 tahun tampak pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.2 Beban Penyusutan per Tahun Gedung Metode Garis Lurus (Straight Line Method) Tahun Harga Beban Akumulasi Beban Buku Perolehan (Rp) Penyusutan Penyusutan Akhir Tahun (Rp) (Rp) (Rp) 2010 2.563.707.850 106.821.160 106.821.160 2.456.886.690 2011 2.563.707.850 128.185.392 235.006.552 2.328.701.298 2012 2.563.707.850 128.185.392 363.191.964 2.200.515.906 2013 2.563.707.850 128.185.392 491.377.336 2.072.330.515 2014 2.563.707.850 128.185.392 619.562.729 1.944.145.121 2015 2.563.707.850 128.185.392 747.748.128 1.815.959.730 2016 2.563.707.850 128.185.392 875.933.512 1.687.774.338 2017 2.563.707.850 128.185.392 1.004.118.904 1.559.588.946 2018 2.563.707.850 128.185.392 1.132.304.296 1.431.403.554 2019 2.563.707.850 128.185.392 1.260.489.689 1.303.218.162 2020 2.563.707.850 128.185.392 1.388.675.080 1.175.032.770 2021 2.563.707.850 128.185.392 1.516.860.472 1.046.847.378 2022 2.563.707.850 128.185.392 1.645.045.864 918.661.986 2023 2.563.707.850 128.185.392 1.773.231.256 790.476.594 2024 2.563.707.850 128.185.392 1.901.461.648 662.291.202 2025 2.563.707.850 128.185.392 2.029.602.040 534.105.810 2026 2.563.707.850 128.185.392 2.157.787.433 405.920.418 2027 2.563.707.850 128.185.392 2.285.972.823 277.735.026 2028 2.563.707.850 128.185.392 2.414.158.217 149.549.634 2029 2.563.707.850 128.185.392 2.542.343.607 21.364.242 2030 2.563.707.850 21.364.232 2.563.707.840 10 Demikianlah perhitungan beban penyusutan, akumulasi penyusutan, serta nilai buku selama masa manfaat aset tersebut.

B. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Menurut Mulyadi (2010) sistem pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Sedangkan sistem pengendalian internal menurut BPJS Ketenagakerjaan adalah suatu sistem yang memberikan jaminan memadai bahwa tujuan organisasi akan tercapai melalui efektifitas dan efisiensi operasi, keandalan laporan keuangan dan kepatuhan terhadap undang-undang yang berlaku. C. Jenis-jenis Pengendalian Internal Jenis-jenis pengendalian internal yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan yaitu 1. Pengendalian Akuntansi Pengendalian akuntansi yaitu meliputi rencana organisasi, metode dan ukuran, prosedur-prosedur serta catatan-catatan yang dikoordinasikan terutama untuk menjamin kekayaan organisasi dan mengecek ketentuan dan keandalan data organisasi. 2. Pengendalian Administrasi Pengendalian administrasi yaitu meliputi rencana organisasi serta prosedur-prosedur dan catatan-catatan yang berhubungan dengan proses pembuatan keputusan yang mengarah kepada tindakan manajemen untukmenyetujui atau memberi wewenang.

D. Unsur-unsur Pengendalian Internal Menurut Mulyadi (2010), unsur pokok sistem pengendalianinternal meliputi: 1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab operasional secara tegas. 2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya. 3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. 4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawab. Sedangkan menurut BPJS Ketenagakerjaan unsur-unsur pengendalianinternal meliputi: 1. Lingkungan pengendalian internal dalam organisasi yang dilaksanakan dengan disiplin dan terstruktur, yang terdiri dari: a. Integritas, nilai etika, dan kompetensi karyawan b. Filosofi dan gaya manajemen c. Cara yang ditempuh manajemen dalam melaksanakan kewenangan dan tanggung jawabnya d. Pengorganisasian dan pengembangan sumber daya manusia e. Perhatian dan arahan yang dilakukan oleh direksi Pengkajian terhadap pengelolaan resiko (risk assessment), yaitu suatu proses untuk mengidentifikasi, menganalisis, menilai pengelolaan resikoyang relevan. 1. Aktifitas pengendalian, yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan dalam suatu proses pengendalian terhadap kegiatan organisasi pada setiap

tingkat dan unit dalam struktur organisasi, antara lain mengenai kewenangan, otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, penelilaian atas prestasi kerja, pembagian kerja, dan keamanan atas aset instansi. 2. Sistem informasi dan komunikasi, yaitu suatu proses penyajian laporan mengenai kegiatan operasional, finansial, serta ketaatan dan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Monitoring, yaitu proses penilaian terhadap kualitas sistem pengendalianinternal, termasuk fungsi internal audit pada setiap tingkat dan unit dalam struktur organisasi, sehingga dapat dilaksanakan secara optimal. E. Prosedur Dokumen Akuntansi 1. Catatan Akuntansi Catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yangmengubah harga pokok aset tetap dan akuntansi depresiasi aset tetapadalah: a. Kartu aset tetap Kartu aset tetap adalah catatan akuntansi yang merupakan buku pembantu aset tetap yang digunakan untuk mencatat secara rinci semua data yang bersangkutan dengan aset tetap tertentu. b. Jurnal umum Jurnal umum digunakan untuk mencatat transaksi harga pokok aset tetap yang telah dibangun, biaya-biaya untuk pemasangan dan pembongkaranaset tetap, penghentian pemakaian aset tetap, dan depresiasi aset tetap.

c. Registrasi bukti kas keluar Registrasi bukti kas keluar digunakan untuk mencatat transaksi pembelian aset tetap dan pengeluaran modal berupa pengeluaran kas. Dalam hal ini BPJS Ketenagakerjaan Cabang Medan Kota telah melakukan menggunakan pencatatan akuntansi seperti yang sudah diuraikan diatas. 2. Prosedur Dokumen Aset Tetap Dokumen yang digunakan untuk merekam data transaksi yang mengolah harga pokok aset tetap dan akumulasi depresiasi aset tetap yang bersangkutan adalah: a. Surat permintaan otorisasi investasi (expenditure authorization request). Karena investasi dalam aset tetap biasanya meliputi jumlah rupiah yang relatif panjang, maka pengendalian aset tetap dilakukan melalui perencanaan yang matang melalui perencanaan pengeluaran investasi oleh manajemen puncak. b. Surat permintaan reparasi (authorization for repair) berfungsi sebagai alat perintah dilakukannya reparasi yang merupakan pengeluaran modal. c. Surat permintaan transfer aset tetap, dokumen ini berfungsi sebagai permintaan dan pemberian otorisasi transfer aset tetap. d. Surat permintaan penghentian pemakaian aset tetap, dokumen ini berfungsi sebagai permintaan dan pemberian otorisasi penghentian pemakaian aset tetap.

e. Surat perintah kerja (work order), yaitu dokumen yang memiliki dua fungsi yaitu sebagai perintah dilaksanakannya pekerjaan tertentu mengenai aset tetap dan sebagai catatan yang dipakai untuk mengumpulkan biaya aset tetap. Dokumen ini digunakan sebagai perintah kerja pemasangan aset tetap yang dibeli atau pembongkaran aset tetap yang telah dihentikan pemakaiannya. f. Surat order pembelian, dokumen ini diterbitkan oleh fungsi pembelian yang merupakan surat untuk memesan aset kepada pemasok. g. Laporan penerimaan barang, dokumen ini diterbitkan oleh fungsi penerimaan setelah fungsi ini melakukan pemeriksaan kuantitas, mutu, dan spesifikasi aset tetap yang diterima dari pemasok. h. Faktur dari pemasok, yaitu dokumen yang merupakan tagihan dari pemasok aset tetap yang telah dibeli. i. Bukti kas keluar, merupakan perintah pengeluaran kas yang dibuat oleh fungsi akuntansi setelah dokumen surat permintaan otorisasi investasi, surat order prmbelian, dan laporan penerimaan barang.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan kepustakaan serta pembahasan yang telah penulis kemukakan dalam bab sebelumnya, mengenai Sistem Pengendalian Internal atas Aset Tetap pada BPJS Ketenagakerjaan Cabang Medan Kota maka dapat ditrik kesimpulan sebagai berikut: 1. Aset tetap yang dimiliki BPJS Ketenagakerjaan terdiri dari tanah yang tidak disusutkan, bangunan yang umur ekonomisnya relatif panjang, kendaraan dinas, peralatan kantor, peralatan komputer, dan peralatan lainnya yang umur ekonomisnya relatif pendek dengan masa manfaat antara 4-20 tahun dan diperoleh secara tunai. 2. Metode penyusutan yang digunakan BPJS Ketenagakerjaan terhadap aset tetap yang dimilikinya yaitu dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus (straight line method) dengan cara perhitungan nilai perolehan dikurangi dengan nilai residu kemudian dibagi dengan umur ekonomis masing-masing golongan aset tetap secara konsisten dengan periode sebelumnya. 3. Metode penyusutan aset tetap BPJS Ketenagakerjaan sudah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 16 (Revisi 2011) dan peraturan yang berlaku, karena metode garis lurus yang digunakan BPJS Ketenagakerjaan menghasilkan beban yang tetap selama umur manfaat aset jika nilai sisa/ residunya tidak berubah.

4. Sistem pengendalian internal atas aset tetap telah dilaksanakan secara efektif oleh BPJS Ketenagakerjaan Cabang Medan Kota. B. Saran Dari pembahasan yang telah dikemukakan diatas, kebijakan mengenai perolehan perolehan dan metode penyusutan aset tetap yang ada di BPJS Ketenagakerjaan telah sesuai dengan PSAK (Revisi 2011), maka penulis memberikan saran yang sekiranya dapat bermanfaat bagi instansi dalam melakukan tugasnyalebih lanjut. Adapun saran yang penulis berikan adalah: 1. Mengenai prosedur dalam pengelolaan aset tetap harus lebih rinci dan rapi. 2. Mengingat nilai aset tetap yang cukup materil dan merupakanperangkat yang mendominasi jalannya operasi perusahaan sebaiknya BPJSKetenagakerjaan mempertimbangkan kemungkinan mengasuransikankekayaannya