PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG NOMOR 13 TAHUN 1999 TENTANG USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAKMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
ATTN: PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG USAHA PERTAMBANGAN BAHAN TAMBANG GALIAN GOLONGAN C DI KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG IZIN PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I KALIMANTAN BARAT NOMOR 7 TAHUN 1987

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG

DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 2 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 2 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA IZIN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG NOMOR 2 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG IZIN PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN IZIN PENGELOLAAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 9 TAHUN 1998 SERI A.2

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C

L E M B A R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA NOMOR : 8 TAHUN 2002 SERI: B NOMOR : 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KOLAKA NOMOR: 7 TAHUN 2002

Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia N0. 32 Tahun 1991 Tentang : Pedoman Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG IZIN USAHA PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 6 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 1991

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2000

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 18 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1957 tentang Ketentuan Pokok Pertambangan; 3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2006 T E N T A N G PAJAK BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 19 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1986

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR : 6 TAHUN 2010 T E N T A N G PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 of 8 02/09/09 11:39

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 6 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

6. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

BUPATI BULULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR : 1 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C

NOMOR : 36 TAHUN 2008

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HARGA STANDAR PENGAMBILAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN BUPATI REJANG LEBONG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DAIRI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU SELATAN NOMOR : 18 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 7 Tahun : 2003 Seri : C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 6 TAHUN : 1997 SERI : C NOMOR : 2

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 2 TAHUN 2001 T E N T A N G IJIN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI,

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 13 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 23 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 15 Tahun 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menetapkan : QANUN TENTANG RETRIBUSI PENAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C.

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURABAYA NOMOR : 2/A TAHUN : 1998 SERI : A SALINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 10 AHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN BISMILLAHHIRRAHMANIRRAHIM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 13 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 7 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGARAAN USAHA DI BIDANG PERTAMBANGAN UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

1 of 6 02/09/09 12:20

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 14 TAHUN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN BARAT

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud butir air di atas, perlu ditetapkan dalam Peraturan Daerah;

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG NOMOR 13 TAHUN 1999 TENTANG USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAKMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II TULANG BAWANG, Menimbang : a. bahwa kegiatan pertambangan bahan galian golongan C merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam rangka menunjang pembangunan baik di Tingkat Nasional maupun Daerah, sehingga pemanfaatan sumber daya alam dapat seoptimal mungkin; b. bahwa Bahan Galian Golongan C merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD); c. bahwa untuk melaksanakan maksud huruf a dan huruf b tersebut diatas, maka dipandang perlu diatur dalam Peraturan Daerah; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok-pokok Pertambangan (Lembaran Negara tahun 1967 Nomor 22 Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831); 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok pemerintahan di Daerah, (Lembaran Negara Tahun 1974 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037); 3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Ketentuan Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76 Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831); 4. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lemnbaran Negara Tahun 1982 Nomor 3215); 5. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1997 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Tulang Bawang dan Daerah Tingkat II Tanggamus (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 2 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3692); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok-pokok Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 60 Tambahan Lembaran Negara Nomor 2816); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Pengelolaan Bahan Galian (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 60 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3174); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah dengan titik berat pada Daerah Tingkat II (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 77 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3487); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 84 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3538); Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 458/KPTS/1986 tentang Ketentuan

Pengawasan Sungani dalam hubungan dengan Pertambangan bahan galian golongan C ; 10. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 458/KPTS/1986 tentang Ketentuan Pengawasan Sungani dalam hubungan dengan Pertambangan bahan galian golongan C ;Keputusan Menteri Kehakiman Nomor : M- 04 PW 0703 Tahun 1984 tentang Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil; 11. Keputusan Menteri Kehakiman Nomor : M-04 PW 0703 Tahun 1984 tentang Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil; 12. Keputusan Bersama Menteri Pertambangan dan Energi dan Menteri 696.K/05/M.PE/1989 Kehutanan Nomor tentang Pedoman Pengaturan Pelaksanaan Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C ; 429/KPTS/II/989M 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah; 14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Perubahan; 15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 1994 tentang Pedoman Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C ; 16. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep.II/Men L II/3/1994 tentang Jenis Usaha atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan Analisis Dampak Lingkungan; 17. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1211.K/008/M.PE/1995, tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kerusakan pencemaran Lingkungan pada Kegiatan Usaha Pertambangan Umum; 18. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 388.K/008/M.PE, tentang Pedoman Teknis Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan untuk Kegiatan Pertambangan Bahan GalianGolongan C : 19. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 10 Tahun 1994 tentang Pedoman Penyerahan sebagian Urusan Pemerintahan Daerah Tingkat I di Bidang Pertambangan kepada Daerah Tingkat II; 20. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung Nomor : G/481/DIPERTAM/HK/1993 tentang Berat Jenis Galian Golongan C dalam Propinsi Daerah Tingkat I Lampung; Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TULANG BAWANG MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TULANG BAWANG TENTANG USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan: a. Daerah adalah Kabupaten Daerah Tingkat II Tulang Bawang: b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Kabupaten Tulang Bawang; c. Kepala Daerah adalah Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Tulang Bawang; d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Daerah Kabupaten Tingkat II Tulang Bawang; e. Dinas Pertambangan adalah Dinas Pertambangan Kabupaten Daerah Tingkat II Tulang Bawang; f. Kepala Dinas Pertambangan adalah Kepala Dinas Pertambangan Kabupaten Daerah Tingkat II Tulang Bawang; g. Kepala Dinas Pendapatan Daerah adalah Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tulang Bawang; h. Kecamatan adalah Kecamatan dalam Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Tulang Bawang; i. Bahan Galian Golongan C adalah Bahan galian yang tidak termasuk bahan galian golongan A (Strategis) dan bahan galian golongan B (Vital) sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1986; j. Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C adalah Segala kegiatan usaha pertambangan eksplorasi, eksploitasi, pengolahan/pemurnian, pengangkutan dan penjualan; k. Eksplorasi adalah segala penyelidikan Geolodi/Pertambangan untuk menetapkan lebih teliti/seksama adanya dan sifat bahan galian; l. Eksploitasi adalah Usaha pertambangan dengan maksud untuk menghasilkan bahan galian dan memanfaatkannya; m. Pengolahan dan Pemurnian adalah pekerjaan untuk mempertinggi mutu bahan galian dan wilayah eksploitasi atau tempat pengolahan/pemurnian; n. Pengangkutan adalah usaha pemindahan bahan galian dan hasil pengolahan/pemurnian bahan galian dari wilayah eksploitasi atau tempat pengolahan/pemurnian; o. Penjualan adalah Segala usaha penjualan bahan galian golongan C dan hasil pengolahan/pemurnian bahan galian golongan C ; p. Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD) adalah Surat izin kuasa pertambangan daerah yang berisikan wewenang untuk melakukan kegiatan semua atau sebagian taha usaha pertambangan bahan galian golongan C ; q. Reklamasi adalah setiap pekerjaan yang bertujuan memperbaiki, mengembaliakan kemanfaatan atau meningkatkan daya guna lahan yang diakibatkan oleh usaha Pertambangan Umum; r. Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam yang menjamin pemenfaatannya secara bijaksana dan menjamin kesinambungan persediannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman; s. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan Eksploitasi bahan galian golongan C ; t. Lembaran Daerah adalah Lembanran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tulang Bawang.

BAB II JENIS BAHAN GALIAN GOLONGAN C Pasal 2 Bahan galian yang termasuk Bahan Galian Golongan C dalam Peraturan Daerah ini adalah : a. Asbes, b. Batu tulis, c. Batu setengah permata, d. Batu kapur, e. Batu apung, f. Batu permata, g. Bentonit h. Dolomit, i. Feldsp j. Garam batu (halite), k. Grafit, l. Granit, m. Gips, n. Kalsit, o. Lensit, p. Magnesit, q. Mika, r. Marmer, s. Nitrat, t. Opsidian, u. Oker, v. Pasir dan kerikil, w. Pasir kuarsa, x. Perlit, y. Phosfal, z. Talk, aa. Tanah serak (Tullers Charl), bb. Tanah Diatome, cc. Tanah Liat, dd. Tawas (alum), ee. Tras, ff. Yarosit, gg. Zeolit, BAB III Pasal 3 (1) Kepala Daerah menetapkan wilayah pertambangan bahan galian golongan C. (2) Kepala Daerah menentukan lokasi yang tertutup untuk pertambangan bahan galian golongan C.

Pasal 4 Kepala Daerah berdasarkan pertimbangan tertentu dapat menutup sebagian atau seluruhnya wilayah pertambangan sebagaimana dimaksud Pasal 3 Peraturan Daerah ini. BAB IV WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB Pasal 5 Wewenang dan tanggung jawab usaha pertambangan bahan galian golongan C dilakukan oleh Kepala Daerah. Pasal 6 Wewenang dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Peraturan Daerah ini meliputi : (1) Membina, mengatur, mengurus dan mengembangkan kegiatan usaha pertambangan bahan galian golongan C : (2) Melakukan kegiatan survei, inventarisasi dan mengembangkan kegiatan usaha pertambangan bahan galian golongan C ; (3) Memberikan izin pertambangan daerah galian golongan C ; (4) Melaksanakan penertiban kegiatan pertambangan Bahan Galian Golongan C sesuai ketentuan yang berlaku ; (5) Menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan dan perkembangan/kemajuan usaha pertambangan Bahan Galian Golongan C termasuk hasil produksinya kepada Menteri Dalam Negeri Cq. Dirjen POUD dan Menteri Pertambangan dan Energi Cq Dirjen Pertambangan Umum dan Gubernur Propinsi Lampung Cq Kepala Dinas Pertambangan Tingkat I Lampung masing-masinmg setiap 3 (tiga) bulan sekali. Pasal 7 Pendataan, pencatatan, penetapan dan pemungutan pajak bahan galian golongan C dilakukan oleh Dinas Pertambangan. BAB V SURAT IZIN PERTAMBANGAN DAERAH Pasal 8 (1) Setiap usaha pertambangan bahan galian golongan C harus dapat dilaksanakan setelah mendapat SIPD dari Kepala Daerah atau Penjabat yang ditunjuk ; (2) SIPD sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini terdiri dari : a. SIPD Eksplorasi; b. SIPD Eksploitasi; c. SIPD Pengolahan/Pemurnian; d. SIPD Pengangkutan; e. SIPD Penjualan

Pasal 9 Pengusahaan pertambangan bahan galian golongan C dapat dilakukan oleh : a. Badan Usaha Milik Negara; b. Badan Usaha Milik Daerah; c. Koperasi; d. Badan hukum swasta yang didirikan sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia dan berkedudukan di Indonesia, mempunyai pengurus berkewarganegaraan Indonesia serta bertempat tinggal di Indonesia dan mempunyai lapangan usaha di bidang pertambangan; e. Perorangan yang berkewarganegaraan Indonesia dan bertempat tinggal di Indonesia dengan mengutamakan mereka yang ada di Daerah Tingkat II yang bersangkutan; f. Perusahaan yang modal usahanya berasal dari kerjasama antara Badan Usaha dan Perorangan sebagaimana tercantum pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e. Pasal 10 (1) Setiap SIPD Eksplorasi harus diberikan 1 (satu) jenis bahan galian golongan C ; (2) Luas wilayah yang dapat diberikan untuk 1 (satu) SIPD eksplorasi ditetapkan oleh Kepala Daerah; (3) SIPD Eksplorasi sebagaimana dimaksud ayat 1 (satu) dapat diberikan kepada perorangan Badan Hukum dan Koperasi; (4) SIPD Eksplorasi diberikan untuk jangka waktu selama-lamanya 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang hanya setahun; (5) Permohonan perpanjangan SIPD sebagaimana dimaksud ayat (4) diajukan kepada Kepala Daerah selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya SIPD. Pasal 11 (1) Setiap SIPD Eksploitasi hanya diberikan untuk 1 (satu) jenis bahan galian golongan C ; (2) Luas Wilayah yang dapat diberikan 1 (satu) SIPD Eksploitasi maksimal 2 (dua) hektar; (3) Kepada perorangan hanya dapat diberikan 1 (satu) SIPD sedangkan Badan Hukum dan Koperasi dapat diberikan maksimal 5 (lima) SIPD; (4) SIPD Eksploitasi dapat diberikan untuk jangka waktu selama-lamanya 10 (sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang maksimal 2 (dua) kali, setiap kali perpanjangan selama-lamanya 5 (lima ) tahun; (5) Permohona perpanjangan SIPD sebagaimana dimaksud ayat (4) diajukan kepada Kepala Daerah selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya SIPD. Pasal 12 (1) Pemeganggan SIPD dapat mengurangi wilayah kerjanya dengan mengembalikan sebagian atau bagian-bagian tertentu dari wilayah dimaksud dengan persetujuan Kepala Daerah; (2) SIPD tidak dapat dipindah tangankan/dialihkan atau dikerjasamakan kepada pihak ketiga kecuali dengan persetujuan Kepala Daerah.

BAB IV TATA CARA MEMPEROLEH IZIN Pasal 13 (1) Permohonan izin disampaikan secara tertulis kepada Kepala Daerah Cq. Kepala Dinas Pertambangan; (2) Permohonan yang memenuhi persyaratan sesuai Peraturan yang berlaku dipertimbangkan untuk mendapat SIPD; (3) Permohonan SIPD eksploitasi sebagaimana dimaksud Pasal 11 harus dilampiri dengan : a. Peta wilayah pertambangan yang menunjukan batas-batas titik kordinasi secara jelas dengan skala 1 :1000; b. Status tanah yang bersangkutan; c. Salianan akte Pendirian Perusahaan/KTP; d. Syarat-syarat lainnya yang ada ada kaitanya dengan usaha pertambangan. (4) Apabila untuk wilayah yang sama diajukan beberapa permohonan yang memenuhi syarat, maka SIPD diberikan kepada permohonan pertama. BAB VII PEMBERIAN SURAT IZIN PERTAMBANGAN DAERAH (SIPD) Pasal 14 (1) SIPD diberikan oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk (2) Kepala Daerah menyampaikan tembusan SIPD tersebut diatas kepada Direktur Jendaral Pertambangan Umum Cq. Direktur Direktorat Tehnik Pertambangan dan Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertambangan dan Energi Sumbagsel; (3) Sebelum Kepala Daerah memberikan SIPD terlebih dahulu dimintakan pendapat Camat Kepala wilayah Kecamatan setempat dan instansi tehnik terkait antara lain mengenai status tanah, pencemaran dan pengrusakan lingkungan hidup serta sosial ekonomi masyarakat; (4) Dalam setiap pemberian SIPD harus dipertimbangkan sifat dan besarnya endapan bahan galian golongan C serta kemampuan pemohon baik secara tertulis maupun dari segi keuangan. BAB VIII BERAKHIRNYA SURAT IZIN PERTAMBANGAN DAERAH (SIPD) Pasal 15 SIPD dinyatakan tidak berlaku karena : a. Masa berlakunya SIPD telah berakhir dan tidak diperpanjang lagi; b. Pemegang SIPD mengembalikan kepada Kepala Daerah sebelum berakhirnya jangka waktu yang telah ditetapkan dalam SIPD yang bersangkutan; c. Pemegang SIPD mengembalikan kepada Kepala Daerah sebelum berakhirnya jangka waktu yang telah ditetapkan dalam SIPD yang bersangkutan; d. Melanggar ketentuan yang berlaku sebagaiman dimuat dalam Peraturan Daerah dan tidak memenuhi kewajiban yang tercantum dalam SIPD;

e. Pemegang SIPD tidak melaksanakan usaha pertambangan bahan galian golongan C dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah diterbitkan SIPD atau selama 2 (dua) tahun menghentikan usaha pertambangan bahan galian golongan C tanpa memberikan alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan; f. Dibatalkan dengan Surat Keputusan Kepala Daerah untuk kepentingan Negara. BAB IX KEWAJIBAN PEMEGANG SURAT IZIN PERTAMBANGAN DAERAH (SIPD) Pasal 16 (1) Pemegang SIPD wajib membayar pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C ; (2) Pemegang SIPD wajib melaksanakan kegiatan penambangan dengan memperhaitkan keselamatan kerja, tehnik penambangan yang baik dan benar serta pengolahan lingkungan hidup sesuai degan ketentuan yang berlaku dan petunjuk-petunjuk pejabat pelaksanaan Inspeksi tambang; (3) Pemegang SIPD wajib memberikan laporan tertulis atas pelaksanaan setiap 3 (tiga) bulan kepada Kepala Daerah, Camat Kepala Wilayah yang bersangkutan dan tembusan kepada Gubernur Lampung cq. Dinas Pertambangan Propinsi Lampung, dan Kantor Wilayah Departemen Pertambangan dan Energi setempat; (4) Pemegang SIPD wajib membuat laporan hasil pemantauan, Rencana Kelayakan Lingkungan (RKL) dan Rencana Penyajian Lingkungan (RPL) secara berkala kepada Dinas Pertambangan dan Instansi terkait yang bertanggung jawab atas pengendalian dampak lingkungan di daerah; (5) Guna kepentingan kelestarian lingkungan, Pemerintah Daerah dapat menetapkan uang jaminan reklamasi areal yang akan diatur dengan Keputusan Kepala Daerah. BAB X PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN Bagian Pertama Pembinaan Pasal 17 (1) Untuk mendapatkan data atas pemanfaatan dan pengolahan bahan galian golongan C serta potensi bahan galian yang belum dimanfaatkan perlu segera dilaksankan inventarisasi/pemetaan; (2) Inventarisasi data-data dan pengukuran potensi atas usaha bahan galian golongan C dilakukan terhadap orangh/badan usaha yang belum diusahakan. Bagian Kedua Pengaendalian dan Pengawasan Pasal 18 Untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan setiap instansi uata badan usaha yang mengusahakan pertambangan bahan galian golongan C wajib memberikan kesempatan kepada petugas untuk mengadakan pemeriksaan, penelitian baik yang bersifat administratif maupun tehnik operasional.

Pasal 19 Dalam menjaga kelestarian lingkungan serta upaya reklamasi, berpedoman kepada pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. BAB XI KETENTUAN PIDANA Pasal 20 (1) Barang siapa melanggar Pasal 8 dan Pasal 16 Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah); (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran; (3) Dengan tidak mengurangi ketentuan pada ayat (1) pasal ini maka terhadap izin yang dimiliki dapat dicabut dan terhadap usahanya dilarang beroperasi. BAB XII PENYIDIKAN Pasal 21 (1) Selain oleh pejabat penyidik umum yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 Dan Pasal 16 Peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah Tingkat II Tulang Bawang yang pengangkatannya ditetapkan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; (2) Dalam melaksanakan Tugas Penyidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini berwenang : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang/masyarakat tentng adanya tindak pidana; b. Melakukan tindak pertama pada saat itu ditempat kejadian serta melakukan pemeriksaan ; c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. Melakukan penyitaan benda atau surat; e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang ; f. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik Umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selnjutnya melalui Penyidik Umum memberitahukan hal tersebut kepada Penunutut Umum, tersangka atau keluarganya; i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.

BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 22 Semua hak Pertambangan dan Izin Pertambangan Daerah dari Badan Usaha Milik Negara dan atau Perusahaan Daerah, Koperasi, Perusahaan Swasta, Badan Hukum lainya atau peraturan yang diperoleh berdasarkan peraturan yang ada sebelum saat berlakunya Peraturan Daerah ini, tetap berlaku sampai berakhirnya masa berlakunya SIPD. BAB XIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 23 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur dengan Keputusan Kepala Daerah. Pasal 24 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan ini dalam Lembaran Daerah. Ditetapkan di Menggala Pada tanggal 12 Maret 1999 BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II TULANG BAWANG Cap/Dto SANTORI HASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TULANG BAWANG KETUA, Cap/Dto ABADI,SP. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG TAHUN 1999 NOMOR 14