CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR

Universitas Sumatera Utara

REKONSTRUKSI Merupakan suatu upaya untuk mengembalikan suatu struktur atau lingkungan alami atau binaan kepada wujud semula atau mendekati wujud asal.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

Sustainable Waterfront Develepmont sebagai Strategi Penataan Kembali Kawasan Bantaran Sungai

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk kalangan menengah ke-atas (high-middle income). lebih dari batas UMR termasuk golongan menengah ke atas.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB I PERMASALAHAN KAWASAN DARI SUDUT PANDANG MASYARAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota dengan segala macam aktivitasnya menawarkan berbagai ragam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Padatnya penduduk di wilayah perkotaan berdampak terhadap daerah perkotaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB I PENDAHULUAN Bab I. Pendahuluan Hal. 1. Tabel 1.1 Tabel Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia, oleh sebab itu industri dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan keluarga dan malahan menjadi simbol status. Pembangunan tempat tinggal

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

BAB I PENDAHULUAN. Kota menawarkan berbagai ragam potensi untuk mengakumulasi aset

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB I PENDAHULUAN. persoalan kecenderungan meningkatnya permintaan dan kurangnya penyediaan di

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB I PENDAHULUAN. tinggal. Dimana tempat tinggal atau rumah merupakan kebutuhan dasar yang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga

BAB 1 PENDAHULUAN. 8,39 % 1,67 % 5,04% Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia. Hal ini setara dengan kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan derap laju pembangunan. Berbagai permasalahan tersebut antara lain

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

STUDI PASCAHUNI RSS BERDASARKAN TINJAUAN ASPEK KEPUASAN PENGHUNI DI KOTA MALANG (STUDI KASUS: RSS CITRAMAS RAYA TIDAR)

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

STUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG

RUMAH SUSUN BURUH PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan permukiman merupakan bagian dari lingkungan binaan merupakan bagian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal

APLIKASI PENATAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG KOTA SESUAI KEBIJAKAN PEMERINTAH. Budiman Arif 1

BAB I PENDAHULUAN. Respon risiko..., Juanto Sitorus, FT UI., Sumber data : BPS DKI Jakarta, September 2000

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya adalah kawasan perbatasan Sidoarjo - Surabaya (dalam hal ini Desa Wonocolo, Kecamatan Taman).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA RUMAH SUSUN PEKUNDEN KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

Transkripsi:

Perancangan Kota CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI) OLEH: CUT NISSA AMALIA 1404104010037 DOSEN KOORDINATOR IRFANDI, ST., MT. 197812232002121003

PEREMAJAAN KOTA Saat ini, Perkembangan dan pertumbuhan penduduk bertambah pesat disertai berkembangnya kegiatan usaha yang berakibat pada perubahan sosial, ekonomi dan fisik. Hal ini kemudian menuntut kebutuhan ruang atau space yang lebih banyak. Usaha untuk menanggapi perkembangan dan pertumbuhan ini biasanya ditempuh dengan 3 cara: 1. Intensifikasi, seperti peremajaan kota (urban redevelopment) dan pembaharuan kota(urban renewal) 2. Ekstensifikasi, seperti perluasan wilayah kota dan reklamasi 3. Kota Baru Pengertian Peremajaan Kota Peremajaan Kota adakah sebuah u saha meremajakan suatu bagian wilayah kota atau kawasan fungsional kota sebagai salah satu rangkaian pembangunan kota. Wilayah atau kawasan yang diremajakan dilihat sebagai sub sistem kota secara keseluruhan. Peremajaan kota terbatas lingkupnya pada usaha peningkatan kualitas dan vitalitas lingkungan fisik sedangkan pembaharuan kota menyangkut upaya menata kembali berbagai segi kehidupan kota. Program peremajaan kota harus sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan kota secara keseluruhan Peremajaan kota dapat ditinjau dari 3 pengertian : 1. Sebagai suatu proses, diartikan sebagai pembangunan kembali bagian wilayah kota dengan maksud untuk meningkatkan kualitas, kegunaan, kemanfaatan, kapasitas dan vitalitasnya 2. Sebagai suatu fungsi, diartikan sebagai kegiatan untuk menguasai, menata, merehabilitasi atau membangun kembali suatu bagian wilayah kota yang mengalami degradasi untuk menampung kegiatan-kegiatan penduduk yang membutuhkan lebih banyak ruang 3. Sebagai suatu program, diartikan sebagai bagian dari suatu kegiatan pelaksanaan pembangunan kota yang terkoordinir dan terorganisir dengan meningkatkan pembangunan sarana & prasarana. - Rehabilitasi Pada umumnya merupakan perbaikan kembali fungsi kawasan dengan pembangunan sarana dan prasarana. Contoh : perbaikan kampung, perbaikan lingkungan, perbaikan pusat perbelanjaan -Renovasi Umumnya hanya terbatas pada peningkatan struktur dan kualitas fisik dengan tampilan bangunan yang tetap. Contoh : perbaikan bangunan-bangunan bersejarah -Preservasi Upaya pelestarian struktur yang telah ada dengan cara memelihara dan mengamankan. Contoh : pelestarian bangunan atau kawasan yang bernilai sejarah

-Konservasi Upaya perlindungan dari kemungkinan kerusakan oleh alam maupun manusia. Pada konservasi dimungkinkan untuk menghilangkan atau menambah struktur demi menjaga keamanan dan kelatarian. Contoh : pengamanan tebing dala kota, normalisasi das, penghutanan kota -Gentrifikasi Peningkatan fungsi sebagai kompensasi atau pengganti bagi suatu bagian wilayah kota yang telah mengalami degradasi. Contoh : pembangunan rumah susun Prinsip-prinsip Peremajaan Kota Sebagai bagian pembangunan kota yang menyeluruh Peningkatan kualitas kehidupan yang lebih baik Terprogram secara sistematis Peningkatan produktivitas dalam menunjang ekonomi kota Peningkatan nilai visual tatanan kota memacu pemertaan dalam kehidupan kota bagi semua lapisan Contoh Kasus Peremajaan Kota - Pengadaan Gentrifikasi di Indonesia Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Gentrifikasi ialah Peningkatan fungsi sebagai kompensasi atau pengganti bagi suatu bagian wilayah kota yang telah mengalami degradasi (tidak layak huni karena terlalu padatnya penduduk, umumnya disebabkan oleh imgrasi). Contoh : pembangunan rumah susun. Saya mengambil contoh studi kasus Rumah Susun Angke, Tambora, Jakarta, Indonesia. Keberadaan permukiman kumuh dan rendahnya aksesibilitas kaum miskin untuk mendapat hunian yang layak memang merupakan masalah besar yang terdapat di Kota Jakarta. Daya tarik kota sebagai pusat kegiatan ekonomi, perdagangan dan jasa, menyebabkan hadirnya tingkat migrasi desa-kota yang tidak mampu diakomodasi oleh pemerintah untuk menyediakan perumahan layak huni bagi warganya. Kaum miskin menjadi kelompok yang tersingkirkan akibat permasalahan ini. Akibatnya, mereka membangun rumah seadanya ditempat-tempat yang tidak layak baik dari segi kondisi maupun dari peraturan tata kota pemerintah. Gentrifikasi hadir dalam upaya merevitalisasi permukiman kumuh yang ada di perkotaan. Ia merupakan suatu proses reinvestasi suatu lokasi di pusat kota yang dianggap kurang produktif. Gentrifikasi bisa menjadi jawaban bagi masyarakat miskin yang membutuhkan tempat tinggal layak. Namun pada prosesnya, gentrifikasi tidak selalu memberikan kontribusi positif namun juga negatif.

Sisi negatifnya ialah, gentrifikasi biasanya diikuti dengan in-migrasi penduduk yang relatif mampu ke wilayah tersebut. Rumah susun yang dibangun untuk rakyat miskin, dalam prosesnya terjadi kesalahan administratif dimana malah rakyat mampu lah (memiliki sepeda motor, mobil, dll) yang menempati rumah susun ini. Rakyat miskin terpaksa dipinggirkan dan mencari tempat tinggal baru. Salah satu contoh dari kasus gentrifikasi ini adalah kasus Rumah Susun Tambora. Rumah susun dibangun untuk menyelesaikan masalah kepadatan di daerah Tambora. Terdapat 9 unit rumah susun yang dibangun dalam tiga tahap sejak tahun 1983 hingga 1996. Gentrifikasi yang dilakukan pemerintah dianggap sukses pada pembangunan beberapa unit di tahap awal, namun menuai kegagalan di unit-unit akhirnya. Foto: Rumah Susun Lama (4 tingkat). Sumber: Media Indonesia 21 oktober 2011 18:59 WIB Rumah Susun yang dibangun pada tahap I dan II (rumah susun lama), dianggap sukses sesuai dengan tujuan awal yakni merevitalisasi kawasan permukiman kumuh dan menempatkan kembali penduduknya setelah revitalisasi. Sedangkan Rumah Susun yang dibangun pada tahap III (rumah susun baru), dianggap gagal karena seiring berjalannya waktu rumah susun tersebut malah ditempati kalangan menengah keatas yang memiliki mobil.

Foto: Rumah Susun Baru (6 tingkat). Sumber: Kompas Rabu, 19 Oktober 2011 14:52 WIB Kondisi sebelum dan sesudah di kawasan Angke, Tambora - Sebelum Dahulunya, kawasan kelurahan angke merupakan daerah rawa yang tidak layak untuk ditinggali. Seiring berjalannya waktu, dengan meningkatnya kebutuhan akan lahan di perkotaan, tanah rawa itupun ditimbun/diurug untuk dapat digunakan. Dengan kualitas tanah yang buruk dan tanpa sertifikasi, kawasan tersebut dengan cepat menjadi perkampungan padat dan kumuh. Pemukiman yang padat di Jakarta Barat nyaris tidak menyisakan ruang bagi sinar matahari untuk menerangi jalan kampung. Pemukiman kumuh, padat, dan selalu gelap meski pada siang hari, merupakan keadaan di sejumlah pemukiman kumuh di Jakarta Barat. Lebar gang hanya sekitar 1 meter hingga 1,5 meter. Suasana gelap menyergap karena di beberapa ruas Gang Venus, di bagian atap gang juga, ditutup hunian warga dari bahan kayu semipermanen. Udara terasa pengap di lokasi tersebut karena minim sirkulasi udara. Bahkan, sejumlah ibu rumah tangga memasak dan mencuci di gang sempit di antara rumah-rumah mereka. Pengendara motor pun sulit bergerak di gang sempit itu. Kepadatan penduduk di RW 03, Kelurahan Jembatan Besi, mencapai 6.000 jiwa lebih di wilayah seluas 6 hektar atau rata-rata 1.000 orang penghuni di tiap hektar lahan. Jauh di atas angka ideal sebuah hunian yang maksimal 300 jiwa per kilometer persegi. Bangunan tiga lantai berimpitan, kabel menjuntai menggantung di luar rumah-rumah semipermanen, jamban pun dibangun di gang di sela rumah warga untuk digunakan bersama. Solusi rumah susun (setelah gentrifikasi) Wali Kota Jakarta Barat Djoko Ramadhan mengatakan, kepadatan penduduk di perkampungan padat dan kumuh sudah tidak dapat ditoleransi. Kebutuhan pembangunan rumah susun menegah ke bawah sudah sangat mendesak di Jakarta Barat. Adalah rezim Orde Baru yang kemudian merencanakan melakukan gentrifikasi kawasan permukiman padat tersebut. Tanah kosong seluas 6.800 m² dibangun untuk memindahkan penduduk yang tinggal di lokasi permukiman yang nantinya akan dibangun Rumah Susun II. Selanjutnya, penduduk yang tinggal di atas tanah yang akan dibangun di Rumah Susun III

(rumah susun baru), direlokasi ke Rumah Susun II yang telah selesai dibangun. Begitu seterusnya hingga selesai Rumah Susun III. Lokasi relatif Rumah Susun Tambora. (Sumber: Citra Geo Eye-Google Earth 2007) (Rumah Susun Unit 2 yang dibangun) BEFORE Perkampungan kumuh seperti gambar diatas, Dihuni oleh penduduk yang padat dan berjubel, baik karena pertumbuhan penduduk akibat kelahiran / adanya urbanisasi. Dihuni oleh warga yang berpenghasilan rendah dan tidak tetap. Rumah-rumah yang ada di daerah ini merupakan rumah darurat yang terbuat

dari bahan-bahan bekas dan tidak layak. Kondisi kesehatan dan sanitasi yang rendah. Langkanya pelayanan kota seperti air bersih, fasilitas MCK, listrik, dsb. Pertumbuhannya yang tidak terencana sehingga penampilan fisiknya pun tidak teratur dan tidak terurus; jalan yang sempit, halaman tidak ada, dsb AFTER Pembangunan Rusun di kelurahan angke bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan Rusun layak huni dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan menengah-bawah di kawasan ini, sehingga akan berdampak pada: 1) Peningkatan efisiensi penggunaan tanah, ruang dan daya tampung kota; 2) Peningkatan kualitas hidup masyarakat berpenghasilan menengah-bawah dan pencegahan tumbuhnya kawasan kumuh perkotaan; 3) Peningkatan efisiensi prasarana, sarana dan utilitas perkotaan; 4) Peningkatan produktivitas masyarakat dan daya saing kota; 5) Peningkatan pemenuhan kebutuhan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan menengah-bawah. 6) Peningkatan penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi. Manfaat akan pembangunan rumah susun ini tentunya akan sangat dirasakan oleh para penghuni kawasan kumuh. Diantaranya adalah: 1. Untuk memenuhi kebutuhan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di pusat kota dengan melihat keterbatasan lahan dan harga lahan yang tinggi. 2. Untuk pemukiman kembali atau peremajaan permukiman kumuh dan penertiban perumahan kumuh ilegal. 3. Meningkatkan taraf hidup rakyat dalam usaha pemenuhan kebutuhan pokok akan perumahan yang layak dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. 4. Satu Rusun/ kawasan Rusun memiliki jenis kombinasi fungsi hunian dan fungsi usaha.

Kesimpulan: Terlepas dari berhasil tidaknya, dari segi penataan wilayah kota gentrifikasi lebih kurangnya sudah mampu menata perkampungan yang sangat-sangat kumuh dan tidak layak huni menjadi deretan rumah susun yang rapi dan terstruktur, meskipun dari segi kelayakan, rumah susun ini masih dikategorikan kumuh. Hal ini berhasil menjawab kebutuhan rakyat miskin akan tempat tinggal yang memang layak tinggal, dengan akses jalan yang cukup, material bangunan yang kuat dan kokoh, dan pasokan sinar matahari yang cukup. Rumah susun (rusun) dapat menjadi alternatif hunian yang baik dalam menanggulangi makin berkurangnya lahan tempat tinggal, khususnya di daerah perkotaan. Rusun merupakan jalan keluar bagi penduduk kelas menengah ke bawah untuk mendapatkan kawasan hunian yang terjangkau karena rusun mendapatkan bantuan subsidi dari pemerintah. Yang perlu ditingkatkan hanyalah tingkat keamanannya dan lingkungannya harus sesuai dengan standar kesehatan, agar rusun dapat menjadi kawasan layak huni.