PENGARUH VARIASI TEMPERATUR ANNEALING TERHADAP KEKERASAN SAMBUNGAN BAJA ST 37

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

PENGARUH PROSES ANNEALING PADA HASIL PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA KARBON RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

Journal of Mechanical Engineering Learning

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

ANALISA PENGARUH TEBAL PELAT PADA PENGELASAN LISTRIK TERHADAP KEKERASAN DAERAH HAZ BAJA KARBON St-37. By Nurfa Anisa Universitas Soerjo

Journal of Mechanical Engineering Learning

PENGARUH HEAT TREATMENT

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING JURNAL TEKNIK MESIN ISSN

PENGARUH PREHEAT DAN POST WELDING HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA BAJA AMUTIT K-460

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

BAB II KERANGKA TEORI

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PENGARUH NORMALISING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA PLAT JIS SM 41B MENGGUNAKAN ELEKTRODA E 7016 DAN E 6013

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

PENGARUH ANNEALING TERHADAP LAS MIG DENGAN GAS PELINDUNG CO2 (100%) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO DAN MAKRO PADA BAJA STAM 390 G

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kebutuhan teknologi maupun kebutuhan rumah. berpengaruh pada penurunan kualitas barang produksi seperti

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN.

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.2 pp 91-98, 2014 ISSN

KARAKTERISASI SIFAT FISIS DAN MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA A-287 SEBELUM DAN SESUDAH PWHT

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

KAJIAN EKSPERIMEN PENGUJIAN TARIK BAJA KARBON MEDIUM YANG DISAMBUNG DENGAN LAS SMAW DAN QUENCHING DENGAN AIR LAUT

TEKNIKA VOL.3 NO.2 OKTOBER_2016

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

Chamdani Achmad

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

Pengelasan dan Pengujian Tarik

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

PERBEDAAN KEKUATAN TARIK DAN JENIS PATAHAN SAMBUNGAN LAS GMAW BAJA KARBON RENDAH (ST 37) AKIBAT PROSES NORMALIZING

PENGARUH VARIASI AMPERE PENGELASAN PLAT BAJA ST 36 TERHADAP BEBAN TEKAN BENGKOK DAN KERUSAKAN PERMUKAAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

PENGARUH RIGI-RIGI AYUNAN TERHADAP KEKUATAN TARIK SAMBUNGAN PLAT BAJA ST 41 MENGGUNAKAN TEGANGAN 70 A DENGAN ELEKTRODA Rb. 26

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENDINGINAN CAIRAN RADIATOR COOLANT (RC) AHM TERHADAP KEKUATAN TARIK HASIL PENGELASAN SMAW PADA PLAT BAJA ST 37

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

ANALISA PENGARUH ARUS PENGELASAN SMAW PADA MATERIAL BAJA KARBON RENDAH TERHADAP KEKUATAN MATERIAL HASIL SAMBUNGAN. Abdul Hamid

PENGARUH HASIL PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA ST 42

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

Analisa Kekuatan Sambungan Las SMAW Pada Material Baja ST 37

KEKUATAN TARIK DAN BENDING SAMBUNGAN LAS PADA MATERIAL BAJA SM 490 DENGAN METODE PENGELASAN SMAW DAN SAW

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Teknik Mesin, Volume 6, Nomor 1, Tahun

Available online at Website

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

Pengaruh Variasi Media Karburasi Terhadap Kekerasan Dan Kedalaman Difusi Karbon Pada Baja ST 42

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

PENERAPAN POSTWELD HEAT TREATMENT PADA PROSES PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS BAJA TAHAN KARAT

PENGARUH ANNEALING PADA PERUBAHAN SIFAT MEKANIS DAN SIFAT FISIS PADA PENGELASAN BAJA UNTUK CHASIS MOBIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

ANALISA KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 6110

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

SKRIPSI. Diajukan Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata 1 Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik. Disusun oleh : : SRI WAHYU SISWANTO NIM :

JURNAL. Oleh : BAGUS DWI CAHYONO NPM: Dibimbing oleh: 1. Fatkur Rhohman, M.Pd 2. M. Muslimin Ilham, M.T

BAB IV DATA DAN ANALISA

PENGARUH BENTUK KAMPUH DAN JENIS ELEKTRODA PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL BAJA ST 37 SKRIPSI

KAJIAN EKSPERIMEN PENGUJIAN KEKERASAN BAJA KARBON MEDIUM YANG DISAMBUNG DENGAN SMAW DAN QUENCHING DENGAN AIR LAUT. Erizal

Transkripsi:

137 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 5, Edisi Spesial 16 PENGARUH VARIASI TEMPERATUR ANNEALING TERHADAP KEKERASAN SAMBUNGAN BAJA ST 37 Hesti Istiqlaliyah 1, Fatkur Rhohman 2 1,2 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Nusantara PGRI Kediri E-mail: arypermata@gmail.com ABSTRAK -- Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur annealing pada sambungan las terhadap kekerasan baja ST 37. Penelitian ini menggunaka baja ST 37 yang mengandung komposisi,118% C, 99,31% Fe,,375 Mn dan beberapa unsur paduan yang lainnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian eksperimen. Pengelasan menggunakan las busur listrik. Kemudian dilakukan perlakuan panas annealing pada suhu 45 C, 55 C dan 65 C dan waktu penahanan (holding time) 3 menit, menit dan 9 menit. Kemudian didinginkan menggunakan media pendingin udara ruangan selama 3 jam. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan kenaikan temperatur annealing dan waktu penahanan (holding time) mempengaruhi tingkat kekerasan pada titik titik pengujian terutama pada sambungan las (logam las). Semakin tinggi temperatur annealing dan waktu penahanan (holding time) akan menurunkan tingkat kekerasan sehingga sambungan las akan memiliki tingkat kekerasan yang menurun daripada daerah lainnya. Pada pengujian di titik 3 menunjukkan pada temperatur (holding time) 9 menit memiliki nilai tingkat kekerasan 73,6 HRB sedangkan pada temperatur annealing 45 C dengan waktu penahanan (holding time) 3 menit memiliki nilai tingkat kekerasan 86,87 HRB. Kata kunci: Temperatur Annealing, Sambungan Las, Kekerasan, Baja ST 37 ABSTRACT -- This paper presented the influence of annealing temperature on the hardness of ST 37 steel at the welding joint. The experiment used ST 37 steel which have the following composition:.118% C, 99.31% Fe,.375 Mn and others alloying elements. The welding process is done using arc welding. Annealing process was conducted at the temperature of 45 o C, 55 o C and 65 o C with different holding time: 3 minutes, minutes and 9 minutes. The specimen was then air cooled for about 3 hours. The result shows that increasing the annealing temperature and holding time influence the hardness of the material mainly at the welding area. The increased the anneling temperature and holding time will reduce the hardness of material at the area of welding zone. The hardness was measured three points and shows that if the annealing temperature is 65 o C and holding time 9 minutes the hardness is 73.6 HRB and if the anneling temperature is 45 o C and holding temperature 3 minutes the hardness value is 86.87 HRB. Keywords: Annealing temperature, welding joint, hardness, Steel ST37 1. PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan teknologi dibidang konstruksi, pengelasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pertumbuhan dan peningkatan industri, karena hampir pada setiap pembangunan suatu konstruksi dengan logam melibatkan pekerjaan pengelasan. Oleh karena itu, rancangan las dan cara pengelasan harus memperhatikan kesesuaian antara sifat fisis dan mekanis dari logam las dengan kegunaan konstruksi serta keadaan di sekitarnya. Dalam proses pengelasan, bagian yang dilas menerima panas pengelasan setempat. Hal yang perlu diperhatikan pada hasil pengelasan adalah tegangan sisa, karena pada pengelasan terjadi tegangan termal akibat perbedaan suhu antara logam induk dan daerah las. Tegangan sisa pada hasil pengelasan terjadi karena selama siklus termal las berlangsung di sekitar sambungan las dengan logam induk yang suhunya relatif berubah sehingga distribusi suhu tidak merata[15]. Melalui perlakuan panas sifat-sifat yang kurang menguntungkan pada logam dapat diperbaiki. Tujuan pengerjaan panas (Heat Treatment) adalah untuk memberi sifat yang diinginkan. Oleh karena itu, hal ini sangat menarik untuk diteliti dan dipelajari sehingga kita akan mengetahui pengaruh temperatur annealing yaitu 45 C, 55 C, 65 C pada sambungan las SMAW dengan waktu penahanan 3 menit, menit dan 9 menitdengan laju pendinginan tertentu terhadap kekerasan bahanpada baja ST 37. Untuk memperluas penggunaan baja karbon rendah, diperlukan peningkatan sifat mekaniknya (kekerasan bahan) tetapi harganya masih relatif murah dibandingkan dengan jenis baja karbon lainnya.

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 5, Edisi Spesial 16 138 2. LANDASAN TEORI 2.1. Pengelasan Secara sederhana dapat diartikan bahwa pengelasan merupakan proses penyambungan dua buah logam sampai titik rekristalisasi logam baik menggunakan bahan tambah maupun tidak dan menggunakan energi panas sebagai pencair bahan yang dilas. Pengertian pengelasan menurut Widharto [14] adalah salah satu cara untuk menyambung benda padat dengan jalan mencairkannya melalui pemanasan. Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Normen (DIN) las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Wiryosumarto, Harsono dan Okumura [15] menyebutkan bahwa pengelasan adalah penyambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. Penyambungan dua buah logam menjadi satu dilakukan dengan jalan pemanasan atau pelumeran, dimana kedua ujung logam yang akan disambung di buat lumer atau dilelehkan dengan busur nyala atau panas yang didapat dari busur nyala listrik (gas pembakar) sehingga kedua ujung atau bidang logam merupakan bidang masa yang kuat dan tidak mudah dipisahkan [1]. Paling tidak saat ini terdapat sekitar 4 jenis pengelasan. Dari seluruh jenis pengelasan tersebut hanya dua jenis yang paling populer di Indonesia yaitu pengelasan dengan menggunakan busur nyala listrik (Shielded metal arc welding/ SMAW) dan las karbit (Oxy acetylene welding/oaw). 2.2. Pengelasan Baja Karbon Baja adalah merupakan suatu campuran dari besi (Fe) dan karbon (C), dimana unsur karbon (C) menjadi dasar. Disamping unsur Fe Dan C, baja juga mengandung unsur campuran lain seperti sulfur (S), fosfor (P), silikon (Si), dan mangan (Mn) yang jumlahnya dibatasi. Baja karbon sedang dan baja karbon tinggi mengandung banyak karbon dan unsur lain dapat memperkeras baja, karena itu daerah pengaruh panas atau HAZ pada baja ini mudah menjadi keras bila dibandingkan baja karbon rendah. Sifatnya yang mudah menjadi keras ditambah dengan adanya hydrogen difusi menyebabkan baja ini sangat peka terhadap retak las. Disamping itu pengelasan dengan menggunakan elektroda yang sama kuat dengan logam lasnya dengan pemanasan mula dan suhu pemanasan tergantung dari kadar karbon. Baja karbon adalah baja yang mengandung karbon antara,1% - 1,7%. Berdasarkan tingkatan banyaknya kadar karbon, baja digolongkan menjadi tiga tingkatan: Baja karbon rendah, Baja karbon sedang, Baja karbon tinggi. Dan baja ST 37 termasuk kedalam golongan baja karbon rendah karena kandungan karbonnya kurang dari,3%. Gambar 1. Diagram Alir Tahapan Penelitian 2.3. Annealing Mulai Persiapan Spesimen menurut standar ASTM E1 Proses Perlakuan Panas Spesimen Variabel Bebas: Temperatur Annealing: 45 C, 55 C dan 65 C Holding Time: 3 menit, menit dan 9 menit Media Pendingin: Udara (selama 3 jam) Simulasi Pengujian Kekerasan Analisa Data Kesimpulan Selesai Menurut Amanto dan Daryanto [3] annealing dapat didefinisikan sebagai pemanasan pada suhu yang sesuai, diikuti dengan pendinginan pada kecepatan yang sesuai. Hal ini bertujuan untuk menginduksi kelunakan, memperbaiki sifatsifat pengerjaan dingin dan membebaskan tegangan-tegangan pada baja sehingga diperoleh struktur yang dikehendaki. Proses annealing dibagi menjadi tiga macam, yaitu annealing penuh, annealing isothermal, annealing pada suhu kritis terendah. Dalam proses annealing pada suhu kritis terendah, pemanasan dipertahankan pada beberapa suhu di bawah batas transformasi (perubahan). Suhu itu cukup tinggi untuk membuat pengkristalan kembali dan struktur yang seragam. Apabila proses ini digunakan untuk baja karbon tinggi akan menyebabkan baja itu mudah dibentuk dan dikerjakan mesin perkakas. Pada waktu baja dikerjakan dengan proses annealing dengan cara dipanaskan pada suhu tinggi dalam periode yang cukup lama, berlangsung proses oksidasi. Hal tersebut menyebabkan terjadinya pengelupasan pada bagian luar.

139 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 5, Edisi Spesial 16 2.4 Pengujian Kekerasan Proses pengujian kekerasan dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bahan terhadap pembebanan dalam perubahan yang tetap. Dengan kata lain, ketika gaya tertentu diberikan pada suatu benda uji yang mendapat pengaruh pembebanan, benda uji akan mengalami deformasi. Kita dapat menganalisis seberapa besar tingkat kekerasan dari bahan tersebut melalui besarnya beban yang diberikan terhadap luas bidang yang menerima pembebanan tersebut. 2.5 Metode Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dalam beberapa tahap seperti terlihat pada Gambar 1. 3. HASIL PENELITIAN Sebelum dilakukan perlakuan panas annealing diperoleh data penelitian uji kekerasan sambungan las sebagai berikut: Tabel 1. Data Hasil Penelitian Uji Kekerasan Sebelum Perlakuan Panas Annealing (satuan HRB) T/W Letak Titik Pengujian Spesimen 1 2 3 4 5 1 7,6,4 82,7 74,3 64,8 2 52,1 82,8 76,8 63 41,9 3 61,7 65,9 97,5 69,4 44,9 Jumlah 184,4 229,1 257 6,7 151,6 Nilai rata - rata 61,467 76,367 85,67 68,9 5,53 Setelah dilakukan perlakuan panas dengan variasi temperatur annealing dan waktu penahanan (holding time) pengujian kekerasan, didapatkan hasil penelitian (dalam satuan HRB) sebagai berikut: 4 Sambungan Las Di Titik 1 45 C 55 C 65 Variasi Temperatur Gambar 2. Sambungan Las Di Titik 1. Pada Gambar 2 menunjukkan spesimen temperatur annealing 45 C dengan lama penahanan (holding time) 3 menit memiliki nilai tingkat kekerasan 71,87 HRB. Nilai kekerasan pada temperatur annealing 55 C dengan lama penahanan (holding time) 3 menit didapat nilai kekerasan,93 HRB. Dan nilai kekerasan pada spesimen temperatur annealing 65 C dengan lama penahanan (holding time) 3 menit memiliki nilai tingkat kekerasan 7,57 HRB. Nilai tingkat 45 C dengan waktu penahanan (holding time) menit memiliki nilai tingkat kekerasan 55,5 HRB. Nilai tingkat kekerasan pada spesimen temperatur annealing 55 C dengan waktu penahanan (holding time) menit memiliki nilai tingkat kekerasan 54,4 HRB. Nilai tingkat kekerasan pada spesimen dengan temperatur kekerasan 59 HRB. Sedangkan nilai tingkat 45 C dengan waktu penahanan (holding time) 9 menit memiliki nilai tingkat kekerasan 46,77 HRB. Nilai tingkat kekerasan pada spesimen 55 C memiliki nilai tingkat kekerasan 51,7 HRB. Nilai tingkat kekerasan spesimen temperatur annealing 65 C dengan waktu penahanan (holding time) 9 menit memiliki nilai tingkat kekerasan 62,33 HRB. 1 Sambungan Las Di Titik 2 4 45 C 55 C 65 C Gambar 3. Sambungan Las Di Titik 2 Gambar 3 menunjukan spesimen temperatur annealing 45 C dengan waktu penahanan (holding time) 3 menit mempunyai nilai tingkat kekerasan 81,9 HRB. Nilai tingkat kekerasan spesimen temperatur annealing 55 C dengan waktu penahanan (holding time) 3 menit mempunyai nilai tingkat kekerasan 68,7 HRB. Nilai tingkat kekerasan spesimen temperatur (holding time) 3 menit mempunyai nilai tingkat

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 5, Edisi Spesial 16 14 kekerasan 72,83 HRB. Pada spesimen temperatur annealing 45 C dengan waktu penahanan (holding time) menit memiliki nilai tingkat kekerasan 76 HRB. Nilai tingkat kekerasan pada spesimen temperatur annealing 55 C dengan waktu penahanan (holding time) menit mempunyai nilai tingkat kekerasan 65,93 HRB. Nilai tingkat kekerasan spesimen temperatur (holding time) menit mempunyai nilai tingkat kekerasan 88,87 HRB. Sedangkan pada spesimen temperatur annealing 45 C dengan waktu penahanan (holding time) 9 menit mempunyai nilai tingkat kekerasan 68,33 HRB. Nilai (holding time) 9 menit mempunyai nilai tingkat kekerasan 63,73 HRB. Nilai tingkat kekerasan pada spesimen temperatur annealing 65 C mempunyai nilai tingkat kekerasan 79,7 HRB. Sambungan Las Di Titik 3 1 1 4 45 C 55 C 65 C Gambar 4. Sambungan Las Di Titik 3 Gambar 4 menunjukkan pada spesimen temperatur annealing 45 C dengan waktu penahanan (holding time) 3 menit memiliki nilai tingkat kekerasan 86,87 HRB. Nilai tingkat 55 C dengan waktu penahanan (holding time) 3 menit memiliki nilai tingkat kekerasan 86,13 HRB. Nilai (holding time) 3 menit memiliki nilai tingkat kekerasan 97,4 HRB. Nilai tingkat kekerasan pada spesimen temperatur annealing 45 C dengan waktu penahanan (holding time) menit memiliki nilai tingkat kekerasan 82,8 HRB. Nilai tingkat 55 C dengan waktu penahanan (holding time) menit memiliki nilai tingkat kekerasan 84,3 HRB. Nilai kekerasan 91,93 HRB. Nilai tingkat kekerasan pada spesimen temperatur annealing 45 C memiliki nilai tingkat kekerasan 78 HRB. Nilai (holding time) 9 menit memiliki nilai tingkat kekerasan 68,13 HRB. Nilai tingkat kekerasan pada spesimen temperatur annealing 65 C memiliki nilai tingkat kekerasan 73,6 HRB. Sambungan Las Di Titik 4 1 4 45 55 65 Gambar 5. Sambungan Las Di Titik 4 Untuk Gambar 5 menunjukkan nilai tingkat 45 C dengan waktu penahanan (holding time) 3 menit memiliki nilai tingkat kekerasan 81,9 HRB. Nilai (holding time) 3 menit memiliki nilai tingkat kekerasan 79,67 HRB. Nilai tingkat kekerasan pada spesimen temperatur annealing 65 C dengan waktu penahanan (holding time) 3 menit memiliki nilai tingkat kekerasan 76,83 HRB. Nilai annealing 45 C dengan waktu penahanan kekerasan 73,33 HRB. Nilai tingkat kekerasan pada spesimen temperatur annealing 55 C dengan waktu penahanan (holding time) menit memiliki nilai tingkat kekerasan 72,13 HRB. Nilai kekerasan 78,63 HRB. Nilai tingkat kekerasan pada spesimen temperatur annealing 45 C memiliki nilai tingkat kekerasan 66,9 HRB. Nilai (holding time) 9 menit memiliki nilai tingkat kekerasan 54,7 HRB. Dan pada spesimen temperatur annealing 65 C dengan waktu

141 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 5, Edisi Spesial 16 penahanan (holding time) 9 menit memiliki nilai tingkat kekerasan 67,93 HRB. Pada gambar 5 menunjukan bahwa spesimen temperatur annealing 45 C dengan waktu penahanan (holding time) 3 menit memiliki nilai tingkat kekerasan 71,1 HRB. Nilai tingkat 55 C dengan waktu penahanan (holding time) 3 menit memiliki nilai tingkat kekerasan 68,83 HRB. Nilai (holding time) 3 menit memiliki nilai tingkat kekerasan 83,33 HRB. Nilai tingkat kekerasan pada spesimen temperatur annealing 45 C dengan waktu penahanan (holding time) menit memiliki nilai tingkat kekerasan 63,27 HRB. Nilai kekerasan 64,27 HRB. Nilai tingkat kekerasan pada spesimen temperatur annealing 65 C dengan waktu penahanan (holding time) menit memiliki nilai tingkat kekerasan 59,97 HRB. Nilai annealing 45 C dengan waktu penahanan (holding time) 9 menit memiliki nilai tingkat kekerasan 58,4 HRB. Nilai tingkat kekerasan pada spesimen temperatur annealing 55 C dengan waktu penahanan (holding time) 9 menit memiliki nilai tingkat kekerasan 56,6 HRB. Nilai tingkat 65 C dengan waktu penahanan (holding time) 9 menit memiliki nilai tingkat kekerasan 62,43 HRB. Sambungan Las Di Titik 5 1 4 Gambar 6. Grafik Hasil Penelitian Uji Kekerasan Sambungan Las Di Titik 5 45 55 65 C Dari hasil penelitian uji kekerasan pada titik titik pengujian tersebut nilai tingkat kekerasan di pengujian titik 3 mempunyai nilai paling tinggi yang merupakan titik yang tepat di sambungan las atau logam las. Dan nilai tingkat kekerasan di pengujian titik 2 dan 4 memiliki nilai tingkat kekerasan yang hampir sama yang merupakan daerah tepi sambungan las atau logam las. Sedangkan pengujian di titik 1 dan 5 memiliki nilai kekerasan yang rendah karena merupakan daerah HAZ (daerah pengaruh panas). 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan uji kekerasan yang telah di lakukan, maka dapat disimpulkan kenaikan temperatur annealing dan waktu penahanan (holding time) mempengaruhi tingkat kekerasan pada titik titik pengujian terutama pada sambungan las (logam las). Semakin tinggi temperatur annealing dan waktu penahanan (holding time) akan menurunkan tingkat kekerasan sehingga sambungan las akan memiliki tingkat kekerasan yang menurun daripada daerah lainnya. Pada pengujian di titik 3 menunjukkan pada temperatur annealing 65 C memiliki nilai tingkat kekerasan 73,6 HRB sedangkan pada temperatur annealing 45 C dengan waktu penahanan (holding time) 3 menit memiliki nilai tingkat kekerasan 86,87 HRB. Hasil penelitian pada uji kekerasan titik 2 dan 4 memiliki perbedaan namun peningkatan yang dihasilkan hampir sama.di titik pengujian 1 dan 5 memiliki tingkat kekerasan yang begitu rendah signifikan karena merupakan daerah HAZ yang mungkin hanya struktur di dalamnya yang berubah agak kasar bilamana di uji mikrostruktur. DAFTAR PUSTAKA [1]. Arifin, S. 1997. Las Listrik dan Otogen. Jakarta: Ghalia Indonesia. [2]. ASTM. 1996. Annual Book of ASTM Standards. West Conshohocken: AmericanSociety For Testing Material. [3]. Amanto, Hary dan Daryanto. 3. Ilmu Bahan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. [4]. Dieter, George E. 1986. Metalurgi Mekanik. Jakarta: Erlangga. [5]. Imbarko. 1. Studi Pengaruh Perlakuan Panas Pada Hasil Pengelasan Baja ST 37 Ditinjau Dari Kekuatan Tarik Bahan. Tugas Akhir. Universitas Sumatra Utara. [6]. Prabowo, Riski Yustiar, Rusianto dan Widi Widayat. Pengaruh Temperatur Annealing Sambungan Las SMAW Terhadap Sifat Mekanis dan Fisis Baja K-945 EMS-45. Jurnal Teknik. Universitas Negeri Semarang. [7]. Purwaningrum, Yustiasih. 6. Karakterisasi Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las SMAW Baja A-287 Sebelum dan Sesudah PWHT. JurnalTEKNOIN. Volume 11, Nomor 3. Hlm. 233-242. Yogyakarta. [8]. Smallman, R. E. dan R. J. Bishop.. Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa Material. Jakarta: Erlangga.

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 5, Edisi Spesial 16 142 [9]. Sonawan, H., Suratman, R.. 4.Pengantar Untuk Memahami Pengelasan Logam. Bandung: Αlfa Beta [1]. Suharsimi, A.. 2. Prosedur Penelitian. Jakarta:Bina Aksara [11]. Suharto. 1991. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta:Rineka Cipta [12]. Surdia, Tata dan Saito Shinroku.. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. [13]. Vlack, Lawrence H. Van. 4. Elemen- Elemen Ilmu dan Rekayasa Material. Jakarta: Erlangga. [14]. Widharto, Sri. 1. Petunjuk Kerja Las. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. [15]. Wiryosumarto, Harsono dan Toshie Okumura. 4. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: PT. Pradya Paramita.