2016 PENGARUH KONSERVATISME TERHAD AP ASIMETRI INFORMASI D ENGAN D IMOD ERASI EFEKTIFITAS PENGAWASAN D EWAN KOMISARIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam praktik akuntansi. Sebagaimana dikatakan Lasdi (2008), meskipun. melaporkan laporan keuangan secara konservatif.

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Konservatisme merupakan suatu sikap hati-hati yang dikerjakan oleh

TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan utama suatu perusahaan adalah memperoleh tingkat laba yang

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. dan kreditor. Informasi akuntansi terjadi pada laporan keuangan perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan, pemerintah, dan masyarakat. Sehingga laporan keuangan harus memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Istilah modal sering digunakan pula sebagai padan kata equity walaupun

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan prinsip konservatisme dalam pelaporan keuangan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan. kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan gambaran dari kondisi perusahaan tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. bagi pengguna laporan keuangan baik internal maupun eksternal. Menurut SFAC

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. membuat para manajer perusahaan harus lebih kreatif dalam menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham) sebagai prinsipal. Manajer sebagai agent memiliki asimetri

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan suatu standar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kemudian mencuat dan memunculkan agency theory. dan kemakmuran para pemegang saham atau stakeholder. Nilai perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip konservatisme merupakan prinsip kehati-hatian terhadap suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perusahaan membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja manajemen dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat menjalankan suatu kelangsungan usaha, suatu

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Perusahaan memperoleh modal dari luar perusahaan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan menggambarkan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB I. Pendahuluan UKDW. melalui informasi laba yang terkandung di dalamnya. Bagi para stakeholder, laporan

BAB I PENDAHULUAN. independen mengalami peningkatan. Laporan keuangan merupakan salah satu

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan suatu gambaran mengenai kondisi

Judul : Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Potensi Kesulitan Keuangan pada Konservatisme Akuntansi dengan Leverage

BAB I PENDAHULUAN. terhadap good corporate governance yang selama ini kurang diperhatikan semakin

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan informasi yang relevan dan tepat waktu dalam setiap pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Informasi keuangan memuat data-data keuangan yang tersaji secara deskripsi tentang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi kompetisi global seperti ini, Good Corporate Governance (GCG)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan andal. Standar akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memilih metode maupun estimasi yang akan digunakan. Fleksibilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI dan UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai. yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan publik diwajibkan membuat laporan keuangan. tahunan yang diaudit oleh kantor akuntan publik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh manajemen adalah dengan melakukan pengaturan laba.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam keuangan perusahaan. Struktur modal sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kemakmuran para investor atau pemegang saham.nilai perusahaan. kepada perusahaan yang tinggi pula (Anggraini,2011).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan adalah laporan yang bisa diharapkan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang. disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum akuntansi yang dilakukan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak penyedia dana (investor) dan penerima dana (perusahaan). Sejalan

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai kepentingan. Oleh karena itu, kualitas dari suatu laporan. penggunanya dalam mengambil keputusan yang diinginkan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengalami kesulitan keuangan atau financial distress. Menurut Plat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan timbul permasalahan agensi, karena masing-masing dari kedua pihak

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan haruslah memenuhi

Judul : Pengaruh Konservatisme Akuntansi dan Leverage pada Earnings Response Coefficient Nama : Desriyana Natalia NIM :

BAB I PENDAHULUAN. transaksi saham yang fair. Transaksi saham yang fair sulit tercapai karena adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manajemen (Schipper dan Vincent, 2003). Menurut Standar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam

1 BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk mentransaksikan sekuritas (Tandelilin, 2010:13). Transaksi sekuritas terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diterbitkan oleh perusahaan. Hal ini dapat dibuktikan dengan memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu informasi dari pihak eskternal dan pihak internal dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. optimal bagi perusahaan. Kinerja manajemen dapat tercermin dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. kinerja suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi. Menurut IAI (2011) tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga, Indonesia yang pendapatannya berasal dari pajak. Indonesia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini timbul pro kontra mengenai laporan keuangan yang disebabkan penggunaan prinsip konservatisme akuntansi dalam pelaporan laporan keuangannya. Lo (2005) mendefinisikan konservatisme sebagai suatu pandangan pesimistik dalam akuntansi. Akuntan harus melaporkan informasi akuntansi yang terendah dari beberapa kemungkinan nilai untuk aktiva dan pendapatan serta yang tertinggi dari beberapa kemungkinan nilai kewajiban dan beban. (Hendriksen, 2000). Menurut Mohanan (1999) semakin konservatif akuntansi maka nilai buku ekuitas yang dilaporkan akan semakin bias. Hal tersebut membuat laporan keuangan tidak menggambarakan keadaan yang sebenarnya, sehingga laporan keuangan tersebut bisa dikatakan tidak berguna. Pada prinsip konservatisme laba dan aset yang ada pada neraca cenderung terlalu rendah namun biaya dan utang cenderung tinggi. Hal ini dikarenakan metode konservatif menunda pengakuan dari pendapatan hingga melewati syarat syarat tertentu dan mempercepat pengakuan terhadap beban dan utang. Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah penerapan akuntansi konservatif dalam pelaporan keuangan masih sangat tabu sehingga menimbulkan rasa curiga dibenak para pemakai laporan keuangan. 1 Seperti pada kasus empat emiten perusahaan efek (securities companies) dari tujuh emiten perusahaan efek (securities companies) yang telah menyampaikan laporan keuangan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan penurunan laba bersih yang sangat signifikan yaitu diatas 50% dengan disertai kenaikan beban operasional pada tahun 2011. Keempat perusahaan efek (securities companies) tersebut adalah PT Kresna Graha Sekurindo Tbk (KREN), PT Minna Padi Investama Tbk (PADI), PT Trimegah Securities Tbk (TRIM), PT Panin Sekuritas Tbk (PANS). Berikut adalah tabel

2 data mengenai penurunan laba bersih dengan disertai kenaikan beban pada tahun 2010-2011 : Kode perusahaan Tabel 1.1 Daftar Securities Companies Yang Mengalami Penurunan Laba Bersih 2010-2011 Nama perusahaan Laba Bersih (dalam miliar rupiah) Beban Operasional (dalam miliar rupiah) 2010 2011 2010 2011 KREN PADI TRIM PANS PT Kresna Graha Sekurindo Tbk PT Minna Padi Investama Tbk PT Trimegah Securities Tbk PT Panin Sekuritas Tbk Rp 27,49 Rp 13 Rp 69,99 Rp 77,55 Rp31,57 Rp12,46 Rp10,74 Rp12,75 Rp16 Rp6,01 Rp152,6 Rp160,25 Rp239,52 Rp201,09 Rp87,16 Rp101,39 Sumber : www.inilah.com diakses pada tanggal 4 april 2016 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat kita ketahui keempat perusahaan efek (securities companies) tersebut melaporkan penurunan laba bersih yang signifikan disertai dengan kenaikan beban operasional sejalan dengan penerapan prinsip konservatisme, dimana akuntan akan melaporkan nilai yang terendah dari beberapa pilihan untuk akun aset dan pendapatan serta akuntan akan melaporkan nilai tertinggi dari beberapa pilihan untuk akun beban dan kewajiban. Kasus tersebut semakin membuat timbulnya dugaan praktek konservatisme akuntansi pada penyusunan laporan keuangan dimana hal tersebut membuat kepercayaan para pemakai laporan keuangan terhadap laporan keuangan khusunya laporan keuangan auditan menurun. Dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak dan Instansi lain yang terkait tersebut. harus memeriksa kembali laporan keuangan

3 Watts (2003) berpendapat bahwa akuntansi konservatisme bermanfaat untuk menghindari perilaku opportunistik manajer berkaitan dengan kontrak kontrak yang menggunakan laporan keuangan sebagai media kontrak. Di satu sisi investor menginginkan pelaporan laba sebesar besarnya untuk mendapatkan deviden namun disisi lain kreditor menginginkan keamanan dari dana yang telah disalurkannya kepada perusahan dan berharap dana dapat kembali pada saat jatuh tempo. Konservatisme merupakan konsep akuntansi yang kontroversial dan membuktikan bahwa konservatisme akuntansi memiliki nilai, yang berarti akuntansi bermanfaat dalam memprediksi kondisi keuangan di masa mendatang (Mayangsari dan Wilopo, 2002). Lafond and Watts (2006) dalam (Sri dan Fitriany, 2010) menyebutkan bahwa laporan keuangan yang mengaplikasikan prinsip konservatisme dapat mengurangi kemungkinan manajer melakukan manipulasi laporan keuangan serta mengurangi deadweight loss (biaya agensi) yang muncul sebagai akibat dari asimetri informasi. Informasi dalam perusahaan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh pemilik atau principal. Maka dari itu pihak manajem (agent) diharuskan untuk menyampaikan informasi secara transparan. Namun sering kali pihak manajemen (agent) tidak secara seutuhnya menyampaikan informasi yang ada kepada pihak pemilik (principal). Menurut Anita (2012) asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Sehingga hal tersebut menimbulkan adanya dugaan manipulasi laporan keuangan demi kepentingan manajemen. Rahmawati, dkk (2006) dalam Anita (2012) menerangkan bahwa didalam Agency Theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer (agen) dengan pemilik (prinsipal). Pada saat harga saham mencapai harga yang sangat tinggi (over value) pihak manajemen akan cenderung mengeluarkan saham dengan asumsi untuk memanfaatkan harga saham yang tinggi. Namun pihak luar tidak ingin ditipu, sehingga pada saat pengumuman saham baru, harga saham akan jatuh karena pasar menginterpretasikan harga saham yang terlalu tinggi (over value). Sebagai contoh adalah kasus yang terjadi pada hari Kamis 30 Juli 2015. Harga saham PT

4 Adhi Karya Tbk (ADHI) yang menurun cukup signifikan yaitu hingga 8 persen menjadi Rp2.425 per lembar, bahkan sempat menyentuh harga Rp2.390. (http://www.bareksa.com diakses pada tanggal 4 april 2016). Kasus tersebut menunjukan bahwa adanya asimetri informasi, dimana keputusan pengungkapan yang dilakukan oleh manajer dapat mempengaruhi harga saham karena asimetri informasi antara investor yang lebih informed dan kurang informed akan menimbulkan biaya transaksi dan mengurangi likuiditas dalam pasar saham. (Regina, 2012). Sehingga keberadaan dari asimetri informasi sangat merugikan para pengguna laporan keuangan khususnya bagi pemilik perusahaan, karena dapat mengurangi informasi yang berkualitas dalam menentukan kebijakan investasi, kredit maupun yang lainnya. Berdasarkan Undang Undang No. 40 Tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas Pasal 1 ayat (2) yang menyebutkan bahwa organ perseroan terdiri atas Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi, dan Dewan Komisaris. Sehingga saat ini Indonesia sudah menggunakan two tier board system yang merupakan awal untuk melaksanakan Good Corporate Governance yang tujuannya ialah untuk menghilangkan adanya asimetri informasi. Namun Dewan komisaris tidak diperkenankan untuk ikut dalam pengambilan keputusan operasional maupun strategis. Selain itu Wardhani (2008) dalam Dwinita dan Zulaiha (2012) menyebutkan bahwa keberadaan Dewan Komisaris dapat menyeimbangkan kekuatan pihak manajemen (terutama CEO) dalam pengelolaan perusahaan melalui fungsi monitoringnya. Menurut KNKG (2006) dalam Aryo dan Vera (2015) dewan komisaris dan dewan direksi mempunyai tanggung jawab yang jelas sesuai dengan fungsinya masing masing. Dewan komisaris bertanggung jwab untuk memberikan arahan kepada dewan direksi berkaitan dengan kegiatan perusahaan dan memastikan perusahaan telah melaksanakan Good Corporate Govervance. Dalam kaitannya dengan prinsip konservatisme, terdapat beberapa teori yang telah dikemukakan oleh para ahli dari penelitian yang telah dilakukannya terdahulu mengenai pengaruh konservatisme terhadap asimetri informasi. Diantarnya oleh Wilopo (2002), Lo (2005), Lafond, Ryan., Watts, R.L. (2006),

5 Sari dan Adhariani (2009), Sri dan fitriani (2010), Budiasih (2011) dan Nova (2012). Penelitian ini semakin menarik karena terdapat beberapa dari hasil penelitian yang menunjukan hasil yang berbeda mengenai pengaruh konservatisme terhadap asimetri informasi. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengaruh prinsip konservatisme terhadap asimetri informasi diantaranya adalah penelitian Sri dan fitriani (2010) yang berjudul Pengaruh Konservatisme Terhadap Asimetri Informasi dengan Menggunakan Beberapa Model Pengukuran Konservatisme menjelaskan bahwa konservatisme mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap asimetri informasi. Mendukung hasil penelitian Lafond dan Watts (2006) yang menyebutkan bahwa konservatisme berperan untuk menurunkan asimetri informasi. Sedangkan pada penelitian Trianingsih (2010) dalam Sri dan Fitriani (2010) menjelaskan bahwa tingkat konservatisme tidak memiliki pengaruh terhadap asimetri informasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari konservatisme terhadap asimetri informasi dan pengaruhnya terhadap variabel moderasi efektifitas pengawasan dewan komisaris. Selain itu penelitian-penelitian sebelumnya merupakan studi empiris yang rata-rata dilakukan pada perusahaan industri manufaktur. Buktibukti empiris ini menunjukkan bahwa prinsip konservatisme berpengaruh terhadap asimetri informasi. Namun demikian juga dapat diketahui bahwa terdapat ketidakkonsistenan dalam hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Selain itu, saat ini indonesia telah menganut two tier board system dimana dewan komisaris memiliki peranan yang sangat penting dalam pencapaian Good Corporate Governance yang tujuannya ialah untuk menghilangkan adanya asimetri informasi. Oleh sebab itu penelitian ini akan menguji kembali variabel-variabel yang telah diteliti sebelumnya dengan efektifitas pengawasan dewan komisaris sebagai variabel moderasi, namun di perusahaan yang ada pada sektor jasa khususnya perusahaan efek (securities companies). Dimana sektor efek ini memiliki karakteristik perusahaan yang lebih sederhana dibanding perusahaan dagang

6 maupun manufaktur. Sehingga lebih dapat menggambarkan pengaruh langsung penerapan prinsip konservatisme terhadap asimetri informasi. Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui Pengaruh Konservatisme terhadap Asimetri Informasi dengan Dimoderasi Efektifitas Pengawasan Dewan Komisaris. Dimana Indikator Efektifitas Pengawasan Dewan Komisaris adalah pertanyaan pertanyaan yang terdapat dalam ASEAN Corporate Governance Scorecard Tahun 2015 yang dikeluarkan oleh ASEAN Capital Market Forum (ACMF). Penelitian ini dilakukan pada securities companies yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2012 hingga 2014. Hal ini dilakukan dengan alasan agar penelitian yang dilakukan masih bersifat relevan terhadap situasi saat ini. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan yang akan dikaji pada penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan : 1. Bagaimana penerapan prinsip konservatisme akuntansi pada securities companies yg listing di Bursa Efek Indonesia periode 2012 2014? 2. Bagaimana efektifitas pengawasan Dewan Komisaris pada securities companies yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2012 2014? 3. Bagaimana pengaruh efektifitas pengawasan Dewan Komisaris sebagai pemoderasi prinsip konservatisme akuntansi terhadap asimetri informasi pada securities companies yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2012 2014?

7 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Maksud dari penelitian ini adalah untuk mempelajari, menganalisa, dan menyimpulkan mengenai pengaruh konservatisme terhadap asimetri informasi dan memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh keberadaan Dewan Komisaris yang efektif terhadap pengaruh antara konservatisme dengan asimetri informasi. 1.3.2 Tujuan Penelitian Untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan : 1. Penerapan prinsip konservatisme akuntansi pada securities companies yg listing di Bursa Efek Indonesia periode 2012 2014. 2. Efektifitas pengawasan Dewan Komisaris pada securities companies yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2012 2014. 3. Pengaruh efektifitas pengawasan Dewan Komisaris sebagai pemoderasi prinsip konservatisme akuntansi terhadap asimetri informasi pada securities companies yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2012 2014. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan untuk ilmu akuntansi, khususnya pada bidang akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan. 2. Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembanding bagi penelitian terdahulu sekaligus sumber referensi dan informasi bagi penelitianpenelitian selanjutnya yang berkaitan dengan konservatisme dan asimetri informasi.

8 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Bagi perusahaan Diharapkan dapat dijadikan acuan para praktisi untuk lebih berhati-hati kepada para manajernya, agar melakukan tindakan pengawasan yang lebih ketat dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat mempertahankan relevansi nilai akuntansi. 2. Investor dan Calon Investor Diharapkan dapat dijadikan acuan para investor dan calon investor serta pelaku pasar lainnya dalam memandang laba perusahaan yang diumumkan sebagai tolak ukur untuk pengambilan keputusan yang tepat, baik keputusan investasi, kredit, maupun yang lainnya.