GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG KEBERLANJUTAN PROGRAM SIMANTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dua isu sentral masalah pembangunan yang masih menghantui Bangsa

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 96 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE

pendapatan masyarakat. h. Jumlah Rumah Tangga Miskin status kesejahteraan dapat dilihat pada tabel 2.42.

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 113 TAHUN 2011 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

SALINAN WALIKOTA LANGSA,

BAB I. PENDAHULUAN. perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR ^TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERNYATAAN MISKIN (SPM)

BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

HASIL BASIS DATA TERPADU (BDT) 2015 PROVINSI BALI

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA. Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI BALI TAHUN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH PROVINSI BALI TAHUN 2009

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. merupakan hak asasi, tidak dapat ditunda, dan tidak dapat disubtitusi dengan bahan

Analisis Dan Perhitungan Pembanding Kemiskinan Di Provinsi Lampung

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA BERKAT RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

BAB 4 METODE PENELITIAN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 133 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang { PAGE \* MERGEFORMAT }

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 104 TAHUN 2011 TENTANG

NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM PERINGATAN DINI TSUNAMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 13 TAHUN 20II TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BIAYA PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI DAERAH PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PROVINSI BALI

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH PROVINSI BALI TAHUN 2012

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA MATARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

BUPATI BANGLI, PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi Angka kematian ibu per kelahiran hidup turun drastis

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LAYAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

lintas program dalam penyiapan perumusan dan penyelenggaraan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 105 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENANGGULANGAN KEMISKINAN HLM, LD Nomor 4 SERI D

BUPATI JEMBRANA, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2014

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan

1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Sistematika Penulisan...

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI PROVINSI BALI

Transkripsi:

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BAPAK/IBU ANGKAT RUMAH TANGGA SASARAN OLEH PEJABAT STRUKTURAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mempercepat penurunan jumlah penduduk miskin diperlukan berbagai upaya secara sistematis dan terintegrasi dalam penanggulangan kemiskinan; b. c. bahwa pelaksanaan penanggulangan kemiskinan sebagaimana dimaksud huruf a, dilakukan oleh pejabat struktural di Lingkungan Pemerintah Provinsi Bali dalam rangka meningkatkan kepedulian dan partisipasi terhadap masyarakat; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Petunjuk Pelaksanaan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran oleh Pejabat Struktural di Lingkungan Pemerintah Provinsi Bali; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 8. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan; 9. 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan; Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 2); 11. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2008 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 12);

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BAPAK/IBU ANGKAT RUMAH TANGGA SASARAN OLEH PEJABAT STRUKTURAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Provinsi Bali. 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, beserta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Gubernur adalah Gubernur Bali. 4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah pada Pemerintah Provinsi Bali. 5. Pejabat Struktural adalah Pejabat di Lingkungan Pemerintah Provinsi Bali. 6. Bapak/Ibu Angkat adalah para pejabat strukural di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali. 7. Penanggulangan Kemiskinan adalah upaya untuk melepaskan atau mengentaskan masyarakat dari kemiskinan. 8. Rumah Tangga Sasaran adalah rumah tangga yang tergolong miskin berdasarkan 14 (empat belas) variable kemiskinan yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik. BAB II MATERI MUATAN PELAKSANAAN BAPAK/IBU ANGKAT RUMAH TANGGA SASARAN OLEH PEJABAT STRUKTURAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI Pasal 2 (1) Pelaksanaan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran Oleh Pejabat Struktural di Lingkungan Pemerintah Provinsi Bali memuat kebijakan dan mekanisme kegiatan Bapak/Ibu Angkat yang berbasis individu dan desa.

(2) Pelaksanaan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran Oleh Pejabat Struktural di Lingkungan Pemerintah Provinsi Bali menjadi pedoman dan acuan dalam proses pelaksanaan kegiatan Bapak/Ibu Angkat. (3) Rincian Pelaksanaan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran oleh Pejabat Struktural di Lingkungan Pemerintah Provinsi Bali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. BAB III SISTEMATIKA Pasal 4 Sistematika Rencana Pelaksanaan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran Oleh Pejabat Struktural di Lingkungan Pemerintah Provinsi Bali meliputi: a. I Latar Belakang; b. II Dasar Hukum; c. III Tujuan; d. IV e. V f. VI g. VII h. VIII i. IX j. X k. XI l. XII Sasaran; Prinsip-Prinsip; Ruang Lingkup; Fokus Pengentasan Variabel Kemiskinan; Penetapan Rumah Tangga Sasaran Sebagai Keluarga Angkat; Pendekatan Kegiatan; Organisasi Pelaksana; Pelaporan; dan Penutup.

BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 5 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Bali. Ditetapkan di Denpasar pada tanggal 17 Mei 2010 GUBERNUR BALI, MADE MANGKU PASTIKA Diundangkan di Denpasar pada tanggal 17 Mei 2010 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI BALI, I NYOMAN YASA BERITA DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2010 NOMOR 16

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 17 MEI 2010 NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BAPAK/IBU ANGKAT RUMAH TANGGA SASARAN OLEH PEJABAT STRUKTURAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI I. Latar Belakang. Upaya penanggulangan kemiskinan merupakan amanat konstitusi dalam rangka mencapai tujuan nasional yaitu masyarakat yang sejahtera adil dan makmur. Penanggulangan kemiskinan harus dilakukan secara bertahap, terpadu, sinergis dan terencana yang dilandasi oleh kemitraan dan keterlibatan berbagai pihak dan dikelola sebagai suatu gerakan bersama untuk mewujudkan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin sehingga mencapai kehidupan yang layak. Penanggulangan kemiskinan tidak dapat dilakukan secara singkat dan sekaligus, karena kompleksitas yang dihadapi oleh masyarakat miskin dan keterbatasan sumber daya yang tersedia. Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK) memandang masalah kemiskinan lebih pada kemiskinan hak dengan batasan bahwa kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhinya hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah Provinsi Bali melalui visi yang hendak dicapai dalam periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah adalah Terwujudnya Bali yang Maju, Aman, Damai dan Sejahtera (MANDARA) yang dirumuskan dalam salah satu visinya yaitu Mewujudkan Bali yang Sejahtera dan Sukerta Lahir dan Bathin, salah satu sasaran yang hendak dicapai adalah berkurangnya penduduk miskin dan penyandang masalah sosial. Sedangkan konsep kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic needs aproach). Kemiskinan

dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (diukur dari sisi pengeluaran/komsumsi). Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Tabel 1 Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi (Hasil SUSENAS 2003 2009) Tahun Jumlah Jiwa Penduduk Miskin Persentase Penurunan 2003 246.100 7,34-2004 231.900 6,85 14.200 2005 228.400 6,72 3.500 2006 243.500 7,08-15.100 2007 229.100 6,63 14.400 2008 215.700 6,17 13.400 2009* 181.700 5,13 34.000 Keterangan * Maret 2009 Sumber : BPS Provinsi Bali Pemerintah Provinsi Bali sangat konsern dan fokus untuk mengentaskan kemiskinan secara mikro (indikator yang jelas) sesuai dengan yang ditetapkan dalam 14 variabel dengan harapan berdampak pada penurunan anggota keluarga Rumah Tangga Sasaran sebagai individu yang nantinya tercermin pada penurunan jumlah penduduk miskin. Sementara penanggulangan kemiskinan secara makro telah tersentuh melalui berbagai kegiatan seperti : revitalisasi pertanian, sarana -prasarana kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur yang semuanya mengarah kepada peningkatan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi di daerah. Dalam rangka pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan, Rumah Tangga Sasaran merupakan sasaran jangkauan program yang ditetapkan berdasarkan 14 (empat belas) variable kemiskinan. Sesuai dengan pendataan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005 jumlah Rumah Tangga Miskin di Provinsi Bali per 31 Mei 2006 adalah 147.044 RTM dan hasil pendataan per 31 Desember 2008

jumlah Rumah Tangga Sasaran di Provinsi Bali sebanyak 134.804 RTS atau turun sebanyak 12.240 RTM/RTS. No Tabel 2 Data RTM/RTS di Provinsi Bali Tahun 2006 dan Tahun 2008 Kabupaten/Kota 2006 (Data per 31 Mei 2006) 2008 (Data per 31 Desember 2008) Penurunan Persentase Penurunan 1. Jembrana 6.998 5.727 1.271 18,16 2. Tabanan 11.672 11.624 48 0,41 3. Badung 5.201 3.826 1.375 26,44 4. Gianyar 7.629 7.509 120 1,57 5. Klungkung 8.460 7.988 472 5,58 6. Bangli 13.191 13.451-260 - 1,97 7. Karangasem 41.826 35.921 5.905 14,42 8. Buleleng 47.908 45.187 2.721 5,68 9 Denpasar 4.159 3.571 588 14,14 Jumlah 147.044 134.804 12.240 8,32 Sumber : BPS dan TKPKD Provinsi Bali Meskipun Pemerintah telah mengalokasikan dana/anggaran dana yang cukup besar untuk menanggulangi kemiskinan, namun penurunan jumlah penduduk miskin relatif lambat bila dikaitkan dengan target penurunan jumlah penduduk miskin secara nasional, walaupun untuk target penurunan di Provinsi Bali telah melampaui target secara nasional. Pelaksanaan Bapak/Ibu Angkat pada hakekatnya adalah menggugah komitmen para pejabat struktural di lingkungan Pemerintah Provinsi untuk lebih peduli dan memiliki kepekaan terhadap kemiskinan yang masih cukup banyak di Bali, sehingga penanggulangan kemiskinan merupakan kesatuan langkah dan menjadi gerakan bersama. II. Dasar Hukum 1. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2009, tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan;

2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2009, tentang Pedoman Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota; 3. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 9 Tahun 2009 tentang rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Bali Tahun 2008-2013. III. Tujuan Tujuan penyelenggaraan kegiatan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran oleh Pejabat struktural di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali adalah : 1. Membangun komitmen bersama dan kepedulian Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali sebagai bagian dari gerakan bersama penanggulangan kemiskinan di Bali; 2. Mendorong sinergi berbagai pihak dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang dilakukan Pemerintah Daerah Provinsi Bali dan Kabupaten/Kota; 3. Proses pembelajaran bagi para pejabat struktural dalam membedah kemiskinan secara mendalam di masyarakat, dimana akan lebih mengenal kondisi desa, potensi, permasalahan, dan jalan keluar yang bisa diambil untuk mengatasi permasalahan di desa tersebut melalui program-program penanggulangan yang terkoordinasi di tingkat provinsi. 4. Menurunkan jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali. IV. Sasaran Sasaran kegiatan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran oleh Pejabat Struktural di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali adalah mempercepat penurunan jumlah penduduk miskin untuk mengurangi minimal 6 (enam) variabel kemiskinan dari 14 (empat belas) variabel kemiskinan yang ada, juga diupayakan melalui pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin untuk dapat menjalankan dan mengembangkan kehidupan yang lebih bermartabat. Untuk mencapai maksud penyelenggaraan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran oleh Pejabat Struktural di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali diarahkan untuk: 1. Fasilitasi pangan yang bermutu dan terjangkau, serta meningkatnya status gizi masyarakat, terutama ibu hamil, bayi dan anak balita;

2. Fasilitasi pelayanan kesehatan dasar yang bermutu, terjangkau; 3. Fasilitasi pelayanan pendidikan dasar yang bermutu, terjangkau; 4. Fasilitasi lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta meningkatnya kemampuan pengembangan usaha; 5. Fasilitasi perumahan yang layak dan lingkungan pemukiman yang sehat; 6. Fasilitasi air bersih dan aman dan sanitasi dasar yang baik; 7. Fasilitasi perlindungan hak perorangan dan komunal atas tanah; 8. Fasilitasi akses masyarakat miskin dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang berkelanjutan; 9. Fasilitasi rasa aman dari gangguan keamanan dan tindak kekerasan maupun non kekerasan; 10. Fasilitasi partisipasi masyarakat miskin dalam keseluruhan proses pembangunan; 11. Fasilitasi akses perempuan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan baik dalam keluarga maupun di masyarakat. V. Prinsip-prinsip Prinsip-prinsip dasar yang dianut dalam Pelaksanaan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasatan oleh pejabat struktural di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali meliputi : 1. Kesamaan hak dan tanpa pembedaan. Menjamin adanya kesamaan hak tanpa membedakan atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, usia, keyakinan politik. 2. Manfaat bersama. Harus memberikan manfaat bagi semua pihak. 3. Tepat sasaran dan adil. Harus menjamin ketepatan sasaran dan berkeadilan. 4. Pemberdayaan. Menjamin peningkatan keberdayaan masyarakat miskin, bukan justru meningkatkan ketergantungannya pada pihak lain atau pemerintah. 5. Kebersamaan. Merupakan tanggung jawab bersama dilakukan dengan keterlibatan aktif semua pihak baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat. 6. Transparansi.

Menekankan asas keterbukaan bagi semua pihak melalui pelayanan dan penyediaan informasi bagi semua pihak termasuk masyarakat miskin. 7. Akuntabilitas. Adanya proses dan mekanisme pertanggungjawaban atas kemajuan, hambatan, capaian hasil dan manfaat baik dari sudut pandang pemerintah, dan apa yang dialami masyarakat. 8. Keberlanjutan. Harus menjamin pelaksanaan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. 9. Kemitraan. Adanya kemitraan yang setara dan saling menguntungkan. 10. Keterpaduan. Adanya sinergi dan keterkaitan yang terpadu. VI. Ruang Lingkup. Banyaknya jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adanya krisis ekonomi secara berkepanjangan, terjadinya peristiwa Bom Bali, adanya kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), pola pikir masyarakat yang tidak mau berusaha meningkatkan taraf hidupnya, maupun karena alam. Sehubungan dengan hal tersebut, maka ruang lingkup tugas Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran oleh Pejabat Struktural di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali adalah sebagai berikut : a. Fasilitasi Kegiatan ini merupakan salah satu upaya yang dilaksanakan oleh Bapak/Ibu Angkat dalam rangka membantu Rumah Tangga Sasaran untuk mendapatkan bantuan fasilitasi sesuai kebutuhan Rumah Tangga Sasaran atau menghubungkan dengan pihak ketiga. b. Pembinaan dan Bimbingan Kegiatan ini oleh Bapak/Ibu Angkat dilaksanakan meberikan pembinaan dan bimbingan sesuai potensi yang dimiliki oleh Rumah Tangga Sasaran beserta anggotanya sehingga dapat secara mandiri keluar dari kemiskinan. c. Bantuan langsung Pemberian bantuan langsung kepada Rumah Tangga Sasaran dapat dilakukan oleh Bapak/Ibu Angkat sesuai dengan kemampuan yang ada dan dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip pemberdayaan.

VII. Fokus Pengentasan Variabel Kemiskinan Indikator utama kemiskinan dapat dilihat dari; (1) kurangnya pangan, sandang dan perumahan yang tidak layak; (2) terbatasnya kepemilikan tanah dan alat-alat produktif; (3) kurangnya kemampuan membaca dan menulis; (4) kurangnya jaminan dan kesejahteraan hidup; (5) kerentanan dan keterpurukan dalam bidang sosial dan ekonomi; (6) ketakberdayaan atau daya tawar yang rendah; (7) akses terhadap ilmu pengetahuan yang terbatas. Dasar penetapan Rumah Tangga Sasaran dengan menggunakan 14 (empat belas) variabel kemiskinan yaitu : No Variabel 1 Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m 2 per orang; 2 Lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/ bambu/ kayu murahan; 3 Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah / tembok tanpa diplester; 4 Tidak mempunyai fasilitas tempat buang air besar (jamban/kakus); 5 Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik; 6 Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindungi sungai/ air hujan; 7 Bahan bakar untuk memasak sehari-hari dari kayu bakar / arang / minyak tanah; 8 Hanya mengkonsumsi daging / susu/ ayam satu kali dalam satu minggu; 9 Hanya membeli satu setel pakaian baru dalam satu tahun; 10 Hanya sanggup makan sebanyak satu / dua kali dalam sehari; 11 Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik; 12 Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas; lahan < 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000,- per bulan; 13 Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga tidak sekolah/ tidak tamat/ hanya SD; 14 Tidak memiliki tabungan, barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp 500.000,- seperti sepeda motor (kredit/non-kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

VIII. Penetapan Rumah Tangga Sasaran Sebagai Keluarga Angkat Dalam menentukan skala prioritas penanggulangan kemiskinan yang menyasar pada desa/kelurahan sebagai sasaran program, maka dilakukan klasifikasi berdasarkan persentase jumlah Rumah Tangga Sasaran, yaitu : 1. Persentase jumlah Rumah Tangga Sasaran antara 1% - 20% sebagai Desa/Kelurahan Sasaran Program; 2. Persentase jumlah Rumah Tangga Sasaran antara 21% - 35% sebagai Desa/Kelurahan Prioritas Sasaran Program; 3. Persentase jumlah Rumah Tangga Sasaran diatas 35% sebagai Desa Konsentrasi Sasaran Program. Dari ke 3 (tiga) klasifikasi tersebut untuk saat ini konsentrasi sasaran program dalam pelaksanaan penanggulangan kemiskinan lebih diprioritaskan pada Persentase Rumah Tangga Sasaran diatas 35 %. Program-program penanggulangan kemiskinan menyasar jumlah Rumah Tangga Sasaran yang persentasenya diatas 35 % diharapkan bisa membantu menurunkan jumlah penduduk miskin. Persentase jumlah Rumah Tangga Sasaran diatas 35% terdapat di 82 Desa, 17 Kecamatan dan 4 Kabupaten. Adapun desa/kelurahan tersebut disajikan pada tabel terlampir. Penetapan jumlah Rumah Tangga Sasaran yang akan diasuh oleh Bapak/Ibu Angkat dari Para Pejabat Struktural, disesuaikan dengan eselon pejabat yang bersangkutan yaitu : 1. Eselon IV minimal : 1 Rumah Tangga Sasaran 2. Eselon III minimal : 2 Rumah Tangga Sasaran 3. Eselon II minimal : 3 Rumah Tangga Sasaran 4. Eselon I minimal : 4 Rumah Tangga Sasaran Tanggung jawab dalam pelaksanaan fasilitasi, pendampingan, pembinaan maupun pemberian bantuan langsung dikoordinir oleh kepala SKPD/unit kerja masingmasing.

Penentuan Rumah Tangga Sasaran yang akan diasuh oleh Pejabat Struktural masing-masing ditentukan melalui koordinasi dengan para Kepala Desa setempat sesuai dengan Desa/Kelurahan lokasi SKPD sebagai Bapak/Ibu Angkat. Untuk mempermudah memantau pelaksanaan kegiatan, Kepala SKPD yang bersangkutan wajib menyampaikan laporan secara tertulis kepada Gubernur Cq Sekretariat Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Daerah Provinsi Bali d.a. BPMPD Provinsi Bali, Jln. DI Panjaitan Nomor 5 Denpasar. IX. Pendekatan Kegiatan Kegiatan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran oleh Pejabat Struktural di lingkungan Pemerintah Provinsi Balioleh Pejabat struktural di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali bersifat komplementer dan dimaksudkan untuk saling memperkuat dengan kegiatan serupa yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bali dan Kabupaten/Kota. Kegiatan ini ini diupayakan agar bersinergi dengan kegiatan-kegiatan lainnya yang termasuk dalam masing-masing kelompok program yaitu (1) Program Penanggulangan Kemiskinan yang berbasis Bantuan dan Perlindungan Sosial, (2). Program Penanggulangan Kemiskinan yang berbasis Pemberdayaan Masyarakat dan (3) Program Penanggulangan kemiskinan yang berbasis Pemberdayaan Usaha Kecil dan Mikro. Mengingat bantuan untuk Rumah Tangga Sasaran ini dilakukan oleh Bapak/Ibu Angkat dari para Pejabat struktural di Provinsi Bali, maka dalam pemberian/penyaluran bantuan ini disesuaikan dengan kemampuan pejabat yang bersangkutan. Bapak/Ibu Angkat dari para Pejabat struktural bagi Rumah Tangga Sasaran wajib mengurangi minimal 6 (enam ) variabel dari 14 (empat belas) variabel kemiskinan. Beberapa program aksi yang dapat dijalankan untuk mengurangi 6 (enam ) variabel kemiskinan antara lain : No Paket bantuan Variabel yang ditanggulangi 1 Fasilitasi program atau bantuan sesuai dengan kemampuan. Luas lantai bangunan tempat tinggal < 8 m 2.

2 Fasilitasi melalui program atau bantuan sesuai dengan kemampuan. 3 Fasilitasi melalui program atau bantuan sesuai dengan kemampuan. 4 Fasilitasi melalui program, atau bantuan sesuai dengan kemampuan. 5 Fasilitasi melalui program atau bantuan sesuai dengan kemampuan. 6 Fasilitasi melalui program, atau bantuan sesuai dengan kemampuan. 7 Fasilitasi melalui program atau bantuan sesuai kemampuan 8 Paket bantuan daging/telur/susu. Dapat berupa Paket bantuan ternak ayam, entok, itik dan pakan sesuai kemampuan 9 Fasilitasi atau bantuan paket pakaian baru minimal 1 tahun sekali. 10 Fasilitasi melalui program atau pemberikan bantuan pangan sesuai dengan bahan makanan pokok setempat, sesuai kemampuan. 11 Difasilitasi melalui program program yang ada atau bantuan sesuai kemampuan. 12 Fasilitasi melalui program pemberdayaan, Fasilitasi usaha, mencari pekerjaan. Paket bantuan dapat berupa bantuan ternak (ayam, itik, entok,sapi) dengan sistem bagi hasil yang menguntungkan RTS, pengolahan lahan sesuai kemampuan. 13 Fasilitasi melalui program atau Bantuan Biaya pendidikan sesuai kemampuan. 14 Difasilitasi melalui program pemberdayaan atau bantuan pemberdayaan usaha dengan pola kerjasama kemitraan seperti bantuan ternak, pengerjaan lahan sesuai kemampuan. Jenis lantai bangunan tempat tinggal dari tanah/bambu/kayu berkualitas rendah. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah. Tidak mempunyai fasilitas tempat buang air besar (jamban/kakus). Sumber penerangan rumah tangga bukan dari listrik. Sumber air minum dari sumur/mata air tak terlindungi/sungai/air hujan. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari dari kayu bakar/arang. Tidak mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam seminggu. Tidak mampu membeli pakaian baru untuk setiap ART dalam setahun. Frekuensi makan kurang dari tiga kali/hari untuk ART. Tidak mampu berobat ke Puskesmas/Poliklinik. Lapangan pekerjaan utama KRT yaitu petani gurem/pekerja bebas dengan upah per bulan kurang dari Rp.600.000,- Pendidikan tertinggi KRT Sekolah Dasar atau tidak pernah sekolah. Tidak mempunyai asset/ tabungan/ barang berharga bernilai lebih dari Rp.500.000,-.

Disamping malaksanakan kegiatan Bapak/Ibu Angkat bagi Rumah Tangga Sasaran, masing-masing SKPD wajib mendalami data Rumah Tangga Sasaran menyangkut potensi, variabel penyebab kemiskinan dan kebutuhan terkait program sebagai solusi permasalahan yang dihadapi masyarakat miskin. X. Organisasi Pelaksana Untuk memperlancar pelaksanaan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran oleh Pejabat Struktural di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali, maka perlu dibentuk Tim Pengendali dengan susunan keanggotaan sebagai berikut : Penasehat : Gubernur Bali. Wakil Gubernur Bali. Ketua : Sekretaris Daerah Provinsi Bali. Wakil Ketua : Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Provinsi Bali. Sekretaris : Kepala Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat BPMPD Provinsi Bali. Anggota : 1. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Bali. 2. Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Bali. 3. Inspektur Provinsi Bali. 4. Kepala Dinas Sosial Provinsi Bali. 5. Kepala Biro Keuangan Setda Provinsi Bali. Tugas Tim Pengendali adalah sebagai berikut: a. mengkoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan Bapak/Ibu Angkat Rumah Rumah Tangga Sasaran oleh Pejabat Struktural di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali; b. mengkoordinasikan keterlibatan pejabat struktural di masing-masing unit kerja; c. memfasilitasi pengembangan kegiatan sesuai karakteristik wilayah; dan d. memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan. XI. Pelaporan

Untuk memperoleh gambaran pelaksanaan kegiatan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran oleh pejabat struktural di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali diperlukan pelaporan secara berjenjang dan berkala minimal 3 ( tiga) bulan sekali sebagai berikut: 1. Para Pejabat struktural diwajibkan menyusun laporan hasil pelaksanaan fasilitasi RTS setiap 3 (tiga) bulan sekali dan dikirim setiap tanggal 5 dengan menggunakan form A terlampir kepada Badan/Dinas/Biro/Kantor pada unit kerja masing-masing. 2. Badan/Dinas/Biro/Kantor unit kerja masing-masing menyusun rekapitulasi laporan perkembangan pelaksanaan fasilitasi RTS dari seluruh pejabat struktural yang hasilnya disampaikan kepada Gubernur Bali C/q Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Provinsi Bali selambat-lambatnya tanggal 10 dengan menggunakan form B terlampir. XII. Penutup Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bapak/Ibu Angkat Rumah Tangga Sasaran oleh Pejabat Struktural di lingkungan Pemerintah Provinsi disusun sebagai bahan acuan untuk menyamakan gerak pelaksanaan di lapangan dalam menanggulangi kemiskinan di Provinsi Bali sehingga dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, terpadu dan terukur. GUBERNUR BALI, MADE MANGKU PASTIKA