KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU PARIWISATA JEPARA. (Studi Deskriptif Kualitatif Implementasi Komunikasi Pemasaran Terpadu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Media massa merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai banyak potensi Sumber Daya Alam yang belum. dikembangkan secara maksimal seperti pada bidang pariwisata.

INTEGRATED MARKETING COMMUNICATIONS - II

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Fenomena Kehidupan Anak Pekerja Ojek Payung di

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan taraf hidup dan gaya hidup masyarakat yang sangat beragam

INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah dengan negara lain. Didukung oleh letak wilayah yang strategis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. dialami subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi adalah suatu bentuk interaksi manusia yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu ukuran atau indikasi kemajuan suatu masyarakat adalah tersedianya fasilitas

BAB III METODE PENELITIAN. dampak facebook terhadap perubahan pola komunikasi antar pribadi mahasiswa

Mata Kuliah. - Markom Industry Analysis- Pemahaman Dan Kajian Tentang Strategi, Taktik & Aplikasi Perusahaan Markom 2. Ardhariksa Z, M.Med.

Integrated Marketing Communication

NASKAH PUBLIKASI STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN KAMPUNG WISATA BATIK KAUMAN DALAM MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pemasaran

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. dihasilkan dalam penelitian berupa kata-kata tertulis atau lisan. Hal ini sesuai

besar mencari berbagai cara yang lebih tepat untuk berkomunikasi secara efektif

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini industri pariwisata Indonesia mengalami perkembangan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Magelang Provinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. wahana hiburan bukanlah satu hal yang baru, di mana di setiap tempat daerah

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PROMOSI DALAM KETERTARIKAN WISATAWAN (WISNUS) DI KOTA SUNGAILIAT PULAU BANGKA

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

BAB V PENUTUP. konsumen sasaran, menentukan peranan periklanan dan bauran promosi, menunjukkan tujuan dan besarnya anggaran promosi, memilih strategi

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEMBENTUKAN CITRA TAMAN BALEKAMBANG SURAKARTA SEBAGAI TAMAN SENI DAN BUDAYA

1. Marketing Communication 2. Pentingnya Marketing Communication 3. Periklanan Personal Selling

KOMUNIKASI PEMASARAN DI RADIO SAS FM

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam proposal ini adalah pendekatan kualitatif. Yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Lexy J. Moleong (2005), 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sifat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode

2.1 Strategi Komunikasi Pemasaran

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu merupakan penelitian yang

BAB V STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN LION STAR DALAM MENARIK MINAT KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. ayam selain itu harapannya juga dapat memperoleh hasil penelitian yang. menyikapi fenomena sabung ayam tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN

1. BAB III 2. METODE PENELITIAN

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

PERAN SALES PROMOTION CAFE TIGA TJERET SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri yang sedang berkembang pesat di Indonesia menarik beberapa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terletak di Desa Meranti Kecamatan Tapa. Objek wisata ini memiliki luas + 5 Ha, dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

STRATEGI PROMOSI PERUSAHAAN

III. METODE PENELITIAN

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN AYAM-AYAM RESTO (STUDI DISKRIPTIF KUALITATIF STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN AYAM-AYAM RESTO KLODRAN SOLO)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Timur. Peneliti memilih lokasi tersebut dikarenakan Kota Nganjuk

METODE PENELITIAN. penegasan identitas diri di kalangan siswa SMA dilakukan di Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

2.2 Bauran Pemasaran Laksana (2008:17) menyatakan bahwa bauran pemasaran (marketing mix) yaitu alat pemasaran yang digunakan untuk mencapai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di tiga buah sekolah menengah pertama

INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION

INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu yang akan penulis gunakan untuk melakukan penelitian tentang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Copyright Rani Rumita

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. dengan key informant serta seluruh informan mengenai Strategi Bauran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan tipe penelitian dengan pendekatan kualitatif dengan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan tempat wisata di Lampung merupakan daya tarik tersendiri bagi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. keseluruhan sistem pemasaran. sebelum dan sesudah kegiatan itu berjalan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang ada menjadi objek penelitian. Format deskriptif kualitatif dianggap tepat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini antar perusahaan bersaing ketat memperebutkan perhatian konsumen

Pen g a r u h P e r i k l a n a n ( A d v e r t i s i n g ) t e r h a d a p P r o s e s K e p u t u s a n P e m b e l i a n K o n s u m e n 1 BAB I

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri di sektor pariwisata mempunyai potensi yang cukup besar bagi

BAB III METODOLOGI PENELTIAN. terhadap objek yang diteliti. Secara ontologi aliran ini bersifat critical realism

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan. Di sini subjek dipandang secara holistik (menyeluruh) dengan cara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

KOMUNIKASI PEMASARAN. Pertemuan 9

Transkripsi:

KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU PARIWISATA JEPARA (Studi Deskriptif Kualitatif Implementasi Komunikasi Pemasaran Terpadu Pariwisata oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jepara) NASKAH PUBLIKASI Maksum Nur Fauzan L100080041 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

ABSTRAK Maksum Nur Fauzan, L100080041, KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU PARIWISATA JEPARA (Studi Deskriptif Kualitatif Implementasi Komunikasi Pemasaran Terpadu Pariwisata oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jepara), Skripsi, Program Studi Ilmu Komunikasi, Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Informatika, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012. Untuk mempromosikan suatu produk maupun jasa yang berupa wisata perlu dilakukan secara berkelanjutan dan saling mempengaruhi. Pihak yang bertanggung jawab yakni Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jepara melakukan implementasi Komunikasi Pemasaran Terpadu untuk mempromosikan potensi wisata yang dimiliki kabupaten tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana implementasi Komunikasi Pemasaran Terpadu yang dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jepara dalam mempromosikan potensi Wisata Jepara serta bagaimana faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan program tersebut. Rumusan masalahnya yakni bagaimana implementasi Komunikasi Pemasaran Terpadu yang dilakukan oleh pihak dinas terkait serta apa faktor pendukung dan penghambat program tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Serta sumber data menggunakan data primer dan sekunder untuk memperoleh data yang tepat dan akurat. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini bahwa diperlukan berbagai cara yang terpadu dalam rangka mempromosikan wisata kabupaten Jepara yang dilakukan oleh Dinas terkait. Melalui periklanan dalam bentuk penerapan pada leaflet, booklet, spanduk serta baliho. Lalu hubungan masyarakat diterapkan dengan perbagai pelatihan kepada stageholder internal/eksternal dan kerjasama dengan berbagai pihak (Kemenristek) lalu press release serta adanya even-even rutin yang digelar di Kabupaten Jepara (Pesta Lomban, Hari Jadi Jepara, Perang Obor). Pada bagian promosi penjualan terwujud dengan keikutsertaan dalam berbagai pameran wisata di beberapa kota seperti Jakarta dan Batam dan potongan harga tiket masuk pada tempat wisata. Situs resmi (www.ticjepara.com) yang bisa diakses untuk mempermudah dalam memperoleh informasi mengenai wisata Jepara. Dalam Personal Selling pihak terkait memaksimalkan duta wisata serta beberapa staff untuk menyampaiakan pesan mengenai wisata Jepara pada kesempatan pameran dibeberapa kota. Faktor pendukung dalam pelaksanaan program ini seperti faktor sejarah mengenai Kartini yang memikat pengunjung, serta adanya anggaran, stageholder yang mudah untuk diajak kerjasama, kemajuan teknologi yang bisa dimanfaatkan dengan baik. Faktor penghambatnya seperti minimnya sumber daya manusia mengenai komunikasi pemasaran terpadu dan alat transportasi yang kurang memadai serta kurang memberikan kenyamanan bagi calon pengunjung. Kata Kunci: Komunikasi Pemasaran Terpadu, implementasi Komunikasi Pemasaran Terpadu, faktor pendukung dan penghambat.

A. KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU PARIWISATA JEPARA (Studi Deskriptif Kualitatif Implementasi Komunikasi Pemasaran Terpadu Pariwisata oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jepara). B. MAKSUM NUR FAUZAN, L100080041 C. FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA D. Untuk mempromosikan suatu produk maupun jasa yang berupa wisata perlu dilakukan secara berkelanjutan dan saling mempengaruhi. Pihak yang bertanggung jawab yakni Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jepara melakukan implementasi Komunikasi Pemasaran Terpadu untuk mempromosikan potensi wisata yang dimiliki kabupaten tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana implementasi Komunikasi Pemasaran Terpadu yang dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jepara dalam mempromosikan potensi Wisata Jepara serta bagaimana faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan program tersebut. Rumusan masalahnya yakni bagaimana implementasi Komunikasi Pemasaran Terpadu yang dilakukan oleh pihak dinas terkait serta apa faktor pendukung dan penghambat program tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Serta sumber data menggunakan data primer dan sekunder untuk memperoleh data yang tepat dan akurat. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini bahwa diperlukan berbagai cara yang terpadu dalam rangka mempromosikan wisata kabupaten Jepara yang dilakukan oleh Dinas terkait. Melalui periklanan dalam bentuk penerapan pada leaflet, booklet, spanduk serta baliho. Lalu hubungan masyarakat diterapkan dengan perbagai pelatihan kepada stageholder internal/eksternal dan kerjasama dengan berbagai pihak (Kemenristek) lalu press release serta adanya even-even rutin yang digelar di Kabupaten Jepara (Pesta Lomban, Hari Jadi Jepara, Perang Obor). Pada bagian promosi penjualan terwujud dengan keikutsertaan dalam berbagai pameran wisata di beberapa kota seperti Jakarta dan Batam dan potongan

harga tiket masuk pada tempat wisata. Situs resmi (www.ticjepara.com) yang bisa diakses untuk mempermudah dalam memperoleh informasi mengenai wisata Jepara. Dalam Personal Selling pihak terkait memaksimalkan duta wisata serta beberapa staff untuk menyampaiakan pesan mengenai wisata Jepara pada kesempatan pameran dibeberapa kota. Faktor pendukung dalam pelaksanaan program ini seperti faktor sejarah mengenai Kartini yang memikat pengunjung, serta adanya anggaran, stageholder yang mudah untuk diajak kerjasama, kemajuan teknologi yang bisa dimanfaatkan dengan baik. Faktor penghambatnya seperti minimnya sumber daya manusia mengenai komunikasi pemasaran terpadu dan alat transportasi yang kurang memadai serta kurang memberikan kenyamanan bagi calon pengunjung. E. Komunikasi Pemasaran Terpadu, Implementasi Komunikasi Pemasaran Terpadu, Faktor Pendukung dan Penghambat. F. Halaman Pengesahan G. Pendahuluan Indonesia mempunyai banyak potensi Sumber Daya Alam yang belum dikembangkan secara maksimal seperti pada bidang pariwisata. Untuk mengembangkannya dalam rangka mendukung pencapaian sasaran pembangunan serta meningkatkan jumlah pengunjung dari serta tujuan berupa pendapatan materi sehingga perlu adanya upaya untuk pengembangan produk atau jasa yang berkaitan dengan pariwisata. Jepara merupakan wilayah Jawa Tengah bagian utara yang memiliki potensi pada bidang pariwisata yang unik dan mempunyai ciri khas sendiri, namun masih sedikit yang mengetahui potensi yang dimilikinya. Sektor pariwisata mempunyai kedudukan yang cukup strategis dalam dinamika pembangunan di kabupaten Jepara setelah sektor pertanian dan industri furniture. Pengembangan sektor pariwisata menjadi tekat pemerintah kabupaten Jepara karena pergerakan wisatawan di daerah ini mampu menggerakkan roda perekonomian masyarakat khususnya usaha kecil dan menengah dan mari kita mendukung kegiatan pariwisata di

kabupaten Jepara (www.ticjepara.com, diakses Selasa, 14 Agustus 2012 pukul 22.00). Berbagai macam upaya harus dilakukan untuk mencapai tujuan yakni menjadikan pariwisata jepara dikenal oleh masyarakat luas dan menjadi salah satu tujuan favorit untuk berwisata. Untuk itu perlu adanya sebuah program komunikasi pemasaran terpadu atau Integrated Marketing Communication yang efektif oleh pihak yang paling bertanggung jawab dalam hal mengembangkan potensi-potensi bidang pariwisata Jepara. Komunikasi Pemasaran Terpadu yakni suatu konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang mengakui nilai tambah dari satu rencana berkesinambungan yang mengevaluasi peran strategi dari berbagai disiplin komunikasi-misalnya, iklan umum, respon langsung, promosi penjualan dan hubungan masyarakat dan menggabungkan berbagai disiplin tersebut guna memberikan kejelasan, konsistensi serta dampak komunikasi yang maksimal (Morissan, 2010: 8). Dalam hal ini program yang dilakukan oleh pihak terkait hanya pada bagian promosi yang terdiri dari lima komponen yakni periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, direct marketing serta penjualan personal. Komunikasi Pemasaran Terpadu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jepara dalam memperkenalkan bidang pariwisata yang mereka miliki tidak hanya mengandalkan iklan saja. Namun dengan keterpaduan antar komponen dilakukan untuk mendukung program tersebut. Keterpaduan penggunaan berbagai macam model komunikasi pemasaran terpadu diharapkan akan menjadi faktor penentu yang tepat dalam proses promosi pariwisata jepara agar lebih dikenal dan akan berdampak semakin banyak wisatawan dari dalam negeri maupun luar negeri yang berkunjung ke daerah tersebut. Tujuan penelitian yakni Untuk mengetahui bagaimana implementasi komunikasi pemasaran terpadu yang dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jepara dalam mempromosikan potensi Wisata Jepara. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat dalam implementasi komunikasi pemasaran terpadu yang dilakukan Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Jepara dalam mempromosikan potensi Wisata Jepara. H. Landasan Teori 1. Pengertian mengenai komunikasi (Gambel, 2005: 7) yakni dengan sengaja maupun tidak sengaja mentransfer sebuah makna dan proses dari seseorang mengenai sebuah tindakan atau pengalaman tersebut dan mengandung sebuah arti tertentu yang disampaikan ke pihak lainnya. 2. Komunikasi Pemasaran Terpadu Sebelum masuk kepada pengertian komunikasi pemasaran terpadu, terlebih dahulu akan menyinggung mengenai pemasaran yakni pemasaran (Morissan, 2010: 2) bukan semata-mata menjual atau mempromosikan produk atau jasa. Lebih luas lagi pemasaran bisa menyangkut riset pasar, penentuan harga, penentuan biaya produksi dan menjajakan ide, sebuah karir, pariwisata dan jasa. Pemasaran dapat menjangkau beberapa hal yang telah disebutkan diatas tersebut harus dilakukan secara berkelanjutan agar apa yang ingin disampaikan mampu diterima dengan tepat oleh khalayak luas. Untuk tempat wisata harus menyangkut mengenai ide mengenai konsep temapt wisata tersebut, mengerti hiburan seperti apa yang diinginkan oleh khalayak, serta pelayanan terbaik yang dilakukan untuk memberikan nilai tambah bagi tempat wisata tersebut. Komunikasi Pemasaran Terpadu (Morissan, 2010: 8) yakni proses berkesinambungan antara elemen-elemen komunikai pemasaran terpadu seperti iklan, respon langsung, promosi penjualan, hubungan masyarakat dalam memperkenalkan suatu produk maupun jasa agar mendapatkan hasil yang maksimal. Proses yang dilakukan secara rutin dan berkesinambungan antara satu dengan lainnya untuk menyampaikan sebuah pesan kepada khalayak merupakan hal yang penting dalam komunikasi pemasaran terpadu. Dengan pesan yang disampaikan secara berkelanjutan tersebut akan membuat khalayak

peka dan kejelasan bagi mereka terhadap hal tersebut dan akhirnya akan mendatangkan dampak berupa tanggapan tentang apa yang dikomunikasikan tersebut. 3. Advertising (Periklanan) Pengertian periklanan menurut Sulaksana dalam bukunya Integrated Marketing Communication: teks dan kasus menyatakan Iklan bisa didefinisikan sebagai semua bentuk presentasi nonpersonal yang mempromosikan gagasan, barang atau jasa yang dibiayai pihak sponsor tertentu (Sulaksana, 2003:90). 4. Public Relation (Hubungan Masyarakat) Menurut Frank Jefkin (Morrisan, 2008: 8) terdapat beberapa definisi Public Relation, namun ada batasan PR yaitu: keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar antara suatu organisasi dengan semua khalayak dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu. 5. Sales Promotion (Promosi Penjualan) Promosi penjualan dalam buku Integrated Marketing Communication: teks dan kasus (Sulaksana: 2003: 24) dijelaskan bahwa terdapat penerapan-penerapan promosi penjual seperti pameran dagang dan pekan raya. Pameran dagang tersebut biasanya diselenggarakan oleh pihak lain dan bertemakan satu bidang yang diikuti oleh beberapa pihak untuk memperkenalkan produk atau jasa yang mereka punya. Pameran tersebut akan berisi mengenai produk atau jasa andalan yang dimiliki oleh pihak swasta maupun instansi pemerintahan. Promosi penjualan dalam buku Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu (Morissan, 2010: 25) menyatakan: Promosi penjualan yaitu kegiatan pemasaran yang memberikan nilai tambah atau insentif kepada tenaga penjualan, distributor atau konsumen yang diharapkan dapat meningkatkan penjualan seperti pemberian potongan harga atau undian berhadiah.

6. Direct Marketing (Pemasaran Langsung) Pengertian pemasaran langsung menurut Kotler (2005: 382-383) menyatakan: Pemasaran langsung adalah penggunaan saluran consumer direct untuk mencapai dan mengirimkan barang-barang dan pelayanan kepada pelanggan tanpa menggunakan perantara. Disamping dari penjualan langsung (face to face), saluran pemasaran langsung termasuk katalog, telemarketing, televisi interaktif, kios, website dan peralatan yang bergerak. Pemasaran langsung adalah salah satu sarana yang tumbuh sangat cepat dalam melayani pelanggan. 7. Personal Selling (Penjualan Personal) Pengertian Personal selling menurut Shimp dalam bukunya Periklanan Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu menyatakan: Personal selling adalah bentuk komunikasi antar-individu dimana tenaga penjual/wiraniaga menginformasikan, mendidik dan melakukan persuasi kepada calon pembeli untuk membeli produk atau jasa perusahaan(shimp, 2003: 5). I. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan sebagainya secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2011: 6). 2. Sumber Data. Dalam penelitian ini penulis mencari sumber data primer berdasarkan observasi dan wawancara. Sedangkan data sekunder atau data tambahan tidak bisa diabaikan. Data sekunder dilihat dari dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi (Moleong, 2011: 159).

3. Teknik Pengumpulan Data. Peneliti menggunakan beberapa teknik untuk memperoleh data yakni dengan cara antara lain, wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawacara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2011: 186). Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda, serta rekaman gambar dan teknik ini dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung (Sutopo, 2002: 64). Dokumen adalah setiap bahan-bahan yang tertulis maupun film-film, lain dengan record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan dari peneliti (Moleong, 2011: 216-217). Dokumentasi merupakan pengumpulan data diambil untuk membantu peneliti untuk mendapatkan data-data terdahulu yang mendukung mengenai penelitiannya. 4. Teknik Pengambilan Sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajah objek/situasi sosial yang teliti (Sugiyono, 2010: 218-219). 5. Teknik Keabsahan Data. Supaya data yang diperoleh bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya maka perlu dilakukan validitas data dengan menggunakan teknik triangulasi. Menurut Moleong (2011: 330) triangulasi adalah teknik pemeriksaaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Teknik triangulasi yang digunakan oleh peneliti adalah triangulasi sumber (triangulasi data) yakni mengarahkan peneliti agar di dalam

mengumpulkan data, ia wajib menggunakan beragam sumber yang tersedia (Sutopo, 2002: 79). 6. Teknik Analisis Data. Salah satu cara yang digunakan dalam penelitian ini adalah model interaktif. Miles and Huberman dalam Sugiyono (2010: 246-253), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Mulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. J. Hasil Penelitian 1. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jepara melakukan kegiatan Komunikasi Pemasaran Terpadu yakni bagian promosi yang terdiri dari lima komponen yakni periklanan, humas, sales promotion (promosi penjualan), direct marketing dan penjualan personal (personal selling) yang dilakukan secara berkelanjutan. Kelima komponen tersebut menjadi satu kesatuan yang saling mendukung satu sama lain untuk mempromosikan potensi wisata Jepara. 2. Periklanan. terdapat beberapa cara dalam mengimplementasikan sebuah iklan yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jepara, dengan menggunakan leaflet, booklet, brosur dan baliho. Media periklanan tersebut mempunyai keunggulan bisa dibaca berulang-ulang, tentunya akan memudahkan seseorang untuk lebih bisa memahami informasi atau pesan yang disampaikan melalui media itu mengenai informasi pariwisata yang diperlukan serta perpaduan tampilan gambar dan tulisan yang menarik perhatian. 3. Hubungan Masyarakat (Public Relation). Pada komponen ini pihak terkait melakukan beberapa kegiatan seperti pembinaan pelaku wisata, kerjasama dengan pihak lain (Kemenristek), pressrelease, komunikasi kepada pihak internal serta even rutin maupun yang tidak rutin (Pesta Lomban, Jumbul Tulakan, Hari Jadi Jepara, Pemilihan Duta Wisata, Pentas Seni Karimun, Festival Tari Daerah SeJateng dan Sail Karimun).

4. Promosi Penjualan. Dalam promosi penjualan terdapat beberapa cara yang ditempuh antara lain pameran dagang serta pekan raya. Mengikuti beberapa pameran wisata antara lain di Jakarta dan Batam. Pemilihan tempat-tempat tersebut telah dipertimbangkan dengan matang oleh pihak terkait. Selain itu fokus terhadap konsumen yakni dengan cara pemberian potongan harga tiket masuk diberbagia tempat wisata. 5. Pemasaran Langsung. Direct marketing merupakan komponen berikutnya dalam komunikasi pemasaran terpadu. Teknologi sekarang ini mempermudah semua orang untuk mendapatkan informasi yang mereka inginkan. Segala kalangan, segala usia melek terhadap hal tersebut. Salah satu bentuk dari kemajuan teknologi yakni adanya media baru berupa internet. Pemanfaatan (internet) yang baik merupakan salah satu hal pendukung dalam melaksanakan komponen tersebut. Wujud dari pemanfaatan ini yakni dengan adanya website www.ticjepara.com yang berisi mengenai informasi wisata Jepara. 6. Penjualan Personal. Beberapa staff dan duta wisata dibawa pada acara pameran yang diikuti oleh pihak terkait untuk melakukan komunikasi interpersonal kepada calon konsumen mengenai informasi wisata Jepara. Dengan komunikasi ini pesan yang disampaikan akan lebih bisa tersampaikan dengan baik kepada konsumen tanpa banyak gangguan. 7. Faktor Pendukung Komunikasi Pemasaran Terpadu. Adanya alokasi dana pada setiap kegiatan komunikasi pemasaran terpadu menjadikannya faktor pendukung, selain itu historis kuat mengenai R. A. Kartini memberikan dampak baik terhadap pariwisata Jepara. Stakeholder yang saling mendukung sangat membantu dalam proses komunikasi pemasaran terpadu, mereka mudah untuk diajak kerjasama serta dapat memberikan keuntungan baik bagi wisata Jepara. Kemajuan teknologi dimanfaatkan dengan baik oleh piahk terkait agar informasi mengenai wisata Jepara tersampaikan kepada khalayak luas.

8. Faktor Penghambat Komunikasi Pemasaran Terpadu. Keterbatasan SDM sangat menghambat proses komunikasi pemasaran terpadu. Selain itu akses transportasi yang sulit menjadikan para calon wisatawan mengurungkan niatnya berkunjung ke Jepara. K. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jepara melaksanakan program Komunikasi Pemasaran Terpadu. Untuk penerapan yang dilakukan pada bagian periklanan yakni dengan menggunakan leaflet, booklet, brosur dan baliho. Cara-cara tersebut saat ini masih dianggap efektif oleh pihak yang berwenang untuk mempromosikan potensi wisata kabupaten Jepara. Pihak terkait belum bisa melakukan iklan melalui media elektronik (televisi) mengingat adanya faktor penghambat yakni mengenai anggaran dana. Hubungan masyarakat merupakan cara selanjutnya yang dilaksanakan oleh pihak terkait. Kegiatan-kegiatan yang ditempuh antara lain, pembinaan terhadap pelaku wisata, komunikasi dengan stakeholder internal, pokdarwis, serta bekerja sama dengan pihak pendukung lain yakni Kemenristek dan tidak ketinggalan menciptakan citra positif dengan mengeluarkan press release. Melalui cara-cara yang ditempuh oleh dinas berwenang mampu memberikan pengetahuan bagi stakeholder dan berakibat menumbuhkan kesadaran mengenai wisata. Selanjutnya even rutin terus dilaksanakan dan kegiatan- kegiatan tersebut merupakan salah satu daya tarik dalam wisata jepara. Berbagai pameran diikuti oleh dinas yang berwenang. Pameran yang diikuti antara lain di Jakarta dan Batam. Pemilihan tempat keikutsertaan pameran telah dipertimbangkan dengan matang oleh pihak terkait. Pemberian potongan harga masuk ke tempat wisata juga memberikan nilai lebih bagi tempat wisata tersebut serta mengurangi beban pengunjung dalam hal pembelian tiket. Kemajuan teknologi mampu dimanfaatkan dalam penerapan direct marketing. Website (www.ticjepara.com) yang berisi mengenai informasi

mengenai wisata kabupaten Jepara dibentuk serta bisa diakses dimanapun. Konsumen dimanjakan dengan hal itu, cukup dengan tulis alamat website dan informasi yang diinginkan akan muncul dengan segera. Pihak dinas yang berwenang dibantu oleh duta wisata dan beberapa staf untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Mereka ikut dalam kegiatan pameran dan memberikan informasi kepada pengunjung stand secara langsung. Dengan hal tersebut pesan dapat dimodifikasi untuk mempengaruhi pengunjung tanpa adanya gangguan serta pesan tersebut mampu diterima dengan baik oleh konsumen serta tanggapan akan diperoleh secara langsung. Keseriusan pihak terkait dalam penyampaian pesan kepada konsumen terlihat dengan adanya komunikasi interpersonal yang dilakukan pada penerapan personal selling. Kemudian terdapat faktor-faktor pendukung program tersebut, antara lain faktor sejarah yang kuat mengenai R.A Kartini. Selanjutnya dana yang dialokasikan harus dimanfaatkannya secara maksimal agar kegiatan bisa terlaksana dan mampu mencapai tujuan yang diinginkan. Stakeholder selalu diajak berjalan bersama untuk mensukseskan program dari pihak dinas merupakan faktor pendukung yang penting. Faktor pendukung lainnya yakni teknologi, pihak berwenang mampu memanfaatkan dengan baik kemajuan teknologi, melalui website mengenai wisata jepara yang bisa di akses oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun, hal ini akan memanjakan konsumen dalam melihat layanan jasa yang ditawarkan oleh Dinas yang berwenang. Faktor penghambat program Komunikasi Pemasaran Terpadu yakni letak kabupaten Jepara yang masuk pada wilayah bagian utara dan tidak dilewati oleh jalur besar pantura membuat beberapa pihak mengurungkan niatnya untuk menikmati wisata di daerah tersebut. Serta terbatasnya SDM yang dimiliki oleh pihak terkait. Saran terhadap Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jepara. Pihak berwenang harus berani menggunakan media unkonvensional untuk

beriklan mengenai jasa yang mereka tawarkan. Hal ini akan menjadi daya tarik sendiri bagi potensi wisata Jepara. Lebih aktif dalam mengikuti pameran-pameran yang diadakan dibeberapa daerah, hal ini untuk memperkuat pesan yang ingin disampaikan oleh pihak berwenang agar tidak putus di tengah jalan. Maksimalkan penggunaan media internet, sekarang ini konsumen ingin mengetahui bermacam-macam informasi hanya dengan berada di depan layar komputer. Menambah tenaga ahli dalam bidang Komunikasi Pemasaran Terpadu agar program yang berkaitan dengan komunikasi pemasaran terpadu bisa dilaksanakan dengan sebaik mungkin. Menambah berbagai macam fasilitas pendukung ke berbagai tempat tujuan wisata serta menambah wahana pendukung pada sebuah tempat wisata. L. Daftar Pustaka Gamble, T. Kwal. 2005. Communication Work. New York: The McGraw- Hill Companies. Liliweri, Alo. 2008. Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka pelajar. A. Morissan, M. 2010. PERIKLANAN: KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Jefkins, Frank. 1995. Periklanan. Jakarta: Erlangga. Shimp, T.A. 2000. Advertising Promotion and Supplemental aspect of Integrated Marketing Communication, 5th Ed. Penerjemah Revyani Sjahrijal dan Dyan Ani Kasari. 2003. Periklanan Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu Jilid I edisi 5. Jakarta: Erlangga. Sulaksana, uyung. 2003. Integrated Marketing Communication: teks dan kasus. Yogyakarta: pustaka Pelajar. A.Morissan, M. 2008. Manajemen Public Relation: strategi menjadi Humas Profesional. Jakarta: Kencana Permada Media Group. Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran Sudut Pandang Asia. Jakarta: PT. INDEKS Kelompok GRAMEDIA. Moleong, Lexy J. 2011. Penilitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: Remaja Rosda Karya. Sugiyono. 2008. Metode Pendidikan Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R n D. Bandung: Alfabeta. Sutopo, H.B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press. NON BUKU www.ticjepara.com (diakses Selasa, 14 Agustus 2012 pukul 22.00).