BAB 1 PENDAHULUAN. ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB 1 : PENDAHULUAN. individu, dimulai sejak janin masih dalam kandungan, bayi, balita, anak-anak,

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

Bab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. termasuk anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui dengan kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran hidup, sesuai dengan target pencapaian Sustainable Development

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. kandungan zat gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memberikan hasil yang lebih baik. Keputusan Menteri Kesehatan. eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan (Riksani, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama diperkirakan akan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui

BAB 1 : PENDAHULUAN. Eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. suplemen,vitamin, mineral, dan atau obat obatan untuk keperluan medis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat mutu

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 25 kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2006). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, dan Depkes dalam

pengenceran dengan air matang dan kemudian diberikan pada bayi sedangkan dalam bahasa Inggris juga terdapat hal yang serupa misalnya artificial

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF. BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. makan yang kurang tepat pada bayi dan anak, maka penting penerapan optimal

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi terutama di negara berkembang. Diantara kematian pada anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisiasi Menyusu Dini ( IMD) adalah suatu proses membiarkan bayi dengan

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

TUTORIAL DAN PENDAMPINGAN ASI EKSKLUSIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN IMUN DAN KECERDASAN ANAK SEJAK DINI BAGI IBU-IBU PKK KECAMATAN BANDUNG TULUNGAGUNG

Disusun Oleh: Wiwiningsih

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan, sikap..., Rindiarni Inten Putri, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan nutrisi bayi (Roesli, 2005). Pemberian ASI sangat bermanfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. obstetri di Indonesia adalah sebesar 23 per Kelahiran Hidup (KH)

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

AMENORE LAKTASI SEBAGAI METODE BER KB SERTA URGENSINYA TERHADAP PP 33 TAHUN 2012 Oleh : Andang Muryanta

2015 GAMBARAN DUKUNGAN SUAMI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU PADASUKA RW 06 DAN RW 12 KELURAHAN PADASUKA KOTA BANDUNG

dilaporkan ke pelayanan kesehatan sehingga jumlah yang tercatat tidak sebesar angka survey (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2011).

Volume VI Nomor 3, Agustus 2016 ISSN:

OPTIMALISASI DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAGELANG UTARA

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui bayi. Pada ibu bekerja

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran (Linkages, 2009). Edmond K, dkk (2006) bahwa 16% kematian bayi baru lahir dapat dicegah apabila bayi segera diberi ASI eksklusif sejak hari pertama kelahirannya dan 22% kematian bayi baru lahir dapat dicegah apabila bayi diberi kesempatan menyusu dalam 1 jam pertama setelah kelahirannya. Menyusui dalam 1 jam pertama dapat menyelamatkan 22% bayi, dan menyusui pada hari pertama menyelamatkan 16% bayi (Roesli, 2008). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dan perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Semakin baik pengetahuan ibu post partum tentang manfaat ASI Eksklusif untuk pertumbuhan dan perkembangan

anak akan membantu ibu dalam memberikan ASI sedini mungkin (Dianartiana, 2011). Keberhasilan pemberian ASI eksklusif akan tercapai apabila ada dukungan antara penerima pelayanan kesehatan yaitu masyarakat dan pemberi pelayanan kesehatan yaitu tenaga kesehatan terutama bidan. Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan wajib melaksanakan ASI eksklusif. Berdasarkan Permenkes 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan, bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan ibu menyusui dengan memfasilitasi/memberi bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif (Widiastuti, 2013). Persiapan menyusui pada masa kehamilan dan nifas merupakan hal yang penting, sebab dengan persiapan yang lebih baik, maka ibu lebih siap untuk menyusui bayinya. Oleh karena itu di Rumah Sakit, Puskesmas atau di Rumah Bersalin terdapat kelas seperti kelas persiapan menjadi orang tua (parent education), yang salah satu materi yang disampaikannya adalah bimbingan persiapan menyusui. Bidan dan perawat sangat berperan dalam memberikan penyuluhan-penyuluhan persiapan menyusui bagi ibu agar mendapatkan air susu yang optimal, salah satu yang dapat dilakukan bidan yaitu dengan memberikan konseling menyusui kepada ibu hamil sebelum melahirkan. Protokol baru tentang ASI segera sebagai tindakan Life saving. Berdasarkan penelitian WHO 2000, di enam Negara berkembang yaitu Brasil, Ghana, India, Oman, Norwegia, dan Amerika Serikat, resiko kematian bayi antara

usia 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui untuk menyelamatkan kehidupan bayi baru lah Untuk bayi kurang dua bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48%, sekitar 40% kematian balita terjadi satu bulan pertama kehidupan bayi. Permasalahan Angka kematian bayi (AKB) masih merupakan masaalah utama bagi negara berkembang. Di negara berkembang, saat melahirkan, minggu pertama melahirkan merupakan priode kritis bagi ibu dan bayinya, sekitar dua pertiga kematian terjadi pada masa neonatal, dua per tiga kematian neonatal terjadi pada minggu pertama dan hari pertama. AKB di Indonesia mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Angka ini masih jauh dari target MDGs 2015, yakni menurunkan AKB menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2014). American Academy of pediatrics merekomendasikan para ibu untuk menyusui bayinya, karena tidak ada makanan ataupun susu formula yang dapat menyaingi ASI, yang benar-benar memenuhi kebutuhan bayi. Hasil penelitian dari Allan Cunningham, associate professor of pediatric pada State University of New York Health Sciene Center, bahwa untuk setiap 1000 bayi yang sakit dan dirawat di rumah sakit, 77 bayi yang sakit tersebut diberikan susu formula oleh orang tuanya dan hanya 5 orang bayi yang diberikan ASI (Roesli, 2008). Persentase bayi berumur 6 bulan yang diberi ASI eksklusif paling tinggi di Swedia yaitu sebesar 72,5%. Secara global pemberian ASI eksklusif telah meningkat secara signifikan dengan kemajuan yang luar biasa khususnya di wilayah Sub-Sahara Afrika, 22% pada tahun 1996 menjadi 30% tahun 2006 peningkatan bayi yang lahir.

Demikian.juga di wilayah Asia Selatan mencapai 45% dan Asia Timur & Pasifik. sebesar 43% adalah ASI eksklusif. Peningkatan substansial tersebut telah memberikan kontribusi untuk kelangsungan hidup anak, kesehatan dan gizi bayi (UNICEF, 2009). Upaya peningkatan pemberian ASI sedini mungkin di Indonesia hingga saat ini masih banyak menemui kendala. Studi kualitatif Fikawati & Syafik (2010) melaporkan faktor predisposisi kegagalan ASI adalah pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang dari faktor pemungkin yang menyebabkan terjadinya kegagalan karena ibu tidak difasilitasi melakukan IMD. Berdasarkan survei International di Indonesia, diketahui bahwa rata-rata bayi Indonesia hanya mendapatkan ASI eksklusif selama 1,7 bulan. Padahal kajian WHO yang dituangkan dalam SK KepMenKes No. 450/MENKES/IV/2004 menganjurkan agar bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan. Turunnya angka ini terkait pengaruh sosial budaya di masyarakat, yang menganjurkan supaya bayi diberikan makanan tambahan sebelum berusia 6 bulan (Prasetyono, 2012). Diketahui data profil Dinas Kesehatan Aceh Persentase bayi yang diberi ASI eksklusif tahun 2012 baru mencapai 27%. Rendahnya cakupan ini banyak dipengaruhi oleh budaya memberikan makanan dan minuman terlalu dini kepada bayi baru lahir. Akibat dari pengetahuan keluarga tentang ASI yang masih sangat minim. Disamping itu gencarnya propaganda susu formula terutama di perkotaan dan prilaku ibu terhadap pemberian ASI (Profil Dinas Prov. Aceh).

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie pada tahun 2014, dari 26 Puskesmas di wilayah Kabupaten Pidie, Puskesmas Kembang Tanjong termasuk masih rendah melaksanakan pemberian ASI eksklusif yaitu hanya 11, 46%, yang memberikan ASI hanya ada 48 dan yang tidak memberikan sebanyak 80 orang. Cakupan Asi di Puskesmas di wilayah Kabupaten Pidie, Puskesmas Kembang Tanjong saat ini untuk petugas Konselor laktasinya adalah sejumlah 7 orang untuk memberikan bimbingan pada ibu hamil dan menyusui. Menyikapi permasalahan pentingnya pemberian ASI bagi bayi, pemerintah Indonesia telah menggalakkkan program pemberian ASI eksklusif sejak tahun 1990 yang dikenal dengan Gerakan Nasional Peningkatan Air Susu Ibu (PP-ASI). Sehubungan dengan itu telah ditetapkan dengan keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tentang Pemberian ASI eksklusif pada bayi Indonesia (Dep.Kes RI, 2005). Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) mencakup mengembangkan media promosi kesehatan, dan melaksanakan dukungan administratif dan operasional pelaksanaan program promosi kesehatan. Upaya tersebut dilakukan dengan menggunakan media cetak, elektronik maupun media ruang. Dalam hal ini media diposisikan untuk membuat suasana yang kondusif terhadap perubahan perilaku yang positif terhadap kesehatan. Melalui media cetak telah dikembangkan berbagai leaflet, brosur, poster, kelender, dan lain-lain (De Vito, 2001).

Dalam pemilihan metode promosi kesehatan beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemilihan metode berkaitan erat dengan tujuan yang ingin dicapai. Sebagai contoh, penelitian bangun (2009) yang dilakukan pada keluarga dengan menggunakan metode ceramah, ternyata bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan keluarga dalam penanganan tuberkulosa paru. Hasil penelitian Harap (2010) menunjukkan bahwa intervensi yang dilakukan dengan metode ceramah pada perawat menunjukkan ada perubahan pengetahuan dan sikap dalam pembuangan limbah medis padat sebelum dan sesudah intervensi. Ceramah sebagai salah satu metode yang digunakan dalam promosi kesehatan cukup efektif sebagai penyampaian pesan, karena pesan dapat diterima dengan cepat, feedback langsung dapat dilihat, efektifitasnya lebih tinggi dari metode lainnya. Ceramah merupakan metode yang dapat menyajikan materi/informasi yang luas. Artinya materi yang disampaikan banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokokpokoknya oleh penceramah dalam waktu yang singkat (Anneahira, 2013). Menurut Syaefuddin (2002), metode simulasi dapat digunakan untuk menyampaikan materi pendidikan kesehatan reproduksi dalam bentuk sosiodrama, permainan dan dramatisasi. Metode ini bertujuan untuk melatih dan memahami konsep atau prinsip dari pendidikan yang disampaikan sehingga dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi. Dengan metode simulasi, hasil yang diharapkan ialah agar kelompok belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan ide yang ditemukannya dan dianggap benar.

Veronica (2009) telah membuktikan dengan metode simulasi memberi perbedaan yang signifikan terhadap pengetahuan dan sikap guru tentang pendidikan kesehatan reproduksi remaja di Sekolah Menengah Umum dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan. Afniwati (2012) bahwa metode simulasi lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan tentang kesehatan jiwa di ruang rawat jalan Rumah sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumetera Utara. 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi perumusan masalah adalah bagaimanakah efektifitas penyuluhan melalui metode simulasi dan ceramah terhadap peningkatan perilaku ibu dalam memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kembang Tanjong Kabupaten Pidie tahun 2015. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektifitas penyuluhan melalui metode simulasi dan ceramah terhadap peningkatan perilaku ibu dalam memberikan ASI eksklusif di Wilayah kerja Puskesmas Kembang Tanjong Kabupaten Pidie tahun 2015.

1.4. Hipotesis Ada pengaruh penyuluhan melalui metode simulasi dan ceramah terhadap peningkatan perilaku ibu dalam memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kembang Tanjong Kabupaten Pidie tahun 2015. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Memberi masukan bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas Kembang Tanjong Kabupaten Pidie agar dapat digunakan sebagai model dalam penyuluhan selanjutnya dan kiranya menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi dalam menetukan strategi pelayanan kesehatan tentang pemberian ASI eksklusif, sehingga tujuan program akan tercapai. 2. Memberikan masukan bagi bidan agar dapat menyusun program-program atau strategi apa yang harus dilakukan dalam hal peningkatan perilaku ibu dalam hal pemberian ASI eksklusif wilayah kerjanya. 3. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat khusunya ibu yang menyusui dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan bayi melalui penilaian Perilaku dalam hal pemberian ASI eksklusif.