ANALISA PENGARUH MUATAN BERLEBIH TERHADAP UMUR RENCANA PERKERASAN JALAN

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PENGARUH PENGAMBILAN ANGKA EKIVALEN BEBAN KENDARAAN PADA PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN FLEKSIBEL DI JALAN MANADO BITUNG

PENGARUH KELEBIHAN BEBAN TERHADAP UMUR RENCANA JALAN BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR KONSTRUKSI JALAN RAYA. 1. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Spine Road III Bukit Sentul

BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data

ANALISA BEBAN KENDARAAN TERHADAP DERAJAT KERUSAKAN JALAN DAN UMUR SISA

EVALUASI UMUR LAYAN JALAN DENGAN MEMPERHITUNGKAN BEBAN BERLEBIH DI RUAS JALAN LINTAS TIMUR PROVINSI ACEH

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS. kendaraan yang melanggar dan kendaraan tidak melanggar)

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

BAB I PENDAHULUAN. satu atau beberapa lapis perkerasan dari bahan-bahan yang diproses, dimana

MUHAMMAD ALKHAIRI NIM:

PERBANDINGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN DAN ASPHALT INSTITUTE

ANALISA KERUSAKAN PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI DAYA DUKUNG TANAH DAN VOLUME LALU LINTAS

EVALUASI BEBAN KENDARAAN TERHADAP DERAJAT KERUSAKAN DAN UMUR SISA JALAN (STUDI KASUS : PPT. SIMPANG NIBUNG DAN PPT. MERAPI SUMATERA SELATAN)

Perbandingan Perencanaan Tebal Lapis Tambah Metode Bina Marga 1983 dan Bina Marga 2011

ANALISA DAMPAK BEBAN KENDARAAN TERHADAP KERUSAKAN JALAN. (Studi Kasus : Ruas Jalan Pahlawah, Kec. Citeureup, Kab. Bogor) Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Teknik Sipil Itenas No. x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2015

EVALUASI UMUR LAYAN JALAN DENGAN MEMPERHITUNGKAN BEBAN BERLEBIH DI RUAS JALAN LINTAS TIMUR PROVINSI ACEH

PENGARUH KENDARAAN ANGKUTAN BARANG MUATAN LEBIH (OVER LOAD) PADA PERKERASAN DAN UMUR JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan khusus yang mempunyai kualitas yang lebih baik dan dapat

PENGARUH KELEBIHAN BEBAN TERHADAP UMUR RENCANA JALAN

PENGARUH BEBAN BERLEBIH TRUK BATUBARA TERHADAP UMUR SISA DAN UMUR RENCANA PERKERASAN LENTUR ABSTRAK

Kata-kata Kunci: Perkerasan kaku, overloading, esa (gandar standard setara), umur perkerasan.

AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum 3.2. Tahap Penyusunan Tugas Akhir

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR. perumahan Puri Botanical Residence di jl. Joglo Jakarta barat. ditanah seluas 4058

ANALISIS DAMPAK BEBAN OVERLOADING KENDARAAN BERAT ANGKUTAN BARANG TERHADAP UMUR RENCANA DAN BIAYA KERUGIAN PENANGANAN JALAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN TUBAN BULU KM KM JAWA TIMUR DENGAN PERKERASAN LENTUR

PENCAPAIAN TEBAL PERKERASAN JALAN KAKU ANTARA BEBAN AKTUAL DAN STANDAR

Dosen Program Studi Teknik Sipil D-3 Fakultas Teknik Universitas riau

Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur Menggunakan Metode Benkelman Beam Pada Ruas Jalan Kabupaten Dairi-Dolok Sanggul, Sumatera Utara

KERUSAKAN YANG TIMBUL PADA JALAN RAYA AKIBAT BEBAN ANGKUTAN YANG MELEBIHI DARI YANG DITETAPKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. negara (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga, 2009).

KELAS JALAN, MUATAN SUMBU TERBERAT, DAN PERMASALAHAN BEBAN LEBIH KENDARAAN

BAB V VERIFIKASI PROGRAM

METODOLOGI. Kata Kunci--Perkerasan Lentur, CTB, Analisa dan Evaluasi Ekonomi. I. PENDAHULUAN

BAB III LANDASAN TEORI. jalan, diperlukan pelapisan ulang (overlay) pada daerah - daerah yang mengalami

BAB III METODOLOGI. 3.1 Diagram Alir Kerangka Pikir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Identifikasi Masalah. Pengamatan Pendahuluan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian B. Rumusan Masalah

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN TAMBAHAN MENGGUNAKAN METODE BENKELMAN BEAM PADA RUAS JALAN SOEKARNO HATTA, BANDUNG

STUDI KARAKTERISTIK PENENTUAN TINGKAT PEMBEBANAN KENDARAAN TERHADAP TEBAL LAPIS PERKERASAN JALAN

Wita Meutia Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil S1 Fakultas Teknik Universitas Riau Tel , Pekanbaru Riau,

Agus Surandono 1) Rivan Rinaldi 2)

PERHITUNGAN LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA PADA RUAS JALAN TUMPAAN LOPANA

ANALISA PERBANDINGAN PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA, ASPHALT INSTITUTE DAN AASHTO 1993

STUDI BANDING DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE SNI F DAN Pt T B

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat, sehingga mempengaruhi aktifitas sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASURUAN- PILANG KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

TUGAS AKHIR - RC

Dalam perencanaan lapis perkerasan suatu jalan sangat perlu diperhatikan, bahwa bukan cuma karakteristik

ANALISIS TEBAL LAPISAN PERKERASAN LENTUR JALAN LINGKAR MAJALAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN SNI

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR

BAB III LANDASAN TEORI. Pada metode Bina Marga (BM) ini jenis kerusakan yang perlu diperhatikan

Parameter perhitungan

PENENTUAN ANGKA EKIVALEN BEBAN SUMBU KENDARAAN DI RUAS JALAN PADALARANG CIANJUR

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 539

BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.2 Dasar Teori Oglesby, C.H Hicks, R.G

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN BARU ANTARA RUAS JALAN TERMINAL INDIHIANG DENGANJALAN TASIKMALAYA BANDUNG (CISAYONG)

BIAYA PRESERVASI JALAN AKIBAT TRUK DENGAN BEBAN BERLEBIH DI JALAN PESISIR TIMUR PROVINSI ACEH

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016

PENGARUH JUMLAH LALU LINTAS TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN JALAN DI JALAN ASPAL KELAS III A DI KABUPATEN LAMONGAN

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016

konfigurasi sumbu, bidang kontak antara roda perkerasan. Dengan demikian

Bab III Metodologi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 3.1. Diagram Nilai PCI

ANALISIS SUSUNAN PERKERASAN JALAN PADA TIGA RUAS JALAN ARTERI DI SEMARANG

TINJAUAN ULANG PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

ANALISIS TEBAL LAPIS TAMBAH DAN UMUR SISA PERKERASAN AKIBAT BEBAN BERLEBIH KENDARAAN (STUDI KASUS RUAS JALAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT)

Overlay Calculation Analisys on Flexible Pavement Using Component Analisys Method and SDPJL Method

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODA PERENCANAAN

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Metode Analisa Komponen

Studi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993

KERUSAKAN DAN PERBAIKAN PERKERASAN KAKU PADA RUAS JALAN TOL CIPULARANG ABSTRAK

Perbandingan Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisa Ekonominya pada Proyek Jalan Sindang Barang Cidaun, Cianjur.

ANALISA KERUSAKAN DAN DESAIN PERBAIKAN OUTER RING-ROAD KOTA MADIUN

ANALISA PENGUJIAN DYNAMIC CONE PENETROMETER

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

B2 STA STA KM

Perancangan Perkerasan Jalan

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN DI JALAN SUMPAH PEMUDA KOTA SURAKARTA (Study kasus : Kampus UNISRI sampai dengan Kantor Kelurahan Mojosongo) Sumina

PERENCANAAN JALAN DENGAN PERKERASAN KAKU MENGGUNAKAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA (STUDI KASUS : KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG)

Studi Penanganan Ruas Jalan Bulu Batas Kota Tuban Provinsi Jawa Timur Menggunakan Data FWD dan Data Mata Garuda

ANALISIS TINGKAT KEPADATAN LALU LINTAS DI KECAMATAN DENPASAR BARAT

STUDI STUDI PERENCANAAN TEBAL LAPISAN PERKERASAN TAMBAHAN (OVERLAY) PADA RUAS JALAN MOTAHARE-RAILACO (STA STA ) TIMOR LESTE

ANALISA TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA DAN AASHTO 1993 RUAS JALAN BY PASS KOTA PADANG STA s/d

Outline. Klasifikasi jalan Dasar-dasar perencanaan geometrik Alinemen horisontal Alinemen vertikal Geometri simpang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

FASILITAS PEJALAN KAKI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement

Transkripsi:

ANALISA PENGARUH MUATAN BERLEBIH TERHADAP UMUR RENCANA PERKERASAN JALAN (Studi kasus : Ruas Jalan Panti-Simpang Empat) ARTIKEL Oleh : EKI AFRIZAL NPM : 0810015211014 JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG 2014

ANALISA PENGARUH MUATAN BERLEBIH (OVERLOAD) TERHADAP UMUR RENCANA PERKERASAN JALAN Eki Afrizal, Nasfryzal Carlo, Rahmat Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta Padang E-mail: Eki Afrizal@yahoo.com, Carlo@bunghatta.ac.id, r4mt_99@yahoo.com ABSTRAK Di jalan raya banyak ditemuakan kendaraan yang bermuatan lebih, akan menyebabkan kerusakan dini pada perkerasan jalan dan akan mengurangi umur rencana perkerasan jalan. Berdasarkan hal tersebut perlu dianalisa pengaruh muatan lebih terhadap umur rencana perkerasan jalan. Untuk mengetahui seberapa besar penurunan umur rencana dan sisa umur rencana jalan dilakukan analisa dan perhitungan data timbang muatan sumbu terberat (MTS) di lapangan, mengetahui sumbu dan distribusi beban kendaraan, menganalisa perhitungan lintas ekivalen rencana (LER) muatan normal, lalu lintas harian rata-rata awal umur rencana (LHRo), lalu lintas harian rata-rata ahir umur rencana (LHRn), lintas ekivalen permulaan (LEP)umur rencana, lintas ekivalen akhir umur rencana (LEAn), lintas ekivalen tengah (LET), lintas ekivalen rencana (LER), perhitungan lintas ekivalen rencana (LER) akibat muatan lebih di lapangan, menghitung LHR akhir (LHRn), penurunan umur rencana perkerasan jalan akibat muatan lebih. Dari analisa dan perhitungan tersebut di dapat penurunan umur rencana jalan selama 6,63 tahun dari umur rencana 10 tahun, dengan demikian sisa umur rencana menjadi 3,37 tahun. Kata Kunci : Jalan raya, muatan berlebih (Overload), umur rencana.

ANALYSIS OF LOAD excessive ( overload ) ARTICLES OF AGE pavement Eki Afrizal, Nasfryzal Carlo, Rahmat Civil Engineering Department, Faculty of Civil Engineering and Planning, University of Bung Hatta Courses E - mail: Eki Afrizal@yahoo.com, Carlo@bunghatta.ac.id, r4mt_99@yahoo.com ABSTRACT In many ditemuakan highway vehicles are charged more, will cause premature damage to the road pavement and will reduce the pavement design life. Based on that need to be analyzed the effect of the charge over the design life of the pavement. To determine how large a decrease in the age of the remaining life of the plan and the plan of analysis and calculation of data weigh heaviest load axis (MTS) on the field, knowing the axis of the vehicle and load distribution, analyzing cross-equivalent calculation plan (LER) normal load, the mean daily traffic the average initial design life (LHRo), average daily traffic average age nd plan (LHRn), cross-equivalent starters (LEP) design life, the equivalent cross design life (Lean), equivalent cross the middle (LET), cross-equivalent plans (LER), the calculation of equivalent cross plan (LER) due to charge more in the field, calculate the final LHR (LHRn), reduction in pavement design life due to overloading. From the analysis and calculation in can decrease during the design life of 6.63 years of design life of 10 years, thus remaining life of 3.37 years into the plan. Keywords : Highway, overload, life plans

1. PENDAHULUAN Transportasi merupakan urat nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam memperkokoh ketahanan nasional. Transportasi memiliki peran yang besar dalam melayani masyarakat. Aset pemerintah berupa infrastruktur jalan yang telah dibangun selama ini pada hakikatnya dimasukkan untuk menciptakan pondasi yang amat kuat dan mantap bagi tercapainya pembangunan ekonomi yang berkesinambungan di negeri ini. Dengan infrastruktur jalan secara geometrik mantap dan secara konstruksi kuat akan terbentuk jaringan jalan yang handal bagi mobilitas orang, barang, dan jasa, sehingga terjadi pertumbuhan dan pemerataan ekonomi secara seimbang. Oleh karena itu, jaringan infrastruktur jalan nasional merupakan aset ekonomi milik publik yang amat strategis dan mendasar yang tingkat pelayanan dan kondisinya harus dipelihara dengan baik. Jalan panti Simpang Empat (Pasaman Barat) merupakan salah satu ruas jalan Provinsi yang memiliki arus lalu lintas yang cukup tinggi. Selama 2 tahun terakhir ruas jalan ini megalami kerusakan yang cukup parah, akibat bayaknya truk-truk besar yang membawa padi, kopi, sawit kepabrik dan truk besar yang membawa alat-alat berat. sehingga mengganggu kenyamanan dalam berkendaraan bahkan sering menimbulkan kecelakaan. Namun beberapa bulan terakhir ini penulis melihat banyak kendaraan bermuatan lebih yang melintasi ruas jalan tersebut sehingga tidak lagi memenuhi standar muatan yang dizinkan atau tidak lagi sesuai dengan perencanaan awal pembangunan jalan ini. Melihat kondisi yang seperti itu penulis tertarik untuk mengangkat masalah tentang Analisa Pengaruh Muatan Berlebih (overload) Terhadap Umur Rencana Perkerasan Jalan. 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. SURVE TIMBANGAN MUATAN TERBERAT (MTS) KENDARAAN DILAPANGAN Menurut : (Sukirman,1992) Beban Sumbu dipengaruhi oleh konfigurasi sumbu dan muatan kendaraan. Dua (2) buah kendaraan yang sama mempunyai beban sumbu yang berbeda akibat perbedaan muatan. Dengan demikian berbeda pula angka ekivalennya, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap variasi beban sumbu, sehingga dapat ditentukan angka ekivalen perencanaan yang baik, mewakili angka ekivalen untuk variasi beban sumbu selama umur rencana dan penelitian ini dilakukan dengan survey timbang kendaraan.

Tabel 2.5 Konfigurasi Sumbu dan Distribusi Beban Sumber : Bina Marga, (1983) 2. ANGKA EKIVALEN KENDARAAN / FORMULA DAYA RUSAK KENDARAAN AKIBAT MUATAN LEBIH Angka Ekivalen / Damage factor adalah nilai daya rusak terhadap jalan yang diakibatkan oleh sumbu kendaraan yang melaluinya. Menurut : (Sukirman, 1992) Angka Ekivalen Kendaraan adalah angka yang menunjukan jumlah lintasan dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton yang akan menyebabkan kerusakan yang sama atau penurunan indeks permukaan yang sama apabila kendaraan tersebut lewat satu kali. Anggapan bahwa nilai daya rusak ini sebanding dengan pangkat empat sampai pangkat lima dari beban itu sendiri. Anggapan ini sesuai dengan rumus Liddle di bawah: Rumus Liddle : E = k bebansumbu 8160 Dimana: kg 4 E = Angka ekivalen beban sumbu k = 1 (untuk sumbu tunggal) k = 0,086 (untuk sumbu ganda) k = 0,026 (untuk sumbu triple) Direktorat jendral bina marga departemen pekerjaan umum melalui SNI No:1732 1989 F, menetapkan rumus angka ekivalen sumbu tunggal dan sumbu ganda dengan rumus diatas. Untuk itu kendaraan sumbu triple nilai k = 0,026. Angka ekivalen kendaraan (E) dapat dihitung sebagai berikut : Menurut Bina Marga : E = E sb depan + E sb belakang, 1. Untuk Sumbu Tunggal : E = (34% (beban sumbu depan / 8160) 4 + (66% (beban sumbu belakang / 8160) 4 2. Untuk Sumbu Ganda : E = 0,086 (25% (beban sumbu depan / 8160) 4 + 0,086 (75% (beban sumbu belakang / 8160) 4 3. METODA PERHITUNGAN LINTAS EKIVALEN RENCANA (LER) LAPANGAN DAN PENURUNAN UMUR RENCANA Umur Rencana jalan ditentukan atas dasar pertimbangan klasifikasi fungsional jalan, pola lalu lintas serta nilai ekonomi jalan yang bersangkutan yang tidak terlepas dari pola pengembangan wilayah agar sesuatu menjadi seimbang baik kegunaan maupun pembiayaan yang akan dikeluarkan untuk membuat jalan tersebut. Dalam hal pelaksanaan hendaknya dilakukan secara bertahap. Adapun usaha dalam tahap tersebut meliputi pengawasan

teknis, pelaksanaan, pemeliharaan dan pembiayaan yang tidak boleh diabaikan agar umur rencana tersebut sesuai dengan yang direncanakan. 1. MUATAN SUMBU TERBERAT KENDARAAN DI LAPANGAN a) Konfigurasi Sumbu dan Distribusi Beban Kendaraan Lapangan Berdasarkan tabel konfigurasi sumbu dan distribusi beban : a. Kendaraan Sumbu Tunggal / 2 As Distribusi Sumbu Depan adalah 34% dan Belakang adalah 66% - Beban Sumbu Depan = 34% X Berat Hasil Penimbangan - Beban Sumbu Belakang = 66% X Berat Hasil Penimbangan b. Kendaraan Sumbu Tandem / 3 As Distribusi Sumbu Depan adalah 25% dan Belakang adalah 75% - Beban Sumbu Depan = 25% X Berat Hasil Penimbangan - Beban Sumbu Belakang = 75% X Berat Hasil Penimbangan b) Angka Ekivalen Kendaraan / Formula Daya Rusak Kendaraan (Damage Factor) Akibat Muatan Lebih di Lapangan a. Angka Ekivalen Beban Sumbu (E) p 4 1. E untuk Sumbu Tunggal = 8,16 P : Beban Sumbu Kendaraan Depan dan Sumbu Belakang 4 : Pangkat yang ditetapkan Bina Marga 2. E untuk Sumbu Tandem = 0,086 p 4 8,16 0,086 : Konstanta p 3. E untuk Sumbu Triple = 0,026 8,16 4 0,026 : Konstanta b. Faktor Daya Rusak Kendaraan / Angka Ekivalen Kendaraan (DF) 1. Kendaraan Sumbu Tunggal / 2 As DF = 0,66xP 4 8,16 p 4 8,16 0,34xP = 4 + 8,16 2. Kendaraan Sumbu Tandem / 3 As p 4 DF = 0,086 8,16 0,25xP 4 0,75xP + 0,086 4 8,16 8,16 = 0,086 c) Lintasan Ekivalen Rencana (LER) Muatan Normal a. LHRo (Lalu-lintas Harian Rata-rata Awal Umur Rencana dari data Lalu lintas). b. LHRn (Lalu-lintas Harian Rata-rata Akhir Umur Rencana) LHRo i n LHRn = LHRo ( 1 + i ) n : LHR dari data Lalu lintas : Perkembangan Lalu lintas : Umur Rencana c. LEP (Lintas Ekivalen Permulaan Umur Rencana)

LEP = LHRo X C X E C : Koefisien Distribusi Kendaraan E : Angka Ekivalen Kendaraaan Muatan Normal d. LEAn (Lintas Ekivalen Akhir Umur Rencana) LEAn = LHRn X C X E LHRn : LHR Akhir Umur Rencana e. LETn (Lintas Ekivalen Tengah Umur Rencana) LETn = ( LEP + LEAn ) 2 LEAn : Lintas Ekivalen Akhir Umur Rencana LEP : Lintas Ekivalen Permulaan Umur Rencana f. LER (Lintas Ekivalen Rencana) LER = LETn X FP, FP = (UR) 10 FP : Faktor Penyesuaian UR : Umur Rencana d) Lintasan Ekivalen Rencana (LER) Akibat Muatan Lebih di Lapangan a. Lalu lintas Harian Rata-rata Akhir Umur Rencana (LHRn) Muatan Lebih LHRn = LHRo ( 1 + i ) n LHRo : Data Lalu lintas Harian Ratarata yang diekivalenkan terhadap jumlah Kendaraan yang bermuatan lebih i : Perkembangan Lalu lintas n : Umur Rencana b. Lintasan Ekivalen Permulaan Umur Rencana (LEP) Akibat Muatan Lebih LEP = LHRo X C X E E : Angka Ekivalen Kendaraan Muatan Lebih C : Koefisien Distribusi Kendaraan c. Lintasan Ekivalen Akhir Umur Rencana (LEAn) Akibat Muatan Lebih LEAn = LHRn X C X E LHRn : Lalu lintas Harian Rata-rata akhir Umur Rencana Kendaraan Muatan lebih d. Lintasan Ekivalen Tengah Umur Rencana (LETn) Akibat Muatan Lebih LETn = ( LEP + LEAn ) 2 LEAn : Lintasan Ekivalen Akhir Umur Rencana Kendaraan Muatan Lebih LEP : Lintasan Ekivalen Permulaan Umur Rencana Kendaraan Muatan Lebih e. Lintasan Ekivalen Rencana (LERn) Akibat Muatan Lebih LERn = LETn X FP, FP = (UR) 10 FP : Faktor Penyesuaian UR : Umur Rencana e) Hasil 4. PENURUNAN UMUR RENCANA AKIBAT LINTAS EKIVALEN KENDARAAN MUATAN LEBIH a. Umur Rencana Sisa (URs) URs = LER Muatan Nomal

LER Muatan Lebih LER Muatan Normal : Lintasan Ekivalen Kendaraan Muatan Normal LER Muatan Lebih : Lintasan Ekivalen Kendaraan Muatan Lebih b. Penurunan Umur Rencana (UP) UP = UR URs UP : Umur Rencana Penurunan UR : Umur Rencana URs : Umur Rencana Sisa 3. METODOLOGI Untuk menncapai tujuan dalam mendapatkan besarnya penurunan umur rencana perkerasan jalan akibat muatan berlebih, maka langkah-langakh yang harus dilakuakan : Metode Pengumpulan Data Meliputi data primer dan data sekunder, yang mana cara pengumpulan data tersebut adalah : 1. Data Primer Surve dilapangan yaitu surve hasil timbangan muatan sumbu terberat (MTS) kendaraan dilapangan pada jembatan timbangan oto (JTO) Beringin Sub Dinas UPTD Dinas Perhubungan dan observasi lapangan untuk melihat kondisi perkerasan jalan pada ruas jalan Panti- Simpang Empat. 2. Data Sekunder Surve instansional yaitu pengumpulan data dari instansi-instansi terkait seperti : Dinas Perhubungan, Dinas Bina Marga Tinjauan Pustaka Mengambil bahan-bahan bacaan atau referensi dari buku yang sesuai dengan masalah penulisan dan penulisan tugas akhir. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 ANALISA PERHITUNGAN DATA TIMBANG MUATAN SUMBU TERBERAT (MST) DI LAPANGAN Dari hasil Surve yang dilakukan dilapangan yang bertempat di jembatan timbang oto (JTO) beringin, jenis kendaraan yang lewat dapat dibedakan menjadi: 1. Kendaraan Sumbu Tunggal / 2 As 2. Kendaraan Sumbu Tandem / 3 As 4.1.1 Konfigurasi Sumbu dan Distribusi Beban Kendaraan di Lapangan Berdasarkan hasil surve dan tabel konfigurasi sumbu dan distribusi beban, maka beban masing-masing sumbu adalah: a. Kendaraan Sumbu Tunggal / 2 As Distribusi Sumbu Depan adalah 34% dan Belakang adalah 66% - Beban Sumbu Depan = 34% X Berat Hasil Penimbangan - Beban Sumbu Belakang = 66% X Berat Hasil Penimbangan b. Kendaraan Sumbu Tandem / 3 As Distribusi Sumbu Depan adalah 25% dan Belakang adalah 75% - Beban Sumbu Depan = 25% X Berat Hasil Penimbangan - Beban Sumbu Belakang = 75% X Berat Hasil Penimbangan Distribusi Sumbu Kendaraan adalah :

1. Kendaraan sumbu Tunggal / 2 As - Beban Sumbu Depan = 34% X 9000 Kg = 3.060 Kg - Beban Sumbu Belakang = 66% X 9000 Kg = 5.940 Kg 2. Kendaraan Sumbu Tandem / 3 As Distribusi Sumbu Depan adalah 25% dan Belakang adalah 75% - Beban Sumbu Depan = 25% X 24.410 Kg = 6.103 Kg - Beban Sumbu Belakang = 75% X 24.410 Kg = 18.308 Kg 4.1.2 Analisa Perhitungan Angka Ekivalen Kendaraan / Formula Daya Rusak Kendaraan Muatan Lebih di Lapangan Dalam analisa ini akan dicoba menghitung nilai daya rusak (Damage Factor) yang diakibatkan oleh tiap jenis kendaraan yang diuji pada ruas jalan panti - simpang empat, berdasarkan surve MST terlampir pada tabel dimana rumus yang dipakai adalah : Kendaraan Sumbu Tunggal = P 4 8,16 Kendaraan Sumbu Tande = P 4 0,086 8,16 Kendaraan Sumbu Triple = P 4 0,026 8,16 Perhitungan Faktor Daya Rusak (Damage Faktor) nya adalah : 1. Kendaraan Sumbu Tunggal (2 As) : DF = p 4 8160 = 0,66x9000 4 = 0,30 8160 0,34x9000 4 8160 2. Kendaraan Sumbu Tandem (3 As) : DF = 0,086 p 4 8160 0,25x24.410 4 + 0,086 8160 = 2,21 + = 0,086 0,75x24.410 4 8160 4.2 ANALISA PERHITUNGAN LINTASAN EKIVALEN RENCANA (LER) MUATAN NORMAL Dalam Perhitungan Lintasan Ekivalen Rencana (LER) ruas jalan Panti Simpang Empat ini penulis menggunakan metode Bina Marga, dimana rumus yang digunakan adalah : 4.2.1 Perhitungan Lalu Lintas Harian Rata awal Umur Rencana (LHRo) Berdasarkan data hasil surve lalu lintas yang dilakukan Subdinas P2TJJ Bina Marga Sumbar, Lalu lintas pada tahun 2012 yang

didapat maka untuk LHRo awal umur rencana 2007 dapat ditentukan. LHR tahun 2007 pada ruas jalan Panti Simpang Empat adalah : Mobil penumpang = 1.111 Bus = 137 Truk 2 as 14 ton = 257 Truk 3 as 20 ton = 123 + Σ LHR = 1.628 / Kendaraan / Hari / 2 Jurusan 4.2.2 Perhitungan Lalu lintas Harian Ratarata Akhir Umur Rencana (LHRn) LHR akhir umur rencana pada ruas jalan Panti-Simpang Empat berdasarkan data diatas adalah: Mobil penumpang : 1.111 ( 1 + 0,075 ) 10 = 2289,80 Bus : 137 ( 1 + 0,075 ) 10 = 282,36 Truk 2 as 13 ton : 257 ( 1 + 0,075 ) 10 = 529,68 Truk 3 as 20 ton : _123 ( 1 + 0,075 ) 10 = 253,50 + Σ LHRn = 3355,34 Kendaraa n 4.2.3Perhitungan Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) Umur Rencana Umur LEP umur rencana dihitung dengan rumus LEP = LHRo x C x E, Sedangkan untuk nilai ekivalen (E) masing-masing kendaraan adalah: Mobil penumpang 2 ton : 0,0002 + 0,0002 = 0,0004 Bus 8 ton : 0,0183 + 0,1410 = 0,1593 Truk 2 as 13 ton : 0,1410 + 0,9238 = 1,0648 Truk 3 as 20 ton : 0,9238 + 0,7425 = 1,6663 Maka nilai LEP dari kendaraan adalah: Mobil penumpang : 1.111 x 0,5 x 0,0004 = 0,2222 Bus 8 ton : 137 x 0,5 x 0,1593 = 10,91205 Truk 2 as 13 ton : 257 x 0,5 x 1,0648 = 136,8268 Truk 3 as 20 ton : 123 x 0,5 x 1,6663 = 102,47745 + Σ LEP = 250,4385 4.2.4Perhitungan Lintas Ekivalen Akhir Umur Rencana (LEAn) Lintas ekivalen akhir yang akan dihitung dalam jangka waktu 10 tahun dengan rumus: LEAn = LHRn x C x E Mobil penumpang 2 ton : 2289,80 x 0,5 x 0,0004 = 0,4579 Bus 8 ton : 282,36 x 0,5 x 0,1593 = 22,4899 Truk 2 as 13 ton : 529,68 x 0,5 x 1,0648 = 137,8916 Truk 3 as 20 ton : 253,50 x 0,5 x 1,6663 = 211,2035 +

Σ LEA 10 = 372,0429 4.2.5Perhitungan Lintas Ekivalen Tengah (LET) Nilai lintas ekivalen tengah dapat dihitung dengan rumus: LET n = ( LEP LEAn) 2 LET 10 = ( 250,4385 372,0429) 2 = 311,2407 lintasan 4.2.6Perhitungan Lintas Ekivalen Rencana (LER) rumus: Nilai LER dapat ditentukan dengan 312 lintasan ) UR LER n = LET n x 10 10 LER 10 = 311,2407 x 10 = 311,2407 lintasan ( diambil Untuk 10 tahun = 312 x 365 x 10 = 1.138.800 lintasan 4.3.1Menghitung LHR Akhir (LHR n ) LHR akhir pada ruas jalan Panti Simpang Empat berdasarkan data diatas adalah: Mobil penumpang : 1.111( 1 + 0,075 ) 10 = 2.289.80 Bus : 137 ( 1 + 0,075 ) 10 = 282,36 Truk 2 as 13 Ton (Normal) : 110 ( 1 + 0,075 ) 10 = 226,71 Beban Lebih : 56 ( 1 + 0,075 ) 10 = 115,41 : 115 ( 1 + 0,075 ) 10 = 237,01 : 64 ( 1 + 0,075 ) 10 = 131,90 : 45 ( 1 + 0,075 ) 10 = 92,74 Truk 3 as 20 Ton (Normal) : 50 ( 1 + 0,075 ) 10 = 103.05 Beban Lebih : 13 ( 1 + 0,075 ) 10 = 26,79 : 59 ( 1 + 0,075 ) 10 = 121,60 : 17 ( 1 + 0,075 ) 10 = 35,03 4.3 ANALISA PERHITUNGAN LINTASAN EKIVALEN RENCANA (LER) AKIBAT MUATAN LEBIH (OVER LOAD) DI LAPANGAN Pada bagian ini akan dihitung berapa besar jumlah lintasan yang dicapai pada akhir + 0,075 ) 10 = 12,36 + = 3.674,76 Kendaraan : 6 ( 1 Σ LHR n tahun rencana akibat adanya kelebihan muatan yang diperoleh dari hasil surve timbang muatan kendaraan jembatan timbang beringin pada 4.3.2Menghitung Lintasan Ekivalen Permulaan (LEP) Umur Rencana ruas jalan Panti Simpang Empat.

Nilai LEP Umur Rencana dihitung dengan rumus LEP = LHRo x C x E sedangkan untuk nilai ekivalen (E) masing-masing kendaraan adalah: Mobil Penumpang 2 Ton (1+1) : 0,0002 + 0,0002 = 0,0004 Bus 8 Ton (5+3) : 0,0183 + 0,1410 = 0,1593 Truk 2 as 13 Ton (Normal) : 0,1410 + 0,9238 = 1,0648 Beban Lebih 9 Ton 17 Ton : = 1,1758 18 Ton 19 Ton : = 6,6862 20 Ton 22 Ton : = 8,5766 23 Ton 26 Ton : = 14,7182 Truk 3 as 20 Ton (Normal) : 0,9238 + 0,7425 = 1,6663 Beban Lebih 24 Ton 30 Ton : = 4,4522 31 Ton 35 Ton : = 8,2680 36 Ton 40 Ton : = 12,8492 41 Ton 47 Ton : = 21,7533 Maka nilai LEP dari kendaraan adalah : Mobil Penumpang : 1.111 x 0,5 x 0,0004 = 0,22 Bus 8 Ton : 137 x 0,5 x 0,1593 = 10,91 Truk 2 as 13 Ton (Normal) : 110 x 0,5 x 1,0648 = 58,56 Beban Lebih : 56 x 0,5 x 1,1758 = 32,92 : 115 x 0,5 x 6,6862 = 384,45 : 64 x 0,5 x 8,5766 = 274,45 : 45 x 0,5 x 14,7183 = 331,16 Truk 3 as 20 Ton (Normal) : 50 x 0,5 x 1,6663 = 41,16 Beban Lebih : 13 x 0,5 x 4,4522 = 28,93 : 59 x 0,5 x 8,3680 = 246,89 : 17 x 0,5 x 12,8492 = 109,22 : 6 x 0,5 x 21,7533 = 65,26 + Σ LEP = 1.584,63

4.3.3Menghitung Nilai Lintasan Ekivalen Akhir Umur Rencana (LEA n ) Lintasan ekivalen akhir yang akan dihitung dalam jangka waktu 10 tahun dihitung dengan rumus : LEAn = LHRn x C x E Mobil Penumpang 2 Ton : : 12,36 x 0,5 x 21,7533 = 134,43 + Σ LEA 10 = 3.265,66 2.289,80 x 0,5 x 0,0004 = 0,46 Bus 8 Ton : 282,36 x 0,5 x 0,1593 = 22,49 Truk 2 as 13 Ton (Normal) : 226,71 x 0,5 x 1,0648 = 120,70 Beban Lebih : 115,41 x 0,5 x 1,1758 = 67,84 : 237,01 x 0,5 x 6,6862 = 792,34 : 131,90 x 0,5 x 8,5766 = 565,62 : 92,74 x 0,5 x 14,7183 = 682,48 Truk 3 as 20 Ton (Normal) : 103,05 x 0,5 x 1,6663 = 85,85 Beban Lebih : 26,79 x 0,5 x 4,4522 = 59,63 : 121,60 x 0,5 x 8,3680 = 508,77 : 35,03 x 0,5 x 12,8492 = 225,05 4.3.4 Menghitung Nilai Lintasan Ekivalen Tengah (LET) Nilai Lintasan Ekivalen Tengah dapat dihitung dengan rumus : LET n = LEP LEAn 2 1.584,63 3.265,66 LER 10 = 2 = 925,15 4.3.5 Menghitung Lintasan Ekivalen Rencana (LER) Nilai LER dapat dihitung dengan rumus : UR LERn = LETn 10 10 LER 10 = 925,15 x 10 = 925,15 Untuk 10 tahun = 925,15 x 365 x 10 = 3.376.797,5 Lintasan Jadi akibat muatan lebih jumlah LER jalan Panti Simpang Empat meningkat menjadi 3.376.797,5 Lintasan untuk 10 tahun. 4.4 HASIL Dari hasil analisa perhitungan lintasan ekivalen rencana yang normal serta yang bermuatan lebih dapat ditentukan besarnya penurunan umur rencana perkerasan jalan.

4.5 PENURUNAN UMUR RENCANA PERKERASAN JALAN AKIBAT LINTASAN EKIVALEN MUATAN LEBIH (OVERLOAD) Dari hasil perhitungan didapat nilai LER normal adalah 1.138.800 untuk 10 tahunnya. Sedangkan LER akibat adanya muatan lebih adalah 3.376.797,5 untuk 10 tahunnya. Jadi untuk 1 tahun nilai LER nya adalah 337.679,75 lintasan. Maka umur rencana sisa perkerasan jalan sekarang adalah : a. Umur Rencana Sisa (URs) URs = LER Muatan Nomal = LER Muatan Lebih 1.138.800 337.679,75 = 3,37 Tahun Dari hasil itu dapat ditentukan penurunan umur rencana akibat adanya beban lebih.penurunan umur rencana akibat beban lebih tersebut adalah : b. Penurunan Umur Rencana Perkerasan Jalan (UP) UP = UR URs UP = 10 3,37 = 6,63 Tahun Dari hasil diatas maka dapat kita lihat bahwa akibat adanya kendaraan yang bermuatan lebih didapat penurunan umur rencana sebesar 6,63 Tahun. Timbang Oto (JTO) Beringin adalah : 752 Buah Kendaraan dengan rincian ; - 280 Buah Kendaraan Sumbu Tunggal / 2 As Bermuatan Lebih - 95 Buah Kendaraan Sumbu Tandem / 3 As Bermuatan Lebih - 160 Buah Kendaraan Bermuatan Normal yang terdiri dari kendaraan Sumbu Tunggal dan Sumbu Tandem. Jadi kendaraan yang melewati ruas jalan ini terdapat pelanggaran kapasitas muatan izin yang telah ditetapkan oleh Dinas Perhubungan. 4.7 PENURUNAN UMUR RENCANA Penurunan Umur Rencana Perkerasan Jalan Akibat Muatan Lebih (Over Load) Kendaraan Sumbu Tunggal dari 9 ton s/d 24 ton, dan Kendaraan Sumbu Tandem dari 25 ton s/d 47 ton adalah : 6,63 Tahun dari Umur Rencana Perkerasan jalan 10 Tahun.untuk Muatan Normal 8 ton dan 24 ton. 4.8 LALU LINTAS EKIVALEN RENCANA Akibat muatan lebih jumlah LER jalan Panti- Simpang Empat meningkat menjadi 3.376.797,5 Lintasan dari 1.138.800 Lintasan normal untuk umur rencana 10 tahun. 4.6 SURVE TIMBANG MUATAN SUMBU TERBERAT (MTS) Pada Survey Timbang Muatan Sumbu Terberat (MST) kendaraan di lapangan didapati jumlah kendaraan yang memasuki Jembatan 5.KESIMPULAN DAN SARAN 1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan yang dilakukan pada bab sebelumnya, maka dari itu penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Volume lalu lintas dan kapasitas muatan ternyata sangat berpengaruh langsung terhadap penurunan umur rencana jalan terutama pada kendaraan yang mempunyai muatan melebihi kapasitas muatan izin sebesar 8,16 ton. 2. Pada ruas jalan Panti Simpang Empat ternyata masih banyak dilewati oleh kendaraan berat yaitu kendaraan sumbu tunggal (19 24 ton) dan kendaraan sumbu tandem (25 47 ton)yang mempunyai muatan melebihi kapasitas daya angkut kendaraan. 3. Besarnya penurunan umur rencana pada tahun 2013 akibat muatan lebih (Over Load) adalah : 6,63 Tahun. 4. 2. SARAN Dari kesimpulan yang diambil penulis diatas, maka penulis mencoba memberikan saran sebagai berikut: 1. Untuk mencapai umur pelayanan yang direncanakan hendaknya pengawasan dan penertiban angkutan yang bermuatan melebihi kapasitas muatan lebih ditingkatkan dengan cara pembongkaran kelebihan muatan ditempat. 2. Meningkatkan kualitas Aspal dan Perkerasan jalan supaya jalan itu tercapai umur rencana yang sudah direncanakan. 3. Menyarankan kepada pihak Dinas Perhubungan dan Dinas Bina Marga untuk menetapakan aturan tentang muatan sehingga tidak didapati lagi kelebiahan muatan. Sehingga umur perkerasan jalan dapat sesuai dengan umur rencananya. 4. Melakukan pemeliharaan jalan secara rutin serta melakukan peningkatan jalan apabila telah terjadi kerusakan. 6 DAFTAR PUSTAKA 1. Bina Marga, 1983, Manual Pemeriksaan Perkersan Jalan Dengan Alat Benkelman Beam, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. 2. Sukirman, 1992, Perencanaan Perkerasan Lentur Jalan Raya, Edisi ke - 2, Penerbit Nova, Bandung