BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu negara dan pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa peralihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menjelaskan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

FAJAR DWI ATMOKO F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan memiliki budi pekerti

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, wawasan, keterampilan tertentu pada individu-individu.

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dunia ini tidak pernah lepas dari kehidupan. Ketika lahir, sudah disambut

HUBUNGAN ANTARA URUTAN KELAHIRAN DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

2015 PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI BERDASARKAN PROFIL

BAB I PENDAHULUAN. dengan masa remaja, kemudian masa dewasa. Masa remaja adalah masa. fisik, kognitif dan sosial emosional (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan mahluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN. No. Skripsi : 091/S/PPB/2013 pertengahan dan akhir masa anak-anak.

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB I PENDAHULUAN. alkohol, napza, seks bebas) berkembang selama masa remaja. (Sakdiyah, 2013). Bahwa masa remaja dianggap sebagai suatu masa dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia {human resources), pada

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja adalah masa pencarian nilai-nilai hidup. Dalam situasi demikian

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon pemimpin dimasa yang akan datang, karena itu remaja adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk mengembangkan bakat bakat dan kemampuan yang ada didalam dirinya. Masa remaja sebagai masa-masa penuh pergolakan karena pada saat itu remaja berusaha mencari jati diri dan identitas dirinya sehingga suka melakukan hal-hal yang baru meskipun hal tersebut kadangkala bertentangan dengan norma dan aturan yang berlaku. Egoisme remaja cukup menonjol sehingga seringkali berontak terhadap kenyataan yang sedang dihadapinya dan seringkali menolak bantuan dari orang dewasa lainnya. Menurut Hurlock (1999), pada masa remaja terjadi beberapa perubahan fisik, psikologis, dan secara sosial. Perubahan fisik yang terjadi adalah perubahan pada bentuk tubuh dan organ seks. Perubahan secara psikologis pada remaja adalah adanya pola emosi dan kematangan emosi pada remaja, dan perubahan secara sosial dapat dilihat dari meningkatnya pengaruh kelompok teman sebaya, pola perilaku sosial yang yang lebih matang, serta nilai-nilai baru dalam pemilihan teman.

2 Salah satu tugas perkembangan pada masa remaja adalah berhubungan dengan pencapaian perilaku sosial yang bertanggung jawab karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama-sama dengan teman sebaya, maka teman sebaya berpengaruh pada pembentukan sikap, cara bicara, cara penampilan, dan berperilaku. Hal tersebut berdasarkan fenomena bahwa remaja suka berkelompok dengan teman sebaya yang lain, selain itu remaja suka mencoba sesuatu yang baru dan berusaha mencari identitas dirinya sehingga muncullah sikap yang seringkali berubah-ubah sesuai lingkungan yang dihadapinya. Masa remaja merupakan masa yang rawan, jiwa yang masih labil, mudah berubah, mudah terpengaruh dan masih dalam proses pencarian identitas diri, sehingga hal ini dapat menimbulkan pertentangan dalam diri individu remaja dan ini menyebabkan remaja mudah terbawa keperbuatan atau tingkah laku yang negatif serta menyebabkan munculnya kenakalan remaja. Sumiati (2009), menyatakan kenakalan remaja adalah suatu perilaku yang dilakukan oleh remaja dengan mengabaikan nilai-nilai sosial yang berlaku didalam masyarakat. Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma dan hukum yang dilakukan oleh remaja. Perilaku ini dapat merugikan dirinya sendiri dan orang-orang sekitarnya Beberapa kasus tindakan kenakalan remaja yang muncul di pemberitaan Detik Surabaya pada tanggal 13 November 2009, 23 Oktober 2009 dan 10 Januari 2010 antara lain, empat pelajar dari sebuah SMK di Bandung, yang melakukan penyerangan terhadap SMK lain dengan cara melemparkan batu; kasus lain adalah pencurian yang dilakukan oleh tiga pelajar SMP, ketiga

3 pelajar ini adalah spesialis pencuri uang dengan modus mencuri di rumah temannya sendiri. Kasus lainnya yaitu kasus 7 pelajar SMP di Surabaya memperkosa teman satu kelasnya sehingga membuat korban perkosaan ini menjadi tidak mau bersekolah lagi. Kasus tindak kenakalan remaja yang lebih parah lagi adalah sampai pada tindak pembunuhan, hal ini terjadi pada pelajar SMA di Lamongan yang tega membunuh temannya sendiri demi mendapatkan uang untuk membayar uang sekolahnya (http:// Detik Surabaya.com//kasus/ tawuran/ pencurian/pemerkosaan/pembunuhan//) dan masih banyak lagi tindak kenakalan lainnya seperti merokok, seks bebas, perjudian, mengkonsumsi narkoba, meminum minuman keras atau alkohol, dan aborsi. Tindakan tindakan yang dilakukan oleh remaja remaja tersebut sudah tidak dapat dikategorikan sebagai kenakalan biasa karena akibat dari yang ditimbulkannya sudah bersifat negatif serta membahayakan dan merugikan orang lain, maupun diri sendiri. Kenakalan remaja seringkali terdapat di kalangan lembaga pendidikan. Sekolah sebagai tempat belajar remaja (siswa) merupakan suatu tempat untuk mendidik, tetapi dilain sisi sekolah merupakan tempat terjadinya kenakalan remaja. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan harkat derajat manusia, menjadikan manusia yang beriman dan bertakwa. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional (Undang-undang no. 20 Tahun 2003), yaitu: (1) beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) berahlak mulia, (3)

4 memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta (6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Upaya tersebut dapat terwujud apabila ada kerjasama dan komunikasi yang baik dengan semua pihak diantaranya peserta didik, guru (sekolah) dan orang tua sehingga pendidikan di sekolah akan berhasil. Peserta didik dapat berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya sehingga mampu mencapai prestasi belajar yang baik. Surya (2004) mengemukakan keberhasilan prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh faktor non intelektual, salah satu faktor non intelektual itu adalah penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial siswa di sekolah penting artinya dalam menunjang prestasi akademis, karena ketidak mampuan siswa dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan dan harapan sekolah dapat mengganggu kegiatan proses belajar mengajar yang akhirnya akan berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar. Peserta didik yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosial terlihat dari perilaku yang tampak seperti tidak mematuhi tata tertib sekolah, tidak mengerjakan pekerjaan rumah atau tugas dari guru, mengisolir diri, saling bermusuhan, mengganggu teman lain dan sebagainya. Hal ini akan menimbulkan gangguan-gangguan psikologis dan berdampak pada rendahnya prestasi belajar yang dicapai. Keadaan sekolah sebagai lembaga pendidikan berkewajiban untuk menghilangkan gangguan-gangguan sosial-psikologisnya tersebut. Menurut

5 Melly (1987) fungsi sekolah itu ditekankan pada fungsi sosial psikologisnya. Di sekolah siswa tidak hanya mengalami perkembangan fisik dan intelektualnya saja, tetapi juga membutuhkan adanya proses sosialisasi dimana mereka belajar memperoleh kematangan sosial dalam mempersiapkan dirinya menjadi orang dewasa untuk memiliki kemampuan penyesuaian sosial yang memadai. Di Madrasah Aliyah Al-Khoiriyah, terdapat siswa yang termasuk kategori nakal. Sesuai hasil wawancara dengan wakil kepala bagian kesiswaan, kenakalan tersebut ditunjukkan dengan perilaku suka bolos sekolah, merokok, berkelahi, tidak langsung pulang sekolah, suka mengumpat, suka mengganggu teman. Perilaku-perilaku tersebut meskipun masih termasuk dalam kategori kewajaran dalam masa remaja tetapi tetap masuk dalam kategori kenakalan remaja. Lebih lanjut menurut wakil kepala bagian kesiswaan, pihak sekolah seringkali kurang mampu untuk mengatasi kenakalan siswa-siswanya tersebut. Biasanya siswa yang melakukan kenakalan tersebut dihukum oleh pihak sekolah. Hukuman tersebut rata-rata bersifat fisik sehingga pendidikan dalam hukuman masih belum tercapai. Kenakalan remaja yang sering terjadi ternyata tidak membedakan remaja dalam komunitas lingkungan agamis maupun lingkungan non agamis. Artinya sekolah yang berbasis agama bukan berarti jaminan bahwa tidak terdapat kenakalan remaja daripada sekolah yang berbasis umum. Hal tersebut

6 mengindikasikan bahwa sesungguhnya ada faktor lain yang menimbulkan kenakalan remaja tersebut. Kenakalan remaja yang terjadi di MA. Al-Khoiriyah merupakan sesuatu yang cukup penting diperhatikan karena melihat lingkungan sekolah yang berlandaskan agama Islam dan remaja sebagai generasi muda calon pemimpin bangsa yang seyogyanya mampu bersikap baik dan mengoptimalkan potensipotensi yang ada dalam dirinya. Slameto (2003), mengemukakan bahwa ada tiga bagian faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi siswa. Keluarga adalah termasuk di dalam salah satu faktor yang mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan siswa. Dari lingkungan keluarga inilah yang pertama kali anak dikenalkan dan menerima pendidikan dan pengajaran terutama dari ayah dan ibunya. Pengaruh keluarga bagi siswa adalah berupa: cara orang tua mendidik anak, hubungan antara keluarga, pengertian orang tua, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan latar belakang kebudayaan. Hal-hal lain yang dapat mempengaruhi prestai belajar siswa dari dalam keluarga ini adalah suasana keluarga. Suasana keluarga yang ramai, gaduh atau tegang karena orang tua sering berselisih pendapat dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa. Demikian pula keadaan ekonomi keluarga, dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, misalnya ekonomi keluarga yang kurang

7 maka fasilitas belajar anak bisa kurang terpenuhi, bahkan tempat belajar anak kurang memadai atau tidak ada, akibatnya siswa tidak dapat belajar dengan baik sehingga menjadi penghambat prestasi belajarnya. Di dalam keluarga didapatkan suatu perhatian, kehangatan, serta kasih sayang dari keluarga sehingga remaja memiliki kemampuan dalam menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan di lingkungan sekitarnya dan dalam keluarga terwujud rasa kebersamaan, komunikasi yang baik dan ada rasa saling menghargai. Selain itu, dalam keluarga ditanamkan juga nilai nilai budi pekerti dan norma norma terutama norma agama. Keluarga bertanggung jawab atas pendidikan dan kesejahteraan anak, serta tempat anak berbagi cerita dan masalah-masalah yang anak hadapi. Ibu adalah sosok yang berperan sebagai pembimbing dan pendidik anaknya serta sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan seorang remaja dalam kehidupannya karena di dalam rumah mula-mula seorang remaja mendapat pendidikan yang utama dari seorang ibu. Saat ini kebanyakan seorang perempuan selain sebagai seorang ibu rumah tangga banyak juga yang berkarir dengan bekerja di luar rumah membantu peran suami mencari nafkah. Dengan adanya kebebasan dalam bekerja, perempuan yang sudah berumah tangga dapat bekerja di luar rumah dengan tidak melepas kewajibanya sebagai ibu rumah tangga dalam keluarga. Ibu yang bekerja formal memulai pekerjaannya dari pukul 7.00 pagi sampai 15.00 sore. Kurang lebih waktu ibu berada di luar rumah adalah 8 jam, sehingga waktu yang dimiliki Ibu banyak diluar rumah. Ibu bekerja memiliki

8 kesempatan menemani anak hanya pada pagi hari sebelum berangkat bekerja dan pada malam hari setelah Ibu pulang bekerja. Disela-sela waktu-waktu itu beberapa Ibu bekerja menggunakan media komunikasi untuk memantau anakanaknya. Waktu yang diberikan oleh Ibu yang bekerja kepada anaknya sedikit terbatas, mengingat waktu, tenaga, dan pikirannya telah banyak dicurahkan pada pekerjaanya. Ibu yang tidak bekerja diluar rumah adalah murni Ibu yang hanya mengerjakan pekerjaan ibu rumah tangga atau pekerjaan rumah saja, sehingga mempunyai banyak waktu dirumah serta memiliki kesempatan untuk berkumpul bersama anak-anaknya. Ibu yang tidak bekerja juga tidak diburuburu waktu seperti halnya dengan ibu yang bekerja. Seorang ibu harus dapat menjadi model tingkah laku yang mudah diamati dan ditiru oleh anak, menjadi pendidik didalam memberi bimbingan dan pertimbangan dalam memberi pemecahan masalah serta dapat menjadi sumber informasi bagi anak. Remaja yang kurang mendapat perhatian, kasih sayang dan bimbingan dari keluarganya terutama Ibu akan mencari perhatian dari luar rumah. Remaja yang mencari perhatian di luar rumah bisa terpengaruh pada lingkungan yang tidak kondusif yaitu lingkungan yang tidak baik bagi perkembangan dan tingkah laku remaja, sehingga menimbulkan tindakan negatif yang disebut dengan tindakan kenakalan remaja. Berdasarkan latar belakang dan uraian yang dikemukakan diatas maka dalam penelitian ini adalah mengenai Perbedaan Tingkat Kenakalan Remaja

9 Ditinjau Dari Aktifitas Ibu (Studi Komparasi Pada Siswa Madrasah Aliyah Al-Khoiriyah) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah tingkat kenakalan remaja yang ibunya bekerja? 2. Bagaimanakah tingkat kenakalan remaja yang ibunya tidak bekerja? 3. Apakah ada perbedaan kenakalan remaja antara ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja? C. Tujuan Penelitian Penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tingkat kenakalan remaja yang ibunya bekerja. 2. Untuk mengetahui tingkat kenakalan remaja yang ibunya tidak bekerja. 3. Untuk mengetahui perbedaan kenakalan remaja antara ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan dan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang terkait dengan bidang psikologi sosial khususnya yang menyangkut kenakalan remaja.

10 2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan yang berarti bagi : a. Remaja Memberikan pengertian dan pemahamn kepada para remaja bahwa Ibu adalah sosok yang mempunyai peran penting dalam keluarga sehingga mendekatkan remaja dengan keluarga terutama Ibu terlepas dari Ibu yang bekerja dan Ibu yang tidak bekerja. b. Orangtua Memberikan pengetahuan dan wawasan yang baru orangtua terutama Ibu yang bekerja dan Ibu yang tidak bekerja tentang peranan seorang Ibu didalam perkembangan anak terutama pada usia remaja c. Sekolah Memberi masukan dan informasi bagi pihak sekolah didalam memberikan bimbingan kepada siswa siswanya yang bermasalah dan dalam memberikan penyuluhan kepada orangtua siswa tentang kenakalan remaja. d. Peneliti lain Sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan ilmu serta teori psikologi didalam kehidupan, serta didalam melakukan penelitian khususnya dibidang kenakalan remaja.