BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah perubahan dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena Reformasi Birokrasi yang bergulir menuntut perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. memaksa untuk keperluan negara yang diatur oleh undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah di Indonesia telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 1 (satu) disebutkan, bahwa Pendapatan Asli Daerah bersumber dari Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

STUDI PEMANFAATAN PARKIR UMUM DAN PARKIR KHUSUS TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PERPARKIRAN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan sumber daya dan potensi yang ada di daerah harus dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejak 1 januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan masyarakatnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Setiap negara pasti memiliki potensi-potensi yang tinggi baik

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah memberikan wewenang kepada daerahnya untuk

MEIDA MELIANTINI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat dan pembangunan (Siahaan, 2010:9). Sedangkan pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. warga negaranya yang memenuhi syarat secara hukum berhak wajib untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan perpajakan Indonesia dari sistem Official Assessment ke sistem Self

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Jenis pajak yang ada di Negara Indonesia dibagi menurut :

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PARKIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan pembangunan nasional tersebut. Pemerintah harus

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. yang besar dan penduduk yang padat. Untuk mengatur dan menjalankan sebuah

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah di daerah, dapat diperoleh dari hasil penerimaan suatu daerah atau dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki fungsi dalam. mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakat bersama-sama mengelola sumber daya yang. perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

I. PENDAHULUAN. Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai

BAB II PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR DI KOTA MEDAN. dengan kebutuhan sehingga lebih bermanfaat. Nugroho mendefinisikan bahwa : 29

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan. Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemberlakuan undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bentuk usaha yang akan berimbas pada perkembangan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan ini dalam artian bahwa karena lapangan retribusi daerah berhubungan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di suatu daerah diciptakan untuk membangun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB II LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. (Diana Sari, 2013:40). Selanjutnya Diana Sari menyatakan, sebagai sumber

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI,

PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR DAN RETRIBUSI PARKIR OLEH PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penggalian potensi penerimaan dalam negeri akan terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

TENTANG PAJAK. Daerah. Menimbang pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINANN TERTENTU

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan tersebut dapat meliputi berbagai hal, mulai dari aspek sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh negara

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 05 TAHUN 2004 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran perlunya pembangunan berkelanjutan.

BAB I PENDAHULUAN. seperti jalan, jembatan, rumah sakit. Pemberlakuan undang-undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perpajakan di Indonesia bukan menjadi persoalan pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang Indonesia memiliki pendapatan dari berbagai

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 2 TAHUN 2002 SERI : A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK PARKIR

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era otonomi daerah yang secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia sejak 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka

BAB III PEMBAHASAN POTENSI PAJAK DAN RETRIBUSI PARKIR DI AREA PARAGON CITY MALL SEMARANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan diberlakukan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah perubahan dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memberikan lebih banyak kewenangan kepada daerah dalam menjalankan fungsi pemerintahan, undang-undang tersebut merupakan landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Melalui Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 dilakukan pengaturan yang bersifat afirmatif yang dimulai dari pemetaan urusan pemerintahan yang akan menjadi prioritas Daerah dalam pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya. Melalui pemetaan tersebut akan tercipta sinergi kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang urusan pemerintahannya didesentralisasaikan ke daerah. Sinergi urusan pemerintahan akan melahirkan sinergi kelembagaan antara Pemerintah Pusat dan Daerah karena setiap kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian akan tahu siapa pemangku kepentingan (stakeholder) dari kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian tersebut di tingkat provinsi dan kabupaten/kota secara nasional. Sinergi urusan pemerintahan dan kelembagaan tersebut akan menciptakan sinergi dalam perencanaan pembangunan antara kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian dengan daerah untuk mencapai target nasional. Manfaat lanjutannya adalah akan tercipta penyaluran bantuan yang terarah dari kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian terhadap 1

2 daerah-daerah yang menjadi stakeholder utamanya untuk akselerasi realisasi target nasional tersebut. Dalam hal ini pajak parkir diberikan kewenangan untuk meningkatkan pendapatan daerah, dan juga untuk kemakmuran rakyatnya dalam pembangunan daerah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, dijelaskan lebih lanjut bahwa penerimaan parkir adalah diluar badan jalan yang disediakan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan yang memungut bayaran. Demikian pula berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 05 tahun 2004 Bab 2 Pasal 2, yaitu: 1. Objek pajak adalah penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usahaun yang disediakan sebagai satu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor yang memungut bayaran. 2. Klasifikasi tempat parkir sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini yaitu: a. Gedung parkir. b. Pelataran parkir. c. Garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran. d. Tempat penitipan kendaraan bermotor.

3 3. Tidak termasuk objek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah: a. Penyelenggara tempat parkir oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah daerah. b. Penyelenggara parkir kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing, dan perwakilan negara-negara internasional dengan asas timbal balik. c. Penyelenggara parkir ditempat peribadatan dan sekolah serta tempat-tempat lainnya yang diatur oleh walikota. Kemudian menurut Pasal 3 Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 2004 Kota Bandung mengenai Subjek dan Wajib Pajak, yaitu: 1. Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas tempat parkir. 2. Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat parkir. Dari Pasal 3 Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 2004 dijelaskan Dasar perhitungan dan penetapan pajak berdasarkan tarif pajak, dimana pengenaan pajak parkir sebesar 20% setiap bulan dari penerima penyelenggaraan, perusahaan tempat parkir guna menunjang pelaksanaan pembangunannya melalui sebuah kebijakan, yang merupakan pengelompokkan kewenangan daerah di bidang pendapatan yang dikelola oleh Dinas Pelayanan Pajak (DISYANJAK) Kota Bandung. Kebijakan ini merupakan suatu upaya pemerintahan daerah dalam

4 menggali potensi yang ada disektor pendapatan. Target dan realisasi pajak parkir dapat dilihat dari label berikut: Tabel 1.1 Target dan Realisasi Pajak Parkir Kota Bandung TAHUN TARGET REALISASI PRESENTASE 2008 5.210.437.782.00 5.059.247.720.00 97% 2009 5.818.165.928.00 5.603.954.159.00 96% 2010 6.500.000.000.00 5.883.398.588.00 90% 2011 6.500.000.000.00 5.904.012.290.00 91% 2012 7.000.000.000.00 19.797.707.448.00 283% 2013 7.500.000.000.00 7.796.908.376.00 103% Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung Penyusunan target penerimaan pajak parkir dari tahun ke tahun selalu meningkat dikarenakan meningkatnya pula jumlah para wajib pajak yang ada di Kota Bandung. Apabila kita mengacu data diatas mengenai realisasi penerimaan pajak parkir di kota Bandung Penerimaan Pajak Parkir beberapa tahun kebelakang yaitu dari tahun 2008 s/d 2011 tidak mencapai target yang telah ditetapkan, kemudian pada tahun 2013 penerimaan Pajak Parkir mengalami penurunan yang sangat signifikan. Hal tersebut diduga karena masih banyaknya permasalahan terkait dengan implementasi kebijakan pajak parkir di Kota Bandung, permasalahan tersebut diantaranya: 1) Pelanggaran parkir liar di Kota Bandung yang terus meningkat, hal tersebut dapat dilihat dari data yang telah didapatkan oleh penulis, yaitu sepanjang tahun 2013, tercatat 2.617 kendaraan yang ditertibkan, terdiri dari 954 roda empat dan 1.663 roda dua, Sementara tahun 2014, tercatat 3.410 kendaraan yang ditertibkan, 1.240 di antaranya roda empat dan 2.170 roda dua. (sumber: Tim Penertiban Parkir Dinas Perhubungan Kota Bandung)

5 2) Masih banyak penyedia sarana tempat parkir di Kota Bandung yang tidak membayar pajak atau tidak tercatat sebagai wajib Pajak, hal tersebut dapat terlihat dari data yang diperoleh oleh peneliti, yaitu sampai dengan tahun 2014 tercatat baru ada 305 wajib pajak parkir yang terdaftar, seharusnya jumlah peneyedia lahan parkir yang berada di Kota bandung jauh melebihi angka tersebut. (Sumber: Bidang Pendaftaran Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung) 3) Banyaknya penyelenggara tempat parkir yang terdaftar sebagai wajib pajak tidak tepat waktu membayar pajak yang menyebabkan banyaknya tunggakan (piutang), hal tersebut salah satunya terjadi pada tahun 2012 yang pada saat itu penerimaan pajak parkir mengalami kenaikan yang sangat signifikan 283% akan tetapi kemudian dilanjutkan dengan penurunan yang sangat signifikan juga ditahun berikutnya. (Sumber: Seksi Penyelesaian Piutang Bidang Pajak Pendaftaran) B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengidentifikasi masalah yang ada sebagai berikut: 1. Kurangnya sosialisasi dari pemerintah kota bandung berkenaan dengan Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 2004 kepada para penyedia jasa parkir resmi. 2. Masih buruknya pendistribusian pajak parkir dari para penyedia tempat parkir resmi di kota bandung.

6 3. Kurangnya fasilitas atau sarana berupa lahan parkir resmi sehingga menimbulkan banyaknya parkir liar di kota bandung. 4. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk membayar parkir ataupun parkir di tempat resmi yang disediakan oleh pemerintah kota bandung. C. Rumusan Masalah Seberapa besar pengaruh implementasi kebijakan pajak parkir terhadap efektivitas penerimaan pajak parkir di Dinas Pelayanan Pajak (Disyanjak) Kota Bandung? D. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh implementasi kebijakan pajak parkir tentang komunikasi, sumber daya, disposisi dan birokrasi terhadap efektivitas penerimaan pajak parkir di Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung. E. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaanya dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Mengembangkan teori-teori yang berkaitan dengan Administrasi Negara terutama tentang administrasi daerah (otonomi daerah). b. Untuk mengimplementasikan ilmu yang telah dipelajari oleh peneliti dalam setiap perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

7 2. Manfaat Praktis a. Bagi pemerintah kota Bandung diharapkan dapat dijadikan masukan dalam mengatur dan membentuk kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan dinas pendapatan kota bandung agar mengoptimalkan fungsi dan peranannya. b. Bagi Dinas Pendapatan kota Bandung diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam melakukan pemungutan pajak daerah agar dapat meminimalisir kendala serta temuan solusinya. F. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran adalah jalan pikiran peneliti yang berkaitan dengan proses penelitian (Heri Jauhari, 2008:30). Langsung pada inti dibawah ini beberapa pengertian kebijakan menurut para ahli: Menurut Thomas R. Dye kebijakan publik adalah sebagai apa saja yang menjadi pilihan pemerintah untuk berbuat atau tidak berbuat. Menurut Carl Friedrich kebijakan publik sebagai keseluruhan rumusan kegiatan yang berisikan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai, (Bernadus Luankali, 2007:1). Di atas merupakan sepenggal pengertian kebijakan menurut para ahli. Di dalam kerangka berfikir penelitian ini dicantumkan pula beberapa teori tentang implementasi kebijakan yaitu: Menurut pendapat Van Meter dan Van Horn yaitu: "Implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompokkelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan yang telah menggariskan dalam putusan kebijakan" (Leo Agustino, 2008:139).

8 Menurut George C. Edward III yang dikutip oleh Nugroho dalam bukunya Public Policy (2011:165), mengemukakan beberapa dimensi yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi kebijakan, yaitu: 1) Komunikasi 2) Sumber Daya 3) Disposisi dan 4) Struktur Birokrasi Keempat faktor tersebut menjelaskan keberhasilan pelaksanaan suatu kebijakan ditentukan oleh kemampuan pelaksana untuk mengkomunikansikan isi kebijakan, adanya pelaksanaan dengan keahliannya serta fasilitas yang ada, sikap dari para pelaksana serta kemampuannya untuk menyusun struktur birokrasi pelaksana yang sesuai dengan sasaran kebijakan. Pengertian pajak daerah menurut Mardiasmo adalah: "Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat". (Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Ak 2011:12) Sedangkan pengertian pajak parkir menurut Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 05 Tahun 2004 adalah: Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang disediakan berkaiatan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor" Sementara itu pengertian mengenai efektifitas, dalam hal ini konsep efektifitas merupakan konsep yang luas, mencakup berbagai faktor didalam maupun diluar organisasi.

9 Pengertian efektifitas menurut Sedarmayanti adalah: "Efektifitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target yang dicapai. Pengertian efektifitas ini lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama. Apabila efesiensi dikaitkan dengan efektifitas maka walaupun terjadi peningkatan efektifitas belum tentu efensiensi meningkat". (Sedarmayanti, 2001:59) Sedangkan ada 3 pengertian sebagai tolak ukur efektifitas yang dikemukakan oleh Sedarmayanti dalam bukunya Sumber Daya Manusia dan Produktifitas Kerja (2001:134) adalah sebagai berikut: 1) Tepat waktu dalam waktu penyelesaian tugas yang ditetapkan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan sebelumnya. Pegawai tidak menunda pekerjaan, tidak ada jam lembur dan setiap pekerjaan terjadwal sehingga mudah menyelesaikannya. 2) Tepat kualitas dalam arti pekerjaan yang ditangani oleh pegawai sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan instansi, pekerjaan yang dilakukan dengan penuh ketelitian dan kesungguhan sehingga terbebas dari kesalahan dan hasil kerja dapat memberikan kepuasan kepada para pengawas. 3) Tepat kuantitas merupakan kemampuan pegawai untuk memenuhi target atau jumlah yang ditetapkan dan dapat menyelesaikan pekerjaan yang lebih banyak dengan tanggung jawab yang lebih besar. Jika implementasi perda Nomor 05 Tahun 2004 diimplementasikan dengan baik maka penerimaan pajak parkir akan efektif dan pendapatan asli daerah akan naik sesuai dengan tujuan dan cita-cita dari dibuatnya perda itu.

10 Dari berbagai teori yang dikemukakan diatas peneliti dapat merumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut: INPUT Gambar 1.1 Kerangka Permikiran PROSES OUTPUT Implementasi Kebijakan Perda No.5 Tahun 2004 Tentang Pajak Parkir 1. Komunikasi 2. Sumberdaya 3. Disposisi 4. Struktur Birokrasi Efektivitas Penerimaan Pajak Parkir Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandung G. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk format pertanyaan (Sugiono. 2008:70). Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah: H0 = Bahwa Implementasi Kebijakan Pajak Parkir Tentang Komunikasi, Sumber Daya, Disposisi dan Struktur Birokrasi Berpengaruh terhadap Efektivitas Penerimaan Pajak Parkir di Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung. H1 = Bahwa Implementasi Kebijakan Pajak Parkir Tentang Komunikasi, Sumber Daya, Disposisi dan Struktur Birokrasi Tidak Berpengaruh terhadap Efektivitas Penerimaan Pajak Parkir di Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung.