BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR) DAN NON PERFORMING LOAN (NPL) TERHADAP PENYALURAN KREDIT PERBANKAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat penyaluran dana-dana dari Surplus Spending Unit (SSU) ke

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi agar berdaya dan berhasil guna secara optimal. Lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. ikut terpuruk. Demikian pula sebaliknya, ketika perekonomian mengalami stagnasi sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai financial intermediary atau perantara keuangan dari dua pihak, yakni

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Penelitian ini mengangkat isu tersebut karena beberapa alasan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara memiliki peranan cukup penting, bahkan. dalam kehidupan masyarakat modern sehari-hari sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. negara. Ketika sektor perbankan terpuruk maka akan berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan (financial intermediary) yaitu menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana. Bank akan menerima dana dari. masyarakat (DPK) dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan kredit perbankan sebelum krisis ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ini, tidak pernah

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN PENYALURAN KREDIT PERBANKAN (Studi pada Bank Umum di Indonesia Periode Tahun )

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Peran Perbankan sebagai lembaga intermediasi cukup penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah. mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dan giro yang merupakan kewajiban bank sebab harus dikembalikan sesuai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Dimana laporan keuangan tersebut memiliki tujuan salah satunya yaitu. pengambilan keputusan. (Martani dkk, 2012:8)


BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN PENYALURAN KREDIT PERBANKAN (Studi pada Bank Umum di Indonesia Periode Tahun )

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan seperti perbankan. Perbankan sebagai lembaga keuangan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. alokasi sumber-sumber dana secara efektif dan efisien, bank juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi, bank berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

I. PENDAHULUAN. satu lembaga keuangan yang paling besar peranannya adalah perbankan. disalurkan kembali kepada komponen penggerak ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaaan lembaga perantara keuangan (financial intermediatery institution)

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga perekonomian bahu-membahu mengelola dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. penunjang pembangunan ekonomi. Kepercayaan masyarakat terhadap bank

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi nyata sektor perbankan (Levine, 1997:721). Perbankan mendorong

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor perbankan sebagai lembaga intermediate antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang analisis pengaruh Dana Pihak Ketiga, CAR, ROA, dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup pesat, baik dari sisi volume usaha, mobilisasi dana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi yang dapat berperan dalam mendukung kegiatan perekonomian salah satunya adalah Dunia perbankan. Berdasarkan UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Mengapa demikian, karena bank memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang ingin menginvestasikan kelebihan dananya untuk kemudian disalurkan dan dihimpun kepada masyarakat yang kekurangan dana. Untuk memfasilitasi itu semua Bank memiliki tugas untuk menghimpun dana para investor dalam berbagai bentuk simpanan selanjutnya dari dana yang telah terhimpun tersebut, oleh bank disalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk kredit. Dengan semakin tingginya berbagai macam kebutuhan masyarakat, semakin tinggi pula tuntutan kinerja perbankan yang baik dalam menopang seluruh aktivitas perekonomian sehingga masyarakat dapat tumbuh berkembang dan kelangsungan perbankan pun dapat terus ditingkatkan dengan mengembangkan produk-produk yang tepat dan sesuai di masyarakat. 1

2 Perusahaan perbankan yang ada di Indonesia meliputi bank persero, bank umum swasta nasional devisa, bank umum swasta nasional non devisa, bank pembangunan daerah, bank campuran dan bank asing. Peneliti tertarik untuk membuat penelitian di bank persero karena merupakan bank yang nilai asetnya mayoritas dikuasai oleh negara. Hal tersebut dapat ditunjukan dengan total kepemilikan saham yang dimiliki oleh Negara Republik Indonesia lebih besar dari yang dimiliki oleh masyarakat. Selain itu, bank persero yang terdiri dari 4 bank, memiliki total aset, dana pihak ketiga, dan kredit yang dapat bersaing dengan bank swasta devisa yang berjumlah 31 bank. Tabel 1.1 Komposisi Kepemilikan Saham Bank Persero 2013 BANK Negara Republik Indonesia PERSERO (%) Masyarakat (%) MANDIRI 60,00 40,00 BNI 60,00 40,00 BRI 79,80 20,20 BTN 60,76 39,24 Sumber : ringkasan kinerja perusahaan tercatat (http://www.idx.co.id) Berdasarkan Tabel di atas, dapat ditunjukan bahwa total saham yang dimiliki Negara Republik Indonesia lebih besar dari yang dimiliki oleh masyarakat.

3 Tabel 1.2 Perkembangan Aset, DPK dan Kredit Berdasarkan Kelompok Bank Periode Desember 2012 (Miliar Rp) Kelompok Bank Total Aset DPK Kredit BUSN Devisa 1,705,408 1,107,908 854,368 Bank Persero 1,535,343 960,609 767,507 BUSN Non Devisa 135,472 69,824 56,033 BPD 366,685 263,103 177,881 Bank Campuran 217,713 118,052 123,596 Bank Asing 301,966 150,454 141,249 Total 4,262,587 2,669,950 2,120,634 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia - Vol. 11, No. 1, Desember 2012 (www.bi.go.id) Berdasarkan Tabel 1.2 di atas, dapat ditunjukan bahwa total aset, dana pihak ketiga, dan kredit yang dimiliki oleh bank persero tidak kalah bersaing dengan bank lain hanya kalah dari bank swasta devisa yang mampu menduduki peringkat pertama, dengan catatan bahwa bank persero hanya terdiri dari 4 bank, sedangkan bank swasta devisa memiliki sekitar 36 bank. Menurut Lukman Dendawijaya (2009) dana - dana yang dihimpun dari masyarakat dapat mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank dan kegiatan perkreditan mencapai 70% - 80% dari total aktiva bank. Bila memperhatikan neraca bank akan terlihat bahwa sisi aktiva didominasi oleh besarnya kredit yang diberikan, dan bila memperhatikan laporan laba rugi bank akan terlihat bahwa sisi pendapatan didominasi oleh besarnya pendapatan dari bunga dan provisi kredit. Terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran kredit

4 tersebut disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama, sifat usaha bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit. Kedua, penyaluran kredit memberikan spread yang pasti sehingga besarnya pendapatan dapat diperkirakan. Ketiga, melihat posisinya dalam pelaksanaan kebijaksanaan moneter, perbankan merupakan sektor usaha yang kegiatannya paling diatur dan dibatasi. Keempat menurut Siamat (2005) menyatakan bahwa sumber utama dana bank berasal dari dana masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Sebagaimana umumnya negara berkembang, sumber pembiayaan dunia usaha di Indonesia masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan, tetapi risiko yang terbesar dalam bank juga bersumber dari pemberian kredit. Penyaluran kredit memungkinkan masyarakat untuk melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat. Melalui fungsi ini bank berperan sebagai Agent of Development (Susilo, et. al. 2006). Meskipun penyaluran kredit memegang peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi negara, namun kredit yang disalurkan oleh perbankan belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Persero periode 2003 2012 yang masih berkisar pada angka 41.59% - 79.90% (dapat dilihat pada

5 Tabel 1.3), pada tahun 2003 sampai 2012 LDR Bank Persero berrturut-turut adalah 41.59%, 49.90%, 51.04%, 59.93%, 62.37%, 70.27%, 69.55%, 71.54%, 74.75% dan 79.90%. Data tersebut mengindikasikan bahwa LDR Bank Persero masih berada dibawah harapan Bank Indonesia. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, angka LDR seharusnya berada disekitar 85% - 110%. (Manurung, Rahardja, 2004). Tabel 1.3 Gambaran LDR Bank Persero Periode 2003 2012 (Periode Desember) Tahun DPK Kredit (Milyar) (Milyar) LDR (%) 2003 425,932 177,137 41.59% 2004 446,564 222,855 49.90% 2005 502,374 256,413 51.04% 2006 480,394 287,910 59.93% 2007 571,008 356,151 62.37% 2008 669,827 470,665 70.27% 2009 783,384 544,870 69.55% 2010 898,405 642,718 71.54% 2011 1,039,257 776,833 74.75% 2012 960,609 767,507 79.90% Sumber: Data Bank Indonesia (Statistik Perbankan Indonesia) (www.bi.go.id) LDR sendiri merupakan alat untuk mengukur fungsi intermediasi perbankan di Indonesia. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 30/23/UPPB tanggal 19 Maret 1998, rasio LDR dihitung dari pembagian kredit dengan dana yang diterima yang meliputi giro, deposito, dan tabungan masyarakat, pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan tidak termasuk pinjaman subordinasi, deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, surat berharga yang diterbitkan oleh bank

6 yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, modal inti, dan modal pinjaman. Kemudian disesuaikan dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio LDR dihitung dari pembagian kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk antarbank) dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencakup giro, tabungan, dan deposito (tidak termasuk antarbank). Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin besar pula DPK yang dipergunakan untuk penyaluran kredit, yang berarti bank telah mampu menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik. Disisi lain LDR yang terlampau tinggi dapat menimbulkan risiko likuiditas bagi bank. Berdasarkan Tabel 1.3 diatas dapat diketahui penyaluran Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Persero ke sektor lain (di luar kredit) pada tahun 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012 (posisi Desember) berturut - turut sebesar 58.41% (100% - 41.59%), 50.10%, 48.96%, 40.07%, 37.63%, 29.73%, 30.45%, 28.49%, 25.25% dan 20.10%, yang antara lain disalurkan kedalam Antar Bank Aktiva, Sertifikat Bank Indonesia, dan Surat Berharga. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyaluran DPK ke sektor lain (di luar kredit) masih cukup besar. Menurut Pratama dalam Retnadi (2006) kemampuan menyalurkan kredit oleh perbankan dipengaruhi oleh berbagai hal yang dapat ditinjau dari sisi internal dan eksternal bank. Dari sisi internal bank terutama dipengaruhi oleh kemampuan bank dalam menghimpun dana masyarakat dan penetapan tingkat suku bunga. Dan dari sisi eksternal bank dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, peraturan pemerintah, dan lain - lain.

7 Pentingnya kredit bagi perekonomian nasional juga disadari betul oleh pemerintah dan Bank Indonesia. Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) lahir sebagai respon atas keluarnya Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah khususnya Bidang Reformasi Sektor Keuangan, yang bertujuan untuk menggerakkan sektor riil melalui kredit modal kerja dan/atau kredit investasi bagi usaha produktif yang feasible namun belum bankable. Disisi lain Bank Indonesia berniat mengubah lagi aturan Giro Wajib Minimum (GWM). Perubahan ini bertujuan untuk mendorong penyaluran kredit perbankan. Dalam aturan yang berlaku itu, besarnya GWM untuk tiap bank sesuai dengan rasio penyaluran kredit terhadap Dana Pihak Ketiga (Loan to Deposit Ratio) bank tersebut (Kontan, 2010). Dana - dana yang dihimpun dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga) merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (Dendawijaya, 2009). Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari masyarakat luas adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya, dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit (Kasmir, 2008). Pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan (Dendawijaya, 2009). Menurut Warjiyo (2004) mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran uang secara implisit beranggapan bahwa semua dana yang dimobilisasi perbankan dari masyarakat dalam bentuk uang beredar dipergunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit

8 perbankan. Dalam kenyataannya menurut Warjiyo (2004) anggapan seperti itu tidak selamanya benar. Selain dana yang tersedia perilaku penawaran kredit perbankan juga dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitur dan kondisi perbankan itu sendiri seperti permodalan (CAR), kredit bermasalah (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Hadad (2004) menambahkan selain faktor-faktor tersebut, faktor profitabilitas atau tingkat keuntungan yang tercermin dalam rasio return on assets juga berpengaruh terhadap keputusan bank untuk menyalurkan kredit. Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. Semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber daya finansial yang dapat digunakan untuk keperluan pengembangan usaha dan mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit. Non Performing Loan (NPL) merupakan persentase jumlah kredit bermasalah (kurang lancar, diragukan, dan macet) terhadap total kredit (Kusumawati, 2008). NPL mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi tingkat NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Akibat tingginya NPL perbankan harus menyediakan pencadangan yang lebih besar, sehingga pada akhirnya modal bank ikut terkikis. Padahal besaran modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Besarnya NPL menjadi salah satu penyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan kredit.

9 Retun on Assets menurut Hadad (2004) adalah indikator yang menunjukkan bahwa apabila rasio ini meningkat maka aktiva bank telah digunakan dengan optimal untuk memperoleh pendapatan. Dalam kegiatan usaha bank yang mendorong perekonomian, rasio ROA yang tinggi menunjukkan bank telah menyalurkan kredit dan memperoleh pendapatan. Kondisi Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return on assets (ROA) dan Kredit Bank Persero selama tahun penelitian dari tahun 2003 hingga 2012 dijelaskan pada Tabel 1.4 dibawah ini: Tabel 1.4 Rata-rata DPK, CAR, NPL, ROA dan Kredit Bank Persero Periode 2003-2012. Tahun DPK Kredit CAR (%) NPL (%) ROA ( %) (Milyar) (Milyar) 2003 425,932 18.21 7.31 2.67 177,137 2004 446,564 20.71 5.88 3.46 222,855 2005 502,374 19.43 14.75 2.54 256,413 2006 480,394 21.20 10.70 2.22 287,910 2007 571,008 17.85 6.50 2.76 356,151 2008 669,827 14.31 3.74 2.72 470,665 2009 783,384 13.81 3.46 2.71 544,870 2010 898,405 15.36 2.80 3.08 642,718 2011 1,039,257 15.04 2.55 3.60 776,833 2012 960,609 18.05 2.85 3.80 767,507 Sumber : Data Bank Indonesia (Statistik Perbankan Indonesia (www.bi.go.id) DPK pada tahun 2003-2004 menunjukkan peningkatan (425,932 menjadi 446,564), searah dengan Kredit yang mengalami peningkatan (177,137 menjadi

10 222,855). Pada tahun 2005-2006 DPK mengalami penurunan (502,374 menjadi 480,394), namun tak searah dengan Kredit yang naik hingga 287,910. Sedangkan pada tahun 2007-2008, DPK mengalami kenaikan (571,008 menjadi 669,827), searah dengan Kredit yang menunjukkan kenaikan (356,151 menjadi 470,665). Pada tahun 2009-2010 DPK tetap mengalami kenaikan (783,384 menjadi 898,405) dan searah dengan Kredit yang tetap mengalami kenaikan (544,870 menjadi 642,718). Di tahun terakhir penelitian DPK turun dari (1,039,257 menjadi 960,609) searah dengan Kredit yang mengalami penurunannya juga dari (776,833 menjadi 767,507) CAR pada tahun 2003-2004 mengalami peningkatan (18.21% menjadi 20.71%), searah dengan Kredit yang mengalami peningkatan (177,137 menjadi 222,855) Sedangkan pada tahun 2005-2006, CAR mengalami penurunan (19.43% menjadi 21.20%), tidak searah dengan Kredit yang mengalami peningkatan hingga 287,910. Pada tahun 2007-2008, CAR mengalami penurunan (17.85% menjadi 14.31%), tidak searah dengan Kredit yang mengalami peningkatan (356,151 menjadi 470,665). Sedangkan pada tahun 2009-2010 juga CAR mengalami peningkatan (13.81% menjadi 15.36%), searah dengan Kredit yang mengalami peningkatan juga (544,870 menjadi 642,718). Di tahun terakhir penelitian CAR mengalami peningkatan (15.04% menjadi 18.05%), tidak searah dengan Kredit yang mengalami penurunan (776,833 menjadi 767,507). NPL pada tahun 2003-2004, mengalami penurunan (7.31% menjadi 5.88%), tidak searah dengan Kredit yang mengalami peningkatan (177,137 menjadi 222,855). Begitu juga pada tahun 2005-2006, NPL mengalami penurunan

11 (14.75% menjadi 10.70%), namun tidak searah dengan Kredit yang menunjukkan peningkatan hingga 287,910. Pada tahun 2007-2008, NPL kembali mengalami penurunan (6.50% menjadi 3.74%), tidak searah dengan Kredit yang mengalami peningkatan (356,151 menjadi 470,665). Pada tahun 2009-2010, NPL kembali menunjukkan penurunan (3.46% menjadi 2.80%), tidak searah dengan Kredit yang mengalami peningkatan (544,870 menjadi 642,718). Di tahun terakhir penelitian NPL mengalami peningkatan (2.55% menjadi 2.85%), namun tidak searah dengan Kredit yang mengalami penurunan (776,833 menjadi 767,507). ROA pada tahun 2003-2004, mengalami peningkatan (2.67% menjadi 3.46%), searah dengan Kredit yang mengalami peningkatan (177,137 menjadi 222,855). Pada tahun 2005-2006, ROA mengalami penurunan (2.54% menjadi 2.22%), namun tidak searah dengan Kredit yang menunjukkan peningkatan hingga 287,910. Pada tahun 2007-2008, ROA kembali mengalami penurunan (2.76% menjadi 2.72%), tidak searah dengan Kredit yang mengalami peningkatan (356,151 menjadi 470,665). Pada tahun 2009-2010, ROA menunjukkan peningkatan (2.71% menjadi 3.08%), searah dengan Kredit yang mengalami peningkatan (544,870 menjadi 642,718). Di tahun terakhir penelitian ROA mengalami peningkatan (3.60% menjadi 3.80%), namun tidak searah dengan Kredit yang mengalami penurunan (776,833 menjadi 767,507). Berdasarkan Tabel 1.4, fenomena gap tampak pada variabel DPK, CAR, NPL dan ROA. Terjadi konsistensi hubungan searah antara variabel DPK dan Kredit selama tahun penelitian 2003-2004, 2007-2008, 2009-2010 dan 2011-2012. Pada tahun 2003-2004, 2005-2006, dan 2009-2010 CAR konsisten searah dengan

12 Kredit, namun pada tahun 2007-2008, dan 2011-2012 hubungan antara CAR dan Kredit menunjukkan arah yang berbeda, hubungan NPL dan kredit selama tahun penelitian menunjukkan arah yang berbeda, sedangkan hubungan antara ROA dan kredit hanya pada tahun 2003-2004 dan 2009-2010 yang menunjukan hubungan yang konsisten. Melalui penelitiannya Fransiska dan Siregar (2007) menemukan bahwa, Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif terhadap volume kredit perbankan. Hal serupa juga ditemukan oleh Nyamiati (2009), Pratama (2010), Tomo (2010), Maharani (2011) dan Tenrilau (2012). Sementara hasil yang berbeda ditemukan oleh Setiyati (2007) dimana DPK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Menurut Maharani (2011), Capital Adequacy Ratio (CAR) berkorelasi positif dan signifikan terhadap Penyaluran Jumlah Kredit. Namun menurut Fransiska dan Hasan Sakti Siregar (2007), Lestari (2007), Nyamiati (2009), Pratama (2010), dan Tenrilau (2012) CAR berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Soedarto (2004), Non Performing Loan (NPL) berpengaruh positif terhadap kredit. Namun menurut Fransiska dan Siregar (2007), Lestari (2007), Pratama (2010), Maharani (2011), dan Tenrilau (2012) bahwa NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kredit perbankan. Sedangkan pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap penyaluran kredit berdasarkan penelitian terdahulu yang didapatkan seluruhnya menyimpulkan

13 bahwa terdapat pengaruh positif diantara kedua variabel tersebut, peneliti tidak menemukan pengaruh negatif diantara kedua variabel tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan Return on Assets (ROA) Terhadap Penyaluran Kredit Perbankan (Studi pada Bank Persero Periode 2003-2012). 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini didasarkan atas adanya fenomena gap seperti dipaparkan pada Tabel 1.4, dimana Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan Retun on Assets (ROA) tidak konsisten terhadap pergerakan kredit. Kemudian permasalahan berikutnya yaitu adanya ketidakkonsistenan/ ketidakcocokan hasil penelitian terdahulu (research gap), sehingga dari permasalahan tersebut dapat diturunkan pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut : 1. Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap Penyaluran Kredit pada Bank Persero di Indonesia? 2. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap Penyaluran Kredit pada Bank Persero di Indonesia? 3. Apakah Non Performing Loan (NPL) berpengaruh terhadap Penyaluran Kredit pada Bank Persero di Indonesia?

14 4. Apakah Retun on Assets (ROA) berpengaruh terhadap Penyaluran Kredit pada Bank Persero di Indonesia? 5. Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan Retun on Assets (ROA) berpengaruh secara bersama-sama terhadap Penyaluran Kredit pada Bank Persero di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Penyaluran Kredit pada Bank Persero di Indonesia. 2. Untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Penyaluran Kredit pada Bank Persero di Indonesia. 3. Untuk mengetahui pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Penyaluran Kredit pada Bank Persero di Indonesia. 4. Untuk mengetahui pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Penyaluran Kredit pada Bank Persero di Indonesia. 5. Untuk mengetahui pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan Return on Assets (ROA) secara bersama-sama terhadap Penyaluran Kredit pada Bank Persero di Indonesia.

15 1.4 Manfaat Penelitian Adanya suatu penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangsih khususnya terhadap bidang ilmu yang diteliti. Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan yang baru, wawasan, serta informasi mengenai analisis kesehatan bank, khususnya mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi kebijakan penyaluran kredit Bank Persero di Indonesia. 2. Bagi Perusahaan Penulis berharap agar penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam mengambil keputusan perbankan, khususnya dalam hal penyaluran kredit kepada masyarakat. 3. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian diharapkan dapat menambah referensi, informasi dan wawasan untuk mendukung penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan faktorfaktor yang mempengaruhi kebijakan penyaluran kredit kepada masyarakat, atau sebagai bahan kepustakaan serta sumber pengetahuan.