BAB 1 PENDAHULUAN. Orde Baru yang menghendaki tegaknya supremasi hukum, demokratisasi dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan pemerintah daerah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Pemerintahan yang berhasil adalah pemerintahan yang harus mampu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan majunya perkembangan yang sedang dilakukan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. daerah, baik dalam pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintah maupun tugas

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bertujuan sebagai salah satu syarat

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran perlunya pembangunan berkelanjutan.

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN ALOKASI BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat seutuhnya, untuk itu diharapkan pembangunan tersebut tidak. hanya mengejar kemajuan daerah saja, akan tetapi mencakup

BAB I PENDAHULUAN. (PAD) sebagai salah satu sumber dana pembangunan perlu dipacu secara terus

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang optimal perlu diwujudkan untuk mendukung kemandirian

BAB I PENDAHULUAN. sumber ekstern tersebut sehingga sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi hukum dan kedaulatan hukum. Hal ini sebagai konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap

BAB I PENDAHULUAN. Sumber-sumber pendapatan daerah sangat dibutuhkan untuk membiayai

setelah tax reform, Pemerintah menjadikan sektor pajak sebagai sumber utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan banyak masalah yang dihadapi. Salah satunya, kurangnya kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pembangunan nasional telah ditempuh berbagai upaya perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia adalah Negara hukum yang berdaulat dimana wilayahnya

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN ALOKASI BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINANN TERTENTU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik

KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber-sumber pendapatan daerah sangat dibutuhkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. sistem administrasi pelayanan publik yang diselenggarakan oleh 3 instansi

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya pembangunan itu dilaksanakan ditiap-tiap daerah. Dalam. ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. tantang terbesar yang dihadapi oleh pemerintah khususnya pemerintah daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. wilayah yang lebih kecil. (Josef Riwu Kaho, 1998:135) pembayaran tersebut didasarkan atas prestasi atau pelayanan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada dasarnya membutuhkan pelayanan bahkan dapat dikatakan pelayanan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan ini dalam artian bahwa karena lapangan retribusi daerah berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. di perlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasiaonal. Tanggung

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan baik dan dapat memuaskan semua pihak. Terselenggarakannya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang nomor 34 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejak 1 januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Setelah pemerintah pusat mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, melalui pajak tersebut Pemerintah mampu membiayai pengeluaran

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan yang terjadi. Dampak perubahan dan perkembangan ini sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor, baik itu berupa sepeda motor ataupun mobil. Masyarakat Indonesia

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan karena dianggap tidak menghargai kaidah-kaidah demokrasi. Era reformasi

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB III SETTING PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

G U B E R N U R L A M P U N G

BAB I PENDAHULUAN. fenomena dari era reformasi yang sangat menarik untuk dikaji oleh berbagai kalangan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan peran pemerintah pusat semakin kecil, sebaliknya pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah (Prasetyo, 2008). keuangan daerah lainnya. Meskipun apabila dilihat dari hasil yang

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian di Kantor

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Orde baru yang berlangsung lebih dari tiga dasawarsa telah berlalu, dan kini berada pada suatu era yang disebut era reformasi, yaitu suatu era pengganti era Orde Baru yang menghendaki tegaknya supremasi hukum, demokratisasi dan keterbukaan guna mewujudkan pemerintahan yang bersih (clean government), pemerintahan yang baik (good government) dan kepemerintahan yang baik (good governance) serta kepemerintahan yang bersih (clean governance). Era reformasi muncul sebagai reaksi masyarakat terhadap situasi dan kondisi sebelumnya. Era reformasi merupakan klimak dari kekecewaan dan ketidakpuasan rakyat terhadap era Orde Baru. Pada era reformasi, otonomi daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia karena sejak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah dikenal adanya otonomi daerah yang dipayungi oleh Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945. Sedangkan inti dari pelaksanaan otonomi daerah sendiri adalah terdapatnya keleluasaan pemerintah daerah (discretionary power) untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri atas dasar prakarsa, kreativitas, dan peran serta masyarakat dalam rangka mengembangkan dan memajukan daerahnya. 1

2 Pemberian otonomi yang seluas-luasnya, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah (Pemerintah Daerah) diawali dengan dikeluarkannya Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah. Realisasi dari ketetapan MPR tersebut dituangkan dengan mensahkan Undang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 mengatur tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah berupa sistem keuangan yang diatur berdasarkan pembagian kewenangan, tugas dan tanggung jawab yang jelas antar tingkat pemerintahan (financial sharing). Sumber pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah diperoleh berdasarkan atas asas desentralisasi, dekonsentralisasi dan tugas pembantuan, seperti yang termuat dalam Undang-undang tersebut. Sumber pendapatan ini diperlukan untuk membiayai pelaksanakan segala urusan yang menjadi tanggung jawab masingmasing daerah. Sementara itu, undang-undang nomor 22 tahun 1999 intinya membahas tentang pembagian kekuasaan atau kewenangan (power sharing) antara pemerintah pusat dan daerah. Dalam undang-undang tersebut disebutkan apa saja tugas yang ditangani pusat dan apa saja yang menjadi bagian tanggung jawab dan kewenangan daerah. Disebutkan pada pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor 22 tahun 1999, bahwa kewenangan daerah mencakup seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, serta kewenangan bidang lain.

3 Dengan pemberlakuan kedua undang-undang diatas, membawa konsekuensi pada pertanggungjawaban daerah otonom untuk mengembangkan dan membangun daerahnya sesuai kebutuhan dan prioritas daerah masing-masing, dan idealnya tanpa campur tangan pemerintah pusat. Daerah otonom berhak, berwenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Dari penjelasan diatas disimpulkan bahwa keuangan merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang kesuksesan pelaksanaan otonomi suatu daerah. Sumber-sumber keuangan tersebut salah satunya dapat diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan penerimaan daerah dengan penggalian maupun pemungutan yang berasal dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Berhasil tidaknya suatu daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah ditentukan dari kemampuan daerah bersangkutan untuk menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pengertian pendapatan asli daerah sendiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 angka 18 bahwa Pendapatan asli daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Adapun sumber-sumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) itu sendiri, antara lain berasal dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan pengeolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan serta lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah (Peraturan Daerah No 9 tahun 2010).

4 Dari keempat sektor penerimaan tersebut diatas, hasil pajak daerah merupakan penyumbang pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang potensial nilai penerimaannya. Hal ini dikarenakan obyek dan dasar pengenaan pajak daerah dapat disesuaikan dengan potensi dan keaneragaman yang dimiliki daerah untuk bisa dikembangkan dan dimanfaatkan hasilnya. Pemerintah daerah mempunyai kewenangan dalam usaha penggalian Pendapatan Asli Daerah (PAD) di sektor pajak daerah dari masyarakat daerah karena hal ini merupakan perwujudan atas kewajiban warga negara dan partisipasi anggota masyarakat dalam meningkatkan penerimaan daerah untuk bisa memenuhi pembiayaan penyelenggaraan dan pembangunan daerah. Menurut Zain (2007:13) Pajak Daerah ialah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah. Dari keseluruhan hasil pajak daerah yang diterima oleh pemerintah Propinsi Jawa Timur yang diyakini menjadi salah satu sumber keuangan daerah yang potensial ialah hasil Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) yang dapat dikategorikan paling besar penerimaannya. Hal ini dimungkinkan karena obyek pungutnya adalah perorangan atau instansi yang memiliki kendaraan bermotor. Dimana setiap tahunnya secara eksplisit obyek pajak selalu bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, yang dalam hal ini

5 dikategorikan sebagai obyek pungut. Berikut ini adalah tentang penerimaan PAD Kota Surabaya pada tahun 2008 sampai dengan 2011. Tabel 1.1 Penerimaan PAD Kota Surabaya Tahun 2008-2011 2008 2009 2010 2011 PKB 220.471.080.554,00 214.872.108.054,00 244.471.080.554,00 264.878.188.554,00 BBN 224.828.219.250,00 223.028.219.250,00 275.828.219.250,00 295,828,219,250,00 Retribusi 30.960.000,00 34.800.000,00 35.980.200,00 37.230.000,00 Pajak 25.200.600,00 27.900.000,00 28.450.230,00 30.163.750,00 Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan Jasa Raharja 14.300.560.000,00 15.100.230.000,00 16.970.760.000,00 18.262.062.000,00 Pajak Bahan 30.890.560.433,00 38.500.430.000,00 35.220.100.000,00 42.498.496.522,00 Bakar Minyak Kendaraan Bermotor Jumlah 490.546.580.837,00 491.563.687.304,00 572.554.590.234,00 621.534.360.076,00 Sumber : Kantor Samsat Surabaya Kenaikan penerimaan PAD pada tahun 2008-2011 seperti di atas ini dikarenakan jumlah kendaraan bermotor yang ada di Kota Surabaya ini setiap tahunnya selalu meningkat. Berikut ini adalah data jumlah kendaraan bermotor yang ada di Kota Surabaya mulai tahun 2008-2011.

6 Tabel 1.2 Data Jumlah Kendaraan Bermotor yang ada di Surabaya Jenis 2008 2009 2010 2011 kendaraan Sepeda Motor 1.028.686 3.007.739 3.122.901 3.234.896 Mobil 244.435 526.837 772.160 780.165 Jumlah 1.273.121 3.534.576 3.895.061 4.015.061 Sumber : www.kompas.com Data diatas menunjukkan bahwa setiap tahunnya jumlah kendaraan bermotor yang ada di Kota Surabaya ini selalu meningkat walupun tidak begitu besar meningkatnya. Melihat selalu meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang ada di Kota Surabaya ini akan menjadi sebuah tambahan Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya melalui Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Bertitik tolak pada upaya peningkatan penerimaan Pendapatan Daerah dari sektor Pajak Kendaraan Bermotor serta pentingnya sistem pelayanan dan pemungutan yang efektif dan efisien, maka telah dilaksanakannya Sistem Administrasi Manunggal di bawah Satu Atap (One Line Under One Roof Operation), yang selanjutnya disebut Kantor Bersama SAMSAT. Kantor Bersama SAMSAT terdiri dari tiga instansi, yakni : (a) Dinas Pendapatan Propinsi; (b) PT. Asuransi Kerugian Jasa Raharja; (c) Kepolisian. Pada

7 Kota Surabaya Kantor SAMSAT dibagi menjadi 4 daerah, antara lain : Surabaya Utara, Surabaya Barat, Surabaya Selatan, dan Surabaya Timur. Ivan (2006) menjelaskan bahwa upaya dalam mengintensifkan pemungutan PKB dapat dilakukan melalui meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat. Karena begitu pentingnya pelayanan yang diberikan Kantor SAMSAT kepada wajib pajak sangat mempengaruhi pungutan yang didapat oleh Kantor SAMSAT karena semakin baik pelayanan yang diberikan maka Wajib Pajak akan selalu puas dengan apa yang mereka terima selama pembayaran Pajak yang mereka lakukan. Kantor Bersama SAMSAT Surabaya Utara ini beralamatkan di Jl Kedung Cowek No 273 Surabaya. Pemilihan Kantor SAMSAT Surabaya Utara ini tidak lain karena tempatnya yang strategis namun juga terdapat alasan lain yakni pada SAMSAT Surabaya Utara pada tahun 2009 mengalami penurunan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dari realisasi tahun sebelumnya. Penilaian SAMSAT merupakan usaha bersama di bidang pelayanan kepada masyarakat wajib pajak, yaitu antara Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur, PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja, dan Kepolisisan. Di samping itu keberhasilan pencapaian target penerimaan Pendapatan Daerah dari sektor Pajak Kendaraan Bermotor, tidak lepas dari usaha bersama dengan instansi lain diluar Kantor Bersama SAMSAT. Kesediaan dan keikutsertaan aparat Kecamatan dan atau aparat Desa yang membantu memberikan informasi kepada aparat Dinas Pendapatan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kepemilikan kendaraan bermotor dan kewajiban yang

8 harus dipenuhi setiap tahun atas kendaraan bermotornya. Sehingga mempercepat proses penyetoran, di samping itu segi keamanan lebih terjamin. Disini pemilik Kendaraan Bermotor yang akan disebut Wajib Pajak. Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk melaksanakan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ), Penelitian ulang atau pengesahan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNKB). Dimas (2006) menyatakan bahwa upaya untuk meningkatkan penerimaan pendapatan daerah melalui Pajak Kendaraan Bermotor adalah harus berkoordinasi baik dalam maupun luar Kantor Bersama SAMSAT, disini tiga instansi harus selalu berkordinasi saling berhubungan satu sama lain dan sama-sama saling membantu. Keberhasilan pencapian target penerimaan Pendapatan Daerah dari sektor pajak Kendaraan Bermotor, merupakan pelaksanaan suatu sistem pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor yang terpadu dan terkoordinir, yaitu adanya komunikasi adminstrasi antara ketiga unit (satuan kerja) pada Kantor Bersama Sistem Administrasi Manunggal di bawah Satu Atap (SAMSAT). Namun demikian, dalam pelaksanaan sistem pelayanan/pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor pada Kantor Bersama SAMSAT (khususnya pada Kantor Bersama SAMSAT Surabaya Utara), tentu terdapat beberapa hal yang mempengaruhi usaha bersama penanganannya, antara lain dimungkinkan ada wajib pajak yang lalai untuk membayar pajak kendaraan motor mereka, sehingga pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor tidak

9 dapat segera diproses dan hal ini berakibat tertundanya penerimaan pendapatan daerah disektor Pajak Kendaraan Bermotor. Erika (2003) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa UPTD Pendapatan Propinsi Jawa Timur Malang Kabupaten I harus meningkatkan pengawasan pelaksanaan penagihan PKB dan sebaiknya Kepala UPTD Pendapatan Propinsi Jawa Timur mengirimkan lebih banyak staffnya untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan (DIKLAT). Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti masalah upaya peningkatan Penghasilan Asli Daerah pada Kantor Bersama SAMSAT Surabaya Utara sebagai objek penelitian, yang akan dituangkan dalam skripsi dengan judul Upaya Peningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) (Studi pada Kantor Bersama Samsat Surabaya Utara) 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin membahas beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan pungutan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) di Samsat Surabaya Utara?

10 2. Bagaimana upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) di Samsat Surabaya Utara? 3. Apa saja faktor yang dapat menjadi penghambat upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) serta bagaimana penanggulangannya? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan pelaksanaan pungutan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) di Samsat Surabaya Utara 2. Mendeskripsikan upaya-upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama kendaraan Bermotor (BBNKB) di Samsat Surabaya Utara 3. Mendeskripsikan faktor-faktor penghambat upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) serta upaya penanggulangannya.

11 1.4 Manfaat Peneltian 1.4.1 Untuk Instansi : 1. Sebagai dasar pertimbangan dalam menangani berbagai kendala Kantor SAMSAT untuk meningkatkan Penghasilan Asli Daerah selain itu juga dapat digunakan sebagai sarana informasi dan perbaikan atas kinerja Kantor SAMSAT. 1.4.2 Untuk Fakultas : 1. Dari penelitian ini diharapkan menjadi referensi dalam pengembangan ilmu dalam Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang, dan menjadi acuan bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian selanjutnya. 1.4.3 Untuk Penulis : 1. Bagi penulis sebagai bahan pembanding antara teori dibangku kuliah dengan fakta dilapangan dan sebagai pengembangan ilmu sebagai pengetahuan adanya Upaya Peningkatkan Penghasilan Asli Daerah yang dilakukan Kantor SAMSAT. 1.4.4 Untuk Pembaca : 1. Terutama para semua orang, sebagai informasi tentang berbagai upaya yang dilakukan Kantor SAMSAT, dan Dapat bermanfaat selain sebagai bahan informasi juga sebagai literatur atau bahan informasi ilmiah.

12 1.5 Batasan Masalah Penelitian ini permasalahannya hanya dibatasi pada pembahasan mengenai Upaya Kantor Bersama SAMSAT dalam meningkatkan Penghasilan Asli Daerah melalui Pajak Kendaraan Bermotor dan bea balik nama kendaraan, apa saja uapayaupaya yang dilakukan Kantor SAMSAT dalam meningkatkan Penghasilan Asli Daerah dan bagaimana Kantor Samsat menangani berbagai kendala-kendala yang akan dihadapi dalam meningkatkan Penghasilan Asli Daerah.