I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian semakin penting karena sebagai penyedia bahan pangan bagi masyarakat. Sekarang ini masyarakat sedang dihadapkan pada banyaknya pemakaian bahan kimia di setiap produk pangan. Semakin banyaknya informasi tentang dampak negatif yang diakibatkan dari bahan kimia maka masyarakat mengubah pola konsumsi ke produk makanan yang lebih sehat. Pemerintah beserta petani juga semakin sadar untuk menuju pertanian sehat yang ramah terhadap lingkungan. Program yang dicanangkan oleh Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (BP2HP) telah menyusun agenda nasional Pengembangan Pertanian Organik dengan jargon Go Organic 2010. Program go organic disosialisasikan tahun 2001 dan mulai diregulasikan pada tahun selanjutnya. Diharapkan Indonesia pada tahun 2010 ini dapat menjadi salah satu produsen dan pengekspor pangan organik utama dunia 1. Sebagai negara yang dianugerahi kekayaan keanekaragaman hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar matahari sepanjang tahun, suplai air melimpah dan kesuburan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, maka Indonesia punya modal dasar yang luar biasa besarnya yang diperlukan untuk mengembangkan pertanian organik. Karena itu diperlukan upaya percepatan transformasi keunggulan komparatif ini menjadi keunggulan kompetitif agar peluang pasar tersebut dapat benar-benar direbut untuk kesejahteraan masyarakat, khususnya petani. Keunggulan itu harus ditopang dengan luas panen yang dihasilkan dari areal sawah padi sehingga peningkatan produktivitas padi dapat memberikan hasil yang maksimal. Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap hubungan antara pola makan dengan kesehatan, menjadikan permintaan beras organik terus mengalami kenaikan. Hal ini membuka peluang hingga saat ini masih menjanjikan. Pada tahun 2005, dengan pertumbuhan sekitar 22 persen pertahunnya, pasar beras organik di Indonesia mencapai Rp 28 milyar. Sementara itu volume produksi 1 4 Tahun Go Organic 2010. Ditjen BPPHP. Departemen Pertanian. http://pphp.deptan.go.id/pustaka/babi&ii_4thgo.pdf [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]
beras organik meningkat dari 1.180 ton di tahun 2001 menjadi hampir 11.000 ton di tahun 2004. Beras organik tersebut sebagian besar dipasarkan di hipermarket dan supermarket tertentu di kota-kota di Indonesia 2. Peningkatan produksi ini harus dipertahankan dan lebih ditingkatkan untuk menciptakan stabilitas pangan bagi rumah tangga dan nasional, sehingga keingginan sebagai produsen beras dan pengekspor beras dapat segera diwujudkan. Perkembangan pasar organik di Indonesia mengalami tren kenaikan menurut laporan Surono dalam Saragih (2008), permintaan akan produk pertanian organik tumbuh sangat pesat. Pada tahun 2006 pertumbuhan permintaan domestik mencapai 600 persen disbanding tahun sebelumnya. Penjualan produk organik melalui supermarket di Jerman mencapai angka 40 persen, di Amerika Serikat mencapai 49 persen, di Argentina dan Inggris mencapai 80 persen, dan di Denmark sebanyak 85 persen. Beras merupakan bahan pangan pokok yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah banyak dengan tingkat konsumsi beras 139 kg/kapita/tahun, tingginya konsumsi beras dibandingkan negara lainnya di Asia seperti Jepang hanya 60 kilogram dan Malaysia 80 kg/kapita/tahun, mengakibatkan permintaan beras di dalam negeri tinggi dan tidak seimbang dengan ketersediaan 3. Populasi penduduk Indonesia pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai angka 290 juta penduduk, hal ini akan berimplikasi terhadap peningkatan permintaan beras mencapai 40 juta ton 4.(Lampiran 1) Peningkatan permintaan beras yang tinggi harus diimbangi oleh ketersediaan beras dalam jumlah yang besar. Ketersediaan beras yang tercukupi akan menciptakan ketahanan pangan bagi rumah tangga dan nasional. Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia telah ditegaskan dalam Undang- Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan yang dirumuskan sebagai usaha mewujudkan ketersediaan pangan bagi seluruh rumah tangga dalam jumlah yang 2 Pasar beras organik mencapai Rp. 28 miliyar. www.euromonitor.com [Diakses Tanggal 28 Desember 2009] 3 Konsumsi Beras Nasional 139 Kg/Kapita - Indonesia. www.endonesia.com [Diakses Tanggal 1 Desember 2009] 4 Departemen Pertanian. 2007. Perkembangan produksi pertanian. http://database.deptan.go.id/bdspweb/f4-free-frame.asp. [Diakses Tanggal 1 Desember 2009]
cukup, mutu dan gizi yang layak, aman dikonsumsi, merata serta terjangkau oleh setiap individu 5. Tingkat konsumsi dan laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat membuat pemerintah dan petani harus bekerja ekstra keras untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan beras. Pemerintah harus membuat kebijakan dan terobosan program yang mendukung petani untuk menciptakan ketersediaan pangan yang layak konsumsi, sehat dan ramah lingkungan. 1.2. Perumusan Masalah Keadaan saat sekarang ini mengharuskan pemerintah dan swasta yang bergerak pada bidang pertanian bisa memilih menjadi produsen padi organik ataupun yang mengarah ke tujuan pertanian organik. Pertanian organik merupakan teknik budidaya yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan masukan pupuk kimia dan pestisida kimia sintesis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Peralihan antara pertanian non organik menjadi organik disebut dengan pertanian semi organik. Budidaya padi sehat yang mengarah pada pertanian organik juga terlihat pada proses produksi yang dilakukan oleh petani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Silih Asih. Luas areal tanam padi sehat hingga tahun 2009 mencapai 80 hektar. Usahatani yang dilakukan disesuaikan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berstandar pada pertanian padi sehat. SOP ini mengacu pada input yang digunakan dalam sarana tani untuk pengendalian dan pencegahan hama penyakit melalui pestisida nabati. Padi sehat merupakan teknologi budidaya pertanian yang menggunakan pupuk kimia dalam proses produksi namun penggunaan pestisida kimia digantikan dengan pestisida nabati. Untuk pupuk kimia sendiri penggunaan dalam proses produksi dikurangi secara bertahap sampai nantinya tidak tergantung pada pupuk kimia tetapi digantikan dengan pupuk kompos yang dibuat sendiri oleh petani melalui dari bahan pupuk kandang, jerami dan bahan pengurai yang mempercepat pembusukan. 5 Krisnamurthi, Bayu. 2003. Penganeka-Ragaman Pangan : Pengalaman 40 Tahun dan Tantangan Kedepan. Artikel Th. II No. 7. www.ekonomirakyat.org [Diakses Tanggal 1 Desember 2009]
Usahatani yang terletak di Desa Ciburuy ini memiliki sebelas kelompok, enam diantaranya fokus terhadap produksi padi sehat dan lainnya fokus pada tanaman perkebunan, peternakan, dan perikanan. Rata-rata petani dapat menghasilkan padi 4 sampai 7 ton per hektar. Tabel 1 menunjukkan deskripsi sederhana kelompok tani yang menghasilkan padi. Tabel 1. Deskripsi Gabungan Kelompok Tani Silih Asih di Desa Ciburuy Nama Jumlah Anggota Luas Lahan (ha) Rata-rata produksi (ton/tahun GKP) Silih Asih I 23 11.7 204.3 Silih Asih II 21 15.9 262.3 Manunggal Jaya 15 14 168 Saung Kuring 10 13.5 230.8 Tunas Inti 16 7.1 106.5 Lisung Kiwari 39 16.8 282.2 Sumber : Gapoktan Silih Asih 2009 Sejak tahun 2002 petani telah melakukan proses produksi padi secara sehat. Peralihan produksi non organik menjadi organik pada petani terjadi bertepatan dengan berdirinya Gapoktan Silih Asih. Proses pertanian semi organik ini didukung oleh lembaga-lembaga yang bergerak di bidang pertanian. Lembaga tersebut antara lain: Lembaga Pertanian Sehat, Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan. Manfaat yang diberikan dari beberapa lembaga tersebut berupa pendanaan, pemasaran produk, pelatihan, informasi, dan pengembangan teknologi pertanian. Usahatani padi sangat dipengaruhi oleh kondisi alam Indonesia yang memiliki iklim tropis. Situasi ini memberi dampak yang sangat berpengaruh pada penurunan dan kegagalan panen dalam produksi padi. Kondisi lahan yang kekeringan dapat menyebabkan petani gagal memanen hasil pertaniannya. Seperti dampak kemarau panjang akibat fenomena iklim, dimana musim kemarau yang lebih panjang telah mengakibatkan kerugian bagi petani karena tidak cukupnya ketersediaan air. Air yang dibutuhkan tanaman pada saat ini tidak terpenuhi untuk mengoptimalkan proses pertumbuhan padi. Fluktuasi produktivitas padi sehat yang terjadi di Desa Ciburuy karena iklim kemarau yang terjadi pada bulan-bulan tersebut.
Pola tanam padi sehat yang dilakukan petani tidak diselingi dengan tanaman lain pada saat musim kemarau sehingga hama dan penyakit tanaman mudah datang. Hal ini memicu perkembangan hama dan penyakit yang dapat menimbulkan kerugian bagi petani. Penyakit yang sering menyebabkan kerugian bagi petani adalah tungro dan kresek.. Hama yang kerap menyerang padi di Desa Ciburuy adalah kupu-kupu putih, walang sangit, dan keong mas. Indikasi produksi dan pendapatan usahatani, yang kemudian menyebabkan perlunya suatu manajemen dalam menghadapi kerugian yang akan ditimbulkan. Diperlukan suatu usaha-usaha dalam mewujudkan sistem pertanian alternatif yang ramah lingkungan ini, maka hal ini menunjukkan adanya perhatian yang cukup besar terhadap perkembangan sistem pertanian tersebut. Mengacu pada perumusan masalah tersebut maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang dapat diteliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana langkah-langkah sistem usahatani padi sehat yang diterapkan oleh para petani Desa Ciburuy? 2. Bagaimana tingkat pendapatan petani padi sehat di Desa Ciburuy jika dibandingkan dengan pendapatan petani padi konvensional setempat? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis dan mempelajari langkah-langkah usahatani padi sehat. 2. Untuk menganalisis tingkat pendapatan petani yang menerapkan usahatani padi sehat yang dibandingkan dengan pendapatan petani padi anorganik atau konvensional. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Sebagai masukan bagi petani agar lebih teliti dalam melakukan usahatani sehingga yang menjadi tujuan dapat tercapai. 2. Sebagai bahan masukan bagi pengambil kebijakan agar dapat menuangkan kebijakan yang tepat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. 3. Sebagai bahan referensi dan literatur bagi penelitian selanjutnya.