BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa peralihan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Andi Mappiare, Psikologi Remaja (Surabaya: Usaha Nasional 1982), h. 45

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini,

BAB IV ANALISIS. ersepsi Ulama terhadap Akhlak Remaja di Desa Sungai Lulut Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) informal dapat melalui keluarga dan lingkungan.

Kewajiban berdakwah. Dalil Kewajiban Dakwah

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga pendidikan dasar dan menengah dijajaran

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang menata bagaimana cara berhubungan antara. mengabdi kepada Allah. Dengan mengamalkan ajaran agama, itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berlandaskan Islam. Gerakan Muhammadiyah sebagai organisasi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan manusia dapat berbeda dengan makhluk lain yang. dengan sendirinya, pendidikan harus diusahakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. Algensindo, 2005, hlm Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung, Sinar Baru

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

2015 UPAYA GURU PENJASORKES DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA SMA/SMK SE- KECAMATAN MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. aman belajar bagi dirinya sendiri, sekaligus bagi siswa lain yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia. Hal ini akan terus berubah seiring dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berhubungan sekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam teknologi informasi dengan penyebaran norma-norma dan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu mendidik anak mereka secara sempurna, karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang ada berlangsung suatu proses pendidikan sesuai dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. berakhlak mulia, guna menciptakan manusia yang bertaqwa dan menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. baik pada fisik jasmaniah, maupun mental.perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

BAB I PENDAHULUAN. dilandasi nilai-nilai agama, moral, dan budaya luhur bangsa.

BAB V PEMBAHASAN. siswa melalui ekstrakurikuler marching band di MTa Al-Ma arif. pada jam latihan marching band maupun pada jam pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : Logos. Wacana Ilmu, 2009), hlm. 140.

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

DAKWAH AMAR MA RUF NAHYI MUNKAR DAN JIHAD. Presented By : Saepul Anwar, M.Ag.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. generasi-generasi muda menjadi generasi yang cerdas. Maksud dari generasigenerasi

DAFTAR TERJEMAH. No Hal BAB Terjemahan

BAB I PENDAHULUAN. maju mundurnya suatu bangsa terletak pada baik tidaknya karakter dan akhlak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A.

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV. asusila di Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya. kegiatan maupun praktik asusila, baik yang dilakukan di jalan-jalan yang

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Masa remaja ditandai dengan pengalaman-pengalaman baru. indah dan tanda tanya (Basri, 1995:4).

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa,

KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercermin dalam perilaku yang dianggap menimbulkan masalah di sekolah dan

Tafsir Muqaddimah Anggaran Dasar & Kepribadian Muhammadiyah

PROGRAM SEKOLAH DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI SMAN 13 DAN SMAN 7 BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. bergaul satu sama lain. Dalam pergaulan di masyarakat, interaksi sesama manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya Tuhan yaitu Allah SWT bukan kepada selain-nya. Dakwah Islam

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. pada kedewasaan fisik belaka, akan tetapi dapat dipahami kedewasaan psikis. 1

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mendapatkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memiliki peranan sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. mengubah tingkah lakunya ke arah yang lebih baik. 1. sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang mempunyai sikap disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah merupakan suatu kegiatan atau usaha yang di lakukan kaum

PROPOSAL PERPUSTAKAAN KRANGGAN DESA KRANGGAN KECAMATAN GALUR

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah perkembangan kepribadian manusia. Telah dirumuskan bahwa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, dari masa tanpa identitas ke masa pemilikan identitas diri. Pada fase tersebut perkembangan semua aspek jiwa juga dipengaruhi oleh semua transisi yang ditandai dengan suasana penuh gejolak. Dalam proses saling pengaruh antara satu aspek jiwa dengan aspek yang lain, yang kesemuanya akan mempengaruhi kehidupan remaja. Pada usia ini anak masih membutuhkan bimbingan dan arahan dalam hidupnya, supaya tidak terjadi penyimpangan dalam perbuatannnya. Kenakalan siswa atau yang dikenal dengan istilah juvenile dilinavency (kenakalan remaja) merupakan perbuatan atau kejahatan atau pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila dan menyalahi norma-norma agama 1. Sebagai seorang remaja yang sedang mencari jati diri, siswa SMA Muhammadiyah Gadingrejo juga tidak luput dari dampak negatif akibat gejolak jiwa kurang baik. Beberapa dari mereka terkadang melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral yang baik. Siswa SMA Muhammadiyah Gadingrejo memiliki latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Sehingga tingkat kenakalan yang dilakukan pun berbedabeda. Dalam observasi awal, penulis menemukan kenakalan yang sering 1 Sudarsono, Kenakalan Remaja: Prefensi, Rehabilitasi Dan Kenakalan Remaja (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 11.

2 muncul pada siswa seperti pelanggaran tata tertib sekolah, kurang taat kepada guru, bolos, terlambat datang sekolah, boncengan dengan lawan jenis, pacaran, merokok, tidak memakai atribut sekolah, memanjangkan rambut, membuat gaduh kelas, keluar ketika jam pelajaran berlangsung. Sehingga sedikit banyak menimbulkan kegelisahan bagi sekolah. Apabila kenakalan siswa dibiarkan secara terus menerus tanpa ada upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, maka kenakalan siswa ini akan menjadikan pemicu kenakalan lain yangg mungkin lebih parah lagi. Maka sangat diperlukan adanya upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi kenakalan tersebut. SMA Muhammadiyah Gadingrejo sebagai lembaga pendidikan dimana organisasi Muhammadiyah berdiri dengan tujuan untuk amar ma ruf nahi munkar sebagaimana firman Allah Artinya : dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar 2, merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran : 104) 3 Juga didasarkan kepada hadits Rasulullah saw dari Abu Said al Khudri r.a. telah berkata : Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda, 2 Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-nya. 3 Departemen Agama RI, Al Qur an dan Terjemahnya, (Surabaya: Mahkota, 1984), h. 93

3 barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran hendaklah ia merubahnya dengan tangannya (kekuasaan), jika ia tidak sanggup maka rubahlah dengan lisannya (nasehat), jika ia tak sanggup juga, maka rubahlah dengan hatinya (merasa tidak senang dan tidak setuju, tinggalkan) dan itulah selemah-lemah iman 4. Maka sekolah pun juga punya misi dan tanggung jawab amar ma ruf nahi munkar di sekolah sebagai bentuk dakwah. Dalam hal ini bahwa peranan disiplin membangun pribadi para siswa dari kepribadian yang menyimpang (nakal) sebagai lembaga pendidikan bentuk dakwahnya juga melakukan model pendidikan yaitu melalui hal-hal yang terkait. Disiplin belajar dan lingkungan sekolah sangat berperan besar dalam mengatasi kenakalan siswa dan membangun generasi muda di masa yang akan datang yang lebih baik lewat pendidikan di SMA Muhammadiyah Pringsewu. Disiplin belajar penting diterapkan dibangku sekolahan baik bagi guru dan siswa. Disiplin merupakan pengaruh yang dirancang untuk membantu siswa dalam menghadapi lingkungan. Disiplin tumbuh dari kebutuhan menjaga keseimbangan antara kecenderungan keinginan individu untuk berbuat agar memperoleh sesuatu dengan pembatasan atau peraturan yang diperlukan oleh lingkungan terhadap dirinya. Disiplin merupakan suatu sikap yang menunjukkan kesediaan untuk menepati atau mematuhi dan mendukung ketentuan, tata tertib peraturan, nilai serta kaidah-kaidah yang berlaku. Dengan demikian, disiplin bukanlah suatu 4 Aminah Abdullah Dahlan, Hadits Arba in Annawiyah dengan terjemah bahasa indonesia, (Bandung: PT. Al Ma arif, 1974), h. 50

4 yang dibawa sejak awal, tetapi merupakan sesuatu yang dipengaruhi oleh faktor ajar atau pendidikan. Perilaku disiplin bagi siswa adalah salah satu kunci sukses untuk dapat meraih prestasi yang maksimal. Fungsi utama disiplin adalah untuk belajar mengendalikan diri dengan mudah menghormati dan mematuhi aturan. Oleh karena itu, seseorang yang disiplin dalam kehidupannya, akan dengan mudah mencapai keberhasilan. Dalam prakteknya, kedisiplinan memerlukan konsistensi dari setiap individu dalam melaksanakannya. Disiplin memerlukan pemahaman yang mendalam bagi seseorang untuk mencapai kesuksesan, karena di dalam disiplin terkandung unsur-unsur yang harus dipenuhi atau dijalankan. SMA Muhammadiyah Gadingrejo merupakan salah satu lembaga pendidikan milik yayasan Muhammadiyah yang terletak di Desa Gadingrejo, Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu. Dengan adanya lembaga pendidikan tersebut siswa diharapkan menjadi manusia yang memiliki budi pekerti yang baik dan mampu mengamalkan nilai-nilai pendidikan umum maupun nilai-nilai pendidikan agama islam pada khususnya. Hal ini sesuai dengan tujuan didirikannya Muhammadiyah. SMA Muhammadiyah yang lebih dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai sekolah agama. Yang mana setiap ada siswa yang sekolah di SMA Muhammadiyah Gadingrejo dikenal dengan orang agamis/paham ilmu agama. Hal ini merupakan teori yang dikembangkan oleh Muhammadiyah. Yakni melahirkan kader-kader intelek yang ulama. Namun kadang teori tidak sejalan dengan harapan, ternyata masih dijumpai banyak anak yang tidak

5 dapat seperti yang diharapkan. Sehingga apabila ada siswa yang berperilaku tidak baik dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah kenakalan, maka hal ini akan memberikan citra yang tidak baik terhadap sekolahan tersebut, khususnya SMA Muhammadiyah Gadingrejo. Berawal dari fenomena tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelian tentang peranan lingkungan sekolah dan disiplin belajar dalam mengatasi kenakalan siswa dengan suatu kajian dalam bentuk tesis yang berjudul PERANAN LINGKUNGAN SEKOLAH DAN DISIPLIN BELAJAR DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA DI SMA MUHAMMADIYAH GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2013/2014 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat diidentifikasi masalahnya sebagai berikut : 1. Lingkungan sekolah dalam mengatasi kenakalan sesuai lingkungan rumah tangga atau keluarga 2. Peranan kepala sekolah dan guru dalam mengatasi kenakalan siswa 3. Peranan guru al islam dan KMD/kemuhammadiyahan dalam mengatasi kenakalan siswa 4. Peranan guru BP dalam mengatasi kenakalan siswa 5. Peranan disiplin belajar dan lingkungan dalam menanggulangi kenakalan siswa

6 6. Kenakalan siswa bobot ringan sampai sedang seperti pelanggaran tata tertib, kurang taat kepada guru, terlambat masuk sekolah, merokok tidak memakai atribut sekolah, pacaran, rambut gondrong, membuat gaduh di kelas, keluar dari kelas tanpa alasan yang jelas saat proses belajar 7. Kenakalan siswa bobot berat, seperti mencuri, mabuk-mabukan, memakai narkoba, berjudi, main perempuan dan lain-lain. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, dengan keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, kiranya peneliti perlu membatasi masalah yang akan diteliti. Dengan banyaknya masalah yang teridentifikasi, maka peneliti menetapkan pembatasan masalah sebagai berikut peranan lingkungan sekolah dan disiplin belajar dalam menanggulangi kenakalan siswa di SMA Muhammadiyah Gadingrejo. Kenakalan siswa dalam arti bobot ringan sampai sedang tidak sampai pada bobot kenakalan berat, seperti pelanggaran tata tertib sekolah, kurang taat kepada guru, suka terlambat datang sekolah, suka membolos, pacaran, merokok, tidak suka memakai atribut sekolah, berambut gondrong, suka membuat gaduh di sekolah, dan suka keluar kelas tanpa alasan ketika proses pembelajaran berlangsung.

7 D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah serta pembatasan masalah yang sudah diuraikan di atas, maka masalah yang muncul dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut bagaimanakah peranan lingkungan sekolah dan disiplin belajar dalam mengatasi kenakalan siswa di SMA Muhammadiyah Gadingrejo, Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu. E. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui peranan lingkungan sekolah dalam mengatasi kenakalan siswa di SMA Muhammadiyah Gadingrejo. b. Untuk mengetahui peranan disiplin belajar dalam mengatasi kenakalan siswa di SMA Muhammadiyah Gadingrejo. c. Memberikan sumbangsih berupa saran dan masukan kepada pengelola sekolah untuk meningkatkan kualitas sekolah. 2. Kegunaan Penelitian a. Secara teoritis : untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan yang nantinya berguna bagi akademisi dan praktisi pendidikan yang terkait dengan peranan disiplin belajar dan lingkungan sekolah dalam mengatasi kenakalan siswa. b. Secara praktis : dapat dijadikan sebagai acuan bagi sekolah untuk meningkatkan ketertiban dan kedisiplinan siswa.

8 F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihakpihak tertentu terlebih khusus adalah kepada amal usaha Muhammadiyah yakni SMA Muhammadiyah Gadingrejo. Hal ini dimaksudkan, pihak sekolah mau memperbaiki dan menerapkan solusi-solusi yang sudah dituliskan dalam penelitian ini. Sehingga murid akan bertambah banyak, disiplin dan berkwalitas. Selain itu pula, penelitian ini sebagai bagian dari sumbangsih pemikiran penulis kepada amal usaha Muhammadiyah atau sekolah-sekolah yang lain. G. Kerangka berpikir Sebagai konstruksi pemikiran penulis dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut, lingkungan sekolah merupakan komponen penting dari sebuah lembaga pendidikan, lingkungan yang buruk akan menguatkan tumbuh kembangnya sebuah sekolah, tumbuh kembangnya sekolah membutuhkan adanya lingkungan yang bagus. Sudah seharusnya bila ingin menumbuh kembangkan sekolah, kepala sekolah memulai dari menata lingkungan pekarangan sekolah dengan pemagaran permanen dengan berpintu gerbang yang terjaga petugas. Disamping itu kepala sekolah dan wakil kepala sekolah harus disiplin, maka dewan guru juga disiplin, dan jika ada guru yang tidak bisa berdisiplin, kepala sekolah harus membinanya, kalau tidak bisa dibina, maka digantinya dengan yang bisa disiplin, mampu mentaati tata tertib dan peraturan sekolah yang ditegakkan. Akan menjadi

9 lebih bagus apabila dalam penerimaan siswa semakin berkwalitas, aslinya siswa yang benar-benar ingin sekolah. Dalam hal ini seperangkat pengelola sekolah bertugas memotifasi kesadaran bersekolah kepada para siswa, dengan demikian para siswa lebih mudah menerima dan mentaati peraturan atau tata tertib sekolah, selain itu kepala sekolah dan jajarannya bekerja sama dengan lingkungan sekolah untuk membangun lingkungan sekolah yang bagus (sehat pergaulan), lingkungan sekolah memahami sebagai lingkungan pendidikan dan mendukung, dengan demikian akan menunjang dan memperkuat semangat para siswa mentaati tata tertib sekolah dan disiplin belajar. Bila lingkungan bagus, disiplin belajarnya bagus, maka kenakalan siswa dapat diatasi dan sekolah akan semakin bagus (bermutu) selanjutnya peminatnya semakin banyak dan input siswa baru pun akan semakin berkwalitas dan sekolah pun akan semakin berkembang. Jadi, lingkungan sekolah yang bagus dan disiplin belajar dua kaitan yang sulit untuk dipisahkan, bila salah satu gagal, akan sulit untuk mewujudkan yang lain, apalagi mengatasi kenakalan siswa. Walaupun sekolah berusaha mendisiplinkan belajar siswa tetapi lingkungan tidak bagus, akan menemui kesulitan, sekolah tidak tertib, juga tidak akan bisa mengatasi kenakalan siswa. Jadi, keduanya yaitu lingkungan sekolah yang bagus dan disiplin belajar yang bagus akan berperan besar dalam mengatasi kenakalan siswa.

10 Berikut ini penulis buatkan diagram kerangka pemikiran dalam penelitian ini : Lingkungan sekolah bagus Disiplin belajar terlaksana/tercipta Kenakalan siswa teratasi