BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan antara suku bangsa, yang harus saling menghargai nilai nilai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi

2015 PENANAMAN NILAI-NILAI KESUND AAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA D I LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

I. PENDAHULUAN. Era Globalisasi membuat jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan. dimasyarakatkan luas pada khususnya. Agar bangsa Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia. Keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak, masing-masing memiliki

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting keberadaanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi telah membuat perubahan yang signifikan, semakin

NILAI-NILAI DAN NORMA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang terkandung dalam novel tersebut sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

HUKUM DAN SISTEM HUKUM DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional,Negara,Dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, bukan hanya terjadi ketika seseorang

Oleh: Rivzal Putra Sakti Mahasiswa Program Studi PPKn, Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menunjukkan cermin pribadi seseorang. Karakter, watak, atau pribadi

Nilai & Norma DORIS FEBRIYANTI M,SI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemasyarakatan. Pelaksanaan nilai-nilai budaya merupakan bukti legitimasi

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi


01ILMU ETIKA PROFESI. Etika dan Etiket dalam Humas. Frenia KOMUNIKASI.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat kita sering mendengar tentang sistem nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang yang memiliki ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakannya dari

BAB I PENDAHULUAN. bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Makanan modern yang beredar tersebut menarik minat para generasi muda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangannya hukum di Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dimulai dari zaman sebelum penjajahan sampai dengan zaman di mana Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan bahkan sampai pada saat ini. Setiap hukum yang dibuat tentunya bertujuan untuk menciptakan keteraturan hidup dan keadilan dalam mengambil setiap keputusan. Sebelum berlakunya hukum-hukum yang dibawa oleh para penjajah ke tanah Indonesia, masyarakat Indonesia sudah memiliki hukum-hukum yang mengikat setiap orangnya dimana hukum itu didapat dari nenek moyang mereka. Hukum tersebut tentunya sudah mendarah daging pada setiap orang yang menganut dan mematuhinya karena pada umumnya orang zaman dulu begitu menghormati setiap perkataan orang tua atau nenek moyangnya. Hukum yang berkembang dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pada saat itu bersifat mengikat, mengatur bagaimana mereka harus bertingkah laku terhadap sesamanya dan juga terhadap alam. Meskipun tidak berwujud dalam tulisan, akan tetapi hukum tersebut terus dilaksanakan sebagai suatu kebiasaan. Itulah yang kemudian diartikan sebagai hukum adat. Prof. Mr. C. Van Vollenhoven dalam Hadikusumah (1980:26) menyatakan bahwa hukum adat di masa sebelum kemerdekaan Republik Indonesia adalah hukum yang berlaku bagi golongan penduduk yang terdiri dari orang-orang Eropa, pribumi, dan timur asing. Perlu diketahui bahwa Prof. Mr. C. Van Vollenhoven merupakan orang pertama yang menimbulkan hukum adat sebagai ilmu pengetahuan dan menempatkan hukum adat berkedudukan sejajar dengan hukum lainnya. Hukum adat adalah hukum tak tertulis, hukum kebiasaan dengan ciri khas yang merupakan pedoman kehidupan rakyat dalam menyelenggarakan tata keadilan dan kesejahteraan masyarakat dan bersifat kekeluargaan. Dengan demikian hukum adat dapat pula commit diartikan to user sebagai kebiasaan-kebiasaan yang 1

2 terdapat dalam masyarakat dimana setiap kebiasaan itu dilakukan dan ditaati secara turun temurun oleh setiap generasinya. Seiring perkembangan zaman keberadaan hukum adat ini mulai terlupakan padahal hukum adat merupakan warisan budaya yang harus tetap dihormati oleh setiap orang dan juga dijalankan oleh setiap lembaga adat dan masyarakat yang bertanggung jawab berdasarkan tempat hukum tersebut berada dan hukum tersebut dijalankan. Namun banyaknya pergeseran nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat seakan-akan hukum adat ini tidak diperhatikan lagi, terutama oleh kalangan anak muda zaman sekarang yang mudah sekali melupakan hal-hal yang bersifat adat dan kebudayaan asalnya. Melihat perkembangan dan perubahan masyarakat yang hidup pada zaman modern ini cenderung meninggalkan sesuatu yang telah menjadi pegangan luhur dalam budayanya. Nilai-nilai yang dibawa melalui globalisasi dan modernitas diambil dan digunakan begitu saja tanpa adanya filterisasi. Pergeseran nilai-nilai juga terlihat pada sistem yang mulai luntur. Meskipun globalisasi dan modernitas melanda seluruh negeri, tetapi tetap ada beberapa wilayah di Indonesia yang masih mempertahankan budaya lokalnya. Salah satu wilayah di Indonesia yang masih memegang teguh keberadaan hukum adatnya ialah Jambi yang mana kehidupan masyarakatnya masih memegang teguh asas-asas yang terdapat dalam hukum adat. Masyarakat Jambi yang sebagian besar ialah keturunan melayu Islam memegang peranan penting dalam kehidupan bermasyarat di Jambi. Dengan demikian setiap aturan adat yang berlaku di Jambi didasari dengan syariat Islam yang mana aturan itu bersumber dari Al-Quran dan Hadits. Aturan yang mengikat setiap masyarakat adat Jambi disebut Seloko. Seloko adat tersebut berisi ungkapan yang mengandung pesan, amanat petuah, atau nasihat yang bernilai etik dan moral, serta sebagai alat pemaksa dan pengawas norma-norma masyarakat agar selalu dipatuhi. Isi ungkapan seloko adat Jambi meliputi peraturan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya dan kaidah-kaidah hukum atau norma-norma, senantiasa ditaati

3 dan dihormati oleh masyarakatnya karena mempunyai sanksi. Ungkapanungkapan Seloko adat Jambi dapat berupa peribahasa, pantun atau pepatah petitih. Hukum adat Jambi mempunyai dasar yang sangat kuat, hal ini terbukti walaupun telah melalui rentang waktu yang panjang dan masyarakatnya telah hidup dalam kekuasaan pemerintahan yang silih berganti dengan corak yang berbeda-beda, namun keberadaan Seloko sebagai dasar hukum adat tetap diakui dan tetap hidup ditengah-tengah masyarakat. (Lembaga Adat Propinsi Jambi, 2001). Berikut ini adalah sebagian dari Seloko Adat Jambi dalam pergaulan hidup sehari-hari sebagai pedoman untuk melaksanakan adat dan hukum adat yang memiliki arti bahwa: Dalam bermasyarakat harus memelihara kebersamaan, persatuan dan kesatuan serta menegakkan hukum, baik hukum adat maupun hukum nasional, Alim sekitab cerdik secendikio, betino semalu jantan basopan. Seibat bak nasi, setuntum bak gulai. Salah hukum penghulu pecat, tidak dihukum penghulu pecat. Perkembangan seloko adat sendiri sudah menyebar ke seluruh wilayah Jambi, seperti di Daerah Bungo, Tebo, Merangin, Sarolangun, Batanghari, Muaro Jambi dan daerah lainnya yang masih masuk dalam daerah Jambi. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Desa Muaro Jambi Kecamatan Maro Sebo. Seloko adat yang berkembang di Desa Muaro Jambi ini memiliki nilai-nilai pengajaran yang cukup berperan di dalam masyarakat terutama dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Masyarakat adat Jambi mengakui adanya tingkatan hukum yang lebih tinggi yang berlaku disamping hukum adat. Dari seloko tersebut tersirat, bahwa segala permasalahan yang ada terlebih dahulu diselesaikan secara adat baru mengacu kepada hukum yang lebih tinggi. Masyarakat Jambi juga merupakan masyarakat yang relijius, sehingga hukum adat Jambi senantiasa berpedoman pada ketentuan agama. Walaupun hukum adat Jambi sudah berlaku di bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah jauh sebelum Negeri commit to Kesultanan user Jambi dijajah oleh bangsa

4 Belanda, namun tak dapat dipungkiri bahwa saat ini hukum adat Jambi mulai terkikis dan nyaris pudar akibat kurangnya pemahaman masyarakat pada seloko adat. Begitupula dengan sopan santun dan etika, baik yang tersirat maupun yang melekat pada seloko adat itu sendiri. Contohnya jika pada zaman dahulu adat butandang merupakan kebiasaan muda-mudi mengekspresikan cintanya pada kekasih dengan cara datang, berbalas pantun dan tukar menukar tanda cinta dengan pujaan hatinya, lain halnya dengan zaman sekarang yang sudah mengenal istilah nge-date seperti muda-mudi di Eropa dan Amerika yang mereka lihat di televisi atau membaca majalah, walaupun itu bisa berimplikasi pada sex bebas dan kelakuan tidak pantas lainnya. Provinsi Jambi memiliki peraturan sendiri yang fungsinya untuk menjaga keberadaan dan mempertahankan nilai adat budaya asli daerah, serta agama islam yang menjadi dasar hukum adatnya. Orang tua terdahulu masih mempertahankan nilai-nilai adat budaya sesuai dengan yang disebutkan dalam seloko adat. Permasalahannya, sejauh mana efektifitas implemetasi seloko adat dalam kehidupan masyarakat Jambi pada saat sekarang ini terutama pada generasi muda. Seloko Adat Jambi bukan sekedar peribahasa, pepatah-petitih atau pantunpantun, lebih dalam lagi Seloko Adat Jambi merupakan pandangan hidup atau pandangan dunia yang mendasari seluruh kebudayaan yang berkembang dan berjalan di daerah Jambi. Seloko Adat Jambi sebagai suatu filsafat yang dirumuskan secara eksplisit dalam peribahasa, pepatah-petitih atau pantun-pantun tetapi masih bersifat implisit yang tersembunyi dalam fenomena kehidupan masyarakat Jambi. Seloko Adat Jambi adalah sarana masyarakatnya untuk merefleksikan diri akan hakikat kebudayaan, pemahaman mendasar dari pesan dan tujuan dari sebuah kebudayaan. Ungkapan dalam seloko adat Jambi yang menggunakan Bahasa Melayu Jambi merupakan transmisi pesan melalui bahasa yang menjadi serangkaian simbol untuk mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung dalam pola kehidupan masyarakat. Oleh karena itu seloko adat Jambi sebagai sarana sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dalam tata pergaulan masyarakat secara penuh.

5 Propinsi Jambi dengan budaya lokalnya yang berupa seloko adat Jambi merupakan salah satu contoh dari berbagai budaya yang banyak ragamnya di Indonesia. Norma dan kebiasaan yang ada di Jambi yang salah satunya adalah seloko adat harus diketahui oleh masyarakat luas pada umumnya dan khususnya bagi masyarakat Jambi dan lebih lanjut harus dipertahankan keberadaannya. Usaha mempertahankan hukum adat Melayu Jambi tersebut dianggap penting karena hukum adat merupakan hukum asli Bangsa Indonesia, yang sarat dengat kebudayaan-kebudayaan asli bangsa Indonesia. Hukum adat juga berfungsi sebagai sarana pengendalian sosial di masyarakat dan berperan dalam pembangunan hukum nasional Indonesia. Dalam pengendalian sosial, hukum adat diharapkan mampu menjadi pengendali tingkah laku masyarakat sebagai usaha untuk menciptakan suatu tata nilai atau kaidah-kaidah agar tercipta suatu kedamaian dan ketentraman di dalam masyarakat. Dewasa ini, pemahaman tentang budaya lokal telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan yang dapat pula meningkakan rasa nasionalisme kita terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, terutama dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah. Dalam pembelajarannya ada materi yang sesuai dengan pentinganya mempertahankan serta mewariskan nilainilai budaya lokal kepada generasi penerus, yaitu tentang norma dan kebiasaan antar daerah di Indonesia. Oleh karena itu penulis merasa penelitian tentang Seloko Adat Jambi yang merupakan salah satu bentuk adat istiadat yang berfungsi untuk menjaga pola kehidupan masyarakat adat Jambi perlu dilakukan, dengan judul penelitian REVITALISASI SELOKO ADAT JAMBI GUNA PEWARISAN NILAI BUDAYA LOKAL DAN RELEVANSINYA TERHADAP MATERI NORMA KEBIASAAN ANTAR DAERAH DI INDONESIA. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka peneliti merumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian sebagai berikut:

6 1. Bagaimana eksistensi Seloko Adat Jambi di Desa Muaro Jambi sebagai budaya lokal? 2. Bagaimana revitalisasi Seloko Adat Jambi guna pewarisan nilai budaya lokal? 3. Bagaimana relevansi seloko adat Jambi terhadap pengembangan materi norma dan kebiasaan antar daerah di Indonesia? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahanpermasalahan yang telah dirumuskan sebagai bahan penelitian, yaitu: 1. Mendeskrpsikan eksistensi Seloko Adat Jambi sebagai budaya lokal di Jambi. 2. Mendeskripsikan revitalisasi pewarisan nilai-nilai budaya lokal melalui seloko adat Jambi. 3. Mendeskripsikan relevansi seloko adat Jambi terhadap pengembangan materi norma dan kebiasaan antar daerah di Indonesia. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, penelitian ini berguna sebagai studi kasus eksistensi seloko adat jambi bagi generasi muda Muaro Jambi yang dihubungkan dengan usaha revitalisasi kebudayaan tersebut untuk generasi yang akan datang. 1. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Sebagai tambahan literatur untuk perpustakaan Universitas Negeri Sebelas Maret Surakatra (UNS Surakarta). b. Memberikan wawasan baru kepada peneliti dan melatih keaktifan peneliti dalam hal berpikir secara ilmiah, berlatih mandiri dan berpengalaman bagi kehidupannya di masa yang akan datang terutama mengenai revitalisasi seloko adat jambi bagi generasi yang akan datang.

7 2. Manfaat Teoritis a. Diharapkan dapat menjadi acuan dan bahan evaluasi untuk menjadikan budaya setempat agar selalu tejaga keberadaannya bagi untuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang. Terciptanya usaha-usaha baru dalam upaya menjaga budaya-budaya para leluhur daerah setempat. b. Sebagai bahan informasi untuk turut ikut serta dalam membantu dan berpartisipasai dalam mensukseskan revitalisasi nilai-nilai adat yang terkandung dalam Seloko Adat Jambi untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang agar terus terjaga keberadaaannya. Dan juga untuk member kesadaran lebih guna menjaga nilai-nilai budaya asli setempat. c. Menjadi bahan pembelajaran dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terutama pada materi norma dan kebiasaan antar daerah di Indonesia. d. Menjadi bahan masukan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis.