Dr.Ir. Gunawan Budiyanto (2) PENDAHULUAN.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan permukiman sehingga muncul larangan bermukim. Merapi terletak antara dua provinsi yakni Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

KONDISI TANAH DAN TEKNIK REHABILITASI LAHAN PASCA-ERUPSI GUNUNG MERAPI. Deddy Erfandi, Yoyo Soelaeman, Abdullah Abas Idjuddin, dan Kasdi Subagyono

TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006

MIGRASI SEDIMEN AKIBAT PICUAN HUJAN ( KASUS KALI GENDOL GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA )

KAJIAN CEPAT DAMPAK ERUPSI GUNUNG MERAPI 2010 TERHADAP SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN DAN INOVASI REHABILITASINYA

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman 2013

PERUBAHAN KONDISI FISIK PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI DESA GLAGAHARJO PROVINSI DIY

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

LAPORAN EVALUASI AWAL BENCANA TANAH LONGSOR DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya tahun 1994, 1997, 1998, antara tahun , 2006 dan yang

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

KEADAAN UMUM WILAYAH. koorditat 07 º 40 42,7 LS 07 º 28 51,4 LS dan 110º 27 59,9 BT - 110º 28

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Yogyakarta. Gunung ini di identifikasi sebagai gunung berapi paling aktif di

Sumber : id.wikipedia.org Gambar 2.1 Gunung Merapi

XI. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. erupsi Merapi terhadap sektor pertanian dan lingkungan TNGM di Provinsi DIY dan

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GERAKAN TANAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain di sekitarnya oleh jalur transportasi

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan masih aktifnya proses erupsi dan peningkatan aktifitas

Jenis Bahaya Geologi

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

BAB I PENDAHULUAN. Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN PENGGUNAAN LAHAN AKIBAT BANJIR LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI SUB DAS KALI PUTIH JURNAL PUBLIKASI ILMIAH

Rapid Assessment Terhadap Kerusakan Bangunan Akibat Erupsi Merapi Tahun 2010

MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI BERBASIS DESA BERSAUDARA (SISTER VILLAGE) DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI JAWA TENGAH

Kemampuan Tampungan Sungai Code Terhadap Material Lahar Dingin Pascaerupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Dusun Ngerahkah di Kecamatan Cangkringan

STUDI KAPASITAS INFILTRASI SEDIMEN DI KAWASAN RAWAN BENCANA PADA DAS PABELAN PASCA ERUPSI GUNUNG MERAPI TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

PERUBAHAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA GLAGAHARJO PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi

BAB I PENDAHULUAN. harta benda, dan dampak psikologis. Penanggulangan bencana merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB III LANDASAN TEORI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN AKIBAT ALIRAN LAHAR DINGIN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KALI GENDOL KABUPATEN SLEMAN

PERUBAHAN MORFOLOGI SUNGAI CODE AKIBAT ALIRAN LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN Dian Eva Solikha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Secara historis, Indonesia merupakan Negara dengan tingkat

(RTRW) PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB I PENDAHULUAN. Banjir yang melanda beberapa daerah di wilayah Indonesia selalu

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

PENGENDALIAN SEDIMEN. Aliran debris Banjir lahar Sabo works

Transkripsi:

STRATEGI KEDAULATAN PANGAN LOKAL BERDASAR ZONASI KAWASAN RAWAN BENCANA ERUPSI MERAPI (Studi Kasus desa Kepuharho Cangkringan Sleman DIY) (1) Strategy for Local Food Sovereignty Based on Disaster Prone Areas of Merapi Eruption. (A case study in Kepuharjo village, Cangkringan Sleman DIY) Dr.Ir. Gunawan Budiyanto (2) Abstract Merapi Eruption 2010 caused damage that led to the decline in the quality of land and raises of food insecurity in the region affected by the eruption. The studies aims to establish local food sovereignty strategy based on disaster prone areas of eruption of Mount Merapi, and carried out from August 2011 to March 2012 in the village of Kepuharjo Cangkringan Sleman DIY. The research was conducted using observational methods to obtain condition of physiographic regions and ecosystem components after the eruption of Merapi 2010. Data were analyzed by descriptive-spatial serve as the basis in determining the prone zoning and conservation, as well as the analysis of descriptive-comparative was done to determine the strategy of local food sovereignty. The results of the study recommended that the area within a radius less than eight kilometers. from the peak can be used as a conservation area in the form of forests and fodder grass cultivation. While the area within a radius eight kilometers or more from the peak can be used as dry-land farming for food sovereignty of seasonal crops (corn, cassava, sweet potatoes and vegetables) and food sovereignty of animal (cattle and poultry farm). Keywords : Merapi eruption, food insecurity, local food sovereignty. PENDAHULUAN. Kawasan gunung Merapi selama ini telah memberikan kualitas lingkungan yang terjaga keseimbangannya dan telah memberikan sumberdaya hayati melimpah sebagai modal yang kuat guna mencapai kedaulatan pangan lokal masyarakat lereng Merapi. Erupsi Merapi tahun 2010 merupakan siklus aktivitas volkan yang cukup panjang dan telah mengakibatkan rusaknya sebagian kawasan hutan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Seluas 2.400 hektar tanaman hutan yang ada mengalami kerusakan parah akibat terjangan awan panas dan materi volkan, dan sebagian kawasan tersebut berada di wilayah Kabupaten Sleman. Kerusakan kawasan hutan tidaklah mudah diatasi, karena beberapa hal, yaitu a) tanaman hutan pada umunya adalah tanaman tahunan yang membutuhkan waktu cukup lama untuk mengembalikan kepada fungsi ekologis yang pernah ada, b) temperatur yang dimiliki awan panas dan materi volkanik menyebabkan musnahnya potensi kesuburan tanah yang bersifat memarginalkan lahan dan c) endapan material volkanik sedikit banyak menyebabkan berubah dan hilangnya sistem tata air setempat. Pusat Volkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) membagi kawasan lereng Merapi menjadi 3 kawasan rawan bencana (KRB) berdasarkan tingkat kerawanan ancaman, yaitu kawasan rawan bencana (KRB) III merupakan kawasan yang sering dilanda luncuran awan panas, aliran lahar dan (1) Disajikan dalam Seminar Bulanan Fak. Pertanian UMY, Sabtu 04 Januari 2016 (2) Dosen Agroteknologi Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 1

dan guguran lava pijar, kawasan rawan bencana (KRB) II merupakan kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, guguran aliran lahar dan guguran lava pijar, sedangkan kawasan rawan bencana (KRB) I merupakan kawasan yang kemungkinan terkena dampak perluasan awan panas dan beberapa areal yang merupakan daerah sekitar aliran beberapa sungai yang berhulu di Merapi, yaitu, sungai Krasak, sungai Boyong, sungai Kuning, sungai Opak dan sungai Gendol. Erupsi Merapi dapat menyebabkan berbagai tingkat kerusakan, mulai dari kerusakan berat yang berupa tertimbunnya lahan produktif oleh materi piroklastik volkan dan guguran lava pijar serta materi-materi yang dibawa awan panas. KRB III, merupakan kawasan yang dapat mengalami kerusakan total sehingga dapat menghilangkan potensi produktivitas lahannya termasuk potensi tanaman pertanian dan tanaman hutan. KRB II lebih banyak mengalami kerusakan lahan akibat sedimentasi abu gunung sampai beberapa sentimeter dan kerusakan tanaman semusim yang secara signifikan dapat menurunkan potensi hasil tanaman. Sementara KRB I berpotensi memiliki kerusakan lahan di sepanjang kawasan aliran sungai akibat adanya luapan ke samping (spill-over) materi berupa campuran lumpur abu, pasir dan bebatuan. Desa Kepuharjo merupakan secara adminstratif terletak di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman dengan batas wilayah sebelah Utara kawasan taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), sebelah Selatan desa Wukirsari, sebelah barat desa Umbulharjo dan sebelah Timur desa Glagahharjo. Desa Kepuharjo memiliki 8 dusun yaitu dusun Kaliadem, Jambu, Petung, Kopeng, Batur, Pagerjurang, Kepuh dan Manggong. Desa Kepuharjo merupakan salah satu desa yang masuk ke dalam zona KRB III (radius 0 5 km.) dan II (radius 6 10 km.). Sedimentasi material volkanik di desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan pada umumnya berkisar antara 10 30 cm. (Suriadikarta,dkk., 2010), dan di cekungan tanah dapat mencapai lebih dari 30 cm yang meliputi kawasan hulu sungai Gendol. Sedangkan suhu panas yang masih dimiliki endapan materi volkan, mengurangi potensi luasan lahan dapat tergunakan. Ancaman kerusakan lingkungan dan lahan memunculkan potensi kerawanan pangan di desa Kepuharjo dan dapat menyebabkan desa tersebut memiliki ketergantungan pasokan pangan dari kawasan lain. Berdasarkan hal di atas, peningkatan kedaulatan pangan lokal sudah saatnya dimulai dari mengembalikan ketahanan pangan berdasarkan potensi kerawanan yang dimiliki masing-masing kawasan. Dengan kata lain, desa Kepuharjo yang pada mulanya merupakan wilayah dengan potensi pangan yang cukup, harus dipulihkan kembali melalui sebuah pola perbaikan yang sesuai dengan tingkat kerawanan yang ada. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menetapkan strategi kedaulatan pangan lokal berdasar zonasi rawan bencana erupsi Merapi di desa Kepuharjo Cangkringan Sleman yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penetapan pola pemanfaatan sumberdaya lahan terdampak erupsi Merapi 2010. 2

METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2011 sampai Maret 2012, menggunakan metode survei dengan melakukan pengamatan kondisi fisiografi wilayah, kondisi lahan dan komponen ekosistem setelah erupsi 2010. Hasil survei dianalisis secara deskriptif, spatial dan komparatif. Analisis deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan kondisi obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan mencari hubungan antara satu fakta dengan fakta lain (Nawawi,1995). Data yang diperoleh dianalisis secara deksriptif-spatial yang dijadikan sebagai dasar penetapan zonasi kerawanan dan konservasi, serta analisis deskriptif-komparatif guna menentukan strategi kedaulatan pangan lokal. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapatkan melalui pengamatan lapangan, analisis sampel tanah dan data sekunder yang berhubungan dengan kondisi fisik kewilayahan dan potensi kebencanaan akibat erupsi Merapi 2010 melalui intepretasi peta kewilayahan dan peta kebencanaan BNPB. HASIL DAN PEMBAHASAN Kerusakan sumberdaya lahan akibat erupsi merapi 2010 sebagian besar berupa endapan batu, pasir dan abu. Dari delapan dusun yang diamati, dusun Kaliadem, Jambu dan Petung memiliki sebaran batuan yang lebih banyak dibanding ke lima dusun lainnya, sesuai dengan jarak luncurnya dari pusat letusan (puncak Merapi) menuju dusun-dusun tersebut. Hasil pengukuran ketebalan endapan materi piroklastik disajikan dalam tabel berikut : Tabel 1. Ketebalan sedimen materi volkan dan kebatuan di Desa Kepuharjo. Dusun Tebal Sedimen (cm.) Kebatuan Kaliadem 15-30 <75% Jambu 15-28 <50% Petung 10-26 <50% Kopeng 10-16 <25% Batur 5-10 <25% Pagerjurang 3-6 <25% Kepuh 3-7 <25% Manggong 2-5 <5% Tabel 1 memperlihatkan bahwa kawasan yang mendekati pusat letusan memiliki ketebalan sedimen materi volkan dan sebaran batuan yang lebih besar. Hal ini juga menunjukkan adanya tingkat keparahan kerusakan sumberdaya lahan yang semakin besar untuk kawasan-kawasan yang mendekati 3

pusat letusan. Dari hasil pengamatan ini sebenarnya menunjukkan tingkat kerawanan yang dimiliki delapan dusun yang ada di desa kepuharjo. Intensitas sebaran batuan yang terdapat di dusun Kaliadem, Petung dan Jambu menunjukkan bahwa ke tiga dusun ini memiliki ancaman paling serius terhadap lontaran materi volkan jika terjadi letusan gunung Merapi. Sebelum tahun 2010, erupsi Merapi yang cukup besar terjadi pada bulan Mei 2006. Berdasarkan hasil intepretasi citra satelit ALOS-PALSAR bulan September 2006 dapat diketahui bahwa persebaran materi piroklastik, guguran lava pijar dan efek awan panas (LAPAN, 2006). Fase aktivitas Merapi saat itu telah menyebabkan terjadinya perubahan morfologi di sekitar puncak Merapi. Perubahan tersebut termasuk runtuhnya tebing kawah yang selama ini disebut geger boyo, yang secara fisik melindungi beberapa kawasan di sekitar hulu sungai Gendol termasuk desa Kepuharjo. Runtuhnya geger boyo ini menyebabkan semakin terbukanya hulu sungai Gendol sebagai main-outlet materi volkanik. Beradasarkan penelitian tim LAPAN (2006) telah terjadi perubahan ukuran lebar hulu sungai Gendol dari 50-75 meter menjadi 150-250 meter. Kondisi ini telah membuka jalan apabila terjadi guguran lava pijar, awan panas dan lahar dingin, yang akan langsung mengarah ke hulu sungai Gendol. Oleh karena itu, pada kejadian erupsi Oktober-November 2010, desa Kepuharjo Cangkringan termasuk salah satu wilayah yang mengalami kerusakan paling parah. Hasil penetapan beberapa sifat sampel tanah (kedalaman 10-20 cm.) yang dikoleksi dari lokasi disajikan dalam tabel berikut : Tabel 2. Hasil penetapan beberapa sifat tanah. Dusun Berat Porositas Kadar C- ph volume (g/cm 3 ) (%) organik (%) Kaliadem 1,41 42,2 0,78 6,1 Jambu 1,38 43,6 0,87 6,0 Petung 1,37 45,4 0,78 6,0 Kopeng 1,40 46,8 0,84 6,2 Batur 1,47 53,2 1,10 5,9 Pagerjurang 1,54 52,6 0,92 6,1 Kepuh 1,42 49,2 0,91 6,1 Manggong 1,51 51,2 1,24 5,9 Tabel 2 memperlihatkan bahwa endapan materi volkan di dusun yang mendekati puncak letusan menunjukkan peningkatan tingkat kepadatan tanah. Abu vulkanik yang terendapkan menyebabkan permukaan menjadi agak keras dan agak sulit ditembus air sehingga menimbulkan genangan air sebagaimana gambar 1. 4

Hal yang sama juga telah disampaikan oleh Idjudin, dkk. (2010) dan Suriadikarta,dkk. (2010) bahwa sifat fisik abu volkan gunung Merapi apabila jatuh di permukaan tanah akan cepat mengeras dan relatif sulit ditembus air. Sedimen materi volkan juga menyebabkan tanah menjadi agak padat terutama pada kawasan yang dekat dengan pusat letusan. Materi volkan yang memiliki temperatur cukup tinggi, terutama awan panas menyebabkan berkurangnya kandungan bahan organik. Hal ini terlihat bahwa kawasan- kawasan tersebut memiliki kandungan C-organik sangat rendah sampai rendah. Sementara kawasan yang berada di luar radius 8 kilometer (Batur, Pagerjurang, Kepuh dan Manggong) memiliki kadar C-organik yang lebih tinggi. Hasil pengukuran ph tanah menunjukkan bahwa erupsi Merapi tidak banyak mengubah tingkat kemasamankebasaan tanah, sehingga masih cukup sesuai digunakan untuk budidaya tanaman. Gambar 1. Lapisan kedap air akibat sedimen abu Volkan (foto oleh: Gunawan-B,2010) Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi Kementrian ESDM telah menetapkan kawasan rawan bencana berdasarkan ancaman bencana yang dapat ditimbulkan erupsi gunung Merapi. Berdasarkan kriteria tersebut delapan dusun yang ada di Desa Kepuharjo masuk ke dalam KRB III (dusun Kaliadem, Jambu dan Petung) dan KRB II (dusun Kopeng, Batur, Pagerjurang, Kepuh dan Manggong). Sedangkan pengalaman kejadian erupsi Merapi 2010 dan serta resiko jatuhnya korban jiwa pada kejadian erupsi yang akan datang, pemerintah telah merelokasi penduduk desa Kepuharjo di beberapa titik pemukiman baru yaitu di dusun Batur dan sekitar areal Merapi Golf. Sementara lahan terdampak yang berada di beberapa dusun terutama Kaliadem, Jambu, Petung dan Kopeng dikategorikan sebagai kawasan berbahaya untuk dihuni dan dialihfungsikan menjadi areal hutan lindung. Rencana ini mendapat tentangan dari warga karena mereka masih menggantungkan perolehan pakan ternak dari kawasan hutan. Warga berharap agar mereka tetap dapat memiliki tanah mereka yang sebagian besar 5

telah bersertifikat. Warga menginginkan agar kawasan bekas pemukiman dialihfungsikan menjadi hutan rakyat, sehingga warga masih bisa memasuki kawasan tersebut untuk memanen rumput pakan ternak. Atas dasar hal tersebut direkomendasikan agar zonasi kawasan rawan bencana gunung Merapi hedaknya didasarkan kepada pertimbangan-pertimbangan ilmiah, teknis kebencanaan, ekologis tanpa harus meninggalkan keinginan dan hak warga setempat. Dengan demikian penetapan zonasi kawasan rawan bencana dalam upaya mencapai kedaulatan pangan lokal di desa Kepuharjo dibagi menjadi dua yaitu kawasan dalam radius <8 kilometer dari puncak (Kaliadem, Jambu, Petung dan Kopeng) dan kawasan dalam radius 8 kilometer dari puncak (Batur, Pagerjurang, Kepuh dan Manggong) sebagaimana tersaji dalam gambar 2. Kawasan dalam radius < 8 kilometer difungsikan sebagai hutan rakyat yang berguna bagi proses perbaikan tata air dan lingkungan dan budidaya tanaman rumput pakan ternak yang dapat mendukung usaha peternakan sapi perah yang dapat diusahakan di kawasan di bawahnya. Pembudidayaan rumput pakan ternak harus dilengkapi asupan pupuk organik atau pupuk kandang yang berasal dari limbah usaha ternak sapi perah. Jenis rumput pakan ternak yang dirasa cocok adalah jenis rumput yang selama ini dapat tumbuh dan telah menjadi tanaman insitu, yaitu rumput kolonjono (Panicum muticum) serta dapat dikembangkan jenis rumput gajah (Pennisetum purpureum) (gambar 3). Budidaya rumput sangat berarti bagi warga yang selama ini telah menjadikan sapi perah sebagai salah satu sumber ekonomi keluarga. Pupuk kandang disamping dapat menyediakan hara juga mampu meningkatkan kemampuan tanahnya dalam menyimpan air. Kawasan ini memiliki slope antara 10-25% sehingga rentan terhadap erosi dan longsoran materi volkan bila terjadi hujan. Dengan demikian pengaturan pola tanam antara tanaman hutan (tahunan) dan rumput pakan ternak dapat menggunakan pola tanam lorong dengan penterasan di beberapa bagian yang terjal (Gambar 4). Sedangkan kawasan yang berada dalam radius 8 kilometer memiliki kemiringan yang lebih landai atau kurang dari 15%. Endapan materi volkan di kawasan ini lebih banyak didominasi oleh sedimen pasir dan abu dengan ketebalan kurang dari 10 cm. Endapan ini masih dapat diolah menggunakan cangkul, dan dengan penambahan pupuk kandang atau pupuk organik lainnya, kawasan ini masih memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut bagi pembudidayaan berbagai komoditas pangan nabati seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar dan sayuran, serta usaha komoditas pangan hewani (peternakan sapi dan ayam). Tahap pengolahan tanah di kawasan ini menjadi sangat penting karena endapan materi volkanik masih dapat disingkap dengan peralatan sederhana, sehingga masih bisa didapatkan lapisan tanah asalnya sebagaimana disajikan dalam gambar 5. 6

Gambar 2. Zonasi Kawasan Rawan Bencana Pasca Erupsi 2010 Kawasan yang berada dalam radius 8 km. juga memiliki lingkungan yang cenderung lebih baik dan mendukung karena pada saat erupsi 2010 kondisinya tidak separah kawasan di atasnya. Ketersediaan pangan nabati dan hewani yang penerapannya melalui inisiasi pola pertanian lahan kering di kawaan ini diharapkan dapat menciptakan kedaulatan pangan lokal. Gambar 3. Jenis rumput pakan ternak lokal yang mudah dibudidayakan lewat penanaman stolon setelah erupsi 2010. (foto: oleh Gunawan-B,2011) 7

Gambar 4. Pola pertanaman lorong di kawasan dalam radius < 8 km dari puncak. Gambar 5. Tebal lapisan abu volkan dan penyingkapan permukaan tanah asal. (foto oleh: Gunawan-B,2011) KESIMPULAN Dari hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa berdasarkan pertimbangan teknis penanganan kebencanaan, ekologis dan hak masyarakat, kawasan terdampak erupsi Merapi 2010, desa Kepuharjo Cangkringan Sleman dibagi menjadi dua kawasan utama, sebagai dasar pencapaian kedaulatan pangan lokal, yaitu kawasan dalam radius <8 kilometer dari puncak difungsikan sebagai hutan rakyat dan penanaman rumput pakan ternak, dan kawasan dalam radius 8 kilometer dapat diterapkan pola pertanian lahan kering guna mencapai kedaulatan pangan nabati (jagung, ubi kayu dan ubi jalar) dan kedaulatan pangan hewani (peternakan sapi dan ayam). 8

DAFTAR PUSTAKA BNPB.2010. Peta Zonasi Ancaman Gunung Merapi..2010. Peta Jumlah Rumah Rusak Akibat Bencana Gunung Merapi di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. LAPAN.2006. Laporan pemantauan Bahaya Lahar Dingin Gunung Api Merapi. Pusat Pengembangan Peman- faatan dan Teknologi Penginderaan Jauh. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Jakarta. Nawawi,H.1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada Univ. Press. Suriadikarta,D.A., Abdullah Abbas,Id., Sutono, Erfandi,D., Edi Santoso dan A.Kasno. 2010. Identifikasi Sifat Abu Volkan, Tanah dan Air di Lokasi Dampak Letusan Gunung Merapi. http://balittanah.litbang.deptan. go.id/dokumentasi/lainnya/identifikasi.pdf. Diakses Juni 2011. Idjudin,A.A., Erfandi,M.D. dan Sutomo,S.2010. Teknologi Peningkatan Produktivitas Lahan Endapan Volkanik Pasca Erupsi G. Merapi. http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/lainnya/ Teknologi.pdf Diakses Juni 2011. 9